Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA

Oleh :
KELOMPOK 8
JAMARRUDIN (B1D 014 124)

JAMILUDIN (B1D 014 125)

JANIATUL SOFIANA (B1D 014 126)

JONI FIRMANSYAH (B1D 014 127)

JUMANUM (B1D 014 128)

JUMANUM (B1D 014 129)

JUMATIA AFTINI (B1D 014 130)

JUNARIAH (B1D 014 131)

JUNATI (B1D 014 132)

JUWAIDIN (B1D 014 133)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015
KATA PENGANTAR

           Puji syukur atas kehadirat alla SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulisan laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada dasarnya laporan ini berisi
tentang Menentukan Umur Ternak Sapi Potong, menghitung dan mengukur status faali ternak
sapi potong, dan Mengamati Kondisi Eksterior Ternak Sapi Potong.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing dan  para
Co. Assisten, yang telah membimbing kami baik dalam pelaksanaan praktikum maupun
dalam penyusunan laporan, Sehingga laporan ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
           Kami juga menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu,
kami berharap kritik dan saran baik dari Dosen Pembimbing, maupun dari teman-teman yang
bersifat membangun.

 Mataram, 5 Desember 2015

Penyusun

Kelompok 8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


KATA PENGANTAR  .........................................................................................................
DAFTAR ISI   ....................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang    ........................................................................................................
1.2 Tujuan dan Kegunaan    .........................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA    .........................................................................................
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM...............................................
3.1 Materi Praktikum ...........................................................................................
3.2 Metode Praktikum .........................................................................................
3.3 Tempat Dan Tanggal Praktikum    ......................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................
4.1 Hasil Praktikum ...................................................................................................
4.2 Pembahasan............................................................................................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................
5.2 Saran….....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................…......
LAMPIRAN…………………………………………………………………………..........
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi potong merupakan salah satu sumber daya  penghasilan bahan makanan berupa
daging yang nilai ekonomi tinggi dan penting  dalam  kehidupan  masyarakat.Ternak adalah
segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan diambil produksinya, berupa daging,dan
susu,. Produk tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis ternak, antara lain, kambing, sapi,
domba, dan kerbau,Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan
daging sebagai produk utamanya. Sementara ternak kerja yaitu ternka yang dipelihara untuk
diambil tenaganya.
Pemeliharaan sapi potong di Indonesia di lakukan secara ekstensif,semi
intensif,danintensif,Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang
hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat
gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengem-balaan dan
digembalakan sepanjang hari
Iklim di indonesia dalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang ditandai
dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus. Temperatur udara
berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55-100 persen. Suhu dan
kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak sehingga suhu tubuh,
respirasi dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi pakan menurun, akhirnya
menyebabkan produktivitas ternak rendah. Selain itu berbeda dengan factor lingkungan yang
lain seperti pakan dan kesehatan, maka iklim tidak dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh
manusia.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum


 1.2.1 Tujuan Praktikum
BAGIAN I PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK

Acara.1 Penentuan Umur Ternak

Untuk mengetahui perubahan gigi dan cara penentuan umur ternak berdasarkan
keadaan gigi.

Acara II Penentuan Suhu Tubuh

Untuk mengetahui suhu tubuh ternak potong sapi pada jenis kelamin, umur, dan suhu
lingkungan yang berbeda, serta melatih keterampilan dalam melakukan pengukuran.

Acara III Penentuan Frekuensi Respirasi

Untuk mempelajari fungsi respirasi pada ternak potong sapi, serta untuk melatih
keterampilan dalam mengukur frekwensi respirasi

BAGIAN II STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK

Acara I. Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) Tubuh

Untuk mengenal berbagai dimensi vital tubuh sapi dan kegunaannya, serta untuk
menentukan bobot badan dengan menggunakan rumus-rumus yang ada. Disamping itu untuk
melatih keterampilan dalam melakukan pengukuran secara cermat.
Acara II. Peimbangan Ternak

Untuk mengetahui bobot badan ternak. Disamping itu untuk melatih keterampilan
dalam melakukan penimbangan secara tepat.

