Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL
PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKAR
ALTERNATIF (BIOGAS) SEKALA RUMAH TANGGA

BIDANG KEGIATAN
PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA ARTIKEL ILMIAH (PKM-AI)
(PKM

Diusulkan Oleh

1. Abdullah Kadir Diko (Ketua) Angkatan 2010/2011


10/2011
NIM : 621 410 096
2. Deasy Merianti Lahay (Anggota) Angkatan 2007/2008
NIM : 321 407 013
3. Firgin Fathan (Anggota) Angkatan 2007/2008
NIM : 321 407 011
4. Endang Sulistiani (Anggota) Angkatan 2008/2009
NIM : 621408014
5. Mohamad Djafar (Anggota) Angkatan 2007/2008
NIM : 321 407 067

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


KOTA GORONTALO
2011
2

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Pemanfaatan Kotoran Ternak


Sebagai Bahan Bakar Alternatif
(Biogas) Sekala Rumah Tangga
2. Bidang Kegiatan : PKM-AI
3. Bidang Ilmu : Pertanian (Peternakan)
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Abdullah Kadir Diko
b. Nim : 621 410 096
c. Lulusan : Diploma 3 Produksi Ternak
Tahun 2010 Universitas Negeri
Gorontalo
d. Angkatan : 2010/2011 SI Teknologi
Peternakan (Penyetaraan).
e. Universitas : Universitas Negeri Gorontalo
f. Alamat Rumah /Telp/HP : Desa. Banuroja Kec. Randangan
Kab. Pohuwato Prov. Gorontalo.
Hp. 081340151600
g. E-mail : Abdull4_ir@yahoo.co.id

5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 Orang


6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Ir. Hj. Fahria Datau, M.Si
b. NIP : 19640209 199403 2 001
Alamat Rumah : Jln. Jeruk perum Asparaga, B 12.
Hp. 08124418596

Gorontalo, 08 Maret 2011


Menyetujui,
Ketua Jurusan Peternakan Ketua Pelaksana Kegiatan

Abdul Hamid Arsyad, S.Pt M.Si Abdullah Kadir Diko


NIP. 19661006 200501 1 001 NIM. 621 410 096

Pembantu Rektor Bidang Dosen Pembimbing


Kemahasiswaan UNG

Drs. Usman Moonti M.Si Ir. Hj. Fahria Datau M.Si


NIP. 195911201986021001 NIP. 19640209 199403 2 001
1

JUDUL

KOTORAN TERNAK SAPI SEBAGAI BAHAN BAKAR


ALTERNATIF (BIOGAS) SKALA RUMAH TANGGA

NAMA PENULIS

1. Nama : Abdullah Kadir Diko


Institusi : Universitas Negeri Gorontalo
2. Nama : Desy Marianti Lahay
Institusi : Universitas Negeri Gorontalo
3. Nama : Firgin Fathan
Institusi : Universitas Negeri Gorontalo
4. Nama : Endang Sulistiani
Institusi : Universitas Negeri Gorontalo
5. Nama : Mohamad Djafar
Institusi : Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Kebutuhan masyarakat terhadap bahan bakar yang semakin meningkat


dan energi penghasil bahan bakar yang mulai berkurang, menyebabkan
kelangkaan dan melonjaknya harga bahan bakar khususnya minyak tanah.
Kebijakan pemerintah mengurangi ketergantungan akan bahan bakar minyak
dengan mengkonversi minyak tanah dengan gas elpiji hingga kini masih menuai
beberapa masalah. Sehingga dibutuhkan energi alternatif yang tidak
membahayakan bagi masyarakat pengguna, salah satunya memanfaatkan kotoran
ternak (biogas).Tujuan yang diharapkan agar masyarakat dapat memanfaatkan
kotoran ternak menjadi bahan alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas,
skala rumah tangga yang mudah dan ekonomis. Metode yang digunakan dalam
mengumpulkan data adalah survei melaluiobservasi langsung, ikut serta dengan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan biogas. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan jurnal-jurnal penelitian tentang biogas.
Pemanfaatan kotoran ternak dapat dijadikan bahan bakar alternatif berupa
Biogas yang mudah dibuat dan ekonomis. Dapat disimpulkan dengan
pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi (Biogas) yang mudah dan
ekonomis, juga menjaga kelestarian lingkungan.
Kata kunci : kotoran ternak, bahan bakar (biogas), skala rumah tangga.
2

