Anda di halaman 1dari 32

1

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK POTONG

Disusun Oleh:
Kelompok 1F
Nafal Fatah Nabila D0A017014
Sita Priyani Agustina D0A017017
Lusiana Dila Erita D0A017025
Agung Ramadhany I A D0A017033
Mahesya Ika Ningrum D0A017036
Aditya Mufthi Z D0A017044
Zaenur Rozikin D0A017047
Puji Surohman D0A017050
Anugrah Nur Ardika D0A017063

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019

1
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan ini. Laporan Akhir ini
berisikan tentang kegiatan praktikum Manajemen Pemotongan Sapi Di RPH,
Manajemen Pemeliharaan Sapi di Peternakan Rakyat dan Manajemen Pemasaran
Sapi Potong di Pasar Hewan Sokaraja. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas praktikum Manajemen Ternak Potong. Adapun isi laporan ini
merupakan referensi dari beberapa sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan
tugas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Paulus Suparman, MP. selaku dosen pengampu Manajemen
Ternak Potong
2. Para Asisten Manajemen Ternak Potong yang telah membimbing dalam
menjalankan kegiatan praktikum.
3. Teman-teman yang telah mambantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
dalam proses kegiatan belajar Manajemen Ternak Potong. Penulis selaku
penyusun tugas ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sangat penulis harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik .

Purwokerto, Juni 2019

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2

1.3 Waktu dan Tempat .................................................................................... 2

II. MATERI DAN CARA KERJA .................................................................. 3

2.1 Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Pemotongan Hewan ........................ 3

2.2 Manajemen Peternakan Sapi Rakyat ........................................................... 3

2.3 Manajemen Pemasaran Sapi Potong ............................................................ 4

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 5

3.1 Hasil ........................................................................................................ 5

3.1.1 Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Potong Hewan ................................ 5

3.1.2 Manajemen Peternakan Sapi Rakyat ........................................................... 8

3.1.3 Manajemen Pemasaran Sapi potong .......................................................... 13

3.2 Pembahasan ........................................................................................... 16

3.2.1 Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Potong Hewan .............................. 16

3.2.2 Manajemen Peternakan Sapi Rakyat ......................................................... 18

3.2.3 Manajemen Pemasaran Sapi Potong .......................................................... 21

IV. KESIMPULAN ...................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 26

iii
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identitas ternak yang diamati .......................................................................... 5


Tabel 2. Penilaian kondisi tubuh ternak ........................................................................ 5
Tabel 3. Tahapan pemotongan ...................................................................................... 6
Tabel 4. Bagian organ tubuh yang ditimbang ............................................................... 7
Tabel 5. Pencurahan jam kerja peternak ....................................................................... 8
Tabel 6. Jumlah sapi yang dipelihara ............................................................................ 9
Tabel 7. Data sapi yang masuk dan keluar pasar hewan selama praktikum ............... 13
Tabel 8. Macam retribusi di pasar hewan ................................................................... 14
Tabel 9. Jumlah tambatan ternak ................................................................................ 14
Tabel 10. Sampel ternak yang terjual .......................................................................... 15
Tabel 11. Kegiatan wawancara dengan responden (peternak/penjual) ...................... 15

DAFTAR GAMBARNYA GAK MAKE?

iv
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki
nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Ternak potong yang sudah dewasa serta
memenuhi kriteria dapat siap untuk dipotong. Pemotongan ternak potong
dilakukan di Rumah Potong Hewan karena untuk menstandarisasi daging yang
akan dikonsumsi. Rumah Potong Hewan atau RPH merupakan unit pelayanan
masyarakat dalam penyediaan daging yang aman, sehat, utuh dan halal. Proses
pemotongan ternak potong dari sebelum sampai sesudahnya harus dilakukan
sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Adanya proses pemotongan hewan
di RPH secara baik dan benar diharapkan dapat menjamin penyediaan daging
yang segar dan sehat untuk dikonsumsi oleh konsumen serta dapat diperoleh nilai
ekonomis yang optimal dari hasil pemotongan tersebut.
Salah satu penyedia daging untuk memenuhi kebutuhan penduduk
Indonesia adalah dari para peternak yang memelihara bangsa sapi lokal dan sapi
hasil persilangan sapi lokal dengan sapi impor. Sistem pemeliharaan yang
dilakukan oleh peternak rakyat kebanyakan sistem tradisional, dengan
mengunakan bangunan kandang yang terbuat dari bahan tradisional dan
manajemen pemeliharaannya yang masih menggunakan tenaga manusia. Banyak
hal yang dapat dilakukan dalam mengembangkan dan meningkatkan
produktivitas sapi yang dipelihara oleh peternak rakyat seperti manajemen
pemeliharaan yang baik. Peningkatan populasi sapi potong disebabkan oleh
perkembangan dan kemajuan informasi mengenai dunia peternakan, sementara
peningkatan populasi penduduk juga semakin meningkat sebagai pangsa pasar
bagi peternak sehingga peternak bergairah dalam memelihara sapi potong sebagai
mata pencaharian mereka.
Pemasaran merupakan aspek yang penting dalam usaha ternak sapi
potong, karena produksi yang yang dihasilkansecara kuantitas dan kualitas
apabila kondisi pasar tidak mengarah pada persaingan pasar sempurna (non-
2

perfect competition market), maka usaha tersebut akan relatif mengalami


kegagalan. Pemasaran ternak sapi yang dilakukan oleh peternak rakyat dilakukan
ke pasar hewan yang ada di wilayah tersebut. Pemasaran yang dilakukan di pasar
hewan biasanya tidak hanya melibatkan antar peternak an pembeli, melainkan
melibatkan pihak lain yaitu lembaga pemasaran. Usaha pemasaran sapi potong
lebih banyak di kuasai oleh lembaga lembaga pemasaran yang mempunyai skala
usaha besar seperti blantik, pedagang pengumpul dan jagal. Masing masing jalur
pemasaran mempunyai peran dan fungsi tersendiri dalam proses pemasaran.
Saluran pemasaran dapat dikatakan sebagi saluran atau jalur yang digunakan baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memudahkan pemindahan suatu
produk itu bergerak dari produsen sampai berada di tangan konsumen.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tahapan-tahapan pemotongan ternak besar
secara baik dan benar.
2. Mahasiswa mampu mengetahui manajemen pemeliharaan secara detail di
tingkat peternakan rakyat.
3. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme pemasaran ternak sapi potong
serta jalur atau rantai pemasaran yang terdapat di pasar tersebut.

