Disusun Oleh:
Kelompok 1F
Nafal Fatah Nabila D0A017014
Sita Priyani Agustina D0A017017
Lusiana Dila Erita D0A017025
Agung Ramadhany I A D0A017033
Mahesya Ika Ningrum D0A017036
Aditya Mufthi Z D0A017044
Zaenur Rozikin D0A017047
Puji Surohman D0A017050
Anugrah Nur Ardika D0A017063
1
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan ini. Laporan Akhir ini
berisikan tentang kegiatan praktikum Manajemen Pemotongan Sapi Di RPH,
Manajemen Pemeliharaan Sapi di Peternakan Rakyat dan Manajemen Pemasaran
Sapi Potong di Pasar Hewan Sokaraja. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas praktikum Manajemen Ternak Potong. Adapun isi laporan ini
merupakan referensi dari beberapa sumber yang menjadi acuan dalam penyusunan
tugas. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Paulus Suparman, MP. selaku dosen pengampu Manajemen
Ternak Potong
2. Para Asisten Manajemen Ternak Potong yang telah membimbing dalam
menjalankan kegiatan praktikum.
3. Teman-teman yang telah mambantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
dalam proses kegiatan belajar Manajemen Ternak Potong. Penulis selaku
penyusun tugas ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sangat penulis harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik .
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
iii
iv
DAFTAR TABEL
iv
1
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui tahapan-tahapan pemotongan ternak besar
secara baik dan benar.
2. Mahasiswa mampu mengetahui manajemen pemeliharaan secara detail di
tingkat peternakan rakyat.
3. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme pemasaran ternak sapi potong
serta jalur atau rantai pemasaran yang terdapat di pasar tersebut.
3.1 Hasil
3.1.1 Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Potong Hewan
1. Identitas Lokasi Praktikum
Tempat Praktikum : Rumah Potong Hewan Tambaksari, Purwokerto
Alamat Lengkap : Tambaksari Kidul, Kecamatan Kembaran
Status Tempat : Milik Pemerintah
Jumlah Karyawan : 10 orang
Perdagingan
Kesan Total
N Perlemaka Tengkuk, Punggung, Pah Kondisi
Umum Skor
o n (x1) dada, bahu pinggang a (G,S,K)C)
(x2) (0-50)
(x1) (x3) (x3)
1. 6 3 3 9 9 30 S
2. 8 4 4 12 12 40 G
3. 8 7 3 6 7,5 31,5 S
4. 7 8 3,5 9 9 36,5 S
6
kekarung kemudian
penimbangan dan catat
7 Penanganan karkas Karkas dibelah menjadi quarter 12 menit 11
karkas, kemudian ditimbang detik
2. Data sekunder
9
9 Simental 4 19 PO 6
10 Campur 10 20 Simental 15
Responden
No Informasi
1 2 3
1 Nama Ali Purnama Jono Sutarman
2 Umur (th) 60 39 59
3 Alamat Rumah Purbalingga Purbalingga Banjarnegara
4 Jarak (rumah ke pasar) 40 KM 40 KM 27 KM
5 Bangsa Sapi yang dijual PO Limosin PO
16
6 jumlah ternak 2 4 2
7 Umur ternak (th) 6 bln 16 bln 18 bln
8 Alat Transportasi Truck Pick up
9 Biaya transport / ekor 1 ekor/ 50 rb 1 ekor/ 100 rb 150/ ekor
10 Penjualan : Kondisional
a. Dijual sendiri
b. Lewat jasa blantik V V
11 Jasa blantik 100-150 rb 100 rb 50- 100 rb
12 Alasan ternak dijual Kebutuhan Bisnis Bisnis
3.2 Pembahasan
3.2.1 Manajemen Pemotongan Sapi di Rumah Potong Hewan
Kegiatan praktikum manajemen pemotongan sapi dilaksanakan di RPH
Tambaksari. Kegiatan praktikum dibagi menjadi tiga acara yaitu pengukuran sapi,
pengamatan pemotongan dan wawancara. Sapi yang di amati pada saat praktikum
adalah sapi simmental. Sapi simmental memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan sapi madura dan sapi limousin serta sapi PO.
Pengukuran berat badan dilakukan sebelum sapi dipotong , kriteria yang dinilai
untuk sapi potong yaitu mengukur lingkar dada, panjang badan, tinggi badan,
perlemakan dan perdagingan. Kegitan tesebut dilakukan untuk mengetahui sapi
tersebut layak untuk dipotong atau tidak. pustakanya mana!!!
