Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA

Oleh :

ANDIK IRAWA DANU (B1D021068)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat alla SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulisan laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada dasarnya laporan ini berisi
tentang Menentukan Umur Ternak Sapi Potong, menghitung dan mengukur status faali ternak
sapi potong, dan Mengamati Kondisi Eksterior Ternak Sapi Potong.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam penyusunan
laporan,Sehingga laporan ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu,
kami berharap kritik dan saran baik dari Dosen Pembimbing, maupun dari teman-teman yang
bersifat membangun.

Mataram, 10 November 2023

Penyusun :

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................1


KATA PENGANTAR .............................................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang... ......................................................................................................5
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum..............................................................................5
1.2.1 Tujuan Praktikum..............................................................................................5
1.2.2 Kegunaan Praktikum.........................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................6
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM..............................................................8
3.1 Tempat Dan Tanggal Praktikum ............................................................................
3.2 Materi Praktikum ....................................................................................................10
3.3 Metode Praktikum ..................................................................................................11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................13
4.1 Hasil Praktikum ......................................................................................................13
4.2 Pembahasan.............................................................................................................16
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................21
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................21
5.2 Saran…....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................…......22
LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Produksi Ternak Potong dan Kerja adalah Ilmu yang mempelajari
peranan ternak potong dan kerja dari segi sosioekonomi sebagai penghasil daging,
ternak kerja dan faktor-faktor fisik, status faali, bentuk ekterior ternak dan lain
sebagainya, yang dapat mempengaruhi aktivitas dan pertumbuhan ternak.

Ternak potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging
sebagai produk utamanya. Sementara ternak kerja yaitu ternak yang dipelihara untuk
diambil tenaganya.

Produktivitas ternak dicerminkan oleh penampilannya ( performance),


sedangkan penampilan ternak merupakan manifestasi pengaruh genetik dan
lingkungan ternak secara bersama. Penampilan ternak dalam setiap waktu adalah
perpaduan dari sifat genetik dan lingkungan yang diterimanya. Ternak dengan sifat
genetik baik tidak akan mengekspresikan potensi genetiknya tanpa didukung oleh
lingkungan yang menunjang. Bahkan telah diketahui bahwa dalam membentuk
penampilan, lingkungan berpengaruh lebih besar dari pada sifat genetik ternak
Sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasilan bahan makanan
berupa daging yang nilai ekonomi tinggi dan penting dalam kehidupan masyarakat.
Pemeliharaan sapi potong di Indonesia di lakukan secara ekstensif, semi intensif dan
intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang
hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin
sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang
pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari
Iklim di indonesia dalah Super Humid atau panas basah yaitu klimat yang
ditandai dengan panas yang konstan, hujan dan kelembaban yang terus menerus.
Temperatur udara berkisar antara 21.11°C-37.77°C dengan kelembaban relatir 55-100
persen. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi akan menyebabkan stress pada ternak
sehingga suhu tubuh, respirasi dan denyut jantung meningkat, serta konsumsi pakan
menurun, akhirnya menyebabkan produktivitas ternak rendah. Selain itu berbeda
dengan factor lingkungan yang lain seperti pakan dan kesehatan, maka iklim tidak
dapat diatur atau dikuasai sepenuhnya oleh manusia.

4
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.2.1 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu:

A. Bagian 1
1. Mempelajari perubahan gigi dan menentukan umur ternak berdasarkan
jumlah gigi lebar.
2. Mempelajari fungsi respitasi pada ternak sapi potong, serta untuk melatih
keterampilanm dalam melakukan pengukuran frekuensi respiorasi.
3. Mempelajari cara menentukan jenis kelamin, umur ternak dan suhu
lingkungan, serta melatih keterampilan dalam melakukan perhitungan
denyut jantung.
A. Bagian 2
1. Untuk mengenal berbagai dimensi vital tubuh sapi dan kegunaannya serta
untuk menentukan bobot badan dengan cara menggunakan rumus-rumus
yang ada dan juga untuk melatih keterampilan dalam melakukan
pengukuran secara baik dan benar.
2. Mempelajari cara memperkirakan berat badan ternak menggunakan
rumus-rumus perhitungan estimasi berat badan.