1.3 Waktu dan Tempat


1. Praktikum Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Pemotongan Hewan
dilaksanakan pada hari Selasa , tanggal 30 April 2019 di Rumah Pemotongan
Hewan Tambaksari, Purwokerto.
2. Praktikum Manajemen Peternakan Sapi Rakyat dilaksanakan pada hari Rabu ,
tanggal 1 Mei 2019 di Desa Bojongsari Kec, Kembaran.
3. Praktikum Manajemen Pemasaran Sapi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal
18 Mei 2019 di Pasar Hewan Sokaraja.
3

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Pemotongan Hewan


1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum Manajemen Pemotongan
Sapi di Rumah Pemotongan Hewan antara lain : meetline, diktat, alat tulis dan
kamera. Bahan yang diguakan dalam kegitan praktikum Manajemen Pemotongan
Sapi di Rumah Pemotongan Hewan antara lain : sapi simmental.
2. Cara Kerja
Setiap kelompok praktikan dibagi tugas masing-masing

Sebagian melakukan wawancara dengan petugas RPH

Praktikan lainnya mengamati, mengukur dan mencatat statistik vital


tubuh ternak (LD, PB, TB)

Praktikan lainnya mengamati tahapan pemotongan dan mencatat setiap


tahapannya mulai dari penyembelihan sampai penimbangan karkas

2.2 Manajemen Peternakan Sapi Rakyat


1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum Manajemen Peternakan
Sapi Rakyat antara lain : meetline, diktat, alat tulis dan kamera. Bahan yang
diguakan dalam kegitan praktikum Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah
Pemotongan Hewan antara lain : sapi-sapi di kelompok tani ternak Bima Karya
Sejahtera.
2. Cara Kerja
Setiap kelompok praktikan dibagi tugas masing-masing

Sebagian melakukan wawancara dengan pemilik ternak


4

Praktikan lainnya mengamati, mencatat dan mengukur statistik vital


tubuh ternak (LD, PB, TB)

Praktikan lainnya mengamati, mengukur dan mencatat kandang ,


tempat pakan

2.3 Manajemen Pemasaran Sapi Potong


1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum Manajemen Peternakan
Sapi Rakyat antara lain : meetline, diktat, alat tulis dan kamera. Bahan yang
diguakan dalam kegitan praktikum ManajemenPeternakan Sapi Rakyat antara lain
: sapi-sapi di Pasar Hewan Sokaraja.
2. Cara Kerja
Setiap kelompok praktikan dibagi tugas masing-masing

Sebagian melakukan wawancara dengan petugas di pasar hewan dan


sebagian mencari responden di dalam pasar hewan

Praktikan lainnya mengamati dan mencatat lalu lintas ternak di pintu


keluar masuk ternak

Praktikan lainnya mengamati transaksi di dalam pasar hewan

Mewawancarai responden dengan meminta data sapi potong yang mau


dijual
5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Potong Hewan
1. Identitas Lokasi Praktikum
Tempat Praktikum : Rumah Potong Hewan Tambaksari, Purwokerto
Alamat Lengkap : Tambaksari Kidul, Kecamatan Kembaran
Status Tempat : Milik Pemerintah
Jumlah Karyawan : 10 orang

2. Identitas ternak yang diamati


Tabel 1. Identitas ternak yang diamati

Ukuran Statistik Vital Harga Beli


Nama Bangsa
No. Sex LD PB TB BB Ternak
Pemilik Ternak
(cm) (cm) (cm) (kg) (Rp)
1. Simmental J 202 122 144 501,76
2. Limosin J 225 120 148 610,09
3. Limosin J 178 140 136 331,24
4. Limosin J 184 141 137 353,44

3. Penilaian kondisi tubuh ternak


Tabel 2. Penilaian kondisi tubuh ternak

Perdagingan
Kesan Total
N Perlemaka Tengkuk, Punggung, Pah Kondisi
Umum Skor
o n (x1) dada, bahu pinggang a (G,S,K)C)
(x2) (0-50)
(x1) (x3) (x3)
1. 6 3 3 9 9 30 S
2. 8 4 4 12 12 40 G
3. 8 7 3 6 7,5 31,5 S
4. 7 8 3,5 9 9 36,5 S
6

4. Perlakuan sapi sebelum dipotong


Diistirahatka atau tidak : diistirahatkan
Lama pengistirahatan : 6 jam
Dipuasakan atau tidak : dipuasakan
Lama pemuasaan : 6 jam
Pemeriksaan/tidak : pemeriksaan kesehatan secara fisik
5. Tahapan pemotongan
Tabel 3. Tahapan pemotongan
No Tahap Pemotongan Penjelasan/Pengamatan Waktu
1 Viksasi Dipuasakan dan diistirahatkan,
sapi berontak dan diikat
!
2 Penyembelihan Sapi dimasukan ke mesin, diikat, 3 menit 5
disembelih atau memutuskan 3 detik
saluran (pernafasan, pencernaan,
peredaran darah)
3 Pengeluaran darah Disemelih, disiram dan sapi 1 menit 25
masih berontak, dibuka rongga detik
leher dan masih berontak
4 Pengulitan Pemisahan kepala, dari perut 17 menit 23
kulit diiris memanjang kearah detik
dada lalu dikuliti
5 Eviscerasi Pemisahan usus dan pencucian 9 menit 2
usus, jeroan di bagi 2, rumen detik
dikeluarkan isinya kemudian
dicuci
6 Penanganan nonkarkas Pembuangan lemak dikulit, 8 menit 35
kepala dan dengkil dibawa oleh detik
petugas untuk diolah lebih lanjut.
Jeroan dicuci bersih, jantung
paru-paru, dan hati dimasukan
7

kekarung kemudian
penimbangan dan catat
7 Penanganan karkas Karkas dibelah menjadi quarter 12 menit 11
karkas, kemudian ditimbang detik

6. Perlakuan sapi sesudah dipotong


Karkas dilayukan atau tidak : Tidak
Lama pelayuan (jika dilayukan) : -
Pemeriksaan kesehatan/tidak : Ada
Organ yang diperiksa : Hati, jantung, dan paru-paru
7. Bagian organ tubuh yang ditimbang
Tabel 4. Bagian organ tubuh yang ditimbang
No Organ Tubuh Berat (kg) Harga/kg Jumlah Harga
(Rp) (Rp)
1 Karkas 294,8 92.000 27.121.600
2 Kepala 17 40.000 680.000
3 Kulit 46 10.000 460.000
4 Dengkil 27 26.000 702.000
5 Darah - - -
6 Ekor 1,8 85.000 153.000
7 Jantung “-“ 65.000 “-“
8 Paru-paru “-“ 65.000 “-“
9 Hati 102 65.000 6.630.000
10 Limpa “-“ 65.000 “-“
11 Alat pencernaan “-“ 65.000 “-“
Total Total 35.746.600
8. Biaya-biaya yang dikeluarkan saat pemotongan
Transportasi ternak : Rp (dari pemilik ternak)
Retribusi : Rp 33.000,00
Upah tenaga pemotong : Rp 78.000 × 5 = Rp 390.000
Lain-lain : Rp 140.000
8

