Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKERIN

PROGRAM KESEHANA TERNAK


DI POSKESWAN
KECAMATAN PALIBELO KABUPATEN BIMA

DISUSUN OLEH
MARDIAH
KURNIA
IMAM MUJIHAD
SUMARDIN
ARIF RAHMANSYAH
HAERUNISAH
APRILMANSYAH

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN


PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
SMKPP NEGERI BIMA
2019
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PROGRAM KESEHATAN TERNAK


DI POSKESWAN
KECAMATAN PALIBELO KABUPATEN BIMA

Disetujui oleh:

Mengetahui,
Kepala SMKPP Negeri Bima,

Pembimbing ekstern Pembimbing intern

Drh.Husnul khatimah Hidayatullah, S.PT


NIP: NIP:

Drs. Abdul Jalal


NIP: 19640607 199301 1 009
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT


ynag telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,sehingga
penulisan laporan pelaksanaan praktek kerja industri (Praktek kerja lapangan) di
POSKESWAN Palibelo Bima dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu kami selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian laporan ini,terutama kepada :

1. Kedua orang tua yang telah mendukung kami selama melaksnakan kegiatan
Praktek kerja lapangan
2. Bpk Drs. Abdul Jalal selaku kepala SMKPPN Bima.
3. Bapak salahudin S.Pt selaku wakasek hubinmas
4. Bapak Hidayatullah, S.PT selaku pembimbing internal
5. Ibu Drh.husnul khatimah selaku pembimbing eksternal
6. Ibu Nurhaerani Selaku Kepala PUSKESWAN Palibelo Bima
7. Seluruh karyawan dan karyawati Puskeswan Palibelo Bima
8. Guru-guru SMKPPN Bima.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

Penyusunan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
akhir nasional (UAN) dan ujian akhir sekolah (UAS) tahun pelajaran 2019/2020
serta sebagai bukti bahwa telah melaksanakan praktek kerja industri (Praktek
kerja lapangan).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna.Untuk itu kritik dan saran yang sifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini sangat penulis harapkan.Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bima, 24 Oktober 2019

Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
ABSTRAK / RINGKASAN .......................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakan ............................................................................... 3
1.2.Tujuan dan Manfaat .....................................................................
BAB II. TINJAUAN UMUM
2.1.Waktu Dan Tempat Pelaksanaan .................................................
2.2.Profil Lembaga ............................................................................
2.3.Struktur Organisasi Lembaga ......................................................
2.4.Visi Dan Misi Lembaga ...............................................................
2.5.Ruang Lingkup Kegiatan Lembaga .............................................
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Inseminasi Buatan .....................................................................
3.1.1.Menolong kelahiran ........................................................
3.2.Pelayanan Kesehatan Hewan
3.2.1. Myasis ..........................................................................
3.2.2. Enteritis ........................................................................
3.2.3. Helmintiasis ..................................................................
3.2.4. Scabies..........................................................................
3.2.5. dermatitis ......................................................................
3.2.6. Artrhitis ........................................................................
3.2.7. Penyuntikan vitamin .....................................................
3.2.8. Vaksinasi rabies………………………………………