1.2.2 Kegunaan Praktikum

Adapun kegunaan dalam praktikum ini yaitu:

A. Bagian 1
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang perubahan gigi dan bisa menentukan
umur ternak berdasarkan jumlah gigi lebar
2. Agar mahasiswa mengetahui fungsi respitasi pada ternak sapi potong, serta
bisa melakukan pengukuran frekuensi respiorasi.
3. Agar mahasiswa dapat menentukan jenis kelamin, umur ternak dan suhu
lingkungan, serta bisaterampil dalam melakukan perhitungan denyut
jantung

B. Bagian 2
1. Agar mahasiswa mengenal berbagai dimensi vital tubuh sapi dan
kegunaannya serta bisa menentukan bobot badan dengan cara
menggunakan rumus-rumus yang ada dan juga bisa terampil dalam
melakukan pengukuran secara baik dan benar.
2. Agar mahasiswa bisa memperkirakan berat badan ternak menggunakan
rumus-rumus perhitungan estimasi berat badan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan umur sapi berdasarkan gigi seri tetap yaitu poel 1, perkiraan umur ternak
1,5-2 tahun, poel 2 perkiraan umur ternak 2,5 tahun-3 tahun, poel 3 perkiraan umur ternak
3,25 tahun-4 tahun dan poel 4 perkiraan umur ternak lebih dari 4 tahun (yulionto dan
Saparinto,2014.)
Suhu tubuh sapi dipengaruhi oleh jenis, bangsa, umur, jenis kelamin, kondisi dan
aktivitasnya. Kisaran tubuh normal pada sapi adalah 38,5-39,6 0C dengan suhu kritis 40oC
(Subronto, 2005).
Suhu lingkungan yang berubah-ubah menyebabkan ternak selalu berusaha untuk
menjaga suhu tubuhnya agar tetap, karena sapi adalah hewan homeothermis. Kisaran suhu
tubuh normal anak sapi 39,5-40ºC, sedangkan untuk sapi dewasa 38-39,5ºC (Sugeng, 2000).
Rata-rata frekuensi pernafasan sapi adalah 10-30 kali per menit. Pernafasan akan lebih
cepat pada sapi yang ketakutan, lelah akibat bekerja berat dan kondisi udara terlalu panas
(Sugeng, 2000).
Hewan yang sakit atau stress akan meningkat denyut jantungnya untuk waktu tertentu.
Semakn tinggi aktivitas yang dilakukan ternak, semakin cepat denyut nadinya. Hewan yang
mempunyai ukuran tubuh lebih kecil, denyut nadinya lebih besar daripada hewan yang
mempunyai ukuran tubuh besar (Frandson, 2002).
Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang dirambatakan pada
dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya. Frekuensi denyut nadi bervariasi
tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa
hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada suhu
lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat(Housebanri ,2009).
Mengukur panjang badan dapat dilakukan dengan cara menempatkan tongkat ukur bagian
permanen dibagian depan tulang persendian pada kaki depan dan cara membacanya harus
lurus, sehingga pengukuran yang dilakukan akurat (Susetyo, 2000).
Lingkar dada pada ternak menunjukkan berat badannya, di mana semakin panjang
lingkar dadanya maka semakin berat bobot badan ternak tersebut dan sebaliknya semakin
pendek lingkar dada suatu ternak maka berat badan ternak tersebut ringan atau ternak tersebut
kurang sehat/ kurus (Roche, 2001).
Adapun untuk menentukan umur sapi yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi
yang meliputi pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri tetap, perecupan gigi seri, pergesekan,

6
dan bintang gigi. Jika gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi seri tetap dan sudah
merecup, berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2 sudah berganti dan merecup, berarti
umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3 sudah berganti dan merecup, umur sapi 3,5 tahun.
Jika semua gigi seri telah berganti (I4) dan merecup, umur sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda
pergesekan, berarti umur sapi 5 tahun. (Timan 2003)

7
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Tanggal Traktikum


3.1.1 Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di kandang ternak Desa


Rarang ,kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur

3.1.2 Tanggal Praktikum :


Adapun praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 8 November 2020

3.2 Materi Praktikum


3.2.1 Alat-alat paktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

1. Meteran
2. Tali rapia
3. Stopwatch
4. Thermometer
3.2.1 Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dua ekor
sapi
3.3 Metode dan Pelaksaan

BAGIAN I. PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK

Acara I Penentuan Umur Ternak

Praktikum dilakukan dengan metode pengamatan langsung, yaitu dengan

memeriksa serta meraba keadaan gigi. Adapun lalngkah-langkah pelaksanaannya

adalah sebagai berikut :

1. Sapi dimasukan ke kandang penjepit, diusahakan keadaanya tenang dan tidak

menjadi gelisah sehingga mempermudah pemeriksa.