Jumlah biaya seluruhnya : Rp 563.000

9. Perhitngan seca ekonomi


Presentase karkas murni : 58,75 %
Presentase karkas semu : 298,4 %
Keuntungan yang diperoleh : Rp 35.183.600
10. Denah RPH : - dimasukan foto denah rphnya

3.1.2 Manajemen Peternakan Sapi Rakyat


1. Identitas peternak
a. Nama peternak : Sukirwan
b. Pendidikan : SD
c. Anggota keluarga : 4 orang
d. Alamat rumah : Bojongsari RT03/02 Kembaran, Banyumas
e. Pengalaman beternak : 11 Tahun
f. Tujuan beternak sapi : penggemukan dan pembibitan
g. Pencurahan jam kerja peternak dalam memelihara sapinya :
Tabel 5. Pencurahan jam kerja peternak

No Deskripsi Jumlah PJK (jam/hari) Jml tenaga


(ekor) kerja (orang)
1 Mengarit /cari hijauan 2 jam 17
2 Menggembalakan
3 Memberi pakan 0,5 jam
4 Memandikan sapi 0,5 jam
5 Membersihkan 0,5 jam
kandang
6 Mengobati
7 Megawinkan ternaknya
8 Menjaga keamanan 3 orang

2. Data sekunder
9

a. Luas desa : 12,5 ha


b. Jumlah tenak : 40 ekor
c. Kelompok peternak : Mugi Hasil
d. Tahun dibentuk : 2009
e. Jumlah anggota : 20 orang
f. Struktur organisasi : Ketua (Sukirwan), Sekertaris (Sunarco),
Bendahara (Darsono)
3. Identitas ternak
a. Bangsa sapi yang dipelihara : PO
b. Jumlah sapi yang dipelihara : 40 ekor
Tabel 6. Jumlah sapi yang dipelihara

No Kelompok Ukuran Statistik Vital (LD(cm) dan BB(kg)


Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst
1 Anak LD 142
Jantan BB 213,11
2 Anak LD
Betina BB
3 Muda LD 174
Jantan BB 316,84
4 Muda LD
Betina BB
5 Dewasa LD 185
Jantan BB 352,21
6 Dewasa LD
Betina BB

4. Manajemen pengadaan bibit sapi


a. Asal bibit sapi, dibeli dari : Pasar Hewan Kebumen
b. Harga beli bibit : penggemuka= 15-16 juta, pembibitan= 8
11juta
10

c. Cara memilih bibit jantan : gelambir panjang, bentuk tubuh simetris,


pantan bulat, umur 2-2,5 tahun
d. Cara memilih bibit betina : pantat bulat, sifat keibuan bagus, umur
1,5-2 tahun
e. Tujuan pemeliharaan : 60% pembibitan dan 40% penggemukan
f. Lama penggemukan : 12 bulan
5. Manajemen pemberian pakan
a. Jenis hijauan yang dibeikan : rumput gajah, jerami jagung, rumput sawah
b. Asal hijauan : disekitar kandang dan desa, sawah
c. Bahan konsentrat :-
d. Harga bahan konsentrat :-
e. Pemberian hijauan : 5 kg/ekor/hari
f. Pemberian konsentrat :-
g. Frekuensi pemberian hijauan : 2 kali/hari
h. Frekuensi pemberian konsentrat: -
i. Cara peyajian hijauan : langsung, segar
j. Cara pemberian konsentrat :-
k. Tempat pakan : di dalam kandang
l. Asal sumber air minim : sumur bor
m. Jumlah air mium : 20-25 liter/ekor
n. Frekuensi pemberian minum : 1 kali/hari
6. Manajemen perkawinan
a. Meteode perkawinan : alami dan inseminasi buatan
b. Biaya perkawinan : Rp 50.000,00 sampai bunting
c. Pejantan yang digunakan : milik sendiri
d. Umur pejantan : 24 bulan
e. Jika IB seme beku dari bangsa : PO
f. Asal semen beku : Dinas Pertanian dan Peternakan
g. Umur pertama kawin,jantan : 24 bulan
h. Umur pertama kawin, betina : 24 bulan
11

i. Tanda-tanda birahi : nafsu makan menurun, vulva


memerah bengkak dan hangat,
menaiki sapi lain, gelisah
j. Tanda betina akan melahirkan : gelisah, nafsu makan menurun,
keluar cairan kuning dari vulva
k. Kelahiran yang sering terjadi : sore, tetapi tidak menentu
l. Proses kelahiran : sendiri, jika kesakitan segera
hubungi dinas peternakan
m. Umur sapih : maksimal 6 bulan
n. Cara penyapihan : disapih dengan indukan
o. Jarak beranak : 1 tahun
7. Manajemen perkandangan
a. Bahan-bahan kandang : bambu, kayu, dan semen
b. Jenis lantai kandang : semen
c. Jumlah kandang : 4 unit kandang
d. Ukuran kandang, panjang : 33 m, lebar 8 m, luas 264 m2
e. Kepadatan kandang : 40 ekor/4 unit kandang
f. Sistem penggunaan kandang : individu
g. Jarak degan pemukiman rakyat : ±20 m
h. Biaya pemuatan kandang : Rp 50.000.000,00
i. Kemiringan lantai kandang :
j. Kemiringan atap kandang :
k. Ukuran tempat pakan, panjang : 33 m, lebar 80 cm, dalam 80 cm
l. Tempat penyimpanan pakan : tidak tersedia
m. Tempa penampung kotoran : tersedia, 2 meter dibelakang
kandang
n. Macam peralatan kandang : sabit, cangkul, skop, sapu lidi
o. Gambar sketsa kandang :-
8. Manajemen pemeliharaan
a. Status kepemilikan ternak : kelompok
b. Apakah sapi dimandikan : 1 minggu sekali
12