Sapi simmental yang diamati memiliki lingkar dada 184 cm. Menurut
Awaluddin (2010), menyatakan bahwa lingkar dada merupakan dimensi tubuh
yang dapat digunakan sebagai indikator mengukur pertumbuhan dan
perkembangan ternak. Sedangkan pada saat praktikum lingkar dada diguanakan
untuk mengetahui bobot badan ternak sapi. Hal tersebut sepandapat dengan
Lakseto (2010) bahwa pengukuran lingkar dada dan panjang badan dapat
digunakan untuk mengukur bobot badan ternak tersebut. Menurut Anggraeni
(2011)pengukuran lingkar dada dilakukan dengan mengukur rongga dada
17
dibelakang bahu atau dibelakang siku kaki tegak lurus dengga sumbu tubuh.
Bobot badan sapi simental yang diamati adalah 400 kg.
Pengukuran yang selanjutnya yaitu panjang badan, panjang badan diukur
dari point of shoulder sampai ke pin bon. Hasil pengukuran panjang badan pada
saat praktikum yaitu 132 cm. Selain pengukuran lingkar dada dan panjang badan
juga dilakukan pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan mengukur bagian
gumba sampai ke tanah. Pita yang digunakan untuk mengukur tidak menempel ke
tubuh ternak supaya didapatkan hasil yang akurat dalam pengukuran tinggi badan,
hasil pengukuran yang didapat yaitu 128 cm. pustakanya mana!!
Beradasarkan dari pengamatan tengkuk, dada dan bahu, punggung,
pinggang dan paha, dapat dilihat kondisi ternak yang baik. Kondisi ternak
dibedakan menjadi tiga yaitu gemuk, sedang dan kurus. Menurut Muhibbah,
(2011) bahwa sapi dalam kondisi sedang yaitu tulang rusuk dapat dirasakan
dengan telapak tangan, kondisi gemuk dapat dirasakan lemakmenutupi disekitar
pangkal ekor jelas, sedikit membulatdan lembek bila disentuh. Tulang rusuk tidak
bisa dirasakan dengan tangan, lipatan lemak mulai berkembang diatas tulang
rusuk dan paha. Kondisi kurus dapat diidentifikasi bila disentuh, pangkal ekor,
tulang pinggul dan tulang panggul tampak jelas. Sapi simental yang diamati
tergolong kedalam kelompok sedang.
Kegiatan pemotongan yang dilakukan di RPH Tambaksari terdapat dua
tahapan yaitu post mortem dan pemotongan. Hal tersebut tidak sependapat dengan
Kartasudjana (2011) yang menyatakan dalam modulnya bahwa proses
pemotongan ternak di RPH harus memenuhi tiga syarat yaitu perlakuan pada
ternak sebelum di potong, cara pemotongan dan pemeriksaan setelah dipotong.
Perlakuan sebelum dipotong yaitu dengan memuasakan sapi terlbih dahulu, lama
pemuasaan sapi di RPH Tambaksari selam 7 jam dan juga diistirahatkan. Menurut
Ressang (2009) pengistirahatan sapi sebelum dipotong sebaiknya 12-24 jam.
Pengisirahatan ternak tanpa disamakan dengan pemuasaan dapat mengakibatkan
ternak stress yang nantinya akan mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan
karena nantinya darah yang keluar tidak maksimal sehingga daging akan berwarna
menjadi lebih gelap. Hal ini sependapat dengan Soeparno (1992)yang menyatakan
18
peralatan dalam usaha peternakan seperti aksesoris hewan, clurit, topi untuk
peternak.
Berdasarkan wawancara dengan petugas kantor di pasar hewan Sokaraja
dijelaskan bahwa sejarah singkat pasar Pasar hewan Sokaraja didirikan pada tahun
1992 dengan luas 2129,5 m2 .Awal pendiriannya masih tradisisonal tetapi sangat
sempit dan tidak disukai oleh penjual sehingga saat ini sudah diperbaikimenjadi
lebih modern. Struktur organisasi pasar hewan Kepala Dinas,UPT,KTU
,pemungut retribusi (4 orang), penjaga keamanan (4 orang) , tenaga pembersih
(10 orang) dan tenaga keamanan (6 orang). Jenis kendaraan pengangkut ternak
yaitu truck,mobil pick up, dan sepeda motor.Posisi ternak di dalam kendaraan
:menyerong ke depan, didalam truck dan mobil bak terbuka terak saling
membelakangi sedangkan ternak yang diletakkan di sepeda motor menggunakan
keranjang.
Kapasitas tiap kendaraan : 9 ekor untuk sapi kecil dalam truck besar, truck
bisa mencapai 8-9 ekor (tergantung umur ), mobil pick up 5-6 ekor dan sepeda
motor 1 ekor kambing.Di Pasar Hewan Sokaraja terdapat retribusi untuk karcis
sapi warna kuning seharga Rp 5.000 dan karcis untuk kambing warna putih
seharga Rp 1.000. Menurut (Perda,2009) menyatakan bahwa Objek Retribusi
meliputi : Penyediaan fasilitas/ Jasa pelayanan pasar hewan,merupakan tempat
(petak, kandang penjualan, pelataran, lods, kios, kandang penampungan, tempat
pemotongan unggas dan kandang isolasi) pada pasar hewan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah.Pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan atas permintaan
pemilik hewan.