ABSTRACT

The objective of this program is to introduce the benefits of biogas made


from cow feces, and to minimize the cost of fuel. This program was carried out at
the village of Langge, Tapa District, Bone Bolango Regency of Gorontalo
Province. The proposer chose this location because most of its inhabitants are
breeders. However, they do not have adequate knowledge of the benefit of cow
feces as alternative energy, and the government never introduces it to them.
Hopefully, the society can use feces as the alternative energy such as this biogas.
The methods of this program are, practice and theory. In theory session, the
society was introduced by the informant about the benefit of cow feces as the
alternative energy. After that, the society practiced step by step to make biogas. In
conclusion, we hope that through this program, the society will have adequate
knowledge about biogas so that they can apply their basic knowledge in their
daily live. So, they can minimize the cost of fuel. And finally, they can keep their
environment from the air pollution by putting their cows into a stable.
Keywords : feces, biogas,House hold scale.

PENDAHULUAN

Dewasa ini energi bahan bakar mulai berkurang karena kebutuhan


masyarakat akan bahan bakar yang semakin meningkat dan energi penghasil
bahan bakar yang mulai menipis. Hal ini menyebabkan kelangkaan dan
melonjaknya harga bahan bakar minyak sehingga masyarakat sangat sulit untuk
mendapatkan kebutuhan akan bahan bakar, khususnya minyak tanah. Bersamaan
dengan itu, pemerintah merencanakan mengurangi ketergantungan akan bahan
bakar minyak dan mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti
bahan bakar minyak. Energi alternatif yang dimaksud adalah sumber energi yang
tidak akan habis dan dapat diperbaharui.
Salah satu energi alternatif tersebut adalah biogas. Biogas merupakan gas
yang berasal dari berbagai macam limbah organik seperti kotoran hewan, kotoran
manusia dan sampah yang melalui proses anaerobik digestion. Biogas sebagian
besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa
kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan
ammonia (NH3) hydrogen (H2), serta nitrogen yang kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4).
Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai
3

kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin
kecil nilai kalor.
Memproduksi biogas dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain:(1)
mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (2) mengurangi polusi bau yang tidak
sedap, (3) Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan
material yang tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat
berbahaya. Aplikasi anaerobik digestion akan meminimalkan efek tersebut dan
meningkatkan nilai manfaat dari limbah, dan (4) memberikan hasil samping
berupa pupuk, campuran makanan ternak, media tanam jamur, dan sebagainya.

TUJUAN

1. Masyarakat dapat memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan bakar


alternatif.
2. Dengan adanya bahan bakar alternatif skala rumah tangga, dapat
membantu masyarakat mengurangi biaya yang mahal untuk memperoleh
bahan bakar minyak tanah.
3. Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh bahan bakar alternatif
pengganti bahan bakar minyak tanah.

METODE

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan bakar alternatif (biogas) skala


rumah tangga ,berdasarkan Program Kreatifitas Mahaiswa Pengabdian kepada
Masyarakat di Desa Langge Kecamatan Tapa Kabupaten Bonebolango selama 2
bulan, yaitu pada tanggal 1 Maret sampai 30 April 2010.
Jadwal Pelaksanaan Program ini meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi
dan penyusunan laporan. Alat yang digunakan dalam pembuatan biogas skala
rumah tangga yaitu:
a. Drum plat 3 buah d. Selang plastik
b. Drum plastik 1 buah e. Kompor gas
c. Pipa 0,5 inci f. Ember besar dan sekop
4