c. Pengeluhan hidung : ada, umur 2 bulan


d. Bahan untuk mengeluh : jarum besi dan tambang
e. Perawatan pedet baru lahir : dikeringkan, disusukan langsung ke
induk
f. Penggembalaan sapi : tidak ada
g. Waktu penggembalaan : tidak ada
h. Tempat pengembalaan : tidak ada
i. Pemeliharaan jantan dan betina : dicampur
j. Jenis usaha : tradisional
k. Sifat usaha : kelompok
l. Tipe usaha : sampingan
m. Ijin usaha : tidak ada
9. Manajemen penangann kesehatan
a. Cara pencegahan penyakit : tidak ada
b. Vaksinasi : tidak ada
c. Jenis vaksin : obat cacing
d. Kapan dilakuakn vaksin :-
e. Kebersihan kandang : tiap hari
f. Sanitasi dilingkunga kandang : dilakukan
g. Penyakit yang sering ditemui : diare,flu
h. Cara pengobatan : dibedakin cabai
i. Pengoobatan secara medis : mantri hewan
j. Biaya pengobatan : Rp 50.000,00/ekor sekali pengobatan
k. Obat yang selalu disediakan : obat cacing
10. Manajemen pemasaran sapi dan pupuk kandang
a. Bentuk penjualan ternak : dewasa
b. Kapan waktu dijual : Idul Adha
c. Hasil penjualan : peternak 60%, kelompok 40%
d. Alasan ternak dijual : kebutuhan hari raya
e. Tempat penjualan : pembeli datangke peternakan
f. Biaya transportasi :-
13

g. Cara penjualan : Sendiri


h. Penjualan pupuk kandang : ya, Rp 7000/karung
i. Kotoran sapi dibuat kompos : tidak
j. Lama pembuatan kompos :-
k. Cara pembuatan kompos :-
l. Kompos dijial kemana ? :-
m. Harga kompos :-
n. Bentuk kompos :-
11. Informasi lain yang berkaitan dengan pengembangan ternak sapi oleh peternak
dan oleh pemerintah desa :
Pak Bata diadakan perkumpulan kelompok ternak, sudah aktif kemudian dapat
bantuan Rp 338.000.000 pada tahun 2009. Uang tersebut dibelikan sapi
mendapatkan 40 ekor sapi Brahman Cross dan kandang menghabiskan Rp
50.000.000. Kelompok ternak ini pernah rugi kemudian, membentuk kelompok
lagi.

3.1.3 Manajemen Pemasaran Sapi potong


1. Di kantor pasar hewan
a. Sejarah singkat pasar hewan : pasar hewan sokaraja merupakan salah
satu pasar hewan terbesar yang ada di
Banyumas. Adanya hal ini seakan
mengubah image pasar hewan yang pada
umumnya terkesan baud an panas pasar
hewan sokaraja hingga saat initetap eksis
b. Struktur organisasi pasar hewan:
2. Pengambilan data di pintu masuk keluarnya sapi
a. Jenis kendaraan pengangkut ternak : Bak terbuka ,Truk
b. Posisi ternak di dalam kendaraan : Menghadap depan
c. Kapasitas tiap kendaraan : 4 – 12 ekor
3. Data sapi yang masuk dan keluar pasar hewan selama praktikum
Tabel 7. Data sapi yang masuk dan keluar pasar hewan selama praktikum
14

Sapi yang Masuk ke Pasar Sapi yang Keluar Pasar


Kelompok Ternak
Jantan Betina Total Jantan Betina Total
Sapi : Anak 5 10 15 - - -
Muda 17 12 29 9 9
Dewasa 6 9 15 - - -
Jumlah 28 31 59 - 9 9
Kerbau : Anak 1 - 1
Muda
Dewasa 2 2
Jumlah 1 2 3

4. Macam retribusi di pasar hewan


Tabel 8. Macam retribusi di pasar hewan

a. Karcis Dewasa Warna Kuning / Merah Rp. 5.000

b. Karcis Pedet Warna Kuning Rp. 5.000


c. Karcis Muda Warna Kuning Rp. 5.000

5. Di dalam pasar hewan


a. Ukuran Pasar :
b. Jumlah tambatan ternak : 17 buah
Tabel 9. Jumlah tambatan ternak

No Kelompok Jlh Ternak No Kelompok Jlh


Tambatan Ternak (ekor) Tambatan Ternak Ternak
(ekor)
1 Campur 15 11 PO 3
2 Campur 20 12 PO 9
3 PO 7 13 - -
4 PO 22 14 Campur 6
5 PO 9 15 Simental 5
6 PO 7 16 Limosin 6
7 Limosin 7 17 Simental 2
8 Campur 24 18 Simental 3
15

9 Simental 4 19 PO 6
10 Campur 10 20 Simental 15

6. Sampel ternak yang terjual


Tabel 10. Sampel ternak yang terjual

Umur Kondisi Statistik Vital BB Harga Jual


No Sex LD PB TB
(th) (G,S,K) kg) (Rp)
(Cm) (cm) (Cm)
201, Rp.
1 1 thn Jantan K 138 91 124 64 13.500.000
18 309, Rp.
2 bulan Jantan S 172 110 146 76 18.500.000
125, Rp.
3 5 bulan Jantan S 108 64 105 44 6.500.000
184, Rp.
4 1,5 thn Betina K 132 105 138 96 16.500.000
104, Rp.
5 2 thn Betina K 98 57 83 04 16.500.000
234, Rp.
6 2 thn Betina S 156 112 136,5 36 16.500.000
14 295, Rp.
7 bulan Jantan B 150 133 126 8 22.500.000
12 262, Rp.
8 bulan Jantan S 140 107 122 44 16.000.000
62,4 Rp.
9 6 bulan Jantan K 57 93 101 1 13.500.000

7. Kegiatan wawancara dengan responden (peternak/penjual)


Tabel 11. Kegiatan wawancara dengan responden (peternak/penjual)

Responden
No Informasi
1 2 3
1 Nama Ali Purnama Jono Sutarman
2 Umur (th) 60 39 59
3 Alamat Rumah Purbalingga Purbalingga Banjarnegara
4 Jarak (rumah ke pasar) 40 KM 40 KM 27 KM
5 Bangsa Sapi yang dijual PO Limosin PO
16

6 jumlah ternak 2 4 2
7 Umur ternak (th) 6 bln 16 bln 18 bln
8 Alat Transportasi Truck Pick up
9 Biaya transport / ekor 1 ekor/ 50 rb 1 ekor/ 100 rb 150/ ekor
10 Penjualan : Kondisional
a. Dijual sendiri
b. Lewat jasa blantik V V
11 Jasa blantik 100-150 rb 100 rb 50- 100 rb
12 Alasan ternak dijual Kebutuhan Bisnis Bisnis