BAB IV. URAIAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


4.1.Jenis Kegiatan PKL ...................................................................
4.2.Uraian Kegiatan PKL ................................................................
4.3.1. Myasis ........................................................................
4.3.2. Enteritis ......................................................................
4.3.3. Helmintiasis ...............................................................
4.3.4. IB(Inseminasi buatan) ................................................
4.3.5. Scabies .......................................................................
4.3.6. dermatitis ...................................................................
4.3.7. Artrhitis ......................................................................
4.3.8. Menolong kelahiran ...................................................
4.3.9. Penyuntikan vitamin ..................................................
4.3.10. Vaksinasi rabies…………………………………….
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan................................................................................
5.2.Saran .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Salah satu misi SMKPP Negeri Bima khususnya program PKT, adalah
meningkatkan kompetensi siswa pada bidang kesehatan hewan. Guna
mewujudkan hal tersebut, SMKPP Negeri Bima memiliki salah satu program
peningkatan kompetensi bagi siswa didiknya, yaitu Praktek Kerja Lapangan.
Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan
intrakurikuler yang dilaksanakan oleh siswa sekolah kejuruan. Kegiatan tersebut
mencakup pengalaman kerja dan tugas lain yang sesuai dangan program
keahliannya masing-masing. Salah satu lokasi prakrin yang dilaksanakan SMKPP
Negeri Bima adalah di puskeswan Palibelo. Praktek kerja lapangan yang
dilaksanakan di Puskeswan Palibelo Kabupaten Bima tidak diartikan sebagai
pengenalan medan dan pembentukan keterampilan terbatas,tetapi merupakan
praktek kompetensi yang harus dipahami dengan baik, sehingga siswa dapat
memiliki kompetensi terhadap kegiatan, kegiatan yang dilakukan di PUSKESWA
terdiri dari dua bagian besar yaitu inseminasi buatan, pelayanan kesehatan hewan.
Tujuan dan Manfaat
1.1.1. Tujuan PKL
a. Siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja dan
industri yang sesungguhnya.
b. Siswa memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang dipersyaratkan
oleh dunia kerja dan industri.
c. Siswa menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi, bisnis,
kewirausahaann dan produktif.
d. Siswa dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya kerja, untuk
kepentingan pengembangan diri.
1.1.2. Tujuan Pembuatan Laporan
a. Sebagai salah satu bentuk latihan dalam menghadapi uji kompetensi pada
akhir proses pembelajaran.
b. Sebagai salah satu tugas yang disyaratkan untuk menenmpuh ujian akhir
sekolah (UAS) dan ujian akhir nasional (UAN).
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan dari tanggal 22
juli 2019 sampai Tanggal 22 Oktober 2019 di UP3PKH Kecamatan Palibelo.
2.2.Profil Lembaga Tempa PKL
Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) adalah unit kerja dibawah naungan
UPP dan PUSKESWAN (Unit Penunjang Peternakan dan Pusat Kesehatan
Hewan) Kabupaten Bima yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
pelayanan kesehatan hewan.Puskeswan dipimpin oleh Nurhaerani, S.PT . Dalam
melaksanakan tugas puskeswan mempunyai tiga sistem pelayanan yaitu pelayanan
aktif, semi aktif, dan pelayanan pasif.
Sistem aktif adalah melaksanakan pelayanan pengobatan hewan dengan
cara berkunjung kepada petani ternak meskipun tidak ada laporan dari petani
ternak. Sistem semi aktif adalah pelayanan pengobatan terhadap ternak sakit yang
dilaporkan oleh petani ternak,Sedangkan sistem pelayanan pasif adalah pelayanan
pengobatan hewan terhadap ternak sakit yang dibawa ke puskeswan. (Anonim,
2015 )
2.3.Struktur Organisasi Lembaga
2.4.Visi dan Misi Lembaga
a. Visi
Tercapainya derajat kesehatan ternak yang optimal diwilayah kecamatan
Palibelo.
b. Misi
Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan hewan.
Meningkatkan wawasan dan kesadaran masyarakat dalam aspek kesehatan
hewan
c. Tujuan
Meningkatkan kondisi kesehatan, produksi dan produktivitas ternak
sehingga pendapatan peternak dapat meningkat.
2.5.Ruang Lingkup Kegiatan Instansi
2.5.1. Unit Inseminasi Buatan
Unit Pelayanan Kesehatan Hewan
Pelayanan kesehatan hewan adalah merupakan program pelayanan yang
disediakan puskeswan woha untuk masyarakat. Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Hewan di puskeswan woha meliputi pengawasan, pengobatan, vaksinasi,
pencatatan penyakit hewan, konsultasi masalah gizi dan kesehatan
ternak/hewan,penyuluhan serta pemeriksaan laboratorium (feses, darah dan
Pangan Asal Hewan). Pelayanan kesehatan ternak diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam memelihara dan menghasilkan ternak yang sehat dan
berkualitas.
Kegiatan pelayanan Puskeswan dilakukan baik pelayanan aktif, semi aktif
dan pasif, mengingat potensi peternakan yang ada sangat bervariasi. Pelayanan
aktif dilaksanakan sesuai dengan program kerja yang telah disusun setiap
tahunnya seperti pemeriksaan cacing, pemberian obat cacing, vaksinasi dan
pembinaan kelompok. Pelayanan semi aktif dilakukan apabila ada laporan dari
peternak kemudian petugas mendatangi lokasi untuk melakukan penanganan, hal
ini dilakukan terhadap unggas dan ternak besar. Sedangkan pelayanan pasif yaitu
melakukan pelayanan pada Puskeswan terutama menangani kasus penyakit hewan
kesayangan dan konsultasi masalah gizi, pemeliharaan, pengobatan dan kesehatan
hewan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan ternak adalah suatu aspek penilaian dalam kualitas ternak yang
perlu diperhatikan baik makro maupun mikro. Kualitas kesehatan ternak sangat
berpengaruh pada tumbuh kembangnya ternak baik dalam hasil produksi dan
pertumbuhan pada ternak. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara mengamati
warna mata, memeriksa suhu tubuh, frekuensi nafas, dan konsistensi feses.
Pemeriksaan kesehatan ternak secara fisiologis dapat dilakukan dengan
caranekropsi (pembedahan). Pemeriksaan nekropsi ini penting dilakukan untuk
mengetahui penyakit dalam yang diderita oleh ternak sehingga kita bisa
menyimpulkan penyakit yang sedang diderita oleh ternak.Penyakit yang diderita
oleh ternak kebanyakan disebabkan oleh parasit. Parasit merupakan suatu
mikroorganisme jasad renik yang bersifat merugikan. Ada beberapa penyakit yang
ditemukan pada ternak selama praktikum kerja lapangan adalah:
3.1.Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknologi yang diaplikasikan
secara luas untuk mendorong swasembada daging sapi. Teknologi IB yang
digunakan untuk program peningkatan mutu genetik terutama pada ruminansia
besar (sapi dan kerbau) merupakan teknologi unggulan yang masih akan
digunakan dalam upaya peningkatan produktivitasnya (Sayuti et al., 2011).
Pengertian IB adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi
betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa adanya proses
perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah seekor pejantan yang
secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per
hari, hanya digunakan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina
yang seharusnya diperlukan hanya satu sel spermatozoa (Hafez, 1993)
3.1.1. Menolong Kelahiran ( Distokia )
Jika sudah kelihatan gejala sapi mau melahirkan, maka tempatkan sapi
pada kandang, ruang khusus, beri alas berupa jerami pada kandang. Pada
umumnya ternak sapi akan melahirkan sempurna secara alami, Jika mengalami
distokia (kesulitan melahirkan), segera beri bantuan penanganan secara instink.
Induk sapi biasanya akan menjilati air/lender yang masih melekat pada tubuh
gudel sambil memberikan kasih sayang kepada anaknya. Namunjika induk tidak
menjilati anaknya, maka segera lakukan bantu membersihkan cairan pada tubuh
anak sapi dengan handuk, segera bersihkan mulut gudel agar tidak terjadi
kesulitan bernafas karna tersumbat lendir. Kemudian dekatkan gudel pada induk
sapi agar bisa minum susu Colostrum. Ini penting karna merupkan anti bodi bagi
gudel, beberapa jam setelah melahirkan secara alami gudel akan berdiri dan
belajar berjalan (Disnak Riau, 1998).
3.2.Pelayanan Kesehatan Hewan
Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) merupakan institusi yang semula
bernama Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan). Institusi ini dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 690/Kpts/OT.510 tahun 1993 dan Nomor 88 tahun 1993.
Poskeswan berasal dari kata ‘pos’ dan ‘keswan’ yang secara semantik
dapat diartikan sebagai ‘sarana’ tempat kegiatan pelayanan ‘kesehatan hewan’
baik secara aktif, semi aktif, maupun pasif melalui media berupa bangunan yang
dilengkapi unit klinik dan fasilitas kesehatan hewan lainnya. Dasar utama
pembentukan Poskeswan adalah dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan
hewan kepada masyarakat. Menurut Ditjennak (2004), institusi ini merupakan
ujung tombak pelayanan kesehatan hewan terutama di lokasi padat ternak.
Tugas pokok Poskeswan adalah memberikan pelayanan kesehatan hewan
sesuai wilayah kerja yang ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan hewan sehingga produksi dan reproduksi ternak dapat ditingkatkan
secara optimal. Seiring dengan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 (Pemerintah RI, 2007) tentang pembagian urusan pemerintahan antara pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota serta perkembangan dinamika otonomi dan aspirasi
daerah, maka terminologi Poskeswan diganti menjadi Puskeswan. Pergantian ini
selanjutnya dikukuhkan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/
Permentan/OT.140 tahun 2007 tentang pedoman pelayanan Puskeswan.
Tampaknya pergantian dari kata ‘pos’ menjadi ‘pusat’ mengandung makna yang
lebih impresif yaitu dari relatif hanya sekadar berkonotasi ‘sarana’ menjadi lebih
‘fokus’ dalam hal penanganan kesehatan hewan.
Puskeswan dibentuk dengan mempertimbangkan wilayah padat penduduk
yang memiliki tingkat budidaya pemeliharaan hewan yang tinggi dengan
kepadatan ternak paling kurang 2.000 satuan ternak atau satuan hewan dan/atau
wilayah usaha perdagangan hewan dan produk hewan. Wilayah kerjanya
ditetapkan oleh bupati/walikota dengan memperhatikan akses terhadap jalan raya,
fasilitas listrik, dan fasilitas air bersih dengan luas tanah minimal 250 meter
persegi (wilayah kota) atau 500 meter persegi (wilayah kabupaten). Wilayah kerja
tersebut meliputi satu hingga tiga kecamatan atau sesuai dengan jangkauan
efektifitas pelayanan dan tingkat efisiensi (Ditjennak, 2008).

