Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK DASAR

Disusun oleh :

Aan Milan Ardani (1903511054)

2020

Fakultas Peternakan

Universitas Udayana
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

                                                                                       Surabaya, 26 April 2020

                                                                                               Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...................................................................................................................2
BAB 2.....................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
BAB 3.....................................................................................................................................................6
METODE PRAKTIKUM............................................................................................................................6
3.1 Penentuan berat kering, kadar air (Dry Weight), dan repasari sempel (dihaluskan).............6
3.2 Penentuan berat kering dan kadar air (Dry Matter)...............................................................7
3.3 Penentuan Kadar Abu............................................................................................................8
3.4 Penentuan serat kasar...........................................................................................................9
BAB 4...................................................................................................................................................11
Hasil dan Pembahasan.........................................................................................................................11
4.1 Penentuan berat kering, kadar air (Dry weight), dan reparasi sampel.................................11
4.2 Penentuan berat kering/ kadar air (Dry matter)..................................................................13
4.3 Penentuan Kadar Abu..........................................................................................................15
4.4 Penentuan Serat Kasar.........................................................................................................16
BAB 5...................................................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
5.2 Saran....................................................................................................................................19
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dicerna
dengan sempurna atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan pada ternak. Didalam
bahan pakan terdapat zat-zat yang dinamakan nutrient yang dibutuhkan oleh ternak untuk
metabolisme yang menghasilkan energi untuk hidup pokok dan untuk produksi. Pada
pelaksanaan praktikum ini dilakukan adalah untuk menganalisis suatu bahan atau sampel
dengan menggunakan suatu metode penganalisisan proses kimia untuk dapat
mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein,lemak dan serat pada suatu zat makanan
dari sampel bahan pakan yang digunakan dalam praktikum. Analisis proksimat memiliki
manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat gizi
pada makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu manfaat dari analisis
proksimat adalah dasar untuk memformulasikan ransum dan bagian dari prosedur untuk uji
kecernaan. Zat gizi sangat diperlukan oleh hewan untuk pertumbuhan, produksi dan
reproduksi. Makanan ternak yang mengandung zat gizi untuk kebutuhan energi dan fungsi-
fungsi tersebut. Adapun setiap hewan ternak yang mencerna makanan memiliki kandungan
zat gizi yang dibutuhkannnya berbeda beda. Mempunyai suatu keuntungan bahwa zat gizi,
selain mineral dan vitamin tidak sendiri-sendiri mempunyai sifat kimia.

Bahan kering (BK) adalah total zat-zat pakan selain air dalam suatu bahan pakan,
kebutuhan bakan kering ini dipenuhi dari hijauan dan konsentrat. Bahan kering ada 2 yaitu
DW (dry weight) dan DM ( dry matter). Dry Weight adalah bahan kering yang dikeringkan
dalam oven forced draft dengan suhu 70ᵒC selama 48 Jam. Sedangkan Dry Matter adalah
bahan kering yang dikeringkan di Oven dengan suhu 105 ᵒC selama 9 jam.

Kadar Air merupakan kandungan penting pada banyak makanan.Semua bahan


makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda.Banyaknya air dalam suatu
bahan tidak dapat ditentukan dari keadaan fisik bahan tersebut.Kandungan air dalam bahan
makanan ikut menentukan accettability, kesegaran dan daya tahan bahan tersebut. Selain
merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan
makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya, Tujuan khusus

1
pengeringan hijaun ini adalah agar tanaman yang berlebihan dapat disimpan untuk jangka
waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada
musim musim kemarau. Telah dilakukan analisa kadar air pada hijauan yang sudah
dikeringkan. Metode ini didasarkan pada prinsip kehilangan bobot pada pemanasan 105C
dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada contoh praktikum dilaksanakan supaya kita
mengetahui berapa jumlah kadar air pada hijauan yang sudah dikeringkan.

Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar
abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-
bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak,
karena itulah disebut sebagai kadar abu. Produk perikanan memiliki kadar abu yang berbeda-
beda. Standar mutu ikan segar berdasar SNI 01-2354.1-2006, ialah memiliki kadar abu
kurang dari 2%. Produk olahan hasil diversifikasi dari jelly fish product (kamaboko) yang
tidak diolah menjadi surimi dahulu memiliki standar kadar abu antara 0,44 – 0,69% menurut
SNI 01-2693-1992.

Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka ini
merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat
kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses
penggilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon, dengan demikian persentase
serat dapat dipakai untuk menentukan kemurniaan bahan atau efisiensi suatu
proses.Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
enzim-enzim pencernaan. Serat makanan adalah serat yang tetap ada dalam kolon atau usus
besar setelah proses pencernaan, baik yang berbentuk serat yang larut dalam air maupun yang
tidak larut dalam air.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Untuk mengetahui berat kering ( DW dan DM)
2. Untuk mengetahui kadar air pada DW dan DM
3. Untuk mengetahui kadar abu
4. Untuk mengetahui serat kasar

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dicerna
dengan sempurna atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan pada ternak. Didalam
bahan pakan terdapat zat-zat yang dinamakan nutrient yang dibutuhkan oleh ternak untuk
metabolisme yang menghasilkan energi untuk hidup pokok dan untuk produksi. Pada
pelaksanaan praktikum ini dilakukan adalah untuk menganalisis suatu bahan atau sampel
dengan menggunakan suatu metode penganalisisan proses kimia untuk dapat
mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein,lemak dan serat pada suatu zat makanan
dari sampel bahan pakan yang digunakan dalam praktikum. Analisis proksimat memiliki
manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat gizi
pada makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu manfaat dari analisis
proksimat adalah dasar untuk memformulasikan ransum dan bagian dari prosedur untuk uji
kecernaan. Zat gizi sangat diperlukan oleh hewan untuk pertumbuhan, produksi dan
reproduksi. Makanan ternak yang mengandung zat gizi untuk kebutuhan energi dan fungsi-
fungsi tersebut. Adapun setiap hewan ternak yang mencerna makanan memiliki kandungan
zat gizi yang dibutuhkannnya berbeda beda. Mempunyai suatu keuntungan bahwa zat gizi,
selain mineral dan vitamin tidak sendiri-sendiri mempunyai sifat kimia. Di dalam pengenalan
bahan pakan, terlebih dahulu bahan pakan itu sendiri terbagi menjadi pakan sumber protein
hewani yang dibagi menjadi tepung ikan dan protein nabati dibagi menjadi bungkil kelapa
dan bungkil kedele. Sedangkan sumber energi dibagi menjadi ada yang berbentuk biji-bijian
atau butiran yang terbagi atas : padi, jagung, millet merah dan millet putih. Berbentuk tepung
terbagi atas dedak halus, jagung giling, dan dedak halus. Berbentuk cairan terdiri atas :
minyak sayur. Sumber mineral terdiri dari garam dan kerang. Bahan-bahan pakan sumber
energi antara lain jagung, beras, sorgum, dedak padi, hijauan (SK). Sumber protein antara
lain tepung ikan, bungkil kedele, ampas tahu. Sumber lemak antara lain minyak sayur;
sumber vitamin antara lain premik. Sumber mineral antaralain tepung tulanh, tepung
kerabang telur, tepung kulit kerang, dll. Nutrient-nutrient dalam bahan pakan tersebut adalah

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Energi tidak termasuk kedalam nutrieny
karena energi diperoleh dari pembakarn zat makanan tersebut. Perbedaan bahan pakan yang

3
dikonsumsi oleh ternal antara lain ternak ruminan dengan unggas hanyalah perbedaan bentuk/
struktur bahan pakan tetapu kandungan yang dibutuhkan oleh ternak tidak berbeda.