Hewan ternak yang masuk pasar hewan tidak wajib diperiksa
kesehatannya. Dalam hal terdapat pemeriksaan , maka atas pelayanan tersebut
dapat dipungut retribusi. Kegiatan selama praktikum yaitu melakukan pengamatan
bagaimana sistematika di pasar hewan dan melakukan wawancara dengan salah
satu blantik ataupun peternak. Wawancara tidak dilakukan lama.Menurut
Huttabarat(2000)Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan keterbatasan waktu
bagi penjual maupun pembeli . Sebagaimana dimaklumi bahwa pelaku utama
kegiatan pasar (penjual dan pembeli) sangat disibukkan dengan pencapaian target.
23
Oleh karena itu pada proses jual beli berlangsung kedua belah pihak keterbatasan
waktu yang menjadi masalah kenapa jual beli dilangsungkan untuk mendapat atau
mencapai target yang dicapai sehingga meminimalisir kegiatan yang tidak terlalu
diperlukan.
Hasil praktikum menunjukkan bahwa hampir semua jenis ternak yang
dipasarkan di pasar hewan Sokaraja sapi tetapi ada juga kambing dan kerbau.
Masing-masing jenis ternak menempati lokasi yang berbeda meskipun masih
saling berdekatan . Kegiatan praktikumini hanya terfokus pada pemasaran ternak
ruminansia besar khsusnya ternak potong . Jumlah ternak yang dipasarkan pada
saat pengamatan menunjukkan bahwa ternak sapi yang paling dominan yaitu sapi
dari bangsa PO sedangkan ternak kerbau hanya sedikit. Bangsa sapi yang terjual
pada dasarnya terdiri dari bangsa PO dan Simental namun demikian sapi PO
masih mendominasi ternak sapi yang ada. Bangsa sapi yang paling banyak dijual
yaitu sapi PO. Pustakanya mana??
IV. KESIMPULAN
1. Tahapan pemotongan ternak sapi potong terdiri dari tiga tahapan yaitu
pemeriksaan sebelum pemotongan yang bertujuan untuk menentukan apakah
ternak tersebut layak atau tidak untuk disembelih, tahap kedua adalah
pemotongan, dan tahap ketiga yaitu pemeriksaan daging dan jeroan, yang
bertujuan mengetahui daging tersebbut layak untukdikonsumsi tidak.
2. Pemasaran ternak sapi potong yang dilakukan di pasar hewan harus
melakukan retribusi terlebih dahulu, kemudian ternak masuk ke holding area,
pemasarn ternak dibantu oleh lembaga pemasaran yaitu blantik. Blantik lebih
berperan banyak dalam pemasaran ternak di pasar hewan. Tinggi rendahnya
harga ternak tergantung dari panjang pendeknya rantai pemasaran.
3. Manajemen pemelihara yang dilakukan di Kelompok Tani Ternak Bima Karya
Sejahtera sudah baik, namun masih kurang dalam manajemen perkawinan
yang dilakukan sehingga calving interval mencapai 24 bulan. Data yg didapat
dan ditulis dipembahasan dimasukan dalam kesimpulan karna kesimpulan itu
menjawab tujuan
26
DAFTAR PUSTAKA
Arfa’l. 2010. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk
sabun kalsium. Skripsi.Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Awaluddin. 2010. “Pengukuran Tubuh Linear Sapi Potong Terhadap Bobot
Tubuh Ternak”. Jurnal Veteriner Ilmu Peternakan. Vol 5(2).
Basri, F.H . 1996 . Sub Sektor Peternakan Menghadapi Era Globalisasi Dan
Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat . Makalah Seminar Nasional "Kiat
Usaha Peternakan" . Fakultas Peternakan . UniversitasJenderal Soedirman,
Purwokerto .
Lakseto, D. 2010. ”Aplikasi Pengolahan Citra untuk Estimai Bobot Badan Ternak
Sapi”.Jurnal Peternakan Vol 32(3).
Muhibbah. 2011. “Aplikasi Pengolahan Citra untuk estimasi Bobot Badan Ternak
Sapi”. Jurnal Kedokteran Vol 32(3).
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan Keempat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Sumadi, Soeparno Dan Budi Susanto. 1994. Pemotongan Retail Karkas Sapi
Brahman Croos Jantan Yang Digemukan Dengan Rumput Gajah, Jerami
Padi, Biofad Dan Silase Rumput Gajah. Prosiding Pertemuan Nasional
28