1.2.2 Kegunaan Praktikum

BAGIAN I PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK

Acara.1 Penentuan Umur Ternak

Agar praktikan mengetahui perubahan gigi dan cara penentuan umur ternak
berdasarkan jumlah gigi yang di miliki oleh ternak tersebut.
praktikan  dapat mengetahui cara menimbang sapi dan mengetahui bobot badan
dengan melihat ukuran bagian-bagian tubuh ternak sapi potong.

Acara II Penentuan Suhu Tubuh


Agar praktikan mengetahui suhu tubuh ternak pada jenis kelamin, umur, dan suhu
lingkungan berbeda, serta melatih keterampilan dalam melakukan pengukuran.
Acara III Penentuan Frekuensi Respirasi
Agar praktikan mengetahui cara mengukur respirasi pada ternak  terse.

Agar praktikan mengetahui kondisi temperatur dan kelembaban kandang pada ternak
sapi potong Agar praktikan mengetahui denyut nadi pada ternak.

Agar praktikan mengetahui kondisi temperatur dan kelembaban kandang pada ternak
sapi potong.

BAGIAN II STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK

Acara I. Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) Tubuh

Agar praktikan mengetahui semua yang di praktikkan,khususnya kondisi ekstriorsapi

potong.

Acara II. Peimbangan Ternak

Agar praktikan mengetahui cara menimbang ternak, dan mengetahui bobot ternak dengan

menggunakan timbanga.
TINJAUAN PUSTAKA

Sapi bali yang depelihara secara tradisional dengan pakan hijauan berupa rumput-
rumputan dan hijauan konvensional memberikan pertambahan bobot  Universitas Sumatera
Utara badan yang rendah, yaitu 100-200 g/ekor/hari. Beberapa hasil penelitian  menyatakan
bahwa sapi bali cukup responsif dalam upaya perbaikan pakan.  Pemberian hasil samping
kelapa sawit yang diamoniasi  terbukti dapat  meningkatkan konsumsi bahan  kering ransum
dari 3,9 kg menjadi 4,3 kg dan meningkatkan pertambahan bobot badan  dari0,3 kg menjadi
0,4 kg/ekor/hari (Hasnudi, 2000).
Suhu tubuh sapi dipengaruhi oleh jenis, bangsa, umur, jenis kelamin, kondisi dan
aktivitasnya.  Kisaran tubuh normal pada sapi adalah 38,5-39,6 0C dengan suhu kritis 40oC
(Subronto, 2005).
Suhu lingkungan yang berubah-ubah menyebabkan ternak selalu berusaha untuk
menjaga suhu tubuhnya agar tetap, karena sapi adalah hewan homeothermis. Kisaran suhu
tubuh normal anak sapi 39,5-40ºC, sedangkan untuk sapi dewasa 38-39,5ºC (Sugeng, 2000).
Rata-rata frekuensi pernafasan sapi adalah 10-30 kali per menit. Pernafasan akan lebih
cepat pada sapi yang ketakutan, lelah akibat bekerja berat dan kondisi udara terlalu panas
(Sugeng, 2000).
Hewan yang sakit atau stress akan meningkat denyut jantungnya untuk waktu tertentu.
Semakin tinggi aktivitas yang dilakukan ternak, semakin cepat denyut nadinya. Hewan yang
mempunyai ukuran tubuh lebih kecil, denyut nadinya lebih besar daripada hewan yang
mempunyai ukuran tubuh besar (Frandson, 2002).
Respirasi adalah proses pertukaran gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik dan
kimis dalam tubuh organisme dalam lingkungan sekitarnya. Oksigen diambil dari udara
sebagai bahan yang dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme. Frekuensi respirasi
bervariasi tergantung antara lain dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh
tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu
lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh
untuk mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh hewan. SKelembaban udara
yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi.
Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada
dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya. Frekuensi denyut nadi bervariasi
tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa
hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada suhu
lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat(Housebanri ,2009).
       Mengukur panjang badan dapat dilakukan dengan cara menempatkan tongkat ukur bagian
permanen dibagian depan tulang persendian pada kaki depan dan cara membacanya harus
lurus, sehingga pengukuran yang dilakukan akurat (Susetyo, 2000).
Lingkar dada pada ternak menunjukkan berat badannya, di mana semakin panjang
lingkar dadanya maka semakin berat bobot badan ternak tersebut dan sebaliknya semakin
pendek lingkar dada suatu ternak maka berat badan ternak tersebut ringan atau ternak tersebut
kurang sehat/ kurus (Roche, 2001).
Adapun untuk menentukan umur sapi yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi
yang meliputi pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap, perecupan gigi seri, pergesekan,
dan bintang gigi. Jika gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi seri tetap dan sudah
merecup, berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2 sudah berganti dan merecup, berarti
umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3 sudah berganti dan merecup, umur sapi 3,5 tahun.
Jika semua gigi seri telah berganti (I4) dan merecup, umur sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda
pergesekan, berarti umur sapi 5 tahun. (Timan 2003).
BAB II
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

