Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PETERNAKAN

MANAJEMEN PETERNAKAN DAN PRODUKSI PETERNAKAN DOMBA

ANGGOTA KELOMPOK
Ni Komang Wijayani 1909511108
I Made Anom Suryaningrat 1909511109
Ahmad Anang Intan Purnama Negara 1909511110
I Gusti Made Alit Surya Dharma 1909511111
Melisa Cantika Rizkiafitri 1909511112
Dion Ronaldo Apalem 1909511113

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia dari
beliau sehingga paper tentang “Manajemen Peternakan dan Produksi Peternakan
Domba” ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun paper ini kami susun untuk memenuhi
persyaratan nilai tugas dalam mata kuliah Ilmu Peternakan di Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Peternakan karena pemberian tugas ini sehingga kami mendapat pengetahuan tambahan
mengenai manajemen peternakan dan produksi peterakan domba.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam paper ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk kedepannya agar menjadi lebih baik lagi.

Denpasar, April 2020

Penyusun
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii


DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................3
2.1 Manajemen Usaha Domba .........................................................................................3
2.2 Sistem Pemberian Pakan dan Perkandangan yang baik untuk Ternak Domba .........3
2.3 Cara Memilih Bibit Unggul Serta Calon Induk Untuk Ternak Domba .....................7
2.4 Manajemen pemeliharaan, kesehatan dan penanganan kesehatan atau penyakit
pada ternak domba .....................................................................................................13
2.5 Bagaimana analisis data atau biaya dalam usaha ternak domba ................................17

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................20


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................20
3.2 Saran ..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tiap-tiap makhluk hidup yang ada didunia ini mempunyai cara hidup yang berbeda-beda,
baik itu manusia, tumbuhan ataupun juga hewan-hewan. Dalam hal memperoleh makanan
perkembang biakannya, begitu juga dalam hal penamaan, semua makhluk hidup pasti
memiliki nama yang berbeda- beda antara hewan yang satu dengan hewan lainnya, walaupun
terkadang mereka tinggal pada satu habitat yang sama.

Negara kita adalah Negara yang beriklim tropis dan banyak terdapat berbagai jenis
hewan yang hidup disekitar kita. Ada jenis beberapa jenis hewan yang masuk ke dalam jenis
karnivora (pemakan daging) dan ada juga yang termasuk kedalam jenis hewan pemakan
tumbuhan (herbivore) dan lain sebagainya. Semua hewan-hewan tersebut bertempat tinggal
disekitar kita. Oleh karena itu kita harus dapat menbedakan ciri khas dari hewan tersebut.

Banyak sekelompok hewan-hewan yang hidup didaerah kita, tidak hanya satu jenis saja,
ada dari jenis hewan yang bemamfaat bagi manusia dan adapula jenis hewan yang merupakan
sebagai parasit bagi manusia dan menggangu kehidupan manusia, seperti hewan-hewan
besar, begitu juga dengan hewan yang bernama domba. Mereka mempunyai cara hidup yamg
sangat khas dan termasuk kedalam jenis hewan pemamah biak (ruminansia).

Domba adalah ruminansia dengan rambut tebal dan dikenal orang banyak karena
dipelihara untuk dimanfaatkan dagingnya. Di beberapa negara terdapat jenis domba yang
juga dimanfaatkan rambut (disebut wol), dan susunya. Yang paling dikenal orang adalah
domba peliharaan (Ovis aries), yang diduga keturunan dari moufflon liar dari Asia Tengah
selatan dan barat-daya. Domba merupakan ternak yang pertama kali didomestikasi, dimulai
dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara, dan Eropa samapai ke Afrika. Di
Indonesia, domba terkelompok menjadi beberapa jenis yaitu Domba Ekor Tipis (DET),
Domba Ekor Gemuk (DEG) dan Domba Priangan atau dikenal juga sebagai Domba Garut.
Saat ini juga terdapat bagian domba yang dimanfaatkan sebagai bahan kecantikan.

Daging domba memiliki peranan penting dalam kehidupan, yaitu sebagai salah satu
penyumbang protein hewani yang sangat penting untuk pemenuhan gizi manusia dan cukup

1
disukai konsumen. Ada beberapa aspek menarik dari domba antara lain dapat
berkembangbiak dengan cepat, dapat dengan mudah menyesuaikan diri pada lingkungan,
serta dagingnya relatif sangat digemari oleh masyarakat dalam negeri dan luar negeri,
khususnya Negara-negara timur tengah.

Domba potong merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara di Indonesia
dalam skala usaha kecil didaerah pedesaan. Produksi ternak ruminansia kecil termasuk
domba, memegang peranan penting di daerah tropis yaitu sebagai sumber pendapatan,
terutama bagi buruh tani yang tidak memiliki lahan, sebagai tabungan untuk pengeluaran
mendadak, sebagai sumber pupuk kandang disamping memegang peran penting dalam
kehidupan sosial desa. Banyak manfaat yang dapat diambil dari ternak domba potong namun
bagaimana caranya untuk mendapatkan domba yang memiliki kualitas baik (unggul) untuk
dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Manajemen Usaha Domba yang baik ?
2. Bagaimanakah Sistem produksi Pemberian Pakan dan Perkandangan yang baik untuk
Ternak Domba ?
3. Bagaimanakah Cara memilih bibit unggul serta calon induk yang baik untuk Ternak
Domba ?
4. Bagaimanakah Manajemen Pemeliharaan, Kesehatan dan Penanganan Kesehatan atau
Penyakit pada Ternak Domba ?
5. Bagaimanakah analisis data atau biaya dalam usaha Ternak Domba ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Agar pembaca dapat memahami Manajemen Usaha Domba yang baik !
2. Agar pembaca dapat memahami Sistem produksi Pemberian Pakan dan Perkandangan
yang baik untuk Ternak Domba !
3. Agar pembaca dapat memahami Cara memilih bibit unggul serta calon induk yang baik
untuk Ternak Domba !
4. Agar pembaca dapat memahami Manajemen Pemeliharaan, Kesehatan dan Penanganan
Kesehatan atau Penyakit pada Ternak Domba !
5. Agar pembaca dapat memahami analisis data atau biaya dalam usaha Ternak Domba !
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Manajemen Usaha Domba

Manajemen domba adalah seni merawat, menangani dan mengatur domba. Terdapat
beberapa hal yang termasuk didalamnya, yaitu pemeliharaan, tempat perlindungan,
pencatatan, pemasaran, nutrisi, hijauan, tenaga kerja, modal, pencegahan penyakit dan
kotoran (Ensminger, 2002).

Usaha domba dapat dilakukan dengan sistem pemeliharaan secara intensif dan ekstensif.
Kedua sistem pemeliharaan tersebut akan menghasilkan produksi pertambahan bobot domba
yang berbeda dan akan berpengaruh pada efisiensi usaha domba. Kondisi tersebut telah
dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Sugandi (2001) mengenai efisiensi produksi
usaha domba di dataran rendah Kabupaten Majalengka.

Intensifikasi usaha domba pada lokasi penelitian tersebut dapat meningkatkan produksi.
Faktor manegament berupa kemampuan teknis petani dapat meningkatkan produksi pada
usaha domba pemeliharaan intensif maupun ekstensif, akan tetapi cara pemeliharaan intensif
dapat menghasilkan produksi lebih tinggi, dan secara teknis efisien. Selain itu, keuntungan
usaha domba secara intensif lebih tinggi dari pada usaha ternak secara ekstensif, akan tetapi
secara ekonomi kedua usaha tersebut belum efisien.

2.2 Sistem Pemberian Pakan dan Perkandangan yang baik untuk Ternak Domba

1. Pakan

Pada dasarnya pakan domba dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan utama dan pakan
tambahan (penguat). Pakan utama berupa hijauan, sedangkan pakan tambahan dapat disusun
dari berbagai bahan seperti biji kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, dan bungkil
kedelai yang ditambah vitamin serta mineral. Banyaknya hijauan yang dibutuhkan domba
tergantung dari berat tubuh, kualitas hijauan, dan kondisi hewan (sedang bunting, menyusui
dan sebagainya) (Suharno dan Nazaruddin, 1994).

Hijauan merupakan makanan kasar yang terdiri dari pakan yang dapat berupa rumput
lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan, juga

3
beberapa jenis leguminosa. Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia
dan berfungsi tidak saja sebagai pengisi perut, tetapi juga sumber gizi, yaitu protein, sumber
tenaga, vitamin dan mineral (Murtidjo,1993). Pemberian pakan hijauan yaitu 3-4% bahan
kering dari bobot hidup. Pakan hijauan yang baik adalah yang belum terlalu tua dan belum
menghasilkan bunga. Hijauan yang masih muda memiliki kandungan protein kasar yang
tinggi juga memilki kadar air yang tinggi. Untuk memgurangi kadar air pada pakan hijauan
yaitu dengan cara di layukan/fermentasi.

Konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya
karbohidrat dan protein seperti jagung kuning, bekatul, dedak gandum dan bungkil-
bungkilan. Konsentrat untuk domba umumnya disebut makanan penguat atau bahan baku
makanan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18 % dan mudah dicerna
(Murtidjo, 1993).

Pakan komplit (Complete Feed) adalah campuran semua bahan pakan yang terdiri atas
hijauan dan konsentrat yang dicampur menjadi satu campuran yang homogen dan diberikan
kepada ternak sebagai satu-satunya pakan tanpa tambahan rumput segar. Complete feed
dibuat dari hasil samping pertanian seperti jerami kedelai, tetes tebu, kulit kakao, kulit kopi,
ampas tebu, bungkil biji kapok, dedak padi, onggok kering dan bungkil kopra, pakan tersebut
diformulasikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ternak terpenuhi. Wahjuni dan Bijanti
(2006) menjelaskan, complete feed disusun untuk menyediakan ransum secara komplit dan
praktis dengan pemenuhan nilai nutrisi yang tercukupi untuk kebutuhan ternak serta dapat
ditujukan untuk perbaikan sistem pemberian pakan. Bahan-bahan yang biasa digunakan
untuk pembuatan complete feed antara lain :

1). Sumber SK (jerami, tongkol jagung, pucuk tebu),


2). Sumber energi (dedak padi, kulit kopi, kulit kakao tapioka),
3). Sumber protein (bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil sawit, bungkil biji kapok) dan
4). Sumber mineral (tepung tulang, garam dapur).
Salah satu teknologi pakan yang mudah diterapkan oleh petani ternak yaitu teknologi
pakan complete feed, merupakan formula pakan lengkap yang terdiri dari berbagai campuran
bahan melalui proses fermentasi, sehingga mengandung protein dan energi yang cukup serta
mempunyai daya simpan lebih lama.

4
Complete feed merupakan pakan yang dibuat dan diberikan sebagai satu-satunya pakan
yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substansi lain
kecuali air (Hartadi, dkk., 2005). Pembuatan pakan complete feed sebaiknya menggunakan
bahan pakan lokal, mengingat ketangguhan agribisnis peternakan adalah mengutamakan
penggunaan bahan pakan lokal yang tersedia dan sedikit bahan impor (Saragih, 2000).

Pakan lengkap (complete feed) merupakan sistem pemberian pakan dalam bentuk tunggal
yang dapat dibuat dengan proses pelleting, yaitu proses pencampuran atau penggabungan
beberapa bahan pakan melalui proses mekanikdengan tujuan untuk meningkatkan nilai
nutrisi, palatabilitas, efisiensi pakan, menghindari seleksi pakan oleh ternak serta
memudahkan pemberian pakan di lapangan (Owens, 1979). Ruminansia mempunyai sifat
seleksi terhadap bahan pakan yang tersedia dan tidak ada kontrol terhadap kemungkinan
akibat buruk suatu bahan pakan (Parakkasi, 1995).

Pemberian pakan lengkap (complete feed) pada domba adalah sebanyak 3-4 % dari bobot
badan, missal berat domba 25 kg maka kebutuhan completefeed sebesar 0,75 kg sampai 1,00
kg (Rully dan Nandang, 2009). Keperluan airminum sebanyak 4-5 liter/ekor/hari harus selalu
disesuaikan (Sugeng dan Sudarmono, 2005).

Pemberian pakan harus diatur sedemikian rupa sehingga domba tidak kelaparan atau
kekenyangan. Pengaturan pakan domba dapat dilakukan sesuai dengan tahap-tahap berikut:

a. Minggu pertama, yaitu pada saat domba datang beri konsentrat 1-2 ons per hari/ekor
domba tambahkan 7 ons ampas tahu dan 3 kg rumput sampai, berikan pada waktu-waktu
berikut:
• Jam 05.00 beri makan ampas tahu dan konsentrat
• Jam 09.30 beri makan rumput
• Jam 15.00 beri makan rumput kembali dalam kadar/jumlah yang sama
• Beri air minum setiapkali domba habis makan rumput
Pada fase ini, 2-3 hari domba akan terlihat kurang nafsu makan, namun hal itu
dikarenakan domba belum terbiasa, hari berikutnya pakan yang diberikan akan dimakan
sampai habis.
b. Minggu kedua, tambah dosis konsentrat menjadi 2-3 ons. Pakan dan waktu pemberiannya
tetap.

5
c. Minggu ketiga, tambah dosis konsentrat menjadi 4 ons. Pakan dan waktu pemberiannya
tetap.
d. Minggu berikutnya sampai masa penggemukkan berakhir (panen), tambah dosis
konsentrat menjadi 5 ons. Pakan dan waktu pemberiannya tetap.
2. Perkandangan

Syarat dasar untuk kandang domba adalah ventilasi, jarak lantai, cahaya, ruang bak, air,
dan ukuran kandang (Johnston, 1983). Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi
domba, sebab ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara kotor (CO2) dari dalam kandang
dan menggantikan udara segar (O2) dari luar, sehingga udara segar di dalam kandang bisa
dipertahankan. Ventilasi yang sempurna dapat dibuat dengan pengaturan dinding kandang
yang sebagian terbuka dan dapat dilakukan dengan menggunakan bilah-bilah bambu
(Sugeng, 1991).

Kandang berfungsi untuk melindungi domba dari matahari, angin, hujan, dan penyakit.
Selain itu dengan adanya kandang mampu menolong petani-ternak untuk dapat mencapai
produksi optimal dari ternaknya dan dapat menjalankan usaha secara ekonomis. Adanya
kandang juga mempermudah pengelolaan dan pengawasan karena semua domba bisa
diberikan makanan dan minuman secara bersamaann (Murtidjo, 1993). Pengawasan terhadap
penggunaan pakan, pertumbuhan, dan gejala penyakit, menjadi mudah dilakukan (Sugeng
dan Sudarmono, 2005). Tipe kandang domba dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tipe
kandang panggung dan tipe kandang lemprak. Kandang tipe panggung merupakan kandang
yang konstruksi lantainya dibuat sistem panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang
bermanfaat sebagai penampung kotoran dan air kecing domba. Kandang beralas kayu dan
berjarak 0,5-2 meter dari tanah. Tipe kandang lemprak merupakan tipe kandang yang tidak
dilengkapi alas kayu, tetapi ternak beralas kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan (Murtidjo,
1993).

Menurut hasil penelitian Tunggara (2006), penggunaan tipe kandang panggung


memudahkan bagi peternak dalam membersihkan kandang dari kotoran dan sisa-sisa rumput
yang dibawanya. Lantai kandang dibuat bercelah sehingga kotoran ternak tertumpuk diatas
kandang. Hasil penelitian Kamariah (2003) mengungkapkan dinding kandang terbuat dari
kayu dengan bentuk terbuka, dimaksudkan untuk mendaptkan ventilasi lebih baik, untuk
mengurangi panas dan kelembapan dari ternak dan kotorannya. Celah lantai berjarak 1-2 cm

6
adalah yang paling baik, dengan pertimbangan pada faktor kesehatan. Hasil penelitian
Rustam (2003) mengungkapkan ukuran kandang yang banyak digunakan oleh peternak
bervariasi, tergantung pada jenis ternak yang dipelihara. Kandang untuk betina dewasa rata-
rata membutuhkan kandang berukuran 1 x 0,8 m dan untuk jantan dewasa berukuran 1 x 1 m.
Untuk menambah napsu makan domba, setiap wadah pakan sebaiknya digunakan untuk 2
domba. Wadah pakan itu diletakan disisi luar dan tidak saling berhadapan dengan barisan
kandang lainnya. Wadah pakan itu bisa dibuat dari bambu atau bahan lain. Atap kandang
dibuat dari alang-alang atau rumbia dengan kemiringan 45°. Penggunaan atap rumbia lebih
baik dibandingkan dengan atap seng atau asbes karena pada siang hari kandang tidak terlalu
panas dan pada malam harinya menjadi hangat. Penggunaan atap seng sering menyebabkan
domba stress, karena kalau siang terlalu panas dan kalau malam terlalu dingin.

Gambar kandang panggung pada domba

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.ternakkambing.com%2F201
8%2F04%2Fdomba-
garut.html&psig=AOvVaw3fawJrlXoSd9M2m2oVMx2Z&ust=1588000692119000&source=
images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCJCsluixhukCFQAAAAAdAAAAABAD

2.3 Cara Memilih Bibit Unggul Serta Calon Induk Untuk Ternak Domba

Peternak domba harus membuat keputusan ketika memilih ternak bibit karena ternak
tersebut akan menentukan performa generasi berikutnya. Seleksi merupakan metode untuk
meningkatkan mutu genetik. Pada dasarnya seleksi adalah menentukan ternak mana yang
akan dipilih sebagai tetua, berapa sering menjadi tetua dan berapa lama menjadi tetua.

7
Umumnya produsen domba memilih ternak bibit berdasarkan pada penampilan luar yang
disebut sebagai fenotip. Kendati demikian, fenotip merupakan pencerminan dari pengaruh
genetik dan lingkungan dimana ternak tersebut hidup dan beraktivitas serta tidak
menggambarkan secara akurat keunggulan genetik yang sebenarnya.

1. Perangkat Seleksi

Meskel (2007) menyatakan beberapa perangkat yang dapat membantu produsen domba
mencapai tujuannya dalam peningkatan mutu genetik dan keuntungan dalam produksi daging
atau pemasaran domba hidup adalah sebagai berikut:
• Mempunyai sistem identifikasi yang khas pada individu ternak dalam populasi
• Membuat sistem pencatatan (rekording) performa dan silsilah
• Mengumpulkan data yang relevan pada pembibitan, reproduksi, produksi,
pertumbuhan, kualitas karkas, dan lain – lain
• Mengidentifikasi pejantan dan induk yang produksinya unggul berdasarkan penilaian
rekordingnya
• Menaksir potensi pertumbuhan cempe berdasarkan pada pengukuran pertambahan
bobot badan dengan menimbang secara berkala (pada waktu – waktu tertentu); dan
• Mencatat morbiditas dan mortalitas
2. Sifat yang dipertimbangkan saat pemilihan bibit ternak
1) Pertumbuhan
• Bobot lahir
• Bobot sapih (bobot 90 hari)
• Bobot 6 bulan
• Bobot setahun
• Pertambahan bobot badan harian (PBBH) sebelum sapih
• Pertambahan bobot badan harian (PBBH) setelah sapih
• Efisiensi pakan
• Konformasi badan
2) Reproduksi
• Angka konsepsi
• Jumlah cempe sekelahiran per induk dikawinkan dan kelahirannya
• Jumlah cempe disapih per-induk
8
• Persenta sekelahiran
• Persenta sepenyapihan
• Litter size dan bobot
• Fertilitas dan masalah kelahiran
• Berat induk saat penyapihan
3) Bagian dan kualitas karkas
• Persentase karkas
• Area loin (tulang mata rusuk)
• Ketebalan lemak di seluruh tulang mata rusuk
• Rasio daging, tulang atau
• Persentase konformasi karkas dan perdagingan
4) Kesehatan
• Tingkat morbiditas dan mortalitas
• Toleransi atau ketahanan terhadap parasit
• Daya tahan terhadap penyakit
3. Manajemen jenis ternak dan catatan performa

Terdapat jenis catatan dan sistem catatan pemeliharaan yang beragam. Kendati demikian,
sistem catatan pemeliharaan telah memberikan cara yang sederhana dan akurat untuk catatan
pemeliharaan populasi. Catatan performa dapat dimiliki pada kartu cetakan, pada buku atau
dalam bentuk elektronik. Beberapa jenis catatan manajemen pemeliharaan dan performa
paling penting pada usaha produksi domba meliputi:
• Data silsilah
• Data produksi dan reproduksi
• Data pembibitan
• Data kesehatan dan Data keuangan
Sistem catatan manajemen pemeliharaan dan performa ternak yang benar dan dapat
diandalkan akan membantu produsen untuk memilih bibit unggul dan pengganti,
mengidentifikasi induk dan pejantan berproduksi tinggi, mengindentifikasi dan mengafkir
ternak yang tidak produktif; mengamati dan mendokumentasikan proses menuju tujuan
seleksi, membuat perubahan manajemen berdasarkan analisis ekonomi usaha dan
meningkatkan nilai ternak yang dipasarkan dengan menyediakan pembeli yang mapan beserta

9
data produksi yang relevan.

4. Seleksi dan pengafkiran domba

Pada usaha produksi domba dan terutama yang ditargetkan pada produksi daging domba
dan ekspor domba hidup untuk ternak potong, terdapat pertimbangan penting diatas yang
difokuskan saat memilih bibit domba. Hal tersebut meliputi:
• Pertumbuhan yang tinggi
• Jumlah sekelahiran yang singkat (menghasilkan 3 cempe dalam dua tahun)
• Konformasi tubuh yang baik (perototan baik, ukuran tubuh yang besar, pergelangan
kaki dan kaki yang kuat dan adaptasi yang baik terutama pada lingkungan produksi
(daya tahan atau toleransi terhadap penyakit dan parasit).
Umumnya, hal tersebut dapat diyakini bahwa seleksi yang sistematis terhadap sifat yang
dijelaskan diatas dapat meningkatkan efisiensi produksi induk domba (kg sapih cempe per
induk domba yang dikawinkan per tahun) dan keuntungan dari peternakan. Pengafkiran
dilakukan berdasarkan berbagai alasan dan prosesnya dapat menjadi rumit. Jika catatan yang
dimiliki benar, hal tersebut dapat menjadi perangkat dasar utama dimana produsen membuat
keputusan pengafkiran.

5. Seleksi dan pengakiranpejantan

Gambar 1. Seleksi domba pejantan


Sumber : https://gdmorganic.com/ternak-domba/

Ada yang mengatakan bahwa “pejantan setengah dari populasi”. Hal tersebut benar,
karena penjantan dapat mengawini beberapa betina sehingga menghasilkan keturunan pada
setiap periode perkawinan saat induk yang sebagian besar beranak dua atau tiga per setiap
kelahiran. Produsen harus menggunakan pejantan diatas rata – rata sebagai bibit agar usaha
ternak potong dombanya sukses. Pejantan bibit harus mempunyai sifat perdagingan yang baik

10
untuk produksi daging. Pertimbangan lebih lanjut dalam seleksi pejantan akan menentukan
kualitas dan performa pertumbuhan keturunan dan kualitas cempe betina yang dipelihara
sebagai pengganti induk.

1. Penilaian Eksterior

Penilaian eksterior merupakan metode seleksi dimana produsen mengamati ternak secara
eksterior dan menilai individu yang mendekati sifat yang diinginkan, dalam hal ini adalah
produksi daging. Hal tersebut dapat di selesaikan melalui penilaian sifat konformasi dan
perototan ternak. Walaupun mudah diterapkan, produsen perlu memberlakukan metode yang
sistematis pada penilaian eksterior dalam mengevaluasi dan membandingkan sifat terhadap
ternak yang berbeda. Umumnya peternak menggunakan penilaian eksterior dan percaya akan
membuat banyak kemajuan dalam produksi domba melalui metode tersebut. Kekurangan
utama pada penilaian eksterior adalah jenis dan penampilan luar berkorelasi rendah dengan
beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas. Kendati demikian, mutu dan
harga pasar terhadap domba hidup sebagian besar ditentukan oleh penilaian eksterior.

2. Performa

Seleksi performa didasarkan atas indikator yang dapat diukur atau respon yang dapat
diamati seperti tingkat pertumbuhan yang diukur melalui bobot lahir dan berbagai tahap
pertumbuhan. Keunggulan seleksi performa dibandingkan dengan penilaian eksterior adalah
rendahnya kemungkinan penilaian subjektif atau penebakan yang lebih menekankan pada
penempatan sifat ekonomi yang penting. Apabila produsen gagal dalam mempertimbangkan
sifat performa melalui proses seleksi, Populasinya tidak akan mencapai tingkat produksi
tertinggi sesuai yang di rencanakan. Memiliki catatan produksi pada pejantan dan induk akan
membuat produsen dapat memilih dan mengafkir secara akurat serta objektif.

3. Silsilah

Seleksi silsilah dapat terlaksana ketika ternak dipilih beserta dengan garis keturunan,
terutama dari keturunan tetua jantan. Garis keturunan merupakan bentuk rekayasa inbreeding
yang menggunakan seleksi silsilah dengan memusatkan pada keunggulan genetik tetua.
Kendati demikian, dalam bentuk apapun umumnya merugikan dan harus dihindari.
Penggunaan silsilah dalam seleksi dapat menjadi sebuah keputusan sehingga meminimalisir
penggunaan pejantan yang sangat berkerabat atau perkawinan ternak yang sangat berkerabat.

11
6. Seleksi dan pengafkiran induk

Gambar 1. Seleksi induk domba


Sumber : https://gdmorganic.com/ternak-domba/

Seleksi dan pengafkiran pada induk domba ekor gemuk (DEG) dan domba ekor tipis
(DET) untuk produksi adalah berdasarkan pada sasaran sifat yang mempunyai arti ekonomi
penting dan biasa disebut sebagai pembibitan objektif. Umumnya domba yang yang
dipelihara di Indonesia digunakan untuk produksi daging, makasa saran pemulia biakan
adalah untuk meningkatkan produksi daging yang merupakan produk dari jumlah anak
domba yang dilahirkan dan pertumbuhan badan.

Program peningkatan kualitas genetic dengan cara seleksi harus dibedakan antara
karakter dalam pembibitan objektif dengan karakter yang digunakan dalam criteria seleksi.
Karakter dalam criteria seleksi dapat sama atau berbeda dengan karakter dalam pembibitan
objektif. Tetapi yang utama adalah karakter tersebut harus mudah diukur dan, ditimbang serta
mempunyai korelasi dengan karakter pembibitan objektif.

Kriteria evaluasi yang digunakan sebaiknya adalah total produksi dengan kemampuan
menghasilkan daging per induk dikawinkan yang merupakan produk dari kecepatan
pertumbuhan dan performa reproduksi. Kedua hal tersebut (kecepatan pertumbuhan dan
performans reproduksi) harus diperhatikan karena jika kedua criteria ini hanya diperhatikan
salah satu saja maka hasil criteria evaluasi akan sangat menyesatkan dan pada akhirnya
ternak yang diseleksi tidak dapat mencapai sasaran yang direncanakan.

Murtidjo (1992) menyatakan bahwa criteria seleksi yang mempunyai korelasi yang tinggi
terhadap pembibitan objektif pada DEG dan DET adalah derajat ovulasi. Derajat ovulasi ini

12
berkorelasi tinggi dengan jumlah anak yang dilahirkan (litter–size) per induk yang
dikawinkan, hal tersebut dapat dibuktikan melalui rataan angka ovulasi. Derajat ovulasi
merupakan jumlah sel telur yang dibuahi untuk setiap estrus. Seleksi tersebut dapat dilakukan
dengan menghitung corpolutea pada indung telur dengan menggunakan alat yang disebut
laporoscopy, sehingga seleksi dapat dilakukan lebih dini tanpa menunggu induk tersebut
melahirkan anaknya. Pada cara yang demikian, rata–rata interval generasi dapat dipersingkat
dan akibatnya respon terhadap seleksi dapat ditingkatkan. Hal tersebut merupakan jalan
pintas untuk mempercepat terbentuknya bibit unggul domba dan sekaligus penghematan
dana.

2.4 Manajemen pemeliharaan, kesehatan dan penanganan kesehatan atau penyakit


pada ternak domba

1. Kesehatan

Manajemen Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam proses peternakan baik
ternak itu sendiri, kandang maupun dari peternaknya itu sendiri. Menurut Sarwono (2005)
menyatakan bahwa kegiatan pengendalian penyakit yang meliputi, sanitasi kandang, sanitasi
peralatan, sanitasi lingkungan perkandangan, dan sanitasi pekerja. Kandang dibersihkan
setiap satu minggu sekali. Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum
dan sesudah melakukan aktivitas di kandang. Sanitasi pekerja dilakukan agar kebersihan dan
kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman penyakit yang mungkin
berasal dari kambing yang sedang sakit. Pengedalian penyakit merupakan salah satu bagian
dari pada pemeliharaan ternak yang tidak dapat diabaikan begitu saja. (Kartadisastra,1997).

2.Pemeliharaan Kesehatan

Domba juga membutuhkan perawatan agar dapat tumbuh dengan baik yang akhirnya
dapat berproduksi secara maksimal. Adapun perawatan yang dilakukan meliputi memandikan
ternak, mencukur bulu dan memotong kuku (Mulyono, 2002). Domba sebaiknya dimandikan
pada pagi hari saat cuaca cerah, sehingga tubuh domba lebih cepat kering. Domba
dimandikan agar tubuh domba tidak kotor dan tidak menjadi sarang kuman penaykit (Sugeng
dan Sudarmono, 2005).

Mencukur bulu domba dilakukan agar tidak terjadi gumpalan yang menjadikan kuman
penyakit dan parasit mudah bersarang ditubuh. Domba dicukur pada saat bulu telah panjang,

13
minimum 1 tahun sekali (Sugeng dan Sudarmono, 2005). Pencukuran bulu sebaiknya
dilakukan setelah domba berumur lebih dari 6 bulan. Sebelum dicukur sebaiknya domba
dimandikan agar bulunya bersih (Mulyono, 2002).

Pemotongan kuku penting dilakukan karena kuku yang panjang memungkinkan domba
terserang penyakit kuku busuk (foot root), menyebabkan domba sulit berjalan, dan membuat
kesulitan domba jantan dalam mengawini domba betina. Pemotongan dan pembersihan
kotoran yang ada disela-sela kuku dilakukan paling sedikit setiap 2 bulan sekali (Sodiq dan
Abidin, 2002). Bagian kuku yang dipotong dalam memotong kuku adalah bagian yang
bersyaraf, domba akan merasa sakit dan mengalami pendarahan (Mulyono, 2002).

Pemberian Vitamin diberikan pada saat pertama kali domba dating dipeternakan, vitamin
juga bias diberikan berupa vitamin B kompleks yang diberikan dengan cara disuntikan dipaha
kanan. Pemberian vitamin juga dapat dilakukan pada saat domba akan dikirimkan ke pembeli
untuk menjaga stamina domba selama diperjalanan. Obat-obatan diberikan pada saat domba
terserang penyakit (Tim Penulis MT Farm dan Bagus, 2012).

3.Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit atau bakalan ternak yang akan dipelihara tergantung dari selera petani
peternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Akan tetapi secara umum yang menjadi
pilihan petani peternak adalah kambing yang mudah pemasarannya (Murtidjo, 1993).
Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau
perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi
susu, dll). Secara umum cirri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu
bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.

13
Gambar Pemilihan bibit untuk ternak domba

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.ternakdombakambing.
com%2Fpelatihan-peternakan-kambing-domba-modern-
2019%2F&psig=AOvVaw0kGn2m_1APvrkBiSZr02pE&ust=1588001235469000&sourc
e=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCJDdzeazhukCFQAAAAAdAAAAABAF

4. Macam-macam Penyakit Domba

1. Diare/mencret
Penyebab : bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba dan kambing berusia 3
bulan
Pengobatan : antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut
2. Radang Pusar
Penyebab : alat pemotong pusar yang tidak steril atau tercemar oleh bakteri
Streptococcus, Staphyloccus, Esherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba dan
kambing yang terserang biasanya pada usia 2-7 hari.
Gejala : terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba dan
kambing akan kesakitan.
Pengendalian : dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol atau
disinfektan.

14
3. Cacar mulut / ORF
Penyakit ini menyerang domba dan kambing usia sampai 3 bulan
Gejala : cempe terserang tidak dapat menghisap susu induknya karena
tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Pengendalian : dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicilin.
4. Titani
Penyebab : kekurangan (defisiensi) kalsium (ca) dan mangan (mn). Domba dan kambing
yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan.
Gejala : gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh
badan.
Pengobatan : dengan menyuntikan larutan Gluconascalcicus dan Magnesium.
5. RadangLimpa
Penyakit ini menyerang domba dan kambing pada semua usia, sangat berbahaya,
penularannya cepat dan dapat menular ke manusia.
Penyebab : bakteri Bascillus anthracis.
Gejala : suhu tubuh tinggi, dari lubang hidung, mulut dan dubur keluar cairan yang
bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh bergetar dan nafsu makan hilang.
Pengendalian : dengan menyuntikkan antibiotika Procain penicillin G.
6. Mulut dan Kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba dan kambing.
Ternak yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku
Penyebab : virus dan menyerang semua usia pada domba dan kambing
Gejala : mulut melepuh diselaputi lendir.
Pengendalian : membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan larutan Aluminium
Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan
formalin atau Natrium karbonat 4%
7. Ngorok
Penyebab : bakteri Pasteurella multocida
Gejala : nafsu makan berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan
dada. Semua usia dapat terserang penyakit ini, domba dan kambing yang terserang penyakit
ini terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lender berbuih
dan sulit tidur.
Pengendalian : menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.
15
8. Perut Kembung / tympani
Penyebab : pemberian pakan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih
diselimuti embun.
Gejala : lambung kambing dan domba membesar dan dapat mengakibatkan kematian.
Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya mencukupi, serta
jangan digembalakan terlalu pagi karena masih banyak mengandung air.
9. Parasit cacing
Semua kambing dan domba dapat terserang penyakit ini.
Penyebab : cacing Fasciolasp (cacing hati), cacing Neoascarisvitulorum (cacing gelang),
cacing Haemonchuscontortus (cacing lambung), cacing Thelaziarhodessi (cacing mata).
Pengendalian : diberikan zanil atau valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga
diberi obat cacing seperti piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
10. Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit kambing dan domba pada
semuausia. Akibat dari penyakit ini produksi kambing dan domba merosot, kulit menjadi
jelek dan mengurangi nilai jual ternak.
Penyebab : parasit berupa tungau yang bernama Psoroptesovis, Psoroptes ciniculli dan
Chorioptesbovis.
Gejala : tubuh lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya.
Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor.
Pengendalian : dengan mengoleskan benzoasbensilikus 10% pada luka, menyemprot domba
dengan coumaphos 0,05-0,1%
11. Pink eye
Penyebab : bakteri
Gejala : mata berair, bengkak, selaput bening jadi keruh kemudian putih, borok dan
luka, serta cepat menular.
Pengendalian : antibiotika
12. Dermatitis
Adalah penyakit menular pada ternak kambing dan domba, menyerang kulit bibit
kambing dan domba.
Penyebab : virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia.
Gejala : terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada
induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu.
16
Pengendalian : menggunakan salep atau jodium tinctur pada luka.
2.5 Bagaimana analisis data atau biaya dalam usaha ternak domba

Usaha ternak domba ini memiliki banyak peminat yang tinggi dan untuk persaingannya
sangat minim. Potensi untuk membuka usaha ini sangat besar dan terbuka dengan lebar. Jika
anda menjalankan bisnis ternak domba dengan sistem yang baik dan benar maka anda akan
menghasilkan produk domba yang di harapkan.

Untuk melakukan ini sangat mudah, anda hanya butuh keuletan untuk merawat
dombanya dan anda butuh kesabaran, agar usaha ini berjalan dengan lancar. Modal yang di
butuhkan untuk melakukan usaha tidaklah besar. Teknik dan cara untuk merawat dombanya
tidaklah sulit.

1. Persiapan Awal Usaha Ternak Domba

Untuk membuka bisnis ternak domba anda harus memperhatikan :

– Karyawan : untuk membuka usaha ini, anda hanya butuh satu orang saja, karena ini sebagai
pemula agar tidak rugi.

– Bibit : anda harus memilih bibit domba dengan kualitas yang bagus, dan bibit yang sehat
tidak sering terjangkit penyakit. Dengan kualitas yang bagus maka akan menghasilkan
pertumbuhan ternak yang bagus pula. Carilah domba yang aktif, lincah, memiliki pandangan
mata yang jernih, tubuh yang normal, tidak terdapat kecacatan, memiliki umur sekitar 1,5
sampai 3 tahun.

– Ciri-ciri domba yang baik : memiliki tumbuh yang besar dan pendek. Tumit kaki yang kuat,
lehernya pendek dan tebal.

2. Rincian Modal awal :

Bakalan 15kg x RP 65.000 Rp. 975.000

Pakan dan tenaga kerja RP 3000x 100 per hari Rp. 300.000

Obat-obatan Rp. 20.000

Total Rp. 1.295.000

17
Biaya variabel :

Daun daunan RP 25.500 x 30 Rp. 765.000


Pakan tambahan RP 23.500 x 30 Rp. 705.000
Vaksin RP 21.500 x 30 Rp. 645.000
Alat habis pakai RP 14.500 x 30 Rp. 435.000
Minuman RP 7.500 x 30 Rp. 225.000
Karung RP 500 x 30 Rp. 15.000
BBM RP 24.000 x 30 Rp. 720.000
Lain-lain RP 7.000 x 30 Rp. 210.000
Air dan listrik RP 15.500 x 30 Rp. 465.00
Total Rp. 4.185.000

Potensi pendapatan :
Penjualan domba Rp 1.625.000
3. Perhitungan Keuntungan 100 per hari
Rp 1.625.000 – Rp 1.295.000 = Rp 330.000

Jika satu ekor domba dijual dengan harga 99.000, maka ketika menjual 10 ekor maka
akan mendapat keuntungan Rp 990.000, jika 50 ekor dapat terjual dalam sebulan maka akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 4.950.000.

ROI

Rp 1.625.000 – Rp 1.295.000 / Rp 1.295.000 x 100 % adalah sebesar 100 % maka akan


mendapatkan ROI 25 %.

Peralatan :

1. Pembuatan kandang domba


2. Sewa lahan
3. Bibit domba
4. Tempat makan domba
5. Tempat minum domba
6. Pembersihan kandang
7. Mesin penggiling untuk makan
18
8. Sekop
9. Selang air
10. Terpal
11. Timba

4.Tips Untuk Menghemat Biaya

Untuk mengurangi biaya awal Anda harus mencari makan sendiri terlebih dahulu
dibandingkan dengan membelinya sehingga akan menghemat pengeluaran untuk membeli
pakan ternak.

5. Analisa SWOT

- Strength (kekuatan) : Keuntungan yang didapatkan cukup lumayan karena usaha ini bias
dijalankan tanpa menyewa tempat untuk usaha ketika memiliki kelebihan lahan di samping
atau belakang rumah.

- Weakness (kelemahan) : Tetangga atau warga sekitar akan merasa tidak nyaman dengan
bau kotoran ternak, sehingga ada kemungkinan tetangga atau warga tidak menyukai Anda
berternak domba.

- Opportunity (peluang) : Peluang sangat bagus karena hamper setiap tahun banyak orang
membutuhkan kurban, aqiqah dan juga sering dijadikan aneka masakan di rumah makan dan
restoran.

- Treath (ancaman) : Ancaman yang paling sering dialami ketika berternak domba adalah
penyakit pada domba serta ketersediaan pakan daun-daunan yang semakin sulit karena
semakin sedikit lahan yang ditumbuhi rumput dan daun-daunan untuk pakan ternak.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ternak domba memiliki manfaat yang cukup besar dalam kehidupan salah satunya
adalah sebagai sumber protein hewani. Oleh karena itu perlu diadakan upaya untuk
mengembangkan ternak domba dengan baik, yaitu dengan memilih bibit domba yang
memiliki kualitas yang unggul untuk dikembangkan serta memperhatikan segala aspek
perawatan seperti kesehatan, kandang, dan pakan.

3.2 Saran

Ternak domba secara instensif ini menguntungkan, agar menguntungnya diperlukan


perhatian khusus dalam manajemen peternakan dan produksi peternakan domba. Untuk
meningkatkan pendapatan yang diterima peternak perlu adanya pelatihan dan pedampingan
secara berkelanjutan dari pihak pemerintah ataupun lembaga pendidikan (Universitas)
tentang teknis (bibit,pakan, kandang, kesehatan, pengolahan limbah dan pemasaran).

20
DAFTAR PUSTAKA

http://budiyexperience.blogspot.com/2013/04/makalah-perencanaan-peternaan-domba.html

http://tjoetnyakkkkk.blogspot.com/2011/01/domba-biologi.html

https://gdmorganic.com/ternak-domba/

http://budiyexperience.blogspot.com/2013/04/makalah-perencanaan-peternaan-domba.html

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwiQxfuttIbpAhXQR30KHeHdCeIQFjAEegQIBRAB&url=http%3A%2F%2F
media.unpad.ac.id%2Fthesis%2F200110%2F2011%2F200110110036_2_1413.pdf&usg=AO
vVaw26t0mI53YeKsZRecISSag5

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8
&ved=2ahUKEwiQxfuttIbpAhXQR30KHeHdCeIQFjACegQIAxAB&url=http%3A%2F%2F
cybex.pertanian.go.id%2Fmobile%2Fartikel%2F90027%2FMANAJEMEN-TERNAK-
DOMBA%2F&usg=AOvVaw2G84_AezSACP0qP9pvQhF4

21

Anda mungkin juga menyukai