Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PRODUKSI DAN MANAJEMEN TERNAK PERAH

“Pemeliharaan Sapi Laktasi, Sapi Kering Kandang”

Kelas E
Kelompok 6

Tim Penyusun

Adyasha Dzaki 200110200312


Geiska Nabillah Rosma Putri 200110200313
Bhenika Febyana 200110200317
Muhammad Azzumar Abdan N 200110200320
Irvan Ramadhan Setiawan 200110200331
Nurdiana Sulaeman 200110200338
Habib Salman Giffari 200110200342
Muhammad Syafi’i 200110200347
Ivander Falih Basyir 200110200354

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSTAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pemeliharaan Sapi Laktasi,
Sapi Kering Kandang” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dr. Ir.
Lia Budimulyati Salman, M.P. pada mata kuliah Produksi dan Manajemen Ternak Perah. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Lia Budimulyati Salman, M.P. selaku
Dosen mata kuliah Produksi dan Manajemen Ternak Perah, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi pembaca
dan juga penulis.

Jatinangor, 1 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
KAJIAN PUSTAKA ....................................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Sapi Laktasi .................................................................................................... 4
2.2. Pengertian Sapi Kering Kandang ..................................................................................... 4
BAB III ........................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
3.1 Pemeliharaan Sapi Laktasi ............................................................................................... 6
3.1.1. Pemberian Pakan dan Air Minum pada Sapi Perah Laktasi ..................................... 7
Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu. Pakan
yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Konsentrat berpengaruh terhadap kadar berat
jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai konsentrat berat jenis susu akan
tinggi, sedangkan hijauan akan berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan terutama
lemak yang dihasilkan (Soedono dan Sutardi, 2003). ............................................................. 7
3.1.2. Metode Pemerahan dan Pemerahan secara Berkalan................................................ 8
3.1.3. Perkandangan, Sanitasi Kandang Ternak ................................................................. 9
3.2 Pemeliharaan Sapi Kering Kandang .............................................................................. 12
3.2.1 Tujuan Kering Kandang .......................................................................................... 12
3.2.2 Sistem Kering Kandang .......................................................................................... 12
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
PENUTUP..................................................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 15
4.2 Saran ............................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi perah adalah salah satu hewan ternak penghasil susu. Produksi susu yang
dihasilkan Mampu menyuplai sebagian besar kebutuhan susu di dunia dibanding jenis
hewan ternak Penghasil susu yang lain seperti kambing, domba dan kerbau, maka dari itu
sapi perah Mempunyai kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan susu. Produksi
susu dapat ditingkatkan dengan adanya manajemen pemeliharaan yang baik Dalam usaha
peternakan sapi perah, salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan pemberian Pakan
yang berkualitas dan menjaga kesehatan sapi perah Pada makalah ini akan dibahas
bagaimana cara pemeliharaan sapi perah laktasi dan sapi perah kering kandang. Sapi
kering kandang adalah sapi yang tidak diperah sama sekali sejak Umur kebuntingan 7
bulan sampai akhir kebuntingan (Blackely dan Bade, 1994). Sedangkan sapi masa laktasi
adalah dimana sapi sedang menghasilkan susu yaitu selama 10 bulan. Sapi mulai
berproduksi setelah melahirkan anak, susu pertama kali Keluar berupa kolostrum yang
sangat baik untuk pedet bagi pertumbuhan pada Kehidupan awal.
Susu merupakan hasil utama dari ternak perah dengan kandungan gizi yang
lengkap dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, produksi susu yang dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia masih sangat rendah, karenanya
diperlukan peningkatan hasil, baik kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena itu perlu
diperhatikan Bagaimana sistem pemeliharaan nya. Manajemen pemeliharaan sapi laktasi
merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sapi induk yang sedang laktasi atau masa
(memproduksi susu).
Manajemen pemeliharaan merupakan faktor penentu hasil ternak. Dengan adanya
manajemen yang tersusun dan terencana dengan baik maka tidak menutup kemungkinan
adanya peningkatan kualitas maupun kuantitas hasil ternak yang sesuai dengan harapan.

1
Maka dari itu, dengan disusunnya makalah ini diharapkan mampu mengetahui
bagaimana cara manajemen pemeliharaan sapi laktasi dan sapi kering kandang dengan
baik.