8. Denah pasar hewan sokaraja : -

3.2 Pembahasan
3.2.1 Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Potong Hewan
Kegiatan praktikum manajemen pemotongan sapi dilaksanakan di RPH
Tambaksari. Kegiatan praktikum dibagi menjadi tiga acara yaitu pengukuran sapi,
pengamatan pemotongan dan wawancara. Sapi yang di amati pada saat praktikum
adalah sapi simmental. Sapi simmental memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan sapi madura dan sapi limousin serta sapi PO.
Pengukuran berat badan dilakukan sebelum sapi dipotong , kriteria yang dinilai
untuk sapi potong yaitu mengukur lingkar dada, panjang badan, tinggi badan,
perlemakan dan perdagingan. Kegitan tesebut dilakukan untuk mengetahui sapi
tersebut layak untuk dipotong atau tidak. pustakanya mana!!!
Sapi simmental yang diamati memiliki lingkar dada 184 cm. Menurut
Awaluddin (2010), menyatakan bahwa lingkar dada merupakan dimensi tubuh
yang dapat digunakan sebagai indikator mengukur pertumbuhan dan
perkembangan ternak. Sedangkan pada saat praktikum lingkar dada diguanakan
untuk mengetahui bobot badan ternak sapi. Hal tersebut sepandapat dengan
Lakseto (2010) bahwa pengukuran lingkar dada dan panjang badan dapat
digunakan untuk mengukur bobot badan ternak tersebut. Menurut Anggraeni
(2011)pengukuran lingkar dada dilakukan dengan mengukur rongga dada
17

dibelakang bahu atau dibelakang siku kaki tegak lurus dengga sumbu tubuh.
Bobot badan sapi simental yang diamati adalah 400 kg.
Pengukuran yang selanjutnya yaitu panjang badan, panjang badan diukur
dari point of shoulder sampai ke pin bon. Hasil pengukuran panjang badan pada
saat praktikum yaitu 132 cm. Selain pengukuran lingkar dada dan panjang badan
juga dilakukan pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan mengukur bagian
gumba sampai ke tanah. Pita yang digunakan untuk mengukur tidak menempel ke
tubuh ternak supaya didapatkan hasil yang akurat dalam pengukuran tinggi badan,
hasil pengukuran yang didapat yaitu 128 cm. pustakanya mana!!
Beradasarkan dari pengamatan tengkuk, dada dan bahu, punggung,
pinggang dan paha, dapat dilihat kondisi ternak yang baik. Kondisi ternak
dibedakan menjadi tiga yaitu gemuk, sedang dan kurus. Menurut Muhibbah,
(2011) bahwa sapi dalam kondisi sedang yaitu tulang rusuk dapat dirasakan
dengan telapak tangan, kondisi gemuk dapat dirasakan lemakmenutupi disekitar
pangkal ekor jelas, sedikit membulatdan lembek bila disentuh. Tulang rusuk tidak
bisa dirasakan dengan tangan, lipatan lemak mulai berkembang diatas tulang
rusuk dan paha. Kondisi kurus dapat diidentifikasi bila disentuh, pangkal ekor,
tulang pinggul dan tulang panggul tampak jelas. Sapi simental yang diamati
tergolong kedalam kelompok sedang.
Kegiatan pemotongan yang dilakukan di RPH Tambaksari terdapat dua
tahapan yaitu post mortem dan pemotongan. Hal tersebut tidak sependapat dengan
Kartasudjana (2011) yang menyatakan dalam modulnya bahwa proses
pemotongan ternak di RPH harus memenuhi tiga syarat yaitu perlakuan pada
ternak sebelum di potong, cara pemotongan dan pemeriksaan setelah dipotong.
Perlakuan sebelum dipotong yaitu dengan memuasakan sapi terlbih dahulu, lama
pemuasaan sapi di RPH Tambaksari selam 7 jam dan juga diistirahatkan. Menurut
Ressang (2009) pengistirahatan sapi sebelum dipotong sebaiknya 12-24 jam.
Pengisirahatan ternak tanpa disamakan dengan pemuasaan dapat mengakibatkan
ternak stress yang nantinya akan mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan
karena nantinya darah yang keluar tidak maksimal sehingga daging akan berwarna
menjadi lebih gelap. Hal ini sependapat dengan Soeparno (1992)yang menyatakan
18

bahwa pengistrahatan dengan pemuasaan bermaksud agar ketika disembelih dapat


keluar sebanyak mungkin dan ternak tidak mengalami stress. Penulisan
diperhatikan dibenarkan dan dibandingkan hal tersebut sesuai atau tidak dan typo
diperbaiki
Rumah Potong Hewan Tambaksari bertujuan untuk menghasilkan daging
yang ASUH (Aman Sehat Utuh Halal). Teknik pemotongan sapi yang digunakan
yaitu viksasi denga cara memasukan ternak kedalam ruang viksasi kemudian
dijepit dan dimiringkan, selanjutnya dilakukan penyembelihan dengan memotong
tiga saluran yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan saluran vena.
Teknik selanjutnya yaitu pengeluaran darah dan pengulitan yang dilakukan
dengan hati-hati supaya tidak merusak daging maupun kulit. Tahapan selanjutnya
yaitu pengeluaran jeroan atau eviscerasi dengan cara menyayat dibagian perut
kemudian jeroan dikeluarkan, dipisahkan dan dicuci dengan air mengalir.
Tindakan selajutnya penanganan karkas yaitu dengan membagi karkas menjadi
empat bagian. Tahapan-tahapan pemotongan yang dilakukan di RPH Tambaksari
tidak terlepas dari semprotan air, supaya lantai selalu terjaga kebersihanya untuk
menjaga dan menghasilkan daging yang berkualitas. Hal ini sependapat dengan
Wahyu (2010) penyembelihan dengan cara dijepit lalu dimiringkan itu
memepercepat dan mempermudah dalam proses penyembelihan, tatacara
pemotongan ternak sapi harus bersih dan bebas dari tanah dan kotoran.
Pemeriksaan pasca pemotongan di RPH Tambaksari tidak dilakukan,
padahal pemeriksaan postmortem merupakan hal yang sangat penting karena
nantinya menentukan atau mengetahui daging tersebut layak untuk dijual atau
tidak. Menurut Soeparno (2009) pemeriksaan postmortem antar lain pemeriksaan
karkas, pemeriksaan pada kelenjar limpe, pemeriksaan kepala ada bagian mulut ,
lidah , bibir ototmaster dan pemeriksaan paru-paru, jantung dan hati. YAKIN
GAK ADA PERIKSA ORGAN DALAM DAN PENCERNAAN?
Catatan proses pemotongan dijelaskan seluruhnya secara singkat jelas
urutanya apa aja yaa
3.2.2 Manajemen Peternakan Sapi Rakyat
19

