DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “
Laporan Praktikum Agribisnis Usaha Peternakan” ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih dosen mata kuliah agribisnis usaha petrnakan yang
telah memberikan praktikum ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembingbing yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Tujuan Praktikum..........................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Sapi................................................................................3
2.2. Manajemen Pemeliharaan............................................................................3
2.3. Manajemen Pakan........................................................................................3
2.4. Agribisnis Peternakan..................................................................................4
2.5. Analisis Usaha Ekonomi Peternakan...........................................................5
BAB III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum.....................................................................7
3.2. Materi Praktikum.........................................................................................7
3.2.1 Alat Praktikum ....................................................................................7
3.2.2 Bahan Praktikum ................................................................................7
3.3. Metode Praktikum.......................................................................................7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
4.1.1. Karakteristik Peternak........................................................................8
4.1.2. Karakteristik Usaha Peternakan..........................................................9
4.1.3. Masalah Budidaya Peternak...............................................................9
4.1.4. Analisis Performans Ekonomi Peternakan.........................................10
4.2. Pembahasan Praktikum
4.2.1. Karakteristik Peternak........................................................................12
4.2.2. Karakteristik Usaha Peternakan..........................................................13
4.2.3. Masalah Budidaya Peternak...............................................................14
4.2.4. Analisis Performans Ekonomi Peternakan.........................................15
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan..................................................................................................17
5.2. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
LAMPIRAN...................................................................................................................19
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identitas Peternak.............................................................................8
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan mewawancarai peternak tradisional tentang karakteristik dari usaha yang
dijalankan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Peternakan Sapi
Usaha peternakan sapi di Indonesia pada umumnya masih merupakan usaha
peternakan rakyat dengan pola pemeliharaan secara tradisional. Menurut Widiyaningrum
(2005), menyatakan bahwa ciri-ciri pemeliharaan dengan pola tradisonal yaitu kandang
dekat bahkan menyatu dengan rumah, dan produktivitas rendah. Jenis ternak yang
umumnya ternakkan olah peternak tradisional yaitu ternak sapi khusus sapi potong. Sapi
potong merupakan salah satu penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
penting artinya didalam kehidupan masyarakat (Sudarmono, 2008).
Usaha peternakan sapi dapat dikatakan berhasil apabila usaha tersebut memberikan
kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari.
Petani peternak biasanya merupakan petani peternak tradisional dengan kepemilikan
ternak dua hingga tiga ekor dan menjadikan usaha ternak sapi sebagai usaha
sampingan. Pengelolaan dan pemeliharaan sapi adalah salah satu cara untuk
meningkatkan pendapatan rumah tangga (Abidin, 2002).
3
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi
yang dimiliki.Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau
satu jajaran, sementara kandang kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan
pada dua jajaran tersenut biasanya dibuat jalur untuk jalan (Sugeng, 2006).
Secara umum, kandang memiliki dua tipe yaitu individu dan kelompok. Pada
kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2.5 X 1,5 m.
Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam
mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh
dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena
banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan
ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas
daripada kandang individu. Kelemahan yaitu terjadi kompetisi dalam mendampatkan
pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah,
karena lebih banyak mendapatkan pakan.
4
mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mudah dicerna.Contoh bahan pakan
konsentrat adalah dedak, katul, bungkil kelapa, tetes, jagung dan berbagai ubi.
c. Pakan Tambahan
Pakan tambahan dapat berupa vitamin, mineral dan urea.Pakan tambahan ini
dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif, yang hidupnya berada di dalam
kandang terus menerus.Vitamin yang dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A
(karotina) dan vitamin D (Wello. 2011).
2.4 Agribisnis Peternakan
Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi
pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai
produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran
masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud
dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Sistem agribisnis dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ada bermacam ragam kebutuhan manusia bahwa
setiap manusia selalu dimotivasi oleh berbagai kebutuhan, dimana kebutuhan dasar
manusia telah merupakan pembawaan sejak lahir (Rianto, dan Purbowati, 2009).
Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran
sarana produksi sampai kepada pemasaran produk- produk yang dihasilkan oleh usaha
tani dan agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Menurut Sudarmono (2008)
sistem agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian atau
peternakan sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus sebagai suatu
konsep yang dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah dan tantangan. Sistem
Agribisnis merupakan suatu system yang terdiri dari beberapa subsistem, diantaranya :
1. Sub sistem agribisnis hulu (upstream agribusiness). Kegiatan ekonomi yang
menyediakan sarana produksi bagi peternakan, seperti industri perbibitan, industri
pakan ternak, industri alat dan mesin peternakan, industri obat-obatan dan vaksin,
dan lain sebagainya.