3.2.1.Myasis
Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat pada jaringan tubuh hewan
hidup dan manusia. Larva atau biasa disebut dengan nama belatung ini hidup dari
makanan yang berupa jaringan hidup, jaringan nekrotik, atau bahan makanan yang
sedang dicerna di dalam saluran pencernaan induk semang pada kasus myiasis
saluran pencernaan. Dari banyak jenis lalat penyebab myiasis terdapat beberapa
diantaranya sebagai penyebab myiasis obligat atau myiasis dimana belatungnya
hanya dapat hidup di dalam jaringan induk semang yang hidup saja. Larva atau
belatung dari jenis ini dikenal dengan nama screwworm, sedangkan lalatnya
dikenal dengan nama lalat screwworm atau screwworm fly. Ada dua kelompok
besar lalat screwworm di dunia yang masing-masing menempati belahan dunia
yang berbeda ialah the new world screwworm fly atau dikenal dengan nama
spesiesnya sebagai Cochliomyia hominivorax yang terdapat di benua Amerika
dan the old world screwworm fly yang dikenal dengan nama spesiesnya sebagai
Chrysomya bezziana yang terdapat di Afrika dan Asia termasuk di Malaysia,
Indonesia, Philipina dan Papua New Guinea (Toutomo, 2000).
3.2.2.Entheritis
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran
pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010). Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata K et al., 2009).
3.2.3.Penyakit Helminthiasis
Cacing dalam bahasa ilmiahnya disebut sebagai Helminthes, berasal dari
Bahasa Yunani Helmins atau Helminthos (Greek) yang secara umum berarti
organisme yang tubuhnya memanjang dan lunak. Dalam perkembangan
selanjutnya, bahwa helmintologi juga mempelajari tentang penyakit-penyakit
yang diakibatkan oleh cacing. Oleh karena itu adapula yang mengatakan bahwa
helmintologi masuk dalam ketegori parasitologi, atau ilmu yang mempelajari
tentang penyakit yang disebabkan oleh parasite (Purwaningsih dan
Sumiarto,2012)
Helminthiasis merupakan salah satu penyakit hewan menular strategis
yang seringkali kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penyakit
strategis lainnya, sehingga penanganan penyakit ini juga kurang maksimal.
Helminthiasis merupakan penyakit pada hewan yang disebabkan oleh berbagai
jenis cacing, baik dari klas trematoda, nematoda maupun cestoda yang sangat
merugikan karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan,
penurunan berat badan, mengganggu status kesehatan secara umum sehingga
mudah terinfeksi penyakit lain, dan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Gangguan pada pertumbuhan yang berlangsung cukup lama akan menyebabkan
penurunan produktivitas. (Arsani, 2015)