8
2. Kuasailah bagian kepala sapi dengan melingkar kan sebelah lengan tangan

pada muka sapi, sekaligus cengkramlah kedua rahang bawah sapi sampai

mulut sapi ternganga sehingga giginya tampak, agar gigi sapi lebih jelas

terlihat, bukalah bibir bawahya.

3. Periksa dan rabalah permukaan gigi serinya hingga jelas terlihat dan terasa

keadaannya.

Acara II Penentuan Suhu Tubuh

Praktikum dilaksanakan menggunakan metode percobaan dengan pengukuran


langsunng melalui rektum (suhu rektal) terhadap berapa perlakuan berupa jenis
kelamin, umur, variasi suhu lingkungan,adapun langkah-langkah pelaksanaanya
adalah sebagai berikut :

a. Hewan-hewan pengamatan terlebih dahulu didefinisikan dalam hal jenis/bangsa,


jenis kelamin, umur, berat badan, kondisi tubuh.
b. Hewan dikendalikan/diperlakuan agar tetap tenang, tidak gelisah, sehgga
pengukuran suhu tubuhnya dapat dilakukan dengan baik.
c. Pengukuran suhu tubuh hewan dilakukan per rektal, dalam hal ini, termometer
harus disiapkan terlebih dahulu dengan cara dikibas-kibas untuk menurunkan
permukaan air raksanya sampai angka terendah, kemudian ujung termometer
dicelupkan kedalam pelicin (vaselin). Masukkan ujung termometer masuk kedalam
rektum selama 2 meni, perhatikan letak ujung termometer masuk kedalam mukosa
rektum. Selanjudnya, bacalah suhu yang ditunjukan termometer dengan melihat
posisi permukaan air raksanya.(pengukuran dilakukan pada sore hari).
Acara III Penentuan Frekuensi Respirasi

Praktikum dapat dilaksanakan dengan metode percobaan melalui pengamatan


lansung terhadap variabel-variabel jenis kelamin, umur ternak, danvariasi suhu
lingkungan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :

a) Hewan-hewan pengamatan telebih dahulu diidenfikasi dalm hal jenis/bangsah,


jenis kelamin, umur, berat badan, dan kondisi tubuh.

9
b) Hewan dikendalikan/diperlakukan agar tetap tenang, tidak gelisah, sehingga
pengukuran frekuensi respirasinya dapat dilakukan dengan baik, jika tersdia
kandang jepit maka sebaiknya (husus untuk sapi), dimasukan kekandang jepit
untuk memudahkan pengamatan.
c) Pengukuran respirasi frrekuensi hewan dilakukan dengan cara mendekatkan
punggung telapak tangan didepan hidung ternak. Hitunglah dengusan nafas
ternak dalam 1 menit.
d) Data yang diperoleh dari tiap pengamatan dikelompokan menurut jenis
kelamin, umur, dan perbedaan suhu lingkungan tempat pengamatan kemudain
lakukan analisis data menggunakan analisis statistik sederhana.
Acara IV Penentuan Denyut Nadi/Denyut Jantung
a) Pengukuran dilakukan dengan penekanan pada arteri femoralis sebelah medial
bahu kiri.
b) Menghitung denyut nadi selama 1 menit

BAGIAN II. STRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK

Acara I. Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) Tubuh

Beberapa definisi dan cara pengukuran dimensi vital tubuh sapi sebagai berikut :

1. Panjang badan, adalah jarak antar ujung sendi bahu (tulang skapula) dan ujung

bungkul (tulang duduk). Diukur menggunakan tongkat ukur (mistar ukur).

2. Tinggi gumba, adalah ukuran tinggi dari ternak brsangkutan. Diukur

menggunakan tongkat ukur dari bagian tinggi gumba ketanah mengikuti garis

tegak lurus.

3. Tinggi punggung, jarak lurus dari titik punggung yaitu pada rusuk ke-12

sampai kedasar mengikuti garis tegak lurus, menggunakan tongkat ukur.

10
4. Tinggi pinggul (kemudian), adalah ukuran tinggi tubuh bagian belakang.

Diukur menggunakan tongkat ukur dari titik tertinggi pinggul sampai kedasar

(tanah) mengikuti garis tegak lurus.