Bahan kering (BK) adalah total zat-zat pakan selain air dalam suatu bahan pakan, kebutuhan
bakan kering ini dipenuhi dari hijauan dan konsentrat. Bahan kering ada 2 yaitu DW (dry
weight) dan DM ( dry matter). Dry Weight adalah bahan kering yang dikeringkan dalam oven
forced draft dengan suhu 70ᵒC selama 48 Jam. Sedangkan Dry Matter adalah bahan kering
yang dikeringkan di Oven dengan suhu 105 ᵒC selama 9 jam.

Air adalah pelarut polar yang dapat melarutkan sebagian besar biomolekul, yang umumnya
merupakan senyawa bermuatan atau polar. Air menyusun hingga 70% atau lebih berat dari
kebanyakan organisme. Air adalah senyawa yang paling berlimpah pada sistem kehidupan.
Air murni pada tekanan 1 atm akan membeku atau meleleh pada suhu 0°C, dan mendidih atau
mengembun pada suhu 100°C. Diantara pelarut-pelarut lainnya, air memiliki titik leleh, titik
didih dan panas penguapan yang tertinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen
yang menyebabkan kohesi internal yang kuat pada air cair. Ikatan hidrogen ini mudah terurai
dan terbentuk kembali, sehingga panas yang diserap air tidak langsung digunakan untuk
melepas molekul air menjadi gas, melainkan digunakan untuk memecahkan ikatan hidrogen
antar molekul air, dan begitu pecah, ikatan ini dapat segera terbentuk kembali, Ikatan ini
tidak akan terbentuk kembali saat suhu air telah mencapai titik didih, dan molekul air
bergerak terlalu cepat (Anonim. 2010).

Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan
komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada
hubungannya dengan mineral suatu bahan.Mineral yang terdapat dalam satu bahan dapat
merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik.Yang termasuk
dalam garam organik misalnya garam- garam asam malat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan
garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat.
Pratikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar abu suatu bahan.suatu bahan makanan bila
dipanaskan pada suhu 6000c maka semuah zat-zat organiknya akan teroksidasi menjadi
CO2.H2O dan gas-gas lai dan yang tertinggal(tersisa) adalaah zat-zat
organiknya( mineral/abu). Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya.
Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang

4
tinggi, yaitu sekitar 500 – 6000C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal
setelah proses pembakaran tersebut.

Serat terbagi 2 yaitu: Serat Makanan (Dietary Fiber) ,Serat Kasar (Crude Fiber). Serat kasar
dapat mempengaruhi/menurunkan aktivitas mikroba penyebab kanker dan melakukan proses
pengenceran bahan-bahan penyebab kanker sampai batas tertentu.Peran utama dari serat
dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin.Dengan
adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk
disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama
tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan
keluar karena gerakan gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban.Istilah dari serat
makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa
digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan
yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan
kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%).
Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat. dihidrolisis oleh enzim-
enzim pencernaan. Ada beberapa metode analisis serat, antaralain metode crude fiber, metode
deterjen, metode enzimatis yang masing-masing mempunyai keuntungan dan kekurangan.
Data serat kasar yang ditentukan secara kimia tidak menunjukan sifat serat secara fisiologis,
rentang kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar sebagai total serat makanan adalah
antara 10-500%, kesalahan terbesar terjadi pada analisis serealia dan terkecil pada kotiledon
tanaman. Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti pectin dan gum, harus
menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat larut mengalami
kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat. Metode enzimatik yang
dikembangkan oleh Asp, merupakan metode fraksinasi enzimatik, yaitu penggunaan enzim
amilase, yang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin pankreatik. Metode ini dapat mengukur
kadar serat makanan total, serat makanan larut dan serat makanan tidak larut secara terpisah.