2. Sub sistem produksi/usaha tani (on-farm agribusiness). Kegiatan ekonomi yang
menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu
untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem usaha
tani ini adalah usaha peternakan itu sendiri
3. Sub sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness). Berupa kegiatan ekonomi
yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk awal
5
maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di
pasar internasional Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis
hilir ini antara lain adalah hasil akhir output dari usaha peternakan.
4. Subsistem lembaga penunjang (off-farm). Seluruh kegiatan yang menyediakan jasa
bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan,
lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan
fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta
kebijakan lainnya (Soekartawi. 1995).
2.5 Analisis Usaha Ekonomi Peternakan
Menurut Marliana (2008), analisis pendapatan berguna untuk mengetahui dan
mengukur apakah kegiatan yang dilakukan berhasil atau tidak. Terdapat dua tujuan
utama dari analisa pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan yang akan datang dari
perencanaan atau tindakan. Usaha ternak sapi telah memberikan kostribusi dalam
peningkatan pendapatan keluarga peternak. Peningkatan pendapatan keluarga peternak
sapi tidap dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usaha
ternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai factor social dan factor ekonomi
(Abidin, 2008).
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan
usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komepenen itu masih dapat
ditinggalkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya
memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.Analisis usaha tersebut
merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka
waktu tertentu (Soekartawi, 1995)
Kegiatan usaha peternakan mempunyai pendapatan yang sangat dipengaruhi oleh
banyaknya ternak yang dijual oleh peternak.Semakin banyak jumlah ternak sapi maka
semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh peternak. Analisis usaha ternak sapi
sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu usaha ternak komersial. Dengan adanya
analisis usaha dapat dievaluasi dan mencari langkah pemecahan berbagai kendala, baik
usaha untuk mengembangkan, rencana penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang
tidak perlu (Aritonang, D. 2004).
6
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 November 2021 pada pukul
15.00 – selesai. Bertempat di Kelompok Ternak “SURYA MAKMUR” Dusun Perigi
Desa Gerung Selatan, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat.
3.2. Materi Praktikum
3.2.1. Alat praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Buku
2. Kamera
3. Kuisioner praktikum
4. Pulpen
3.2.2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Peternak Responden
2. Ternak
3.3. Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1. Melakukan survey pada lokasi praktikum yaitu kandang kelompok Surya Makmur
2. Meminta izin kepada penanggung jawab kelompok ternak untuk melakukan
peraktikum.
3. Melakukan wawancara pada masing masing peternak dengan mengikuti kuisioner
praktikum
4. Mengamati karakteristik usaha peternakan pada kelompok ternak tersebut
5. Mengamati permasalahan yang terdapat pada peternakan tersebut
6. Melakukan dokumentasi mengenai keadaan sekitar kelompok ternak
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum
4.1.1. Karakteristik Peternak
Tabel 1. Identitas Peternak
No Nama Peternak Umur (th) Pendidikan Tanggungan Pengalaman (th)
1 Andi Satria 30 SMA 3 5
2 Amak Rafi’i 48 SD 5 35
3 Amak Juma’ah 56 SD 3 40
4 Bapak Jimah 35 SMA 4 20
5 Heriyanto 28 SMA 2 5