2.1 Materi Praktikum


   2.1.1  Alat-alat paktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1. stetoskop
2. Termometer
3. timbangan kapasitas 1000 kg
4. jam
5. pita ukur
6. tongkat ukur (jangka sorong)
7. Thermo Hygrometer
8. Temperatur ruang
9. Counter cek
10. Tabel Pencatatan Data 
 2.1.2 Bahan-bahan praktikum

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1. Ternak Sapi

2.2 Materi Praktikum

BAGIAN 1. PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK

Acara.1 Penentuan Umur Ternak

Materi praktikum adalah Ternak sapi, jantan dan betina dengan berbagi tingkat umur.

Acara II Penentuan Suhu Tubuh

Materi praktikum adalah sapi dewasa, masing-masing terdiri atas jantan dan betina. Semua
ternak ini dalam kondisi sehat dan bugar.

Acara III Penentuan Frekuensi Respirasi

Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapi, baik jantan maupun betina,
meliputi beberapa tingkat umur.

BAGIAN II STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK


Acara I. Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) Tubuh

Materi yang digunakan praktikum ini adalah sapi jantan dan betina dengan umur

muda/dewasa.

Acara II. Peimbangan Ternak

Materi yang digunakan praktikum ini adalah sapi jantan dan betina dengan umur

muda/dewasa.
2.3 Metode dan pelaksaan

BAGIAN I. PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK

AcaraI Penentuan Umur Ternak

Praktikum dilakukan dengan metode pengamatan langsung, yaitu dengan memeriksa

seta meraba keadaan gigi. Adapun lalngkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Sapi dimasukan ke kandang penjepit, diusahakan keadaanya tenang dan tidak

menjadi gelisah sehingga mempermudah pemeriksa.

2. Kuasailah bagian kepala sapi dengan melingkar kan sebelah lengan tangan

pada muka sapi, sekaligus cengkramlah kedua rahang bawah sapi sampai

mulut sapi ternganga sehingga giginya tampak, agar gigi sapi lebih jelas

terlihat, bukalah bibir bawahya.

3. Periksa dan rabalah permukaan gigi serinya hingga jelas terlihat dan terasa

keadaannya.