3.2.4.Scabies
dari tungau ini menurut Taylor et al. (2007) adalah sebagai berikut:
Menurut Paradis et al. (1997), skabies pada anjing adalah penyakit kulit non
musim yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabies var.canis. Penyakit ini
sangat mudah menular dan bersifat zoonosis. Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Subkelas : Acari
Ordo : Acariformes
Subordo : Sarcoptiformes (Astigmata)
Famili : Sarcoptidae
Genus : Sarcoptes
Spesies : Sarcoptes scabiei var.canis
3.2.5.Dermatitis
Dermatitis interdigital pada sapi disebabkan oleh bakteri
anaerob Dichelobacter nodosus . Ini juga merupakan agen footrot pada domba,
tetapi strain tampaknya berbeda dan tidak ada infeksi
silang.Dermatitis interdigital berbeda dari footrot pada sapi dan kedua kondisi ini
dapat terjadi secara bersamaan.Kondisi paling umum terjadi di peternakan dengan
kepadatan tebar tinggi atau di mana lalu lintas ternak tinggi dan paling umum di
Musim Dingin.
Dermatitis interdigital muncul sebagai infeksi kulit di antara cakar dan
biasanya sangat ringan. Mungkin ada cairan atau keropeng di daerah itu, dan
jarang ada ketimpangan. Kemudian ada perkembangan ke tumit yang menjadi
mentah dan ternak akan mengalami rasa sakit. Kasus kronis akan menunjukkan
perubahan kuku termasuk hiperplasia jaringan interdigital dan atrofi otot pada
ekstremitas yang terkena. Klakson bisa menjadi underrun. Diagnosis pada
dasarnya didasarkan pada riwayat dan tanda-tanda klinis. Sangat jarang upaya
dilakukan untuk mengisolasi bakteri.
3.2.6.Arthritis
Penyebab penyakit ini merupakan kuman yang dapat bertahan di dalam
tanah, sehingga penyakit ini dikenal sebagai penyakit tanah (bodem ziekte,
Belanda). Penyakit radang paha biasanya ditemukan pada sapi yang berumur 6-18
bulan, meskipun kadang-kadang juga ditemukan pada hewan-hewan yang lebih
tua. Jarang menyerang pedet karena pada pedet sudah terdapat imun dalam
beberapa bulan setelah kelahiran, yang mungkin disebabkan karena adanya
imunisasi pasif yang berasal dari induknya.
Hewan ternak yang rentan terhadap penyakit radang paha adalah sapi dan
domba, sedangkan kerbau meskipun rentan tetapi secara alamiah jarang
terkena.Saelain itu kejadian penyakit ini pada kambing, rusa, kuda dan babi
pernah dilaporkan.Hewan percobaan yang rentan adalah marmot dan hamster,
sedangkan untuk menimbulkan infeksi pada kelinci diperlukan dosis yang
tinggi,Pada domba dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada sapi terutama
pada umur 6 bulan sampai 2 tahun.
Radang paha biasanya merupakan penyakit yang ditemukan padang
pengembalaan, meskipun kadang-kadang juga terdapat pada hewan muda yang
bebas di dalam kandang. Padang pengenmbalaan di daerah hilir sungai sering
membahayakan ternak-ternak. Biasanya sering terjadi setelah banjir. Di Indonesia
setidaknya di pulau Jawa, kejadian penyakit radang paha pada sapi sering
ditemukan terutama pada tahun 1960 (anonym, 2019).