5
BAB 3

METODE PRAKTIKUM
3.1 Penentuan berat kering, kadar air (Dry Weight), dan repasari sempel (dihaluskan).
Alat – Alat :

1. Kantong kertas yang sudah diketahui beratnya .


2. Timbangan digital.
3. forced draft oven.
4. Gunting
5. Spidol
6. Penggiling halus
7. Plastik atau botol bertutup vakum.

Bahan – Bahan :

1. Rumput lapangan
2. Lamtoro
3. Ransum jadi (kosentrat)
4. Limbah kulit anggur
5. Silase limbah kulit kecambah kacang hijau.

Cara Kerja

1. Siapkan 5 kantong kertas beri keterangan nama sempel, berat kantong, berat
kantong+sempel. Berat kantong + sempel kering.
2. Siapkan timbangan digital
3. Timbang kantong kertas dan tulis di kantong kertas.
4. Siapkan sampel untuk sempel rumput lapangan dan lamtoro potong kecil kecil ukuran
2-3 cm.
5. Masukan sempel kedalam kantong kertas. Untuk sempel lamtoro dan rumput
lapangan 500 gram, sedangkan untuk konsentrat (199,7 gram ), limbah kulit anggur
(221,6) , dan silase limbah kulit kecambah kacang hijau (517,5)
6. Tulis di kantong kertas.

6
7. Masukan kedalam forced draft oven dengan suhu 70 derajat Celsius selama 48 jam.
8. Timbang dan catat di atas kantong keras.
9. Sampel yang sudah kering digiling kasar dengan penggilingan berdiameter 5 mm
10. Setelah selesai, penggil ingan dibersihkan agar yang memakai selanjutnya tidak
terkontaminasi dengan sampel yang dimiliki
11. Buka komponen alat; penyaring dan pisau
12. Bersihkan dengan kuas dan lap
13. Dilanjutkan dengan penggilingan halus dengan saringan 1 mm  Hammermill atau
ayakan tepung
14. Biarkan selama 6 jam
15. simpan dalam kantong plastik atau botol yang bertutup vakum.
16. Beri label pada kantong plastik ( Nama sampel ,kelompok, tanggal, berat segar, dan
berat kering).

3.2 Penentuan berat kering dan kadar air (Dry Matter)


Alat – Alat :

1. Oven
2. Neraca analitik
3. Cawan porselin
4. Desikator
5. Pingset atau gegep
6. Kasa asbes
7. Spatula/ sendok sampel

Bahan – Bahan (yang sudah dihaluskan ) :

1. Rumput lapangan
2. Lamtoro
3. Ransum jadi (kosentrat)
4. Limbah kulit anggur
5. Silase limbah kulit kecambah kacang hijau.

Cara kerja:

1. Cawan dicuci, dibilas dan dikering anginkan.


2. ovenkan pada suhu 105 oC selama 3 jam

7
3. dinginkan dalam desikator selama 30 menit
4. timbang cawan dengan neraca analitik
5. kedalam cawan masukkan sampel sebanyak 1,0000 g, timbang sebagai bobot awal
6. tentukan bobot konstan cawan dan sampel dengan jalan :
7. ovenkan selama 9 - 12 jam pada suhu 105 - 110 oC
8. dinginkan dalam desikator 30 menit
9. timbang sebagai bobot akhir
10. untuk meyakinkan bobot konstan, dapat diovenkan lagi seperti diatas
11. atau ovenkan 2 jam pada suhu 135oC + 2 oC, kemudian timbang

3.3 Penentuan Kadar Abu.


Alat – Alat :

1. Neraca analitik, Desikator


2. Kasa asbes
3. Cawan porcelain
4. Pinset/ Gegep, Tray
5. sarung tangan
6. Tanur lisrik (furnace ) Heraus M110

Bahan – Bahan :

1. Rumput lapangan
2. Lamtoro
3. Ransum jadi (kosentrat)
4. Limbah kulit anggur
5. Silase limbah kulit kecambah kacang hijau.