Acara II Penentuan Suhu Tubuh

Praktikum dilaksanakan menggunakan metode percobaan dengan pengukuran langsunng


melalui rektum (suhu rektal) terhadap berapa perlakuan berupa jenis kelamin, umur, variasi
suhu lingkungan,adapun langkah-langkah pelaksanaanya adalah sebagai berikut :

a. Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu didefinisikan dalam hal jenis/bangsa, jenis


kelamin, umur, berat badan, kondisi tubuh.
b. Hewan dikendalikan/diperlakuan agar tetap tenang, tidak gelisah, sehgga pengukuran
suhu tubuhnya dapat dilakukan dengan baik.
c. Pe ngukuran suhu tubuh hewan dilakukan per rektal, dalam hal ini, termometer harus
disiapkan terlebih dahuludengan cara dikibas-kibas untuk menurunkan permukaan air
raksanya sampai angka terendah, kemudian ujung termometer dicelupkan kedalam
pelicin (vaselin). Masukkan ujung termometer masuk kedalam rektum selama 2 meni,
perhatikan letak ujung termometer masuk kedalam mukosa rektum. Selanjudnya,
bacalah suhu yang ditunjukan termometer dengan melihat posisi permukaan air
raksanya.(pengukuran dilakukan pada sore hari).

Acara III Penentuan Frekuensi Respirasi

Praktikum dapat dilaksanakan dengan metode percobaan melalui pengamatan lansung


terhadap variabel-variabel jenis kelamin, umur ternak, danvariasi suhu lingkungan. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :

a) Hewan-hewan pengamatan telebih dahulu diidenfikasi dalm hal jenis/bangsah,


jenis kelamin, umur, berat badan, dan kondisi tubuh.
b) Hewan dikendalikan/diperlakukan agar tetap tenang, tidak gelisah, sehingga
pengukuran frekuensi respirasinya dapat dilakukan dengan baik, jika tersdia
kandang jepit maka sebaiknya (husus untuk sapi), dimasukan kekandang jepit
untuk memudahkan pengamatan.
c) Pengukuran respirasi frrekuensi hewan dilakukan dengan cara mendekatkan
punggung telapak tangan didepan hidung ternak. Hitunglah dengusan nafas
ternak dalam 1 menit.
d) Data yang diperoleh dari tiap pengamatan dikelompokan menurut jenis
kelamin, umur, dan perbedaan suhu lingkungan tempat pengamatan kemudain
lakukan analisis data menggunakan analisis statistik sederhana.

BAGIAN II. STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK


Acara I. Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) Tubuh

Beberapa definisi dan cara pengukuran dimensi vital tubuh sapi sebagai berikut :

1. Panjang badan, adalah jarak antar ujung sendi bahu (tulang skapula) dan ujung

bungkul (tulang duduk). Diukur menggunakan tongkat ukur (mistar ukur).


2. Tinggi gumba, adalah ukuran tinggi dari ternak brsangkutan. Diukur

menggunakan tongkat ukur dari bagian tinggi gumba ketanah mengikuti garis

tegak lurus.

3. Tinggi punggung, jarak lurus dari titik punggung yaitu pada rusuk ke-12

sampai kedasar mengikuti garis tegak lurus, menggunakan tongkat ukur.

4. Tinggi pinggul (kemudian), adalah ukuran tinggi tubuh bagian belakang.

Diukur menggunakan tongkat ukur dari titik tertinggi pinggul sampai kedasar

(tanah) mengikuti garis tegak lurus.

5. Lingkar dada, adalah ukuan yang menyatakaran besarnya tubuh ternak

bersangkutan. diukur menggunakan pita ukur mngikuti lingkaran dada tepat

dibelakang bahu melewati gumba. Pada sapi berponok tepat dibelakang ponok.

6. Dalam dada, adalah jarak antara puncak gumba dan tetapi bagian bawah

dada.diukur menggunakan tongkat ukur dari puncak gumba sampai tepi bagian

bawah dada mengikuti garis tegak lurus

7. Lingkar perut, adalah ukuran yang menyatakan ukuran perut ternak

bersangkutan. Diukur menggunakan pita ukur mengikuti lingkaran perut tepat

diantara rusuk ke 12 dan 13.

8. Lingkar flank, adalah ukuran yang menyatakan besarnya lingkar flank ternak.

Diukur menggunakan pita ukur mengikuti lingkar flank tepatdibelakang

lumbalis 5.