5. Lingkar dada, adalah ukuan yang menyatakaran besarnya tubuh ternak

bersangkutan. diukur menggunakan pita ukur mngikuti lingkaran dada tepat

dibelakang bahu melewati gumba. Pada sapi berponok tepat dibelakang ponok.

6. Dalam dada, adalah jarak antara puncak gumba dan tetapi bagian bawah

dada.diukur menggunakan tongkat ukur dari puncak gumba sampai tepi bagian

bawah dada mengikuti garis tegak lurus

7. Lingkar perut, adalah ukuran yang menyatakan ukuran perut ternak

bersangkutan. Diukur menggunakan pita ukur mengikuti lingkaran perut tepat

diantara rusuk ke 12 dan 13.

8. Lingkar flank, adalah ukuran yang menyatakan besarnya lingkar flank ternak.

Diukur menggunakan pita ukur mengikuti lingkar flank tepatdibelakang

lumbalis 5.

9. Panjang paha, adalah jarak lurus dari persendian tulang metakarsal sampai

dengan tulang lumbalis 5 (pada titik tertinggi pinggul),diukur dengan

menggunakan tongkat ukur.

10. Lingkar paha, adalah ukuran yang menyatakan besarnya paha ternak, diukur

dengan pita ukur mengikuti lingkar paha, tepat di tengah-tengah tulang tibia.

11. Lebar dada, adalah jarak terpendek adalah bagian lateral skapula (tulang bahu)

kiri dan kanan dinyatakan dalam sentimeter (Cm). Diukur dengan

menggunakan jangka sorong mengikuti garis horizontal antart tepi luar

persendian bahu kiri dan kanan.

11
12. Lebar kepala, adalah jarak antara pipi kiri dengan pipi kanan tepat diatas mata

ternak, diukur dengan menggunakan pita ukur.

13. Panjang kepala, adalah jarak lurus dari titik tertinggi kepala sampai

kemoncong ternak, diukur dengan pita ukur.

14. Panjang metakarpal, adalah jarak lurus antara persendian bahu dan persendian

teracak (digiti), diukur menggunakan pita uku.

15. Lingkar metakarpal, adalah ukuran yang menyatakan besarnya lingkar

metakarpal ternak bersangkutan, diukur dengan melinkarkan pita ukur persis

ditengah-tengah tulang canon, menggunakan pita ukur.

16. Lebar pinggul (kemudian), adalah jarak antara tepi sendi paha kiri dan kanan.

Diukur menggunakan tongkat ukur.

17. Panjang metakarsal, adalah jarak lurus antara npersendian paha dan persendian

teracak (degiti), diukur menggunakan pita ukur.

18. Lingkar metakarsal, adalah ukuan yang menyatakan besarnya lingkar

metakarsal ternak bersangkutan, diukur dengan melingkarkan pita ukur persis

ditengah-tengah tulang canon, diukur menggunakan pita ukur

19. Indeks kepala, merupakan prbandingan antara lebar kepala dengan panjang

kepala ternak bersangkutan.

Acara II. Penimbangan Ternak

Menggunakan ukuran- ukuran tubuh,kemudian hasil ukuran di masukkan

dalam rumus yang ada.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


4.1.1 IDENTITAS TERNAK

No No Ternak Jenis kelamin Umur ternak


1 I Jantan 1,2 Tahun
2 II Jantan 1,2 Tahun

4.1.2 STATUS FAALI TERNAK

NO. Parameter Ukuran sapi I Ukuran sapi 2

1 Suhu Tubuh 37,7oC 37oC


Ternak

2 Respirasi 21 kali/menit 25 kali/menit


(kali / menit)

3 Denyut nadi 62 kali/menit 60 kali/menit


(kali / menit)

4.1.3 DATA LINGKUNGAN

Mulai Praktikum Selsai Praktikum


No Parameter
(15:15) (16:30)
Temperatur Kandang
1 35 36
(oC)
Kelembaban
2 90 92
Kandang (%)

13
4.1.4 PENGAMATAN EKSTERIOR DAN GIGI GELIGI TERNAK

Ternak Sapi Ukuran I

1. Warna mata hitam


2. Warna ternak coklat
3. Kondisi sapi sedang bunting
4. Kondisi bulu tebal
5. Tanduk ternak pendek keluar kepala
6. Kepala panjang dan lebar
7. Warna hidung hitam
8. Warna kaki putih
9. Ada 4 gigi lebar
Ternak Sapi Ukuran II