Bahan yang digunakan dalam pembuatan biogas yaitu:


a. Kotoran ternak sapi
b. air
Data yang diperoleh adalah data survei melalui observasi langsung, ikut
serta berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan biogas. Data yang
dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dengan cara melakukan
wawancara (interview) dan jurnal-jurnal penelitian tentang pemanfaatan kotoran
ternak sebagai Biogas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bioenergi sebagai Energi Alternatif

Sumber daya energi mempunyai peran penting dalam semua aspek


pembangunan ekonomi nasional sehingga peran energi akan lebih berkembang
untuk mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait.
Meskipun Indonesia adalah salah satu negara penghasil batu bara, minyak bumi
dan gas, namun dengan berkurangnya cadangan minyak dan penghapusan subsidi
menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan yang menurun.
Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar minyak
sangatlah besar. Berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi
52,5% pemakaian energi di Indonesia, gas bumi sebesar 19%, batu bara 21,5%,
air 3,7%, panas bumi 3% dan energi terbarukan (renewable) hanya sekitar 0,2%
dari total penggunaan energi. Jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan
minyak baru atau tidak ditemukan teknologi baru untuk meningkatkan recovery
minyak bumi, diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia habis dalam waktu
dua puluh tiga tahun mendatang.
Sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan pada bahan bakar
minyak dengan mengembangkan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan
dan terbarukan (renewable). Salah satu jenis bahan bakar alternatif yang dimaksud
adalah bioenergi. Menurut Hambali, dkk., 2007 bahwa ada beberapa jenis energi
yang bias dijadikan pengganti bahan bakar fosil seperti tenaga baterai (fuel cells).
5

Biogas dari Limbah Peternakan Sapi

Limbah peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi
merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan biogas. Namun di sisi lain perkembangan atau pertumbuhan
industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya
limbah peternakan termasuknya didalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini
menjadi polutan karena dekomposisi kotoran ternak berupa BOD dan COD
(Biological/Chemical Oxygen Demand).
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar
alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak
tanah dan gas alam (Houdkova et.al., 2008).
Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung
gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi. Komponen biogas
tersajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen penyusun biogas
Jenis Gas Persentase
Metan (CH4) 50-70%
Karbondioksida (CO2) 30-40%
Air (H2O) 0,3%
Hidrogen sulfide (H2S) Sedikit sekali
Nitrogen (N2) 1- 2%
Hidrogen 5-10%
Sumber : Bacracharya, dkk., 1985
Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas
setara dengan 60 – 100 watt lampu selama 6 jam penerangan. Kesetaraan biogas
dibandingkan dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan
Aplikasi 1m3 Biogas setara dengan
3
1 m biogas Elpiji 0,46 kg
Minyak tanah 0,62 liter
Minyak solar 0,52 liter
Kayu bakar 3,50 kg
Sumber : Wahyuni, 2008
Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan kerena produksi
biogas peternakan ditunjang oleh kondisi yang kondusif dari perkembangkan
dunia peternakan sapi di Indonesia saat ini. Disamping itu, kenaikan tarif listrik,
6

kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak
solar, minyak diesel dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber
energi elternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan (Nurhasanah
dkk., 2006).
Pemanfaatan limbah peternakan khususnya kotoran ternak sapi menjadi
biogas mendukung konsep zero waste sehingga sistem pertanian yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai.

Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Menjadi Biogas

Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan


proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa
udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan (Nandiyanto, 2007). Gas
metan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki
sifat mudah terbakar. Gas metan yang dihasilkan kemudian dapat dibakar
sehingga dihasilkan energi panas. Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu
seperti rasio C : N, temperatur, keasaman juga jenis digester yang dipergunakan.
Kondisi optimum yaitu pada temperatur sekitar 32 – 35°C atau 50 – 55°C dan pH
antara 6,8 – 8 . Pada kondisi ini proses pencernaan mengubah bahan organik
dengan adanya air menjadi energi gas.
Proses pencernaan anaerobik, yang merupakan dasar dari reaktor biogas
yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktifitas bakteri metanogenik dan
bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Menurut Haryati (2006),
pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu:
1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut
dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana dengan
bantuan air.
2. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana)
yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi
bakteri pembentuk asam yang menghasilkan produk akhir antara lain asam
asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
3. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan.
7

Jika dilihat analisa dampak lingkungan terhadap lumpur keluaran (slurry)


dari digester menunjukkan penurunan COD sebesar 90% dari kondisi bahan awal
dan pebandingan BOD/COD sebesar 0,37 lebih kecil dari kondisi normal limbah
cair BOD/COD = 0,5. Sedangkan unsur utama N (1,82%), P (0,73%) dan K
(0,41%) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan pupuk kompos
(referensi: N (1,45%), P (1,10%) dan K (1,10%) (Widodo dkk., 2006).
Cara Pengoperasian Unit Pengolahan (Digester) Biogas seperti terjabar
dalam Seri Bioenergi Pedesaan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen
Pertanian tahun 2009 sebagai berikut :
1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 2 (bahan
biogas).
2. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet)
hingga bahan yang dimasukkan ke digester ada sedikit yang keluar melalui
lubang pengeluaran (outlet), selanjutnya akan berlangsung proses produksi
biogas di dalam digester.
3. Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang terbentuk di dalam digester sudah
cukup banyak. Pada sistem pengolahan biogas akan terlihat mengembung dan
mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat
digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
4. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu
sebanyak kira-kira 10% dari volume digester. Sisa pengolahan bahan biogas
berupa sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet).
Untuk memanfaatkan kotoran ternak sapi menjadi biogas, diperlukan
beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan
sumber daya manusia.
8

KESIMPULAN

1. Biogas yang berasal dari limbah usaha peternakan sapi berupa kotoran ternak
sapi dapat dijadikan salah satu jenis sumber energi alternatif (bioenergi)
untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar gas dan mengurangi
resiko pencemaran lingkungan.
2. Masyarakat dapat mengurangi beban ekonomi khususnya biaya dalam
pembelian minyak tanah. Dengan adanya bahan bakar alternatif ini,
masyarakat merasa terbantu karena mereka tidak perlu memikirkan untuk
pembelian minyak tanah.
3. Masyarakat dapat menjaga lingkungan dari limbah kotoran ternak, dengan
cara mengandangkan ternaknya sehingga kotorannya tidak bertebaran di
mana-mana.

DAFTAR PUSTAKA

Haryati, T., 2006. Biogas : Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi
Alternatif. Jurnal Wartazoa 6(3) : 160 – 169.
Departemen Pertanian. 2006. Pengembangan Biogas Ternak Bersama Masyarakat
(BATAMAS). Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, Jakarta.
Pambudi, N.A.2008. Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif.
http://www.dikti.org/?q=node/99 (07 Maret 2011).
Nurhasanah, A., T.W. Widodo., A. Asari dan E. Rahmarestia. 2006.
Perkembangan Digester Biogas di Indonesia.
http://www.mekanisasi.litbang.go.id. (07 Maret 2011).
Departemen Pertanian. 2009. Pemanfaatan Limbah dan Kotoran Ternak Menjadi
Energi Biogas. Seri Bioenergi Pedesaaan. Direktorat Jenderal Hasil
Pertanian Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Jakarta.
9

SURAT PERNYATAAN SUMBER PENULISAN

Sehubungan dengan Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Artikel

Ilmiah, kami menyatakan penulisan Artikel Ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan

Kotoran Ternak Sebagai Bahan Bakar Alternatif (Biogas) Skala Rumah

Tangga” diambil berdasarkan program kreatifitas mahasiswa pengabdian pada

Masyarakat dengan judul “Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi (Biogas)

sebagai Bahan Bakar Alternatif di Desa Langge Kecamatan Tapa Kabupaten

Bone Bolango” Tahun anggaran 2009-2010.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana

mestinya.

Gorontalo, 07 Maret 2011


Mengetahui
Ketua Kelompok Ketua Program Studi

Abdullah Kadir Diko Sri Suryaningsih Djunu, S.Pt, MP


NIM : 621 410 096 NIP : 19731206 200212 2 002

Anda mungkin juga menyukai