9. Panjang paha, adalah jarak lurus dari persendian tulang metakarsal sampai

dengan tulang lumbalis 5 (pada titik tertinggi pinggul),diukur dengan

menggunakan tongkat ukur.

10. Lingkar paha, adalah ukuran yang menyatakan besarnya paha ternak, diukur

dengan pita ukur mengikuti lingkar paha, tepat di tengah-tengah tulang tibia.
11. Lebar dada, adalah jarak terpendek adalah bagian lateral skapula (tulang bahu)

kiri dan kanan dinyatakan dalam sentimeter (Cm). Diukur dengan

menggunakan jangka sorong mengikuti garis horizontal antart tepi luar

persendian bahu kiri dan kanan.

12. Lebar kepala, adalah jarak antara pipi kiri dengan pipi kanan tepat diatas mata

ternak, diukur dengan menggunakan pita ukur.

13. Panjang kepala, adalah jarak lurus dari titik tertinggi kepala sampai

kemoncong ternak, diukur dengan pita ukur.

14. Panjang metakarpal, adalah jarak lurus antara persendian bahu dan persendian

teracak (digiti), diukur menggunakan pita uku.

15. Lingkar metakarpal, adalah ukuran yang menyatakan besarnya lingkar

metakarpal ternak bersangkutan, diukur dengan melinkarkan pita ukur persis

ditengah-tengah tulang canon, menggunakan pita ukur.

16. Lebar pinggul (kemudian), adalah jarak antara tepi sendi paha kiri dan kanan.

Diukur menggunakan tongkat ukur.

17. Panjang metakarsal, adalah jarak lurus antara npersendian paha dan persendian

teracak (degiti), diukur menggunakan pita ukur.

18. Lingkar metakarsal, adalah ukuan yang menyatakan besarnya lingkar

metakarsal ternak bersangkutan, diukur dengan melingkarkan pita ukur persis

ditengah-tengah tulang canon, diukur menggunakan pita ukur

19. Indeks kepala, merupakan prbandingan antara lebar kepala dengan panjang

kepala ternak bersangkutan.

Acara II. Peimbangan Ternak

Ternak dinaikan keatas timbangan ternak lalu ditimbang bobot badan ternak

menggunakan timbangan yang ada di Teaching Farm Lingsar.


2.3 tempat dan tanggal praktikum

2.3.1 Tempat Praktikum :

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboraturium Terapan ( Teacing Farm )


Fakultas Peternakan,kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

2.3.2 Tanggal Praktikum :


Adapun praktikum ini dilaksanakan pada tanggal Kamis 27, November 2014

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum

3.1.1 IDENTITAS TERNAK

No No Ternak Jenis kelamin Umur ternak


1 I jantan 1½-2 Tahun
2 II Jantan
3 IV Betina 3½-4½ Tahun
4 V Jantan 2-2½ Tahun
5 VII jantan 1½-2 Tahun

3.1.2 HASIL PENGAMATAN

a. Bobot Badan    

No Ternak Bobot badan (Kg)


1 Sapi I 225
2 Sapi II 143
3 Sapi IV 226
4 Sapi V 189
5 Sapi VII
   

                   

b. Bobot Badan eistimasi (pita ukur)

No Ternak Bobot badan (Kg)


1 Sapi I 330
2 Sapi II 198
3 Sapi IV 249
4 Sapi V 253
5 Sapi VII

c. selisih bobot badan dengan bobot badan eistimasi

No Ternak Selisih (Kg)


1 Sapi I 105
2 Sapi II 55
3 Sapi IV 23
4 Sapi V 69
5 Sapi VII

d. Ukuran-ukuran tubuh ternak   :

Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Rata-


No Bagian Tubuh Sapi I Sapi II Sapi IV Sapi V sapi VII rata
(Cm) (Cm) (Cm) (Cm) (Cm) (Cm)
1 Panjang Badan 144 94 103 104 110 111
Panjang
2 37 32 33 37 42 36,2
Kepala
3 Panjang 27 25 31 31 19 26,6
Metakarpal
Panjang
4 33 42 35 34 36 36
Metakarsal
5 Panjang Paha 85 60 73 85 62 73
6 Lebar Kepala 20 16 14 21 19 18
7 Lebar Dada 32 28 39 30 29 31,6
8 Lebar Pinggul 42 30 38 33 34 35,4
9 Tinggi Gumba 114 108 108 106 113 109,8
Tinggi
10 111 105 104 104 111 107
Punggung
11 Tinggi Pinggul 113 106 106 105 112 108,4
12 Lingkar Dada 160 132 146 147 162 149,4
13 Lingkar Perut 175 147 167 169 172 166
14 Lingkar Flank 150 131 139 145 151 143,2
15 Lingkar Paha 85 68 66 80 39 67,6
Lingkar
16 25 13 15 15 14 16,4
Metakarpal
Lingkar
17 35 15 18 17 19 20,8
Metakarsal
18 Dalam Dada 62 27 58 58 60 53
19 Indeks Kepala 0,54 0,5 0,42 0,56 0,4 0,484

3.2 DATA STATUS FAALI TERNAK

Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran


No Parameter Rata-rata
sapi I sapi II sapi IV sapi V sapi VII
Suhu Tubuh
1 38 39,4 38,5 38,5
Ternak (C)
Respirasi
2 24 23 28 23
(kali/menit)
Denyut
3 jantung 26 28 28 24
(kali/menit)
3.3 DATA LINGKUNGAN

Mulai Praktikum, Sore Selsai Praktikum, Sore


No Parameter
(jam 15.20) (jam 16.40)
Temperatur
2 29 28
Kandang (C)
Kelembaba K
3 90 94
andang (C)

3.4 PENGAMATAN EKSTERIOR DAN GIGI GELIGI TERNAK

Ciri-ciri sapi bali :

1. Warna buluh hitam mengkilap.


2. Memiliki garis belut di punggung dari gumba sampai pangkal ekor.
3. Mem iliki tanduk besar, dengan struktur tanduk melengkung kebelakang dan ada yang
melengkung keatas.
4. Warna buluh pada pantat berwarna putuih.
5. Ekor panjang, memiliki buluh diujung ekor yang berwarna hitam mengkilap.
6. Meliki buluh putih pada metakarpal dan metakarsal.
7. Warna kuku hitam.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 BAGIAN I PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK


4.1.1 Acara.1 Penentuan Umur Ternak

Cara penentuan umur ternak berdasarkan jumlah gigi dengan melihat jumlah giginya.

Ternak Sapi potong yaitu ternak ruminansia dengan  tujuan pemeliharaannya untuk
menghasilkan daging. Sedangkan ternak kerja adalah ternak yang tujuan utamanya untuk di
manfaatkan  tenaganya.

Sapi potong dan kerja dapat kita ketahui dan menentukan umurnya dengan cara
melihat catatan kronologinya,lingakaran yang ada pada tanduk atau cincin tanduk dapat pula
dilahat dengan cara menghitung jumlah perubahan gigi. Jika jumlah cincin tanduknya 2 dapat
di perkirakan bahwa  sapi tersebut berumur 3 tahun. Sedangkan jika terdapat 2 gigi lebar (I I)
berarti dapat diperkirakan berumur  2 tahun, jika 4 gigi lebar ( I 2) dapat diperkirakan
berumur 2 – 2 1/2 , jika terdapat ada 6 gigi lebar (I 3) berarti diperkirakan umur 2½ - 3 ½
tahun, jika 8 gigi lebar (I 4) berarti diperkirakan berumur 31/2 – 41/2 tahun, I 0: Sapi Umur 1-
11/2 tahun, dan gigi tua : Sapi umur > 9 tahun, jadi dengan mengetahui keterangan tersebut
kita dapat memperkirakan umur suatu ternak sapi, begitu pula dengan ternak potong dan kerja
lainnya.