Kegiatan praktikum manajemen ternak potong dilakukan ke kelompok tani


ternak Mugi hasil, Desa Bojongsari RT03/02 Kec. Kembaran, Kab,Banyumas
Kelompok tani ternak tersebut memiliki ternak berjumlah, yang didominasi oleh
bangsa PO. Tujuan pemeliharaan yang dilakukan di kelompok tani ternak tersebut
adalah pembibitan dan penggemukan. Sapi potong sebagai salah satu komoditi
ternak, dalam pengusahaan dan pengembangannya mengarah pada peningkatan
produktivitas. Peningkatan produktivitas sapi potong mencakup dua hal, yaitu
peningkatan kuantitas unit temak (peningkatan populasi) dan berat per unit ternak
dalam kurun waktu tertentu. Peningkatan kuantitas unit ternak berhubungan
dengan sifat-sifat reproduksi, sedangkan peningkatan berat per unitternak
berhubungan dengan sifat-sifat produksi (pertumbuhan). Bahas secara umum dulu
baru bandingkan dngn tipus yak
Pakan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Hal ini
sepandapat dengan(Arfa’I, 2010)Pakan yang diberikan pada ternak sapi
menentukan keberhasilan dalam pencapaian bobot badan yang dihasilkan,
umumnya berupa pakan hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan pada
ternak sapi umumnya berasal dari rumput lapangan dan rumput unggul (rumput
Gajah dan rumput Raja) yang ditanam diareal kebun rumput milik peternak dan
lahan marginal seperti pematang sawah. Di kelompok tani ternak Bima Karya
Sejahtera pakan yang digunakan yaitu hijauan yang terdiri atas rumput lapang dan
limbah pertanian dan kosentrat. Limbah pertanian yang diguankan yaitu jerami
padi. Pemberian jerami padi pada sapi dilakukan secara langsung tanpa
dilakuakan pengolahan terlebih dahulu. Pada tahun tahun sebelumnya ada proses
pengolahna jerami padi menjadi silase yang berfungsi untuk meningkatkan nafsu
makan dari ternk sap, namun saat ini cara pembutan jerami amoniasi sudah tidak
lagi digunakan. Tujuan dilakukannya pengolahan terhadap jerami yaitu untuk
meningkatkan tingkat kesukaan tenak, dan meningkatkan nilainutrisi. Selain itu,
selulosa yang masih dapat dimanfaatkan oleh sapi terselubung oleh silika dan
lignin yang mengakibatkan selulosa dalam jerami padi sulit dicerna oleh sapi
(Sastradipradja dalam Utomo, 2004). Typo diperbaiki yaa banyak bngt !!!
20

Konsentrat yang diberikan merupakan konsentrat yang di beli dalam


bentuk jadi, bukan memproduksi sendiri. Pemberian konsentrat dalam sehari
adalah 5 Kg. Hal ini berbeda dengan (Hasan, dkk, 2013)yang memberi patokan
pemberian pakan konsentrat antara 1,5-2,75 tergantung tujuan pemeliharaan dan
skor tubuh untuk perbibitan ternak. Hal tersebut berbeda karena peternak
memberikan pakan lebih berdasarkan pengalaman, informasi dari sesama peternak
dan ketersediaan pakan sumber energi yang dimiliki. Pemberian konsentrat di
lakukan bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan berat badan sapi hal ini
sependapat dengan Sumadi et al. (1994) menyarankan pemberian pakan
konsentrat sebagai sumber energi dan protein untuk mempercepat pertumbuhan
dan meningkatkan nilai ekonominya.
Ternak yang pernah di pelihara di kelompok tani ternak Bima Karya
Sejahtera antar lain sapi PO, simmental dan BX. Sapi sapi tersebut dipilih karena
mudah beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini sependapat dengan Aziz,
(2000)yang menyatakan bahwa Bangsa ternak sapi berpengaruh terhadap
pertambahan bobot badan sapi dan yang paling cepat pertumbuhannya dari
keturunan sapi Sub Tropis seperti Peranakan Simental.
Sistem perkawinan yang dilakukan di kelompok tani ternak Bima Karya
Sejahtera adalah alami dan IB. salah satu tujuan pemelihataan di kelompok tani
ternak Bima Karya Sejahtera adalah pembibitan, keberhasilan usaha budidaya
sapi potong sangat terkait dengan performan reproduksi dan tingkat mortalitas
induk dan anak. Performan reproduksi sapi potong dapat dilihat dari berbagai
parameter, diantaranya lama kebuntingan dan angka keberhasilan pelaksanaan IB
Keberhasilan program IB dapat dilihat dari hasil kebuntingan yang diperoleh,
karena tujuan dari IB tersebut adalah adanya kebuntingan pada ternak dengan
penggunaan jasa inseminasi seminimal mungkin. Parameter yang diukur untuk
pelaksanaan IB, diantaranya adalah Service per Conception (S/C) dan Conception
Rate (CR) (Rasad, Kuswaryan, Sartika dan Salim, 2008).
Pengamatan reproduksi di kelompok tani ternak Bima Karya Sejahtera
kurang diperhatikan, dilihat dari waktu jarak beranak yang mencapai 24 bulan.
Pengamatan reproduksi dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
21

efisiensi reproduksi ternak. Efisiensi reproduksi yang tinggi dipengaruhi oleh


manajemen reproduksi yang baik dengan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dibidang manajemen reproduksi di kalangan peternak (Susilawati dan
Affandy, 2004). Selain itu dalam usaha untuk memperoleh efisiensi reproduksi
diperlukan manajemen secara keseluruhan termasuk pencatatan reproduksi,
deteksi berahi, pakan, kesehatan hewan, dan perkandangan (Herdis, Surachman,
Kusuma, dan Suhana, 1999)
Manajemen yang terdapat di peternakan sapi potong rakyat terdiri dari
manajemen pemeliharaan, manajemen perkandangan, manajemen pembibitan,
manajemen pemasaran, manajemen pakan, menajemen kesehatan, dan manajemen
. Catatan untuk dipeternakan rakyat jelaskan semua manajemen yang ada sesuai
yg dijelaskan asisten lalu dibandingkan dengan keadaan dipeternakan rakyat yg di
praktikumkan cth manajemen kesehatan… dll
3.2.3 Manajemen Pemasaran Sapi Potong
Berdasarkan praktikum pada proses pemasaran yang terjadi di pasar
Sokaraja rantai pemasaran rata-rata pendek namun juga ada yang panjang. Pendek
panjangnya rantai pemasaran sangat menentukan harga seekor ternak sapi.
Semakin pendek rantai pemasarannya maka semakin murah harga ternak dan
sebaliknya. Rantai pemasaran rantai pendek adalah proses pemasaran ternak
secara lansung oleh peternak, sedangkan pemasaran rantai panjang adalah
pemasaran ternak oleh peternak melalui perantara contohnya menggunakan jasa
belantik. Menurut Yusuf (2008) menyatakan bahwa struktur perdagangan ternak
relatif sederhana, melibatkan petani, pedagang blantik di desa, blantik pasar
hewan, pedagang antar pulau, jagal, dan konsumen akhir. Stanton (2006)
menyatakan bahwa untuk mengurangi biaya produksi ditempuh dengan cara
mengefisienkan penggunaan pakan, tenaga kerja dan penggunaan peralatan. Pasar
hewan merupakan tempat untuk bertransaksi jual beli hewan yaitu meliputi sapi,
kambing dan domba. Kegiatan praktikum manajemen pemasaran ternak potong
dilakukan di pasar hewan Sokaraja, Banyumas yang beroperasi hanya hari sabtu.
Sependapat dengan Hidayah, (2013) bahwa pasar hewan beroperasi hanya 1 kali
tiap minggunya, selain jual beli hewan ternak pasar hewan biasanya menyediakan
22