Cara Kerja :

1. Buka tanur dengan menarik tuas di depan pintu tanur


2. masukkan cawan yang berisi sampel kedalam Tanur dengan urutan dari kiri ke kanan
3. Hubungkan alat dengan listrik
4. Tetapkan temperatur target 600 oC
5. Atur suhu hingga 600 oC dengan menekan dan memutar potensio temperatur
6. Tunggu sampai tercapai suhu 600 oC dan catat waktu hingga 3 jam
7. Matikan alat dengan mencabut stecker listrik

8
8. Biarkan tanur semalaman hingga suhu turun.

3.4 Penentuan serat kasar.


Alat- Alat :

1. Neraca analitik
2. pipet ukur 15 ml dan 30 ml
3. Beaker gelas 250 ml
4. Tabung vapodest
5. Rak tabung
6. Cawan porselin 25 ml
7. Corong buchner
8. Desikator
9. Gegep/ Pinset
10. Hotplate
11. sarung tangan anti panas
12. tungku Kjeldahlterm
13. Kertas saring bebas abu
14. Pompa vakum
15. Oven kering 110oC
16. Tanur listrik 600oC

Bahan - Bahan :

1. Rumput lapangan
2. Lamtoro
3. Ransum jadi (kosentrat)
4. Limbah kulit anggur
5. Silase limbah kulit kecambah kacang hijau.
6. Pereaksi : H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, alcohol, Aceton, Aquadest.

Cara Kerja

1. Timbang 0,5000 g sampel (a gram) ke dalam tabung vapodest


2. letakkan pada rak tabung sesuai urutan
3. tambahkan 30 ml H2SO4 0,3 N
4. tutup dengan botol pendingin

9
5. letakkan pada tungku pemanas 150 oC
6. didihkan selama 30 menit
7. tambahkan 15 ml NaOH 1,5 N
8. didihkan kembali selama 30 menit pada tungku 150 oC
9. saring dengan kertas saring bebas abu yang telah diketahui beratnya (b gram) pada
penyaring buchner dengan bantuan pompa vakum
10. cuci residu serat berturut-turut dengan:
 Aquadest panas 50 ml
 H2SO4 0,3 N 50 ml
 Aquadest panas 50 ml
 Alkohol 25 ml dan
 aceton 25 ml
11. pindahkan kertas saring yang berisi residu serat kasar secara kuantitatif ke dalam
cawan porselin yang sudah diketahui beratnya (c gram).
12. uapkan di dalam oven forced selama 30 menit
13. lalu lanjutkan pengeringan dalam oven kering 105 OC selama 3 jam
14. dinginkan di desikator 30 menit lalu timbang dan catat beratnya (d gram)
15. abukan dalam tanur pada 600OC selama 3 jam, dinginkan tanur selama 12 jam
16. keluarkan cawan berisi abu serat ke dalam desikator selama 30 menit lalu timbang
(e gram)

10
BAB 4

Hasil dan Pembahasan.

4.1 Penentuan berat kering, kadar air (Dry weight), dan reparasi sampel.
No Sampel Kadar Berat kering (Dry weight)
Berat (gram) DW (%) Air (%)
Kanton Kantong+sampel Kantong +
g sampel kering
1. Rumput 19,6000 519,6000 129,2000 21,9200 78,0800
Lapangan
2. Lamtoro 19,7000 519,7000 140,0000 24,0600 75,9400
3. Ransum jadi 12,6000 212,3000 199,6000 93,6405 6,3595
4. Limbah kulit 12,5000 154,1000 66,2000 37,9237 62,0763
anggur
5. Silase limbah 19,8000 337,3000 179,5000 50,2992 49,7008
kecambah kacang
hijau