4.1.2 Acara II Penentuan Suhu Tubuh

Menghitung suhu tubuh ternak sapi potong pada jenis kelamin, umur, dan suhu
lingkungan berbeda.

Ternak Sapi potong adalah ternak ruminansia yang tujuan pemeliharaannya untuk
menghasilkan daging. Sedangkan ternak kerja adalah ternak yang tujuan utamanya untuk di
manfaatkan tenaganya.

Pada umumnya Suhu tubuh pada ternak sapi potong tergantungn pada jenis kelamin,
umur dan suhu lingkungan. Dalam keadaan normal suhu tubuh ternak dapat bervariasi karena
adanya perbedaan jenis kelamin,umur,suhu lingkungan, aktivitas, aktivitasyang di lakukan
oleh sapi tersebut. Suhu normal adalah panas tubuh dalam zone thermoneutral pada aktivitas
tubuh terendah. Variasi normal suhu tubuh akan berkurang bila mekanisme thermoregulasi
telah bekerja sempurna dan hewan telah dewasa. Sehingga ketika dilihat suhu rektal sapi
potong jantan dipagi hari dan sore hari berbeda, dapat dikatakan pula bahwa hal tersebut
dikarenakan beberapa faktor yaitu aktivitas, iklim, suhu kandang yang yang berubah.

Salah satu cara untuk mendapatkan gambaran mengenai suhu tubuh adalah dengan
melihat suhu rectal dengan pertimbangan bahwa rectal merupakan tempat pengukuran terbaik
dan dapat mewakili suhu tubuh secara keseluruhan sehingga dapat disebut sebagai suhu
tubuh.

4.1.3 Acara III Penentuan Frekuensi Respirasi

Fungsi respirasi pada ternak sapi potong.

Respirasi adalah proses pertukaran gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik dan
kimiawi dalam tubuh organisme pada lingsskungan sekitarnya. Oksigen diambil dari udara
sebagai bahan yang dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme. Frekuensi respirasi
bervariasi tergantung dari besar badan, aktifitas tubuh,umur dan penuh tidaknya rumen.
Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu lingkungan.
Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya mekanisme tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis dalam tubuh hewan. Kelembaban udara yang tinggi
disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi.

Pada saat penghitungan respirasi sapi potong diwaktu pagi dan sore berbeda, dimana
respirasi di pagi hari lebih rendah dibandingkan sore hari, hal itu dikarenakan pula adanya
beberapa faktor yang sama halnya dengan suhu tubuh, dan denyut nadi pada ternak potong
sapi, misalnya kelelahan, aktivitas dan isi rumen ternak sapi potong saat itu.

Menghitung denyut nadi/jantung pada ternak sapi potong.

Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada
dinding rongga dada. Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur,
kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi
yang lebih frekuensi dari pada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi
meningkat. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan respirasi yang menyebabkan
meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga dibutuhkan darah lebih banyak untuk
mensuplai O2 dan nutrient melalui peningkatan aliran darah dengan jalan peningkatan denyut
nadi.
Frekuensi denyut sapi pada pagi dan sore hari berbeda dikarenakan pula oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi suhu dan respirasi pada ternak potong.Setres juga dapat di jadikan
sebagai salah satu faktor yang dapat  mempengaruhi berubahnya denyut nadi ternak

Mengukur temperatur dan kelembaban kandang pada ternak sapi potong.

Suhu dan kelembaban udara merupakan dua komponen iklim yang paling penting
yang harus diperhatikan,karena keduanya sangat mempengaruhi kondisi fisiologi ternak. Suhu
lingkungan terutama kandang sangat mempengaruhi respirasi, denyut nadi, dan suhu rektal
pada ternak. Suhu lingkungan terutama suhu kandang  yang tunggi dapat menurunkan nafsu
makan dan menambah kebutuhan air.Bila hal ini akan terus terjadi akan menghambat laju
pertumbuhan dan menurunkan reproduksi ternak. Suhu dalam kandang yang baik yaitu rat-
rata 33ºC dengan kelembaban 75%.