3.2.7.Vaksinasi Rabies
Rabies merupakan penyakit virus menular yang disebabkan oleh virus dari
Family Rhabdoviridae dan Genus Lyssavirus. Virus rabies mempunyai bentuk
menyerupai peluru dan tersusun atas RNA, protein, lemak, dan karbohidrat. Virus
ini berukuran panjang antara 150-260 nm, lebar 100-130 nm, diameter 75 nm.
Pada permukaannya terdapat bentuk-bentuk paku (spikes) dengan ukuran panjang
9 nm.
Virus rabies dapat menginfeksi hewan berdarah panas serta manusia dan
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Hewan berdarah panas yang
dapat tertular rabies antara lain yaitu anjing, kucing, kelelawar penghisap darah,
rakun, dan sapi. Hewan pembawa rabies (HPR) yang paling banyak menularkan
rabies ke manusia dan hewan lainnya adalah anjing (Menezes, 2008). Hingga saat
ini, penularan rabies oleh kelelawar penghisap darah dan rakun belum pernah
terjadi di Indonesia (Dharmojono, 2001), sedangkan kejadian rabies pada manusia
dan sapi bersifat accidential. Virus rabies memiliki inti yang dikelilingi oleh
ribonukleoprotein yang disebut kapsid, yang berkombinasi dengan inti
membentuk nukleokapsid. Nukleokapsid dibungkus oleh kapsomer, dan di
luarnya terdapat envelope dengan spikes pada permukaannya. Envelope
mengandung lipida yang peka terhadap zat pelarut lemak (detergen, ether,
kloroform, dan aceton), ethanol 45-70%, dan iodium. Virus rabies dapat hidup
dalam bangkai hewan yang tertular oleh virus ini. Pada pemanasan 56C, virus
dapat bertahan hingga 30 menit, dan 2-3 menit pada pemanasan kering 100C.
Apabila disimpan dalam gliserin 50%, virus dapat bertahan hidup hingga dua
tahun. Dalam gliserin yang tidak diencerkan, virus dapat bertahan hidup selama
beberapa lama dalam suhu kamar dan beberapa bulan dalam temperatur 4C.
Dalam keadaan kering beku dengan penyimpanan 4C, virus dