Kelas E
Kelompok 6
Tim Penyusun
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSTAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pemeliharaan Sapi Laktasi,
Sapi Kering Kandang” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dr. Ir.
Lia Budimulyati Salman, M.P. pada mata kuliah Produksi dan Manajemen Ternak Perah. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Lia Budimulyati Salman, M.P. selaku
Dosen mata kuliah Produksi dan Manajemen Ternak Perah, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi pembaca
dan juga penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
KAJIAN PUSTAKA ....................................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Sapi Laktasi .................................................................................................... 4
2.2. Pengertian Sapi Kering Kandang ..................................................................................... 4
BAB III ........................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
3.1 Pemeliharaan Sapi Laktasi ............................................................................................... 6
3.1.1. Pemberian Pakan dan Air Minum pada Sapi Perah Laktasi ..................................... 7
Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu. Pakan
yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Konsentrat berpengaruh terhadap kadar berat
jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai konsentrat berat jenis susu akan
tinggi, sedangkan hijauan akan berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan terutama
lemak yang dihasilkan (Soedono dan Sutardi, 2003). ............................................................. 7
3.1.2. Metode Pemerahan dan Pemerahan secara Berkalan................................................ 8
3.1.3. Perkandangan, Sanitasi Kandang Ternak ................................................................. 9
3.2 Pemeliharaan Sapi Kering Kandang .............................................................................. 12
3.2.1 Tujuan Kering Kandang .......................................................................................... 12
3.2.2 Sistem Kering Kandang .......................................................................................... 12
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
PENUTUP..................................................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 15
4.2 Saran ............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Maka dari itu, dengan disusunnya makalah ini diharapkan mampu mengetahui
bagaimana cara manajemen pemeliharaan sapi laktasi dan sapi kering kandang dengan
baik.
2
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sapi laktasi?
2. Apa yang dimaksud dengan sapi kering kandang?
3. Bagaimana cara pemeliharaan sapi laktasi yang baik dan benar?
4. Bagaimana cara pemeliharaan sapi kering kandang yang baik dan benar?
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
produksi optimal. Pada masa ini, alveolus pada kelenjar mamae mengalami restorasi dan
proliferasi untuk siap produksi pada saat laktasi berikutnya (Anggraeni et al. 2010).
Sapi kering kandang adalah sapi yang tidak diperah sama sekali sejak umur
kebuntingan 7 bulan sampai akhir kebuntingan (Blackely dan Bade, 1998). Pada periode
kering organ ambing terutama kelenjar ambing diberi kesempatan untuk beristirahat
sehingga stimulasi produksi susu dari laktasi berikutnya menjadi maksimal (Capuco et
al., 1997)
5
BAB III
PEMBAHASAN
2. Pengelolaan perkandangan,
3. Pengelolaan reproduksi,
4. Pemerahan,
Sapi perah pada fase laktasi sangat sensitif terhadap lingkungan di sekelilingnya,
oleh sebab itu untuk menjaga kelangsungan produksi susu tetap stabil dilakukan
dilakukan pemeliharaan yang teratur.
6
3.1.1. Pemberian Pakan dan Air Minum pada Sapi Perah Laktasi
Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi
susu. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Konsentrat berpengaruh
terhadap kadar berat jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai konsentrat
berat jenis susu akan tinggi, sedangkan hijauan akan berpengaruh terhadap kualitas susu
yang dihasilkan terutama lemak yang dihasilkan (Soedono dan Sutardi, 2003).
Permulaan laktasi, bobot badan akan mengalami penurunan, karena sebagian dari
zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pembentukan susu diambil dari tubuh sapi. Pada
saat itu juga sapi laktasi mengalami kesulitan untuk memenuhi zat-zat makanan yang
dibutuhkan sebab nafsu makannya rendah, oleh karena itu pemberian ransum terutama
konsentrat harus segera ditingkatkan begitu nafsu makannya membaik (Siregar, 1998).
Pemberian konsetrat adalah 1 kg untuk tiap 4 kg susu yang dihasilkan. Pemberian
konsentrat hendaknya sebelum hijauan, karena untuk merangsang mikroba rumen.
Konsentrat sebaiknya diberikan sebelum pemerahan agar mikroba dalam rumen dapat
memanfaatkan karbohidrat sehingga dapat dicerna (Lubis, 1963).
Pemberian pakan kasar berupa hijauan dilakukan setelah pemerahan, agar tidak
mengganggu mutu air susu (Supardi, 1981). Hal ini dilakukan karena apabila pemberian
hijauan dilakukan pada pagi hari sebelum pemerahan bisa mengakibatkan terganggunya
proses pemerahan, karena proses pencernaan hijauan pada sapi berlangsung sangat lama.
Hijauan merupakan pakan utama sapi perah yang pada umumnya terdiri dari hijauan
segar ataupun jenis legum maupun rumput (Muldjana, 1985). Kebutuhan hijauan sapi
perah sebesar 2,5 pound (1,1 kg) per 100 pound (45 kg) bobot badan. Apabila hijauan
segar yang diberikan, maka jumlahnya tiga kali lebih besar (Ensminger, 1992). Lebih
lanjut dikatakan bahwa ketentuan jumlah pakan tersebut didasarkan pada kapasitas sistem
pencernaan.
Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, tak terkecuali sapi
perah. Kandungan air dalam tubuh sapi sendiri mencapai 70% dari berat tubuhnya. Selain
berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan dan mengeluarkan
bahan-bahan yang sudah tidak berguna dari dalam tubuh sapi. Air juga dibutuhkan sapi
perah dalam memproduksi susu.
7
Apabila setiap harinya rata-rata seekor sapi membutuhkan air antara 3 sampai 6
liter per 1 kg pakan kering. Agar dapat menghasilkan susu yang banyak, sapi perah tentu
membutuhkan air minum yang lebih banyak. Untuk menghasilkan 1 liter susu dalam
sehari saja, ia perlu minum air sebanyak 3,5 sampai 4 liter. Terlebih jika sapi tersebut
sedang bunting. Maka kebutuhan air minumnya tentu menjadi lebih banyak lagi sehingga
pada masa bunting ketersediaan air minum harus diberikan secara ad libitum (tidak
terbatas).
8
2. Strippen, pemerahan dengan metode ini membutuhkan waktu dengan rata-rata
7,72 menit per sapi. Metode ini digunakan untuk sapi yang memiliki puting
pendek. Cara melakukannya yaitu dengan menjepit puting diantara ibu jari dan
jari telunjuk yang digeserkan pda pangkal puting bawah sambil dipijat.
3. Pemerahan dengan mesin, metode ini masih sedikit digunakan di Indonesia, hanya
peternakan dalam skala besar yang menggunakannya. Cara kerjanya hampir sama
dengan pemerahan dengan tangan yang membedakan hanya penggunaan
mesinnya saja. Pemerahan menggunakan mesin membutuhkan waktu kurang
lebih 8 menit per ekor sapi tergantung banyaknya produksi susu yang dihasilkan
(Dirjen Peternakan, 2009).
9
(Yani dan Purwanto, 2006). Menurut Sutar (1981) Produktivitas sapi perah akan
optimal, apabila dipelihara pada kandang yang bersuhu berkisar antara 18 – 21°C
dan kelembaban udara 55%. kelembaban yang ideal untuk sapi perah adalah 60%
- 70% (Sudono et al., 2003).
Sistem Perkandangan
Sistem perkandangan sapi perah ada 3, yaitu
a. Conventional type/stanchion barn dimana kandang diberi penyekat
diantara sapi sehingga ternak tidak bisa bergerak dengan bebas,
b. Loose housing dimana ternak dilepas di kandang yang luas dan dapat
bergerak bebas kemana-mana,
c. Sistem kandang freestall pada prinsip nya sama dengan kandang loose
housing. Pada kandang freestall diberikan tempat untuk istirahat sapi yang
disekat – sekat untuk tiap satu ekor sapi (Muljana, 1985). Ukuran kandang
seharusnya memberikan luas daerah sekitar 3 m2 untuk satu sapi.
Kandang freestall baik loose housing untuk sapi yang berproduksi tinggi
karena sapi dapat selalu bergerak bebas yang menjaga kesehatan tulang
dan mencegah kelumpuhan pada sapi (Anderson,2008).
Sanitasi Kandang Ternak
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadai
sampar agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi adalah upaya
pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia. (Widyati, 2002).
Sanitasi sangat penting bagi masyarakat supaya memperbaiki,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia.
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak
aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit
dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.
Dengan alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya
merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat (Mulia, 2005).
10
Sanitasi Kandang ternak adalah suatu kegiatan yang meliputi keberhasilan
kandang dan lingkungan, karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang
bersih, kesehatan ternak maupun pemiliknya akan terjamin. Kebersihan kandang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan sehingga lingkungan tidak bau dan lembab
(Sarwono, 2012).
11
berupa mengelolaan menjadi biogas, pupuk cair dan kompos. Penanganan limbah
yang kurang baik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, udara dan air
(Rahmawati, 2013).
12
Sedangkan pada akhir kering kandang hijauan diberikan seperti jumlah biasa dan
diberikan penambahan konsentrat. Pemberian pakan awal kering kandang
dilakukan tiga hari sebelum pengeringan dimana pemberian konsentrat ditiadakan
serta pemberian hijauan dikurangi sekitar dua pertiga/hari yang berpengaruh
terhadap produksi susu (Siregar, 1993). Pada dua sampai tiga minggu pertama
pakan hijauan dikurangi sampai dengan setengah porsinya dan mulai diberikan
pakan penguat dengan kadar protein 2-4% kebutuhan zat pakan sapi kering yang
didasarkan bobot badan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Standart Kebutuhan
zat –zat pakan sapi kering kandang (NRC 1978 yang disitasi oleh Soedono, 1983)
Pemberian pakan akhir kering kandang dilakukan 2-3 minggu sebelum terakhir
kering kandang atau menjelang melahirkan. Sapi diberi hijauan dengan kualitas
tinggi, sedangkan konsentrat diberikan secara bertahap sampai sapi mampu
menghabiskan 1,5 kg untuk 100 kg bobot badan (Blakely dan Bade, 1994).
Selama 2 -3 minggu periode kering kandang menjelang kelahiran sebaiknya
diberikan konsentrat dengan kualitas yang lebih tinggi untuk melengkapi ransum
sapi (Folley et al., 1973)
2. Menurut Siregar (1993), pengaturan kering kandang secara mekanis ada tiga yaitu
pemerahan secara berselang, pemerahan secara tidak lengkap dan penghentian
pemerahan secara tiba tiba. Pemerahan secara berselang merupakan cara kering
kandang yang cocok untuk sapi perah yang menghasilkan susu lima liter atau
lebih (Siregar, 1993). Ditambahkan bahwa pemerahan secara berselang ini
dilakukan dengan cara sapi diperah satu hari dan besok tidak diperah, selanjutnya
satu hari diperah, dua hari tidak diperah kemudian tiga hari tidak diperah sampai
13
batas waktu pengeringan. Menutut Siregar (1993). Pemerahan tidak lengkap
dilakukan dengan cara saat kering kandang dimulai sapi laktasi diperah sampai
tuntas selama beberapa hari, kemudian pemerahan secara berselang dengan tetap
menyisakan susu sampai diperkirakan tinggal beberapa liter saja. Ensminger,
(1991) menambahkan bahwa selanjutnya dengan pemerahan berselang tetapi susu
masih tetap disisakan. Penghentian pemerahan secara tiba – tiba dapat diterapkan
untuk sapi perah yang produksinya rendah serta bebas dari infeksi mastitis
(Syarief dan Sumoprastowo, 1984). Menurut Siregar (1993), pada penghentian
pemerahan secara tiba tiba mencuci bersih puting dan memberikan desinfektan
sebagai pencegahan terhadap infeksi bakteri.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sapi perah laktasi adalah sapi perah yang berada pada masa rentangan waktu
menghasilkan susu, yaitu antara waktu beranak dan masa kering (Sudono et al,2003 ).
Lama laktasi yang normal adalah 305 hari dengan 60 hari masa kering, biasanya masa
laktasi menjadi lebih pendek apabila sapi terlalu cepat dikawinkan lagi setelah
melahirkan atau dikeringkan karena suatu penyakit. Sebaliknya masa laktasi yang
panjang biasanya dikarenakan adanya kesulitan dalam mengawinkan kembali ( Blakely
dan Bade, 1998 ).
Sapi kering kandang adalah sapi yang tidak diperah sama sekali sejak umur
kebuntingan 7 bulan sampai akhir kebuntingan (Blackely dan Bade, 1998). Pada periode
kering organ ambing terutama kelenjar ambing diberi kesempatan untuk beristirahat
sehingga stimulasi produksi susu dari laktasi berikutnya menjadi maksimal (Capuco et
al., 1997)
Manajemen pemeliharaan sapi masa laktasi merupakan suatu kegiatan
pemeliharaan sapi induk yang sedang laktasi (masa memproduksi susu) yang kegiatannya
meliputi:
2. Pengelolaan perkandangan,
3. Pengelolaan reproduksi,
4. Pemerahan,
15
4.2 Saran
Perlunya untuk melihat secara langsung atau praktik secara langsung agar kami
dapat lebih memahaminya dalam lagi. Semoga makalah ini dapat menjadi manfaat untuk
menambah ilmu bagi pembacanya, apabila terdapat kekurangan pada makalah ini, kritik
dan saran sangat kami butuhkan
16
DAFTAR PUSTAKA
Harjanti et al. 2021. Pengaruh lama kering kandang dan periode laktasi terhadap produksi dan kualitas
susu awal laktasi pada sapi perah. Livestock Animal Research, 19(2): 130-138.
Liandro, L. (2011). MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH MASA LAKTASI DI PT. RAHMAN
ALAM MULTIFARM BOYOLALI JAWA TENGAH. Surakarta: UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
Marpaung, T. (2018). KONDISI SANITASI KANDANG TERNAK, KEPADATAN LALAT,
PENGETAHUAN, DAN SIKAP MASYARAKAT DI DESA URAT TIMUR KECAMATAN
PALIPI SAMOSIR. Skripsi, Universitas Sumatera Utara. Diakses dari
https://repository.unair.ac.id/cgi/request_doc?docid=844773
Prihanto. 2009. Manajemen Pemeliharaan Induk Laktasi di Peternakan Sapi Perah CV> Mawar Farm
Kabupaten Karanganyar. Jurusan Agribisnis Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Rokhayati, U. A. 2018. Kajian Produktivitas Susu Sapi Perah Berdasarkan Bobot Badan dan Periode
Laktasi. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo.
17
LAMPIRAN
Edit Makalah
Irvan Ramadhan Setiawan 200110200331
Nurdiana Sulaeman 200110200338 3.1.3 Perkandangan, Sanitasi
Kandang dan Ternak
18
Habib Salman Giffari 200110200342 4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
19