6 Mukaram 25 SMP 3 4
7 Bapak Arisah 35 SMA 4 5
8 Edi 35 SMP 3 10
9 Kusmayadi 33 SMA 3 6
10 Muliawan 40 SMP 4 10
8
Tabel 3. Karakteritik Usaha Peternakan
No Agribisnis Peternakan Sarana Pengelolaan
Penyediaan bakalan X
Aspek
Penyediaan pakan ternak X
1 Agribisnis
Penyediaan pupuk organik X
Hulu
Alat dan mesin peternakan X
Pemeliharaan bibit ternak √
Aspek Pengolahan pakan ternak √
2 Agribisnis Pengolahan pupuk kompos X
Budidaya Penggunaan alat dan mesin
√
peternakan
Penjualan bibit √
Aspek
Penjualan ternak √
3 Agribisnis
Pengolahan daging X
Hilir
Pengolahan kulit X
4.1.3. Masalah Budidaya Peternak
Tabel 4. Masalah Proses Budidaya
9
Penyakit ternak Sanitasi kandang yang kurang baik
10 Muliawan
Kesulitan pakan Kurangnya lahan mencari pakan
2 Listrik - - 500.000
3 Obat-obatan - - 250.000
Jumlah 1.950.000
10
1 Operasional 10 orang 1.000.000 10.000.000
peternak
2 Transportasi 2 truk 1.000.000 2.000.000
Total 12.5000.000
2. Penerimaan Usaha
Tabel 9. Penerimaan usaha selama 1 tahun
No Uraian Jumlah Harga satuan (Rp) Nilai (Rp)
Jumlah 72.000.000
11
No Uraian Nilai
2 Usaha Keluarga 0
5. B/C Ratio
Tabel 12. B/C Ratio
No Uraian Nilai
1 Keuntungan Rp. 45.310.000
2 Biaya Produksi Rp. 26.690.000
Keuntungan / Biaya produksi
B/C Ratio
= 1,697
Nilai B/C Ratio
Nilai < 1 : usaha merugi dan tidak perlu dipertahankan,
Nilai > 1 : usaha menguntungkan dan layak dikembangkan,
Nilai = 1 : usaha pada titik impas yaitu tidak rugi dan tidak untung.
12
Para peternak responden yang diwawancarai memiliki tingkat pendidikan yang
rata rata dengan persentase pendidikan yaitu 2 orang lulusan SD, 3 orang lulusan
SMP dan 5 orang lulusan SMA. Peternak responden yang umumnya masih berusia
produktif yaitu umur 25 – 60 tahun masih dapat diberikan pengetahuan dasar
tentang analisis pendapatan, sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan
pendapatan keluarga pada kelompok ternak tersebut. Peternak dikelompok ternak
ini memberikan pakan ternak sebanyak dua kali dengan bahan pakan berupa rumput
dan limbah hasil pertanian berupa jerami padi dan jerami kedelai. Sistem peternakan
dikelompok ternak surya makmur dilakukan dengan cara intensif atau
dikandangkan secara terus menerus dengan pemberian pakan sebanyak dua kali
sehari.
. 4.2.2. Karakteristik Usaha Peternakan
Karakteristik usaha peternakan dari kelompok ternak surya makmur masih
belum memenuhi standar usaha peternakan. Kelompok ternak surya makmur masih
dikatakan belum memenuhi karena masih belum adanya sistem yang struktural yang
jelas pada kelompok tersebut artinya para peternak hanya memelihara ternak
dikandang yang sama dan pengolahan ternak serta pemasaran ternak masih
dilakukan secara individu sehinga manajemen dalam kelompok masih kurang.
Berdasarkan hasil praktikum wawancara kelompok ternak surya makmur
aspek agribisnis usaha peternakan berdasrkan 4 subsistem yang mendukung suatu
kelompok ternak yang diantaranya yaitu.
Pertama, subsitem hulu yang merupakan kegiatan yang membutuhkan
lembaga sarana produksi sebagai awal kerja sama pada suatau kelompok ternak.
Kelompok ternak surya makmur sudah melakukan kerja sama dengan lembaga
penyediaan dan penyaluran sarana produksi berupa dinas peternakan, koperasi dan
distributor.
Kedua, subsistem produksi atau budidaya yang merupakan kegiatan yang
menjadikan suatu kelompok ternak menjadi lembaga ekonomi yang dapat berperan
sebagai penyediaan dan penyaluran sarana produksi peternakan.
Ketiga, subsistem hilir atau sebagai distributor sekaligus pemasaran hasil
produk peternakan primer menjadi olahan. Pada kelompok ternak surya makmur
belum melakukan pengolahan akan hasil primer dari produk peternakan. Akan tetapi
umumnya para peternak melakukan penjualan ternak secara hidup langsung di pasar
ternak.
13
Keempat, lembaga penunjang merupakan seluruh kegiatan yang menyediakan
jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga
pemerintah. Menurut Sudarmono (2008) yaitu subsistem agribisnis lembaga
penunjang merupakan subsistem yang sangat berperan terhadap ketiga subsistem
agribisnis lainnya. Subsistem ini akan memberikan dukungan secara dalam
pengembangan sistem agribisnis secara keseluruhan. Ada beberapa lembaga yang
berperan di dalam sub sistem lembaga penunjang untuk pengembangan sistem
agribisnis berbasis lingkungan seperti perbankan, asuransi, koperasi, transportasi,
penyuluhan, kebijakan pemerintah, lembaga pendidikan dan penelitian, dan lain-lain
4.2.3. Masalah Budidaya Peternak
Permasalahan yang terjadi pada proses produksi peternakan merupakan suatu
hal yang lumrah terjadi pada suatu usaha peternakan. Dalam menjalankan sebuah
usaha peternakan, tentunya terdapat hambatan maupun masalah-masalah yang
terjadi. Contohnya pada penyediaan sarana produksi berupa bakalan. Di Indonesia,
perusahaan-perusahaan bibit bakalan masih menghadapi kendala pada penyediaan
dana, dimana dalam melakukan proses produksi perusahaan lokal masih sering kali
bergantung pada dana yang diberikan investor asing. Hal ini tentu saja akan
memberikan pengaruh pada bakalan atau bibit yang diproduksi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada peternak responden, 7 dari
10 peternak mengungkapkan bahwa permasalahan utama pada proses produksi
peternakan adalah kesulitannya dalam mendapatkan pakan alami dengan kualitas
tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan ternak, penyakit yang sering terjadi
dimusim pancaroba, penghujan atau musim panas dan biaya produksi yang dapat
dibilang tinggi merupakan permasalahan utama yang dihadapi oleh peternak.
Kesulitannya peternak untuk menenmukan pakan berkualitas disebabkan oleh
kurangnya lahan subur untuk hijauan pakan ternak, dan kesulitannya mendapatkan
pakan alami pada musim kemarau. Sedangkan penyakit yang sering di sebabkan
oleh pergantian musim dari musim panas menjadi musim hujan, sehingga ternak
kerap kali terkena penyakit seperti korengan, ingusan, dan penyakit lain yang
meyebabkan kerugian pada peternak.
14
Dalam menjalankan suatu usaha sangat perlu dilakukan suatu perhitungan
yang jelas, supaya sisa hasil dari usaha tersebut dapat diketahui secara real.
Aritonang (2004) menjelaskan bahwa biaya produksi didapatkan dari jumlah biaya
tetap dan biaya variabel. pendapatan bersih didapatkan dari pendapatan kotor – total
biaya produksi.
Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat
cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan
keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu
tertentu. Sebelum melakukan perhitungan terhadap pendapatan atau keuntungan,
maka terlebih dahulu mengetahui secara nyata atau yang benar-benar apa yang
menjadi komponen dalam suatu penerimaan dari hasil usaha pemeliharaan ternak
tersebut, dan begitu juga komponen terhadap pengeluaran usaha tersebut. Apakah
sisa usaha secara tradisional tersebut benar betul-betul beruntung atau sisa itu hanya
merupakan nilai kontribusi korbanan tenaga dan waktu selama pemeliharaan.
Berdasarkan data hasil praktikum dengan mewawancari peternak responden
untuk mengetahui jumlah penjualan ternak, jumlah pembelian bakalan, jumlah biaya
variabel, jumlah biaya tetap dan jumlah penyusutan. Maka dengan data tersebut
dapat diketahui penerimaan usaha atau pendapatan kotor dari kelompok ternak
surya makmur yaitu sebesar Rp. 72.000.000 dengan biaya produksi sebesar Rp.
26.690.000, sehingga pendapatan bersih ( Net Farm Income) dari kelompok ternak
surya makmur adalah sebesar Rp. 45.310.000. Proses pemeliharaan ternak
dilakukan tanpa melakukan kerja sama pinjaman pada bank atau pada koperasi
sehingga penghasilan bersih sebesar Rp. 45.310.000 oleh anggota keluarga sendiri
tanpa tenaga kerja keluaga, sehingga biaya tenaga kerja adalah Rp. 0. Berdasarkan
hal tersebut jumlah penghasilan bersih kelompok ternak surya makmur yaitu Rp.