Berat Kering sampel


Berat kering dry weight rumput lapangan (%)¿ X 100%
Berat sampel

129,2000−19,6000
¿ X 100 %
519,6000−19,6000

109,6000
¿ X 100%
500,0000

¿21,9200 %

Berat Kering sampel


Berat kering dry weight Lamtoro (%) ¿ X 100%
Berat sampel

140,0000−19,7000
¿ X 100 %
519,7000−19,7000

120,3000
¿ X 100%
500,0000

¿24,0600 %

11
Berat Kering sampel
Berat kering dry weight ransum jadi (%) ¿ X 100%
Berat sampel

199,6000−12,6000
¿ X 100 %
212,3000−12,6000

187,0000
¿ X 100%
199,7000

¿93,6400 %

Berat Kering sampel


Berat kering dry weight Limbah Kulit anggur (%) ¿ X 100%
Berat sampel

66,2000−12,5000
¿ X 100 %
154,1000−12,5000

53,7000
¿ X 100%
141,6000

¿ 37,9237 %

Berat Kering sampel


Berat kering dry weight silase limbah kecambah kacang hijau (%) ¿
Berat sampel
X 100%

179,5000−19,8000
¿ X 100 %
337,3000−19,8000

159,7000
¿ X 100%
317,5000

¿50,2992 %

Kadar Air rumput lapangan % = 100 – 21,9200 = 78,0800

Kadar Air lamtoro % = 100- 24,0600= 75,9400

Kadar air ransum jadi %= 100- 93,6405= 6,3595

Kadar air limbah kulit anggur %= 100- 37,9237 = 62,0673

Kadar air limbah kecambah kacang hijau % = 100 – 50,2992=49,7008

Setelah dicatat kadar air dan Berat kering (DW) selanjutnya adalah reparasi sampel /
penggilingan sampel untuk digunakan menjadi bahan kering dan kadar air (DM)

12
menggunakan penggilingan saring masukan kedalam kantong clip masukan ke kantong
plastik letakan kembali di oven dengan suhu 70 derajat Celsius.

Pembahasan :

Kantong kertas yang digunakan pada ransum jadi dan limbah kulit anggur lebih kecil dari
kantong kertas yang digunakan pada rumput lapangan, lamtoro, dan silase limbah kecambah
kacang hijau sehingga berat kantong berbeda. Walapun setiap kantong kertas memilki berat
yang berbeda tetapi selsisi berat kantong tidak terpaut jauh. Pada sampel rumput , lamtoro
dan limbah kulit anggur memliki kandungan air sangat tinggi karena rumput dan lamtoro
merupakan pakan hijau yang masih seggar sehingga kandungan air masih tinggi, sedangkan
limbah kulit anggur walapun sudah kering udara tetapi kandungan air masih tinggi karena
buah anggur memilki kandyngan air yang tinggi sehingga kulit anggur memiliki kandungan
air yang tinggi. Sedangkan pada ransum jadi kadungan airnya sangat kecil karena karena
ransum jadi merupakan pakan kering sehingga kandungan air sangat sedikit. Untuk limbah
kacang hijau kandungan air normal karena biji kajang hijau memili kandungan air yang
normal sehingga limbah kecambah kadar airny normal. Kadar air dan berang kering
berbanding terbalik jika kadar air tinggi berat kering rendah dan sebaliknya.

4.2 Penentuan berat kering/ kadar air (Dry matter)


No Sampel Kadar Berat kering (Dry weight)
Berat (gram) DM (%) Air (%)
Cawan Cawan Cawan +
+sampel sampel Oven
1. Rumput Lapangan 22,198 23,2076 23,1578 95,0630 4,9370
9
2. Lamtoro 24,271 25,2804 25,2294 94,9440 5,0560
7
3. Ransum jadi 20,924 21,9281 21,8774 94,9492 5,0508
3
4. Limbah kulit 18,852 19,8516 19,7940 94,2331 5,7669
anggur 8
5. Silase limbah 20,305 21,3068 21,2608 95,4046 4,5954
kecambah kacang 8
hijau