2
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sapi laktasi?
2. Apa yang dimaksud dengan sapi kering kandang?
3. Bagaimana cara pemeliharaan sapi laktasi yang baik dan benar?
4. Bagaimana cara pemeliharaan sapi kering kandang yang baik dan benar?

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Mahasiswa memahami pengertian dari sapi laktasi.
2. Mahasiswa memahami pengertian dari sapi kering kandang.
3. Mahasiswa memahami cara pemeliharaan sapi laktasi yang baik dan benar.
4. Mahasiswa memahami cara pemeliharaan sapi kering kandang yang baik dan benar.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Sapi Laktasi


Sapi perah laktasi adalah sapi perah yang berada pada masa rentangan waktu
menghasilkan susu, yaitu antara waktu beranak dan masa kering (Sudono et al,2003 ).
Lama laktasi yang normal adalah 305 hari dengan 60 hari masa kering, biasanya masa
laktasi menjadi lebih pendek apabila sapi terlalu cepat dikawinkan lagi setelah
melahirkan atau dikeringkan karena suatu penyakit. Sebaliknya masa laktasi yang
panjang biasanya dikarenakan adanya kesulitan dalam mengawinkan kembali ( Blakely
dan Bade, 1998 ).
Sapi perah laktasi merupakan sapi perah yang berada pada kondisi menghasilkan
susu setelah melahirkan (Darmono, 1992 ). Trimargono (2005) menjelaskan bahwa masa
awal laktasi biasanya adalah pada 100 hari pertama laktasi, pada masa awal laktasi sapi
akan mengalami puncak produksi susu (pada bulan kedua laktasi pada sapi Holstein).
Konsumsi pakan menurun, akibatnya sapi akan mengalami penurunan berat badan. dan
pada akhir masa laktasi ini sapi akan mengalami puncak konsumsi dry matter yang akan
menyebabkan penurunan berat badan (berat badan turun sehingga menjadi paling rendah
pada masa laktasi). Masa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi. Sapi mulai
berproduksi setelah melahirkan anak. Saat itulah disebut masa laktasi dimulai. Masa
laktasi dimulai sejak sapi berproduksi sampai masa kering tiba. Oleh karena itu masa
laktasi berlangsung selama 10 bulan atau sekitar 305 hari (Santoso, 2002). Selama masa
periode laktasi, kandungan protein susu mengalami kenaikan, sedangkan kandungan
lemak susunya mengalami penurunan kemudian naik lagi

2.2.Pengertian Sapi Kering Kandang


Kering kandang merupakan salah satu periode produksi pada sapi perah
yang dapat memengaruhi produktivitas dan kualitas produksi susu. Manajemen yang
baik pada masa kering kandang penting dilakukan sebagai upaya untuk mencapai

4
produksi optimal. Pada masa ini, alveolus pada kelenjar mamae mengalami restorasi dan
proliferasi untuk siap produksi pada saat laktasi berikutnya (Anggraeni et al. 2010).
Sapi kering kandang adalah sapi yang tidak diperah sama sekali sejak umur
kebuntingan 7 bulan sampai akhir kebuntingan (Blackely dan Bade, 1998). Pada periode
kering organ ambing terutama kelenjar ambing diberi kesempatan untuk beristirahat
sehingga stimulasi produksi susu dari laktasi berikutnya menjadi maksimal (Capuco et
al., 1997)

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pemeliharaan Sapi Laktasi


Manajemen pemeliharaan sapi masa laktasi merupakan suatu kegiatan
pemeliharaan sapi induk yang sedang laktasi (masa memproduksi susu) yang
kegiatannya meliputi:

1. Pemberian pakan dan minum,

2. Pengelolaan perkandangan,

3. Pengelolaan reproduksi,

4. Pemerahan,

5. Pengelolaan kesehatan ternak

Manajemen pemeliharaan merupakan faktor penentu hasil ternak. Dengan


adanya manajemen yang tersusun dan terencana dengan baik, maka tidak menutup
kemungkinan adanya peningkatan kualitas maupun kuantitas hasil ternak yang sesuai
dengan harapan. Maka dari itu, dengan kegiatan magang ini, diharapkan mampu
mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan sapi laktasi dapat dijalankan dengan
baik dengan hasil yang maksimal.

Sapi perah pada fase laktasi sangat sensitif terhadap lingkungan di sekelilingnya,
oleh sebab itu untuk menjaga kelangsungan produksi susu tetap stabil dilakukan
dilakukan pemeliharaan yang teratur.

6
3.1.1. Pemberian Pakan dan Air Minum pada Sapi Perah Laktasi
Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi
susu. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Konsentrat berpengaruh
terhadap kadar berat jenis susu dan produksi, sehingga semakin tinggi nilai konsentrat
berat jenis susu akan tinggi, sedangkan hijauan akan berpengaruh terhadap kualitas susu
yang dihasilkan terutama lemak yang dihasilkan (Soedono dan Sutardi, 2003).
Permulaan laktasi, bobot badan akan mengalami penurunan, karena sebagian dari
zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pembentukan susu diambil dari tubuh sapi. Pada
saat itu juga sapi laktasi mengalami kesulitan untuk memenuhi zat-zat makanan yang
dibutuhkan sebab nafsu makannya rendah, oleh karena itu pemberian ransum terutama
konsentrat harus segera ditingkatkan begitu nafsu makannya membaik (Siregar, 1998).
Pemberian konsetrat adalah 1 kg untuk tiap 4 kg susu yang dihasilkan. Pemberian
konsentrat hendaknya sebelum hijauan, karena untuk merangsang mikroba rumen.
Konsentrat sebaiknya diberikan sebelum pemerahan agar mikroba dalam rumen dapat
memanfaatkan karbohidrat sehingga dapat dicerna (Lubis, 1963).
Pemberian pakan kasar berupa hijauan dilakukan setelah pemerahan, agar tidak
mengganggu mutu air susu (Supardi, 1981). Hal ini dilakukan karena apabila pemberian
hijauan dilakukan pada pagi hari sebelum pemerahan bisa mengakibatkan terganggunya
proses pemerahan, karena proses pencernaan hijauan pada sapi berlangsung sangat lama.
Hijauan merupakan pakan utama sapi perah yang pada umumnya terdiri dari hijauan
segar ataupun jenis legum maupun rumput (Muldjana, 1985). Kebutuhan hijauan sapi
perah sebesar 2,5 pound (1,1 kg) per 100 pound (45 kg) bobot badan. Apabila hijauan
segar yang diberikan, maka jumlahnya tiga kali lebih besar (Ensminger, 1992). Lebih
lanjut dikatakan bahwa ketentuan jumlah pakan tersebut didasarkan pada kapasitas sistem
pencernaan.

Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, tak terkecuali sapi
perah. Kandungan air dalam tubuh sapi sendiri mencapai 70% dari berat tubuhnya. Selain
berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan dan mengeluarkan
bahan-bahan yang sudah tidak berguna dari dalam tubuh sapi. Air juga dibutuhkan sapi
perah dalam memproduksi susu.

7
Apabila setiap harinya rata-rata seekor sapi membutuhkan air antara 3 sampai 6
liter per 1 kg pakan kering. Agar dapat menghasilkan susu yang banyak, sapi perah tentu
membutuhkan air minum yang lebih banyak. Untuk menghasilkan 1 liter susu dalam
sehari saja, ia perlu minum air sebanyak 3,5 sampai 4 liter. Terlebih jika sapi tersebut
sedang bunting. Maka kebutuhan air minumnya tentu menjadi lebih banyak lagi sehingga
pada masa bunting ketersediaan air minum harus diberikan secara ad libitum (tidak
terbatas).

3.1.2. Metode Pemerahan dan Pemerahan secara Berkalan


Produksi susu yang lebih baik akan dihasilkan dari jadwal pemerahan yang teratur dan
seimbang. Menurut Anonimus (1995), Umumnya, jadwal pemerahan pada sapi yang
sedang berproduksi dilakukan 2 kali sehari setiap harinya. Sebekum dilakukan
pemerahan, kita perlu meyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pemerahan yaitu
ember, minyak kelapa sebagai pelicin dan penyaring susu.
Ambing dicuci terlebih dahulu sebelum dilakukan pemerahan agar susu tidak
terkontaminasi dengan kotoran. Setelah ambing dicuci, menurut siregar (1995), putih
diolesi dengan pelicin sebelum pemerahan dimulai. Bila sapi merasa sakit dan ketakutan
proses pemerahan susu akan terganggu (Blakely and Bade, 1992). Untuk menghindari
luka pada puting dan terkontaminasinya susu oleh kotoran yang mengandung bakteri,
tangan pemerah harus bersih dan kuku tidak boleh panjang.
Menurut Syarief dan Sumopratowo (1985), metode whole hand merupakan
metode terbaik untuk sapi yang memiliki puting panjang dan produksi susu yang tinggi.
Sedangkan, metode Strippen biasanya digunakan untuk sapi yang memiliki puting
senjata. Metode-metode tersebut antara lain :
1. Whole Hand, pemerahan dengan metode ini membutuhkan waktu dengan rata-rata
6,64 menit per sapi. Metode ini digunakan untuk sapi yang putingnya panjang.
Cara melakukannya yaitu dengan memegang puting susu pada pangkal puting
diantara ibu jari dan telunjuk diawali dari atas yang diikuti jari tengah, jari manis
dan kelingking seperti memeras.

8
2. Strippen, pemerahan dengan metode ini membutuhkan waktu dengan rata-rata
7,72 menit per sapi. Metode ini digunakan untuk sapi yang memiliki puting
pendek. Cara melakukannya yaitu dengan menjepit puting diantara ibu jari dan
jari telunjuk yang digeserkan pda pangkal puting bawah sambil dipijat.
3. Pemerahan dengan mesin, metode ini masih sedikit digunakan di Indonesia, hanya
peternakan dalam skala besar yang menggunakannya. Cara kerjanya hampir sama
dengan pemerahan dengan tangan yang membedakan hanya penggunaan
mesinnya saja. Pemerahan menggunakan mesin membutuhkan waktu kurang
lebih 8 menit per ekor sapi tergantung banyaknya produksi susu yang dihasilkan
(Dirjen Peternakan, 2009).

3.1.3. Perkandangan, Sanitasi Kandang Ternak


 Manajemen Perkandangan
Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan
kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang
kelengkapan dalam suatu peternakan (Syarif dan Sumoprastowo, 1985). Kandang
merupakan suatu bangunan yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi ternak.
Kandang berfungsi untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang
merugikan (Sudono et al., 2003). Lokasi kandang harus dekat dengan sumber air,
tidak membahayakan ternak dan tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk.
Lokasi usaha peternakan diusahakan bukan areal yang masuk dalam daerah
perluasan kota dan juga merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk
peternakan sapi perah (Syarif dan harianto, 2011). Kandang yang dibuat untuk
sapi perah disediakan dengan berbagai tipe kandang yaitu kandang pedet,
kandang pedet lepas sapih, kandang sapi dara, kandang sapi dewasa atau kandang
sapi masa produksi, kandang sapi kering kandang (Prasetya, 2012).
Daerah – daerah yang cerah dengan matahari penuh tinggi atap kandang
sebaiknya antara 3,6 – 4,2 m. Ketinggian tersebut sudah cukup untuk membatasi
difusi radiasi matahari yang diterima sapi didalam kandang. Pembuatan ventilasi
untuk daerah tropis sebaik nya menggunakan ventilasi dinding terbuka dengan
penempatan kandang pada letak dataran yang tinggi sehingga ventilasi akan
mendapat hembusan angin yang akan mereduksi panas nya suhu tubuh sapi FH

9
(Yani dan Purwanto, 2006). Menurut Sutar (1981) Produktivitas sapi perah akan
optimal, apabila dipelihara pada kandang yang bersuhu berkisar antara 18 – 21°C
dan kelembaban udara 55%. kelembaban yang ideal untuk sapi perah adalah 60%
- 70% (Sudono et al., 2003).
 Sistem Perkandangan
Sistem perkandangan sapi perah ada 3, yaitu
a. Conventional type/stanchion barn dimana kandang diberi penyekat
diantara sapi sehingga ternak tidak bisa bergerak dengan bebas,
b. Loose housing dimana ternak dilepas di kandang yang luas dan dapat
bergerak bebas kemana-mana,
c. Sistem kandang freestall pada prinsip nya sama dengan kandang loose
housing. Pada kandang freestall diberikan tempat untuk istirahat sapi yang
disekat – sekat untuk tiap satu ekor sapi (Muljana, 1985). Ukuran kandang
seharusnya memberikan luas daerah sekitar 3 m2 untuk satu sapi.
Kandang freestall baik loose housing untuk sapi yang berproduksi tinggi
karena sapi dapat selalu bergerak bebas yang menjaga kesehatan tulang
dan mencegah kelumpuhan pada sapi (Anderson,2008).
 Sanitasi Kandang Ternak
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadai
sampar agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi adalah upaya
pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia. (Widyati, 2002).
Sanitasi sangat penting bagi masyarakat supaya memperbaiki,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia.
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak
aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit
dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan.
Dengan alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya
merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat (Mulia, 2005).

10
Sanitasi Kandang ternak adalah suatu kegiatan yang meliputi keberhasilan
kandang dan lingkungan, karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang
bersih, kesehatan ternak maupun pemiliknya akan terjamin. Kebersihan kandang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan sehingga lingkungan tidak bau dan lembab
(Sarwono, 2012).

Sanitasi selain tindakan untuk menjaga kebersihan juga untuk mencegah


terjangkitnya penyakit serta meminimalkan kemungkinan penularan penyakit.
Pembersihan pada kandang meliputi palung, lantai dan selokan kandang
kemudian sapi dimandikan setiap sebelum pemerahan agar kotoran pada tubuh
sapi tidak mengkontaminasi susu saat terjadi proses pemerahan (Anitasari, 2008).
Sanitasi kandang dan peralatan dilakukan sebelum memulai pemeliharaan sapi
perah, baik itu untuk sapi pedet maupun untuk sapi dara. Sanitasi kandang dan
peralatan dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan didalam kandang dan
lingkungan diluar kandang. Sanitasi diluar kandang dilakukan dengan membabat
semak-semak, menyapu dan mengumpulkannya ditempat yang aman, sehingga
tidak mengganggu atau menimbulkan penyakit pada ternak, yang sedang
dipelihara. Setelah lingkungan dibersihkan selanjutnya dilakukan pencucian
kandang dengan air hingga bersih dan baru kemudian disemprot dengan
desinfektan (Firman, 2010). Menurut (Makin, 2011) mensterilkan peralatan dan
kandang dilakukan dengan cara membersihkan peralatan menggunakan air lalu
penyemprotan pada permukaan pralatan dengan desinfektan kemudian
pengapuran pada seluruh lantai dan dinding kandang untuk membunuh bakteri.
Tingkat kebersihan lantai kandang dapat mempengaruhi kejadian masistis
subsklinis karena tersentuhnya puting/ambing dengan lantai akan selalu terjadi
(Aziz et al., 2013).
Limbah peternakan sapi perah dibedakan menjadi limbah cair, gas dan
limbah padat (Haryati, 2006). Menurut (Nurlina dan Maryati, 2011) bahwa
kotoran sapi jika hanya dibuang begitu saja dan tidak dimanfaatkan dapat akan
menimbulkan pencemaran lingkungan dan merusak estetika seperti pemandangan
yang tidak baik dan bau yang tidak sedap. Penanganan limbah sapi perah dapat

11
berupa mengelolaan menjadi biogas, pupuk cair dan kompos. Penanganan limbah
yang kurang baik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, udara dan air
(Rahmawati, 2013).

3.2 Pemeliharaan Sapi Kering Kandang

3.2.1 Tujuan Kering Kandang


Kering kandang bertujuan untuk mengistirahatkan kelenjar ambing
mengembalikan berat badan induk yang hilang pada periode laktasi. Memberi
kesempatan pada fectus untuk berkembang lebih normal agar diperoleh pedet yang baik
dan mempersiapkan periode laktasi berikutnya agar produksi tidak menurun (Ensminger,
1971). Menurut Sudono (1983). kering kandang bertujuan untuk mengembalikan kondisi
tubuh atau memberi waktu istirahat pada sapi agar 5 produksi susu periode selanjutnya
akan lebih baik selain itu juga untuk mengisi kembali kebutuhan vitamin dan mineral
setelah mengalami masa laktasi berat agar sapi tetap sehat serta menjamin pertumbuhan
fetus dalam kandungan. Selama kering kandang ini dimaksudkan agar tubuh induk dapat
membentuk makanan cadangan berupa vitamin – vitamin seperti vitamin A yang dapat
dimanfaatkan oleh anak anak lahir yang baru lahir lewat kolostrum bersama antibodi
yang sangat penting bagi kesehatan pedet, agar tubuh induk dapat mengisi kembali
vitamin – vitamin, mineral dan lain – lain untuk kebutuhan induk sendiri sehingga
kondisinya tetap kuat dan sehat walaupun mengalami masa laktasi yang berat. Agar
kondisi tubuh menjadi baik sehingga akan memberikan jaminan kelangsungan produksi
susu tetap baik dan bahkan dapat meningkat (Siregar, 1993).

3.2.2 Sistem Kering Kandang


Pengaturan sistem kering kandang pada sapi perah ada dua cara yaitu secara fisiologis
dan secara mekanis. Secara fisiologis dilakukan dengan pengaturan pemberian pakan
sedangkan secara mekanis terdiri dari pemerahan berselang pemerahan tidak lengkap dan
penghentian pemerahan tiba – tiba (Siregar, 1993).
1. Secara Fisiologis Menurut Siregar (1993), sistem kering kandang secara biologis
dilakukan dengan pengurangan pemberian pakan hijauan sampai tinggal satu
pertiga bagian 6 dan penghentian konsentrat pada awal kering kandang.

12
Sedangkan pada akhir kering kandang hijauan diberikan seperti jumlah biasa dan
diberikan penambahan konsentrat. Pemberian pakan awal kering kandang
dilakukan tiga hari sebelum pengeringan dimana pemberian konsentrat ditiadakan
serta pemberian hijauan dikurangi sekitar dua pertiga/hari yang berpengaruh
terhadap produksi susu (Siregar, 1993). Pada dua sampai tiga minggu pertama
pakan hijauan dikurangi sampai dengan setengah porsinya dan mulai diberikan
pakan penguat dengan kadar protein 2-4% kebutuhan zat pakan sapi kering yang
didasarkan bobot badan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Standart Kebutuhan
zat –zat pakan sapi kering kandang (NRC 1978 yang disitasi oleh Soedono, 1983)

Pemberian pakan akhir kering kandang dilakukan 2-3 minggu sebelum terakhir
kering kandang atau menjelang melahirkan. Sapi diberi hijauan dengan kualitas
tinggi, sedangkan konsentrat diberikan secara bertahap sampai sapi mampu
menghabiskan 1,5 kg untuk 100 kg bobot badan (Blakely dan Bade, 1994).
Selama 2 -3 minggu periode kering kandang menjelang kelahiran sebaiknya
diberikan konsentrat dengan kualitas yang lebih tinggi untuk melengkapi ransum
sapi (Folley et al., 1973)

2. Menurut Siregar (1993), pengaturan kering kandang secara mekanis ada tiga yaitu
pemerahan secara berselang, pemerahan secara tidak lengkap dan penghentian
pemerahan secara tiba tiba. Pemerahan secara berselang merupakan cara kering
kandang yang cocok untuk sapi perah yang menghasilkan susu lima liter atau
lebih (Siregar, 1993). Ditambahkan bahwa pemerahan secara berselang ini
dilakukan dengan cara sapi diperah satu hari dan besok tidak diperah, selanjutnya
satu hari diperah, dua hari tidak diperah kemudian tiga hari tidak diperah sampai