45.310.000
Benefit cost ratio (B/C R) merupakan suatu analisa pemilihan proyek yang
biasa dilakukan karena mudah, yaitu perbandingan antara benefit dengan cost.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak untuk
dilakukan dan laya untuk dikembangkan. Menurut Soehadji, (1995) yang
menjelaskan penilaian BC Ratio ini memiliki tiga kondisi yaitu Kalau nilainya < 1
maka usaha peternakan itu tidak ekonomis atau tidak layak dikembangkan, dan
kalau > 1 berarti usaha peternakan tersebut layak dipertahankan dan dikembangkan
15
lebih lanjut. Kalau B/C ratio = 1 berarti kondisi usaha tersebut termasuk kedalam
konsisi impas atau marginal (tidak rugi dan tidak untung) konsisi ini lebih baik
dihentikan, karena pada dasarnya agribisnis ekonomi usaha peternakan adalah untuk
mendapatkan keuntungan sebesar besarnya.
Berdasarkan hasil praktikum pada kelompok ternak surya makmur diketahui
bahwa jumlah pendapatan dibagi dengan jumlah biaya produksi didapatkan hasil
1,697 yang mana sesuai dengan pendapat diatas bahwa nilai lebih dari 1 maka usaha
layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Dengan nilai peningkatan usaha sebesar
0,697 atau dalam persentase sebesar 69,7 %.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan praktikum dengan metode wawancara
pada peternak rakyat sebagai responden maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
usaha peternakan meliputi aspek hulu, aspek budidaya, dan aspek hilir pada kelompok
ternak surya makmur masih sangat minim. Meskipun tingkat pendidikan peternak
responden dapat dikatakan sudah mencapai rata rata yaitu 5 lulusan SMA 3 SMP dan 2
lulusan SD, tetapi masih kurang dalam memenuhi ketiga aspek tersebut, serta kurangnya
pengetahuan akan cara memanajemen pendapatan dengan baik sehingga peternak tidak
dapat mengetahui apakah usaha yang dilakukannya mendatangkan keuntungan atau tidak.
Permasalahan utama yang dihadapi peternak yaitu kelangkaan pakan alami pada
saat musim kemarau, kurangnya pakan alami yang berkualitas pada musim penghujan,
dan kurangnya lahan untuk mencari pakan hijauan alami, serta sering kali ternak terkena
berbagai macam penyakit pada saat musim pancaroba dan musim penghujan maupun
musim kemarau. Penanganan ternak sakit memiliki biaya perawatan yang mahal sehingga
peternak tradisional kesulitan dalam menangani ternak sakit. Hal ini juga dapat
mempengaruhi kondisi analisis usaha peternakan.
Berdasarkan analisis usaha peternakan dan analisis bc ratio yaitu penerimaan usaha
atau pendapatan kotor dari kelompok ternak surya makmur yaitu sebesar Rp. 72.000.000
dengan biaya produksi sebesar Rp. 26.690.000, sehingga pendapatan bersih ( Net Farm
Income) adalah sebesar Rp. 45.310.000. Proses pemeliharaan ternak dilakukan tanpa
melakukan kerja sama pinjaman pada bank atau pada koperasi sehingga penghasilan
bersih sebesar Rp. 45.310.000. Dengan nilai bc ratio sebesar 1,697 dengan persentase
peningkatan sebesar 69,7 % maka usaha peternakan kelompok ternak surya makmur
sangat layak untuk dipertahankan dan dikembangkan menjadi peternakan secara
ekonomis dan dapat bersaing dengan kelompok ternak lain yang lebih maju.
5.2. Saran
Diharapkan perhatian khusus dari pihak pemerintah yang paham akan manajemen
dan sistem pengelolaan hasil usaha peternakan dengan cara memperbanyak melakukan
sosialisasi atau penyuluhan dibidang peternakan agar peternak tradisional sekiranya lebih
mengerti akan keunggulan-keunggulan dari usaha peternakan ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abet A, 2001. Sistem Perkandangan dan Tipe Kandang. Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta.
Rianto, E dan Purbowati, E. 2009. Panduan lengkap sapi potong. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soehadji, 1995. Peluang Usaha Sapi Potong. Makalah disampaikan pada seminar
Nasional Industri Peternakan Rakyat sapi potong di Indonesia, di Bandar
Lampung Ditjen Peternakan. Jakarta.
Sudarmono, A. S., dan Y. B. Sugeng. 2008. Sapi Potong. Edisi Revisi. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Suresti, A. dan R. Wati. 2012. Usaha Peternakan Sapi. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya Malang
18
LAMPIRAN
Dokumentasi pelaksanaan praktikum
19
20