1. Bola mata berwarna hitam


2. Warna ternk coklat
3. Kondisi sapi bunting
4. Bagian hidung berwarna hitam
5. Kaki dan pantat berwarna putih
6. Kondisi bulu tebal
7. Ada 4 gigi lebar
4.1.5 HASIL PENGUKURAN

N BAGIAN TUBUH UKURAN SAPI I UKURAN SAPI II


O
1 Panjang badan 140 127
2 Panjang kepala 41 30
3 Panjang metakarpal 31 27
4 Panjang metakarsal 41 37
5 Panjang paha 80 70
6 Lebar kepala 25 20
7 Lebar dada 43 39
8 Lebar pinggul 43 39
9 Tinggi gumba 155 110
10 Tinggi punggung 130 115

14
11 Tinggi pinggul 131 116
12 Lingkar dada 165 120
13 Lingkar perut 187 186
14 Lingkar flank 161 115

15 Lingkar paha 55 47
16 Lingkar metakarpal 28 17
17 Lingkar metakarsal 21 13
18 Dalam dada 82 60
19 Indeks kepala 26 20

1. Bobot badan astimasi ( menggunakan rumus )

SAPI I

No Nama Rumus Bobot Sapi


1 SCHROORL 757,07
2 WINTER 21,50
3 WILLIAMSON DAN PAYNE 777,07
4 SUJANA 306,3
5 MODIFIKASI OLEH ZAINAL 349,69
6 JAGRA 344,93
7 WAYAN TNI 334,74

SAPI II

No Nama Rumus Bobot Sapi


1 SCHROORL 223,53
2 WINTER 10,31
3 WILLIAMSON DAN PAYNE 372,84
4 SUJANA 117,71
5 MODIFIKASI OLEH ZAINAL 201,64
6 JAGRA 165,50
7 WAYAN TNI 190,29

15
4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 BAGIAN I PENENTUAN UMUR DAN STATUS FAALI TERNAK


4.2.1.1 Acara 1 Penentuan Umur Ternak

Cara penentuan umur ternak berdasarkan jumlah gigi dengan melihat jumlah
giginya.

Ternak Sapi potong yaitu ternak ruminansia dengan tujuan pemeliharaannya


untuk menghasilkan daging. Sedangkan ternak kerja adalah ternak yang tujuan
utamanya untuk di manfaatkan tenaganya.

Sapi potong dan kerja dapat kita ketahui dan menentukan umurnya dengan cara
melihat catatan kronologinya, lingakaran yang ada pada tanduk atau cincin tanduk
dapat pula dilahat dengan cara menghitung jumlah perubahan gigi. Jika jumlah cincin
tanduknya 2 dapat di perkirakan bahwa sapi tersebut berumur 3 tahun. Sedangkan jika
terdapat 2 gigi lebar (I I) berarti dapat diperkirakan berumur 2 tahun, jika 4 gigi lebar
( I 2) dapat diperkirakan berumur 2 – 2 1/2 , jika terdapat ada 6 gigi lebar (I 3) berarti
diperkirakan umur 2½ - 3 ½ tahun, jika 8 gigi lebar (I 4) berarti diperkirakan berumur
31/2 – 41/2 tahun, I 0: Sapi Umur 1-11/2 tahun, dan gigi tua : Sapi umur > 9 tahun,
jadi dengan mengetahui keterangan tersebut kita dapat memperkirakan umur suatu
ternak sapi, begitu pula dengan ternak potong dan kerja lainnya.

4.2.1.2 Acara II Penentuan Suhu Tubuh

Menghitung suhu tubuh ternak sapi potong pada jenis kelamin, umur, dan suhu
lingkungan berbeda.

Ternak Sapi potong adalah ternak ruminansia yang tujuan pemeliharaannya


untuk menghasilkan daging. Sedangkan ternak kerja adalah ternak yang tujuan
utamanya untuk di manfaatkan tenaganya.

