Oleh:
KELOMPOK A-3
Martha Tita (6103018003)
Steffi Elizabeth (6103018061)
Caroline Claudia (6103018071)
Kevin Kurniawan (6103018110)
Alysianawati (6103018113)
Ignatius Pratama (6103018159)
Daging adalah urat daging (otot) yang melekat pada kerangka tubuh.
Sedangkan karkas adalah potongan daging yang masih melekat pada tulangnya
tetapi sudah tidak memiliki kepala, jeroan dan kulit. Daging terdiri dari jaringan
otot. Jaringan otot terdapat tiga macam, yaitu jaringan otot rangka, jaringan otot
jantung, dan jaringan otot halus. Jaringan otot rangka adalah jaringan otot yang
menempel secara langsung atau tidak langsung pada tulang, yang menimbulkan
gerakan dan membentuk bentuk tubuh. Pada daging sapi komposisi kimiawi
terbesar adalah air dengan jumlah 65-80%(Burhan,2003). Banyak perlakuan yang
dapat mempengaruhi kandungan air dalam daging seperti pemanasan,
penggaraman, pembekuan, penggilingan. Selain air daging sapi juga mempunyai
kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 16-22%. Protein dalam daging sapi
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu stroma, miofibril dan sarkoplasma. Pada daging
sapi protein sangat berperan pada pengikatan air atau WHC karena daging sapi
dapat mengikat air. Pengikatan air ini sangat dipengaruhi oelh beberapa faktor
seperti pH yang turun, pH yang turun akan membuat pH daging menjadi dekat
dengan titik isoelektris. Titik isoelektris adalah titik dimana muatan dari suatu
molekul saling menetralkan dan titik isoelektris daging adalah 5,3-
5,9(Soeparno,2011). Jika daging berada dititik akan terjadi denaturasi protein
sarkoplasmik dan habisnya ATP dan karena terbentuknya kompleks aktin miosin.
Otot akan berkontraksi dan akan menghasilkan daging dengan panjang sarkomer
yang pendek, lebih banyak mengandung kompleks aktin miosin atau ikatan antar
filamen sehingga daging menjadi kurang empuk dan mempunyai WHC yang
rendah. Pada pemotongan daging sapi, setengah bagian sapi akan dipotong menjadi
lima bagian yaitu fore quarter atas yang terdapat chuck dan rib, fore quarter bawah
yang terdiri dari brisket dan short plat, hind quarter bagian pinggang yaitu short loin
dan sirloin, hind quarter bagian perut ada flank, dan yang terakhir ada hind bagian
paha yaitu round.
Mata
Ekor
BAB II
METODE
2.2.2. Bahan
1. Daging Sapi segar dan frozen
2. Karkas Ayam
3. Ikan
Pengamatan
Pengklasifikasian
Karkas
Pemisahan
A
A
Penimbangan
Pembandingan Presentase
Penghalusan Tabung
sentrifugasi
Pengocokan / vortex
Penutupan
Pemisahan
Supernatan
Pengukuran volume
Perhitungan KA
VOLUME AIR TERSERAP
WHC (%) = × 100%
BERAT DAGING (g)
Pemisahan
2 × 2 × 2 cm3 Pemotongan
Pengukuran pH
Pengamatan
Penggambaran
Pengamatan Kesegaran
Dressing
Penimbangan
Pembandingan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.3.2. Tekstur
Pada percobaan ini, sampel yang akan diuji adalah daging sapi, daging ayam
dan ikan gurami. Data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 3.4.
Kami juga menguji tekstur dari daging ayam bagian paha dan dada.Menurut
U.S. Department of Agriculture (2006), komposisi protein pada ayam bagian dada
sebesar 27,25 g/ 118g, sedangkan pada bagian paha 13,56 g/ 69 g.Pada daging
ayam, protein yang berperan memberikan keempukan adalah protein
kolagen.Kadar kolagen sebagai penyususun jaringan ikat otot mempengaruhi
kealotan atau keempukan daging(Purbowati dkk.,2006). Keempukan otot dada
lebih tinggi daripada otot paha karena otot dada merupakan otot pasif, mengandung
jaringan konektif lebih sedikit dan lebih berlemak. Otot paha yang lebihbanyak
gerak pada waktu masih hidup akanmengandung lebih banyak jaringan konektif
danmempunyai struktur miofibrilar yang lebih besar sehingga otot paha lebih alot
daripada otot dada. Keempukan daging juga ditentukan olehperlemakannya.
Selama pertumbuhan, deposisilemak terjadi diantara otot (intermuskular),
lapisanbawah kulit dan diantara serabut otot. Akumulasilemak dapat melarutkan
kolagen sehingga dagingmenjadi lebih lunak(Winarso, 2003). Dalam hal ini, dapat
disimpulkan bahwa data yang diperoleh sudah sejalan dengan teori yang ada yaitu
tekstur pada ayam bagian dada lebih empuk daripada bagian dada.
c. Ikan
Pengukuran Water holding capacitypada daging ikan menunjukan kadar WHC
yang tinggi yakni 51,5-54%. Dari percobaan kita dapat melihat, dari ketiga bahan
ikan memiliki kadar WHC paling tinggi. Hal ini dikarenakan lingkungan hidup ikan
itu sendiri yang berada di lingkungan berair. Selain itu di dalam ikan terdapat
protein yang jumlahnya cukup besar untuk memperangkap air tersebut. Kondisi
ikan pada saat penyembelihan berada pada fase rigor mortis dimana protein yang
terdiri atas aktin dan miosin, membentuk ikatan silang yang membuat daging
menjadi lebih mampu mengikat air dengan maksimal.
3.3.4. pH
Pengujian pH dilakukan pada semua sampel dengan menggunakan alat pH
meter.
Tabel 3.5. Nilai pH pada Daging dan Ikan
Ph RATA – RATA
BAHAN ULANG-
AN MENTAH REBUS MENTAH REBUS
I 6,16 5,95
DAGING SEGAR II 5,67 6,28 5,99 6,18
III 6,15 6,30
I 5,73 6,14
DAGING BEKU II 5,68 6,10 5,68 6,15
III 5,63 6,23
I 5,80
DADA AYAM II 5,87 5,86
III 5,92
I 5,79
PAHA AYAM II 5,88 5,84
III 5,84
I 6,5
IKAN 1(MEJA 2) II 6,7 6,5
III 6,31
I 5,68
IKAN 2 (MEJA 3) II 5,71 5,7
III 5,79
I 6,19
IKAN MEJA 1 II 6,03 6,66
III 6,76
Abubakar, 2003. Mutu karkas ayam hasil pemotongan tradisional dan penerapan
sistem hazzard analysis critical control point. Jurnal Litbang Pertanian, 22
vol. (1). Hlm: 34-35 Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Bahar, Burhan. 2003. Panduan Praktis Memilih Produk Daging Sapi. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sari, S. H., Septinova, D., dan Santosa, P. E. 2017. Pengaruh Lama Perendaman
dengan Larutan Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai Pengawet
terhadap Sifat Fisik Daging Broiler, Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan,
1(3): 10-15.
Soeparno, dkk. 2011. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press.