TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi
Glikolisis
terhenti
anaerob
Penurunan kadar
ATP dan CP Penurunan nilai
pH
2.2. pH Daging
Pada umumnya nilai pH daging sapi yang diukur pada jam pertama
postmortem adalah 7.0 – 7.2. Pada saat mulai rigor mortis, nilai pH daging
menjadi 5.90 dan kemudian mencapai pH akhir 5.50 yang dicapai kurang lebih
setelah 24 jam (Soeparno 2005). Nilai pH daging setelah hewan mati (nilai pH
postmortem) akan menurun mencapai pH akhir. Penurunan nilai pH tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi laju glikolisis. Nilai pH
daging tidak akan pernah kurang dari 5.3, karena pada pH dibawah 5.3 enzim-
enzim yang berperan dalam proses glikolisis tidak aktif (Lawrie 1979). Menurut
Soeparno (2005) Faktor yang mempengaruhi laju dan besarnya penurunan pH
postmortem dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain adalah spesies, tipe otot, glikogen otot dan
variabilitas diantara ternak, sedangkan faktor ekstrinsik, antara lain adalah
7
Laju penurunan pH otot yang cepat dan ekstensif akan mengakibatkan : (1)
warna daging menjadi lebih pucat, (2) daya ikat protein daging terhadap cairannya
menjadi lebih rendah, dan (3) permukaan potongan daging menjadi basah karena
keluarnya cairan permukaan potongan daging yang disebut drip atau weep
(Forrest et al. 1975). Sebaliknya pada pH ultimat yang tinggi, daging berwarna
gelap dan permukaan potongan daging menjadi sangat kering karena cairan
daging terikat secara erat oleh proteinnya (Soeparno 2005).
8
akan diikuti dengan pemendekan otot yang relatif lebih besar, sehingga daging
menjadi kurang empuk dan mempunyai daya ikat air yang rendah (Soeparno
2005). Oleh karena itu, penanganan ternak sebelum penyembelihan perlu untuk
diperhatikan karena memiliki pengaruh yang besar terhadap keadaan fisiologis
sapi saat menjelang proses penyembelihan. Dalam hal ini, penggunaan alat-alat
penyembelihan yang tepat antara lain restraining box sebagai alat fiksasi hewan
sebelum penyembelihan, pisau yang tajam untuk menyembelih hewan dan alat
penggantung karkas di rumah penyembelihan hewan (RPH) menjadi faktor
penting yang mempengaruhinya.
Daya ikat air adalah kemampuan protein daging (otot) untuk mengikat air
atau air yang ditambahkan. Daya ikat air dipengaruhi oleh faktor nilai pH, rigor
mortis dan aging. Daya ikat air mempengaruhi beberapa sifat fisik daging antara
lain: warna, citarasa (flavour) dan tekstur. Daya ikat air oleh protein daging
ditentukan dengan pemeriksaan susut masak (cooking loss) dan drip loss. Cooking
loss adalah berat yang hilang (penyusutan berat) selama pemasakan. Adapun drip
loss adalah cairan atau (eksudat) yang keluar dari daging tanpa aplikasi/penerapan
tekanan dari luar (Lukman et al. 2007). Peningkatan tekanan osmotik,
pembebasan ion Na+ dan Ca++ ke dalam sarkoplasma oleh protein-protein otot
dan absorbsi ion K+, serta perubahan struktur otot setelah 24 jam pelayuan,
berhubungan dengan meningkatnya daya ikat air daging (Arnold et al. 1956;
Bratzler et al. 1977; Lawrie 1979)
Cooking loss bisa dipengaruhi oleh pH, panjang sarkomer serabut otot,
panjang potongan serabut otot, status kontraksi miofibril, ukuran dan berat sampel
daging dan penampang lintang daging (Bouton et al. 1971). Menurut Soeparno
(2005), perbedaan cooking loss yang besar bisa diperoleh dengan pemasakan pada
temperatur 50 ºC dibandingan dengan pemasakan pada temperatur 60 ºC. Pada
umumnya cooking loss bervariasi antara 15% - 54,5% dengan kisaran 15% - 40%.
Sifat mekanik daging termasuk cooking loss merupakan indikasi dari sifat
mekanik miofibril dan jaringan ikat dengan bertambahnya umur ternak, terutama
10
Restraining box adalah sebuah alat fiksasi pemotongan sapi di RPH yang
berfungsi mengendalikan sapi sesaat sebelum pemotongan. Penggunaan
restraining box sebelum pemotongan diharapkan dapat menekan tingkat stres
pada sapi sebelum dipotong, baik akibat pengaruh lingkungan di RPH maupun
faktor-faktor lainnya, seperti pengangkutan dan penampungan sementara yang
padat (Anonymus 2007). Menurut Grandin (1991), restraining box adalah alat
yang digunakan untuk mengendalikan sapi sebelum disembelih agar tingkat stres
pada sapi dapat dikurangi. Pada prinsipnya, tingkat stres dapat diturunkan karena:
(1) saat sapi masuk ke dalam restraining box sapi tidak merasa takut karena
terhindar dari pengaruh lingkungan area penyembelihan. Hal tersebut penting
terutama bagi sapi yang cukup agresif; (2) untuk mengatasi terjangan kepala sapi
karena pandangan di sekeliling sapi tertutup penuh; (3) memudahkan dalam
merobohkan sapi tanpa perlakuan kasar; (4) stabilitas alat membuat sapi menjadi
11
lebih tenang dan mengatasi gerakan berontak yang tiba-tiba; dan (5) tekanan alat
pada sapi tidak menimbulkan kesakitan dan berlangsung cepat.