Pada umumnya Suhu tubuh pada ternak sapi potong tergantungn pada jenis
kelamin, umur dan suhu lingkungan. Dalam keadaan normal suhu tubuh ternak dapat
bervariasi karena adanya perbedaan jenis kelamin,umur,suhu lingkungan, aktivitas,
aktivitas yang di lakukan oleh sapi tersebut. Suhu normal adalah panas tubuh dalam

16
zone thermoneutral pada aktivitas tubuh terendah. Variasi normal suhu tubuh akan
berkurang bila mekanisme thermoregulasi telah bekerja sempurna dan hewan telah
dewasa. Sehingga ketika dilihat suhu rektal sapi potong jantan dipagi hari dan sore
hari berbeda, dapat dikatakan pula bahwa hal tersebut dikarenakan beberapa faktor
yaitu aktivitas, iklim, suhu kandang yang yang berubah.

Salah satu cara untuk mendapatkan gambaran mengenai suhu tubuh adalah
dengan melihat suhu rectal dengan pertimbangan bahwa rectal merupakan tempat
pengukuran terbaik dan dapat mewakili suhu tubuh secara keseluruhan sehingga dapat
disebut sebagai suhu tubuh.

4.2.1.3Acara III Penentuan Frekuensi Respirasi

Fungsi respirasi pada ternak sapi potong.

Respirasi adalah proses pertukaran gas sebagai suatu rangkaian kegiatan fisik
dan kimiawi dalam tubuh organisme pada lingsskungan sekitarnya. Oksigen diambil
dari udara sebagai bahan yang dibutuhkan jaringan tubuh dalam proses metabolisme.
Frekuensi respirasi bervariasi tergantung dari besar badan, aktifitas tubuh,umur dan
penuh tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan
meningkatnya suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan
meningkatnya mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis
dalam tubuh hewan. Kelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi
menyebabkan meningkatnya frekuensi respirasi.

Pada saat penghitungan respirasi sapi potong diwaktu pagi dan sore berbeda,
dimana respirasi di pagi hari lebih rendah dibandingkan sore hari, hal itu dikarenakan
pula adanya beberapa faktor yang sama halnya dengan suhu tubuh, dan denyut nadi
pada ternak potong sapi, misalnya kelelahan, aktivitas dan isi rumen ternak sapi
potong saat itu.

Menghitung denyut nadi/jantung pada ternak sapi potong.

Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang


dirambatakan pada dinding rongga dada. Frekuensi denyut nadi bervariasi
tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu lingkungan. Disebutkan
pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih frekuensi dari

17
pada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi meningkat.
Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan respirasi yang menyebabkan
meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga dibutuhkan darah lebih
banyak untuk mensuplai O2 dan nutrient melalui peningkatan aliran darah
dengan jalan peningkatan denyut nadi.

Frekuensi denyut sapi pada pagi dan sore hari berbeda dikarenakan pula oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi suhu dan respirasi pada ternak potong.Setres juga
dapat di jadikan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi berubahnya
denyut nadi ternak

Mengukur temperatur dan kelembaban kandang pada ternak sapi potong.

Suhu dan kelembaban udara merupakan dua komponen iklim yang paling
penting yang harus diperhatikan,karena keduanya sangat mempengaruhi kondisi
fisiologi ternak. Suhu lingkungan terutama kandang sangat mempengaruhi respirasi,
denyut nadi, dan suhu rektal pada ternak. Suhu lingkungan terutama suhu kandang
yang tunggi dapat menurunkan nafsu makan dan menambah kebutuhan air.Bila hal ini
akan terus terjadi akan menghambat laju pertumbuhan dan menurunkan reproduksi
ternak. Suhu dalam kandang yang baik yaitu rat-rata 33ºC dengan kelembaban 75%.

Pada pengamatan yang telah dilakukan oleh praktikan didapatkan temperatur


kandang dan kelembaban kandang pada pagi hari berbeda dengan sore hari, dimana
temperatur dan kelembaban pada pagi hari lebih tinggi dari pada sore hari, hal tersebut
dikarenakan oleh faktor iklim. Namun dapat dikatakan temperatur dan kelembaban
kandang tersebut cukup baik atau normal.

4.2.1.4 Acara IV Penentuan Denyut Nadi/Denyut Jantung

Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut jantung yang


dirambatakan pada dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya. Frekuensi
denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan dan suhu
lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi yang lebih
frekuen daripada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi
meningkat.Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan respirasi yang
menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga dibutuhkan darah
lebih banyak untuk mensuplai O2 dan nutrient melalui peningkatan aliran darah
dengan jalan peningkatan denyut nadi. Bila terjadi cekaman panas akibat temperatur
lingkungan yang tinggi maka frekuensi pulsus ternak akan meningkat,hal ini

18
berhubungan denganpeningkatan frekuensi respirasi yang menyebabkan meningkatnya
aktivitas otot-otot respirasi, sehingga memepercepat pemompaan darahkepermukaan
tubuh dan selanjutnya akan terjadi pelepasan panas tubuh. Frekuensi Pulsus sapi
dalam keadaan normal adalah 54-84 kali per menit atau 40-60 kali per menit dan sapi
muda 80-90 kali per menit.