Berat sampel oven


Berat kering rumput lapangan % = X100%
berat sampel

13
0,9589
= x100 %
1,0087

= 95,0630%

Berat sampel oven


Berat kering Lamtoro % = X100%
berat sampel

0,9573
= x100 %
1,0087

= 94,9440%

Berat sampel oven


Berat kering ransum jadi % = X100%
berat sampel

0,9531
= x100 %
1,0038

= 94,9492%

Berat sampel oven


Berat kering Limbah kulit anggur = X100%
berat sampel

0,9412
= x100 %
0,9988

= 94,2331%

Berat sampel oven


Berat kering silase limbah kecambah kacang hijau = X100%
berat sampel

0,9589
= x100 %
1,0001

= 95,4046%

Kadar Air rumput lapangan = 100-95,0630 % = 4,9370

Kadar air lamtoro = 100 – 94,9440 = 5,0560

Kadar air ransum jadi = 100 – 94,9492= 5,0508

Kadar air limbah kulit anggur = 100- 94,2331 = 5,7669

Kadar air silase limbah kecambah kacang hijau = 100- 95,4046= 4,5954

Pembahasan

14
Pada pengeringan dengan oven yang kedua berat kering lebih banyak dan kadar airnya sedikit
karena pengeringan kedua dengan oven yang suhu lebih tinggi yaitu 150 derajat Celsius dan
sempel juga diubah menjadi tepung terlebih dahulu sehingga pengupaan bis terjadi secara
sempurna sehingga berat kering lebih banyak dari pada kadar air.

4.3 Penentuan Kadar Abu


Cawan + sampel Cawan + Cawan Kadar Bahan organik Sampel
abu sempel Abu % %
22,3273 23,2076 22,1989 11,7379 88,2621 Rumput lapangan
24,3572 25,2804 24,2717 8,4763 91,5237 Lamtoro
20,9968 21,9281 20,9243 7,2226 92,7774 Ransum jadi
18,8948 19,8516 18,8528 4,2050 95,7950 Limbah kulit anggur
20,3385 21,3068 20,3058 3,2667 96,7333 Silase limbah
kecambah kacang
hijau

Berat abu
Kadar Abu Rumput Lapangan= X 100%
berat sampel

0,1284
= X 100%
1,0087

= 11,7379%

Berat abu
Kadar Abu lamtoro = X 100%
berat sampel

0,0855
= X 100%
1,0087

= 8,4763%

Berat abu
Kadar Abu Ransum jadi = X 100%
berat sampel

15
0,0725
= X 100%
1,0038

= 7,2226%

Berat abu
Kadar Abu Limbah kulit Anggur = X 100%
berat sampel

0,42
= X 100%
0,9988

= 4,2050 %

Berat abu
Kadar Abu silase limbah kecambah kacang hijau = X 100%
berat sampel

0,0327
= X 100%
1,0001

= 3,2667%

Bahan Organik rumput lapangan% = 100 -11,7379% =88,2621%

Bahan Organik Lamtoro% = 100 - 8,4763% = 91,5273 %

Bahan organic Ransum jadi% = 100-7,2226%= 92,7774 %

Bahan Organik LImbah Kulit Anggur = 100 -4,2050 % = 95,7950%

Bahan organic silase limbah kecambah kacang hijau = 100 -3,2667% = 96,7333 %

Pembahasan :

Dalam pakan ternak terdapat kandungan bahan organic dan Abu. Bahan organic dan abu
berbanding terbalik jika bahan organic tinggi makan kadar abu rendah dan sebaliknya jika
kadar abu tinggi maka bahan organic rendah. Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara
menghitung bobot sampel setelah memanaskan sampel pada suhu 600ºC. Karena bila suatu
bahan makanan bila dipanaskan pada suhu 600ºC maka semua zat-zat organiknya akan
teroksidasi menjadi CO, H2O, dan gas-gas lain, sehingga yang tersisa (tertinggal) adalah zat-
zat anorganik (mineral/abu).

