Hizam Algifari
NIM : J1A019051
B. Perubahan PH
Dalam keadaan masih hidup pH daging berkisar antara 6,7 – 7,2. Setelah
disembelih maka terjadi penurunan pH karena terjadi penimbunan asam laktat dalam
jaringan otot akibat proses glikolisis anaerob. Pada daging unggas (ayam) penurunan
akan mencapai nilai 5,8 – 5,9 setelah melewati fase pasca mortem selama 2 - 4 jam.
Penimbunan asam laktat akan berhenti setelah cadangan glikogen otot habis atau
setelah kondisi pH cukup rendah untuk menghentikan aktivitas enzim glikolitik di dalam
proses glikolisis anaerobik. Daging post mortem memiliki pH ultimat normal 5,5 yang
sesuai dengan titik isoelektrik sebagian besar protein daging termasuk protein miofibril.
Perubahan pH setelah post mortem dipengaruhi oleh faktor intrinsik yaitu spesies,
tipe otot dan variasi lainnya dari ternak, serta faktor ekstrinsik yaitu penanganan ternak
sebelum dipotong dan suhu penyimpanan daging. Laju penurunan pH karkas post mortem
akan cepat pada suhu penyimpanan yang tinggi, sedangkan temperatur rendah akan
menghambat laju penurunan pH. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap perubahan pH
post mortem ini adalah sebagai pengaruh langsung suhu terhadap laju glikolisis post
mortem.
Nilai akhir pH pada rentang 5:1 - 6.1, membuat struktur daging menjadi lebih
terbuka. Nilai akhir pH yang tinggi yaitu kisaran 6,2–7,2 menghasilkan struktur tertutup
dan kompak, warna merah gelap, flavor jelek serta memungkinkan pertumbuhan mikroba
menjadi lebih baik. Dan sebaliknya jika pH rendah, maka daging berwarna pucat, flavor
hambar, penetrasi garam dan bumbu baik serta umumnya daya awetnya juga baik.
SUMBER :
https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id/berita-populer/2017/74-perubahan-sifat-fisikomia-
daging-post-mortem.html
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PANG4221-M1.pdf