Frekuensi denyut sapi pada pagi dan sore hari berbeda dikarenakan pula oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi suhu dan respirasi pada ternak potong sapi.

Setres juga dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi berubahnya denyut nadi
ternak potong sapi karena saat diperkirakan ketika praktikan memandikan dan
membersihkan kandang belum terlalu fasih sehingga menimbulkan beberapa
kesalahan yang menyebabkan sapi tersebut setres.

4.2.2 BAGIAN IISTRUKTUR DAN BAGIAN TUBUH TERNAK


4.2.2.1 Acara I Pengukuran Bagian-Bagian (Dimensi) Tubuh

Pengukuran tubuh ternak dapat di ukur dengan pita ukur dan tongkat ukur

4.2.2.2 Acara II Peimbangan Ternak

Untuk mengetahui bobot badan ternak menggunakan ukuran-ukuran tubuh kemudian


hasil ukuran dimasukkan ke dalam rumus-rumus yang ada.

Mengetahui bobot badan ternak sapi potong adalah hal yang sagat penting
untuk diketahui guna melihat kebutuhan pakan ataupun kesehatan ternak.
Penimbangan merupakan hal yang paling tepat dalam mengetahui bobot badan ternak,
tetapi bobot badan ternak juga dapat diperkirakan atau diduga dengan cara mengukur
bagian-bagian tubuh ternak atau disebut dengan cara manual. Bagian-bagian ukuran
tubuh ternak yang dapat digunakan dalam menduga bobot badan yaitu lingkar dada,
tinggi pundak, panjang badan, dalam dada serta tinggi dan lebar kemudi atau pinggul.

4.2.2.3 Mengamati Eksterior Dan Gigi Gerigi Ternak

Mempelajari kondisi eksterior tubuh ternak sapi potong.

Sapi adalah ternak ruminansia yang dapat ditemui di seluruh belahan dunia.
Sapi bali merupakan domestikal dari banteng(Bibos sondaicus). Pada saat pedet,
tubuhnya berwarna merah bata. Sementara ketika dewasa, sapi betina tetap berwarna
merah bata, sedangkan sapi jantan berubah menjadi kehitam-hitaman mengkilap.

19
Terdapat warna putih pada metakarpal, metakarsal dan pada pantatnya, dan garis
belut pada punggung (aals streep). Memiliki tanduk besar.

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Suhu lingkungan atau suhu kandang, aktivitas, jenis kelamin, umur, isi rumen dan
kelelahan, dapat mempengaruhi suhu tubuh, respirasi dan denyut nadi pada ternak sapi
potong.

Umur ternak dapat diperkirakan dengan cara melihat jumlah gigi, dan cicin tanduknya

Bobot badan ternak sapi potong dapat diperkirakan dengan cara mengukur bagian tubuh
ternak sapi.

Keadaan eksterior ternak sapi potong yang tidak bermasalah seperti mata
bersinar,kuku yang bersih,hidung tidak ingusan,dan dapat di simpulkan bahwa sapi yang di
amati dalam kondisi yang sehat.

5.2 Saran

Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati saat melakukan praktikum ternak


potong agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Di harapkan pada praktikan supaya tidak ribut pada saat praktikum berlangsung agar
ternak supaya ternak tenang dan tidak mengalami stress.

21
DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press

Housebandry. 2009. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis Ternak. Yogyakarta.


(Diterjemahkan oleh: Koen Praseno).

Roche. 2001. Pengukuran Berat Badan Ternak berdasarkan Performance. Yogyakarta:


Dinas Peternakan Provinsi DIY.

Sugeng, Y. B. 2000. Ternak Potong dan Kerja. Edisi I. CV. Swadaya : Jakarta

Susetyo. 2000. Performance Tubuh Ternak. Jakarta: Cv.Yasaguna

Timan.2003. Pengaruh Lingkungan terhadap Keadaan Fisiologis.

22

Anda mungkin juga menyukai