Pada pengamatan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan temperatur kandang
dan kelembaban kandang pada pagi hari berbeda dengan sore hari, dimana temperatur dan
kelembaban pada pagi hari lebih tinggi dari pada sore hari, hal tersebut dikarenakan oleh
faktor iklim. Namun dapat dikatakan temperatur dan kelembaban kandang tersebut cukup
baik atau normal.

3.2 BAGIAN II STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK


3.2.1 Acara I. Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) Tubuh

Pengukuran tubuh ternak dapat di ukur dengan pita ukur dan tongkat ukur

3.2.2 Acara II. Peimbangan Ternak

Cara menimbang berat sapi dan mengetahui bobot badan dengan cara mengukur tubuh
sapi dengan teliti dan akurat.

Mengetahui bobot badan ternak sapi potong adalah hal yang sagat penting untuk
diketahui guna melihat kebutuhan pakan ataupun kesehatan ternak. Penimbangan merupakan
hal yang paling tepat dalam mengetahui bobot badan ternak, tetapi bobot badan ternak juga
dapat diperkirakan atau diduga dengan cara mengukur bagian-bagian tubuh ternak atau
disebut dengan cara manual. Bagian-bagian ukuran tubuh ternak yang dapat digunakan dalam
menduga bobot badan yaitu lingkar dada, tinggi pundak, panjang badan, dalam dada serta
tinggi dan lebar kemudi atau pinggul.

3.3 Mengamati Eksterior Dan Gigi Gerigi Ternak

Mempelajari kondisi eksterior tubuh ternak sapi potong.

Sapi adalah ternak ruminansia yang dapat ditemui di seluruh belahan dunia. Sapi bali
merupakan domestikal dari banteng(Bibos sondaicus). Pada saat pedet, tubuhnya berwarna
merah bata. Sementara ketika dewasa, sapi betina tetap berwarna merah bata, sedangkan sapi
jantan berubah menjadi kehitam-hitaman mengkilap. Terdapat warna putih pada metakarpal,
metakarsal dan pada pantatnya, dan garis belut pada punggung (aals streep). Memiliki tanduk
besar.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Suhu lingkungan atau suhu kandang, aktivitas, jenis kelamin, umur, isi rumen dan
kelelahan, dapat mempengaruhi suhu tubuh, respirasi dan denyut nadi pada ternak sapi
potong.

Umur ternak dapat diperkirakan dengan cara melihat jumlah gigi, dan cicin tanduknya

Bobot badan ternak sapi potong dapat diperkirakan dengan cara mengukur bagian
tubuh ternak sapi.

Keadaan eksterior ternak sapi potong yang tidak bermasalah seperti mata bersinar,
kuku yang bersih, hidung tidak ingusan, dan dapat di simpulkan bahwa sapi yang di amati
dalam kondisi yang sehat.

5.2 Saran

Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati saat melakukan praktikum ternak


potong agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Di harapkan pada praktikan supaya tidak ribut pada saat praktikum berlangsung agar
ternak supaya ternak tenang dan tidak mengalami stress. 
DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press 

Hasanudi. 2000. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. FP-USU : Medan 

Housebandry. 2009. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis Ternak. Yogyakarta.


(Diterjemahkan oleh: Koen Praseno). 

Roche. 2001. Pengukuran Berat Badan Ternak berdasarkan Performance. Yogyakarta:


Dinas       Peternakan    Provinsi DIY.

Subronto. 2005. Ilmu Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Sugeng, Y. B. 2000. Ternak Potong dan Kerja. Edisi I. CV. Swadaya : Jakarta

Susetyo. 2000. Performance Tubuh Ternak. Jakarta: Cv.Yasaguna

Timan. 2003. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis.

Anda mungkin juga menyukai