13
batas waktu pengeringan. Menutut Siregar (1993). Pemerahan tidak lengkap
dilakukan dengan cara saat kering kandang dimulai sapi laktasi diperah sampai
tuntas selama beberapa hari, kemudian pemerahan secara berselang dengan tetap
menyisakan susu sampai diperkirakan tinggal beberapa liter saja. Ensminger,
(1991) menambahkan bahwa selanjutnya dengan pemerahan berselang tetapi susu
masih tetap disisakan. Penghentian pemerahan secara tiba – tiba dapat diterapkan
untuk sapi perah yang produksinya rendah serta bebas dari infeksi mastitis
(Syarief dan Sumoprastowo, 1984). Menurut Siregar (1993), pada penghentian
pemerahan secara tiba tiba mencuci bersih puting dan memberikan desinfektan
sebagai pencegahan terhadap infeksi bakteri.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sapi perah laktasi adalah sapi perah yang berada pada masa rentangan waktu
menghasilkan susu, yaitu antara waktu beranak dan masa kering (Sudono et al,2003 ).
Lama laktasi yang normal adalah 305 hari dengan 60 hari masa kering, biasanya masa
laktasi menjadi lebih pendek apabila sapi terlalu cepat dikawinkan lagi setelah
melahirkan atau dikeringkan karena suatu penyakit. Sebaliknya masa laktasi yang
panjang biasanya dikarenakan adanya kesulitan dalam mengawinkan kembali ( Blakely
dan Bade, 1998 ).
Sapi kering kandang adalah sapi yang tidak diperah sama sekali sejak umur
kebuntingan 7 bulan sampai akhir kebuntingan (Blackely dan Bade, 1998). Pada periode
kering organ ambing terutama kelenjar ambing diberi kesempatan untuk beristirahat
sehingga stimulasi produksi susu dari laktasi berikutnya menjadi maksimal (Capuco et
al., 1997)
Manajemen pemeliharaan sapi masa laktasi merupakan suatu kegiatan
pemeliharaan sapi induk yang sedang laktasi (masa memproduksi susu) yang kegiatannya
meliputi:

1. Pemberian pakan dan minum,

2. Pengelolaan perkandangan,

3. Pengelolaan reproduksi,

4. Pemerahan,

5. Pengelolaan kesehatan ternak

15
4.2 Saran
Perlunya untuk melihat secara langsung atau praktik secara langsung agar kami
dapat lebih memahaminya dalam lagi. Semoga makalah ini dapat menjadi manfaat untuk
menambah ilmu bagi pembacanya, apabila terdapat kekurangan pada makalah ini, kritik
dan saran sangat kami butuhkan

16
DAFTAR PUSTAKA

Harjanti et al. 2021. Pengaruh lama kering kandang dan periode laktasi terhadap produksi dan kualitas
susu awal laktasi pada sapi perah. Livestock Animal Research, 19(2): 130-138.
Liandro, L. (2011). MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH MASA LAKTASI DI PT. RAHMAN
ALAM MULTIFARM BOYOLALI JAWA TENGAH. Surakarta: UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
Marpaung, T. (2018). KONDISI SANITASI KANDANG TERNAK, KEPADATAN LALAT,
PENGETAHUAN, DAN SIKAP MASYARAKAT DI DESA URAT TIMUR KECAMATAN
PALIPI SAMOSIR. Skripsi, Universitas Sumatera Utara. Diakses dari
https://repository.unair.ac.id/cgi/request_doc?docid=844773
Prihanto. 2009. Manajemen Pemeliharaan Induk Laktasi di Peternakan Sapi Perah CV> Mawar Farm
Kabupaten Karanganyar. Jurusan Agribisnis Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Rokhayati, U. A. 2018. Kajian Produktivitas Susu Sapi Perah Berdasarkan Bobot Badan dan Periode
Laktasi. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo.

17
LAMPIRAN

Nama NPM Tugas

2.2 Pengertian Sapi Kering


Adyasha Dzaki 200110200312 Kandang

2.1 Pengertioan Sapi Laktasi


Geiska Nabillah Rosma 200110200313
Putri

Bhenika Febyana 200110200317 3.2.1 Metode Pemerahan dan


Pemerahan Secara Berkala

1.1 Latar Belakang


Muhammad Azzumar 200110200320 1.2 Identifikasi Masalah
Abdan N 1.3 Maksud dan Tujuan

Edit Makalah
Irvan Ramadhan Setiawan 200110200331
Nurdiana Sulaeman 200110200338 3.1.3 Perkandangan, Sanitasi
Kandang dan Ternak

18
Habib Salman Giffari 200110200342 4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

3.2 Pemeliharaan Sapi Kering


Muhammad Syafi’i 200110200347 Kandang

Ivander Falih Basyir 200110200354 3.1 Pemeliharaan Sapi Perah


Laktasi
3.1.1 Pemberian Pakan dan
Air Minum pada Sapi perah
Laktasi

19

Anda mungkin juga menyukai