peralatan dalam usaha peternakan seperti aksesoris hewan, clurit, topi untuk
peternak.
Berdasarkan wawancara dengan petugas kantor di pasar hewan Sokaraja
dijelaskan bahwa sejarah singkat pasar Pasar hewan Sokaraja didirikan pada tahun
1992 dengan luas 2129,5 m2 .Awal pendiriannya masih tradisisonal tetapi sangat
sempit dan tidak disukai oleh penjual sehingga saat ini sudah diperbaikimenjadi
lebih modern. Struktur organisasi pasar hewan Kepala Dinas,UPT,KTU
,pemungut retribusi (4 orang), penjaga keamanan (4 orang) , tenaga pembersih
(10 orang) dan tenaga keamanan (6 orang). Jenis kendaraan pengangkut ternak
yaitu truck,mobil pick up, dan sepeda motor.Posisi ternak di dalam kendaraan
:menyerong ke depan, didalam truck dan mobil bak terbuka terak saling
membelakangi sedangkan ternak yang diletakkan di sepeda motor menggunakan
keranjang.
Kapasitas tiap kendaraan : 9 ekor untuk sapi kecil dalam truck besar, truck
bisa mencapai 8-9 ekor (tergantung umur ), mobil pick up 5-6 ekor dan sepeda
motor 1 ekor kambing.Di Pasar Hewan Sokaraja terdapat retribusi untuk karcis
sapi warna kuning seharga Rp 5.000 dan karcis untuk kambing warna putih
seharga Rp 1.000. Menurut (Perda,2009) menyatakan bahwa Objek Retribusi
meliputi : Penyediaan fasilitas/ Jasa pelayanan pasar hewan,merupakan tempat
(petak, kandang penjualan, pelataran, lods, kios, kandang penampungan, tempat
pemotongan unggas dan kandang isolasi) pada pasar hewan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah.Pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan atas permintaan
pemilik hewan.
Hewan ternak yang masuk pasar hewan tidak wajib diperiksa
kesehatannya. Dalam hal terdapat pemeriksaan , maka atas pelayanan tersebut
dapat dipungut retribusi. Kegiatan selama praktikum yaitu melakukan pengamatan
bagaimana sistematika di pasar hewan dan melakukan wawancara dengan salah
satu blantik ataupun peternak. Wawancara tidak dilakukan lama.Menurut
Huttabarat(2000)Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan keterbatasan waktu
bagi penjual maupun pembeli . Sebagaimana dimaklumi bahwa pelaku utama
kegiatan pasar (penjual dan pembeli) sangat disibukkan dengan pencapaian target.
23

Oleh karena itu pada proses jual beli berlangsung kedua belah pihak keterbatasan
waktu yang menjadi masalah kenapa jual beli dilangsungkan untuk mendapat atau
mencapai target yang dicapai sehingga meminimalisir kegiatan yang tidak terlalu
diperlukan.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa hampir semua jenis ternak yang
dipasarkan di pasar hewan Sokaraja sapi tetapi ada juga kambing dan kerbau.
Masing-masing jenis ternak menempati lokasi yang berbeda meskipun masih
saling berdekatan . Kegiatan praktikumini hanya terfokus pada pemasaran ternak
ruminansia besar khsusnya ternak potong . Jumlah ternak yang dipasarkan pada
saat pengamatan menunjukkan bahwa ternak sapi yang paling dominan yaitu sapi
dari bangsa PO sedangkan ternak kerbau hanya sedikit. Bangsa sapi yang terjual
pada dasarnya terdiri dari bangsa PO dan Simental namun demikian sapi PO
masih mendominasi ternak sapi yang ada. Bangsa sapi yang paling banyak dijual
yaitu sapi PO. Pustakanya mana??

Perbedaan penjualan didesa dengan dikota dapat diketahui dari tahapan


pemasarannya yang berbeda ini dapat disebabkan karena tingkat pembeliannya
yang ada dikota lebiih tinggi dibandingkan didesa (Dharmmesta, 2007). Penjualan
ternak dapat diperoleh keuntungan, keuntungan tersebut merupakan imbalan atas
jasa yang dilakukan selama melakukan proses pemasaran. Keuntungan yang
diperoleh penjual ternak maupun blantik di pasar hewan Sokaraja berbeda-beda,
hal ini diduga karena jasa yang telah dilakukan oleh para penjual tersebut (Kotler,
1989).
Menurut salah satu blantik di Pasar Hewan Sokaraja menjelaskan bahwa
bangsa sapi yang tinggi harga jualnya yaitu sapi Simental karena mempunyai
bobot badan yang besar. MenurutDaroini (2013)bahwa Sapi memiliki tampilan
fisik yang kurus, ada cacat maka ukuran bobot badan dari hasil timbangan tidak
mutlak,artinya dapat dimaknai bahwa sapi yang telah ditimbang dihargai lebih
rendah dari hasil penimbangan, bahkan secara umum dapat dikatakan penjualan di
pasar hewan Sokaraja harga yang diberikan oleh pembeli lebih rendah dari hasil
24

penimbangan tanpa membedakan kriteria performance sapi potong yang dijual


berdasarkan harga/ kg bobot hidup.
Sisitem pemasaran di Pasar Hewan Sokaraja dari peternak ke angkutan
kemudian di holding area setelah itu diletakkan di tambatan dan dijual ke pembeli.
Sistem jual-beli ternak masih di pasar hewan diwarnai dengan sistem
konvensional yaitu dengan menaksir bobot badan dilihat dari performan ternak
yang ditawarkan . Sedangkan untuk menentukan kurus gemuknya ternak cukup
dengan melakukan palpasi pada bagian kulit luar di sekitar bagian dada dengan
cara menarik-narik . Apabila elastisitas tarik dari kulit masih terlihat longgar maka
ternak tersebut digolongkan ke dalam ternak kurus, sehingga cenderung
digunakan sebagai ternak bakalan.
Di Pasar Hewan Sokaraja untuk sapi tidak dilakukan penimbangan bobot
badan hanya melihat dari kondisi fisik sapi. Berbeda dengan pendapat Basri
(1996) bahwa di pasar hewan dari jenis ternak besar yang ada, hanya ternak sapi
yang ditimbang oleh penjual . Keinginan penimbangan bisa bersifat individu yaitu
datang dari penjual atau pembeli, namun ada juga yang datang dari kesepakatan
berdua . Kejadian untuk ternak kerbau tidak ada yang ditimbang. Hal ini diduga
bahwa ternak kerbau cenderung kurang jinak dibanding ternak sapi, sehingga akan
mengalami kesulitan apabila dipasarkan untuk melakukan penimbangan. Hanya
sebagian kecil yaitu 8,2% dari total sapi yang dipasarkan, oleh pihak penjual dan
pembeli melakukan kesepakatan untuk menimbang ternaknya agar diketahui
secara tepat kondisi sebenarnya bobot badan yang ada sehingga gambaran tentang
perilaku harga lebili realistis. Catatan pembahasan mengenai pasar hewan
dilengkapi factor yg mempengaruhi pasar apa aja terus arti pasar apa pemasaran
gmnaa rantai panjang pendek gimana terus sapi apa yg diukur mengenai muda
anak dan dewasa sdkit dijelaska
25

IV. KESIMPULAN

1. Tahapan pemotongan ternak sapi potong terdiri dari tiga tahapan yaitu
pemeriksaan sebelum pemotongan yang bertujuan untuk menentukan apakah
ternak tersebut layak atau tidak untuk disembelih, tahap kedua adalah
pemotongan, dan tahap ketiga yaitu pemeriksaan daging dan jeroan, yang
bertujuan mengetahui daging tersebbut layak untukdikonsumsi tidak.
2. Pemasaran ternak sapi potong yang dilakukan di pasar hewan harus
melakukan retribusi terlebih dahulu, kemudian ternak masuk ke holding area,
pemasarn ternak dibantu oleh lembaga pemasaran yaitu blantik. Blantik lebih
berperan banyak dalam pemasaran ternak di pasar hewan. Tinggi rendahnya
harga ternak tergantung dari panjang pendeknya rantai pemasaran.
3. Manajemen pemelihara yang dilakukan di Kelompok Tani Ternak Bima Karya
Sejahtera sudah baik, namun masih kurang dalam manajemen perkawinan
yang dilakukan sehingga calving interval mencapai 24 bulan. Data yg didapat
dan ditulis dipembahasan dimasukan dalam kesimpulan karna kesimpulan itu
menjawab tujuan
26

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni. 2011.Penyakit Hewan di Indonesia. Dalam Profil Peternakan Sapi


dan Kerbau di Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Barat.

Arfa’l. 2010. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk
sabun kalsium. Skripsi.Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Awaluddin. 2010. “Pengukuran Tubuh Linear Sapi Potong Terhadap Bobot
Tubuh Ternak”. Jurnal Veteriner Ilmu Peternakan. Vol 5(2).

Aziz. 2000. The Science of Animal Husbandry. Penterjemah: B. Srigandono. Cet.


ke-2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Basri, F.H . 1996 . Sub Sektor Peternakan Menghadapi Era Globalisasi Dan
Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat . Makalah Seminar Nasional "Kiat
Usaha Peternakan" . Fakultas Peternakan . UniversitasJenderal Soedirman,
Purwokerto .

Dharmesta. 2007. The Science of Animal Husbandry. Penterjemah: B.


Srigandono. Cet. ke-2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hidayah.2013. Kunjungan Lapang Pasar Hewan Glenmore. Makalah Ilmu Tilik
Ternak. Program Studi Produksi TernakJurusan PeternakanPoliteknik
Negeri Jember.Jember

Hutabarat, B . 1996 . Sektor Pertanian Dalam Perspektif Perubahan Stntktur


Ekonomi Dan Globalisasi Pasar.Makalah Seminar Nasional
"lndustrialisasi,Rekayasa Sosial, dan Peranatntya dalam
PembangunanPertanian" . Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian,
Bogor.
27

Kartasudjana, R. 2011. Proses pemotongan ternak di rph. Departemen pendidikan


nasional proyek pengembangan sistem dan standar pengelolaan smk
direktorat pendidikan menengah kejuruan jakarta. Modul budidaya ternak
program keahlian Jakarta

Kotler, P. 1989 .Manajemen Pemasaran. Analisis, perencanaan dan pengendalian


. Jilid 1 . Edisi kelima. Alih Bahasa J . Wasana (1989). Penerbit Erlangga .
Jakarta.

Lakseto, D. 2010. ”Aplikasi Pengolahan Citra untuk Estimai Bobot Badan Ternak
Sapi”.Jurnal Peternakan Vol 32(3).

Muhibbah. 2011. “Aplikasi Pengolahan Citra untuk estimasi Bobot Badan Ternak
Sapi”. Jurnal Kedokteran Vol 32(3).

Peraturan Daerah 2009. Retribusi Pengelolaan Pasar Hewan.Sekretariat Daerah


Kabupaten Bone

Ressang. 2009. Keamanan Dan Pengamanan Pangan Produk Daging Sapi


Bermutu Dan Halal Di Indonesia. Surya Agritama 2 (1) : 63-75
Soeparno, 1992.Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-1. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan Keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta

Stanton. 2006. Analysis Ofmarketing Margin Behaviour Using Econometric


Model. The Case Of Groundnut In East Java .Jurnal Agro Ekonomi . Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. p.26-40 .

Sumadi, Soeparno Dan Budi Susanto. 1994. Pemotongan Retail Karkas Sapi
Brahman Croos Jantan Yang Digemukan Dengan Rumput Gajah, Jerami
Padi, Biofad Dan Silase Rumput Gajah. Prosiding Pertemuan Nasional
28

Usaha Tenak Kecil Sebagai Basis Industeri Di Aerah Padat Penduduk.


Ungaran 8-9 Februari 1994. Sub Balitrok

Wahyu W. 2010. Kesejahteraan Hewan Bagi Kesehatan Manusia. Profauna


Indonesia.

Yusuf. 2008. Peningkatan Produktivitas Ternak Domba Melalui Perbaikan


Nutrisi Rumput Lapang. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

FOTO DOKUMENTASI MANA??

Anda mungkin juga menyukai