4.4 Penentuan Serat Kasar


No Sampel Berat (Gram) Serat
KAsar %
Sampel Cawan Cawan+Kertas Cawan+ Cawan
16
Saring kertas kertas+
saring + saring
residu +abu
1 Rumput 0,5007 24,5521 24,6801 24,8430 24,558 31,1963
Lapangan 8
2 Lamtoro 0,5082 17,0204 17,1486 17,2384 17,019 17,7883
8
3 Ransum jadi 0,5025 18,6095 18,7366 18,7511 18,612 2,3284
3
4 Limbah kulit 0,5010 18,0383 18,1665 18,2778 18,037 22,4750
anggur 0
5 Silaseh limbah 0.5039 20,9825 21,1064 21,2504 20,981 28,8748
kecambah 0
kacang hijau
Keterangan :

a = Berat sampel b = Berat kertas saring c = Berat Cawan d = Berat cawan + kertas saring
+ serat kering e = Berat cawan + abu

¿
Serat Kasar Rumput Lapangan (%) = a X 100 %

¿
= 0,5007 X 100 %

= 31,1963%

¿
Serat Kasar Lamtoro (%) = a X 100 %

[ ( 17,2384−17,1486 )−(17,0,198−17,0204)]
= X 100 %
0,5082

= 17,7883%

¿
Serat Kasar Ransum jadi (%) = a X 100 %

[ ( 18,7551−18,7366 )−(18,6123−18,6095)]
= X 100 %
0,5025

= 2,3284%

¿
Serat Limbah kulit Anggur (%) = a X 100 %

17
[ ( 18,2278−18,1665 ) −(18,0370−18,0383)]
= X 100 %
0,5010

= 22,4750%

¿
Serat Kasar silase limbah kecambah kavang hijau (%) = a X 100 %

[ ( 21,2504−21,1064 )−(20,9810−20,9825)]
X 100 %
0,5039

= 29,8748 %

Pembahasan : Serat kasar merupakan energy bagi ternak semakin tinggi kandungan serat
kasar semakin tinggi pula energy yang dihasilkan. Penetapan kadar serat kasar dilakukan
dengan cara menghilangkan bebas air dan bebas lemak. Pertama-tama direbus dengan asam
lemah, kemudian dengan basa lemah. Bahan organik yang tertinggal disaring dengan
cruicible. Hilangnya berat setelah dipijarkan adalah serat kasar.

18
BAB 5

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berat kering DW bahan pakan ternak dikeringkan dalam oven forced draft dengan
suhu 70 derajat Celsius selama 48. Metode ini pengeringan sama hal nya dengan
pengeringan diudara dan metode pengeringan ini hanya sedikit menghilangkan
kadar air.
2. Berat kering DM bahan pakan ternak dikeringkan di oven dengan suhu 105 derajat
celcius selama 9 jam . metode ini pengeringan menghilangkan banyak kadar air
sehingga bahan pakan tinggal berat kering.
3. Kadar abu bahan pakan ternak dimasukan kedalam tanur dengan suhu 600 derajat
Celsius selama 3 jam bahan organic akan mengguap menjadi Co2,h20 dan gas gas
lainya dan yang tersisa hanya bahan anorganik (mineral/ abu )
4. Pakan ternak yang menggandung tinggi serat kasar merupakan sumber energy yang
baik dan tinggi.

5.2 Saran
Pada praktikum ini dibutuhkan ketelitian dan kecekatan karena angka angka yang di
tulis harus 4 digit di belakang koma, dan praktikum ini menggunakan alat alat yang
berbahaya dan muda rusak sehingga di perlukan ketelitian, kecekatan dan kehati hatian.

19
Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Water Altitude Bioling Point Calculator.

Fauzi M. 2006. Analisa Pangan dan Hasil Pertanian. Jember: FTP UNEJ

Widhi. 2009. Kadar Air. Http://www.maduhutan.com

Yeti Pudy Astuti. 2009. Penetapan Kadar Air. Http://empus.wordpress.com

20

Anda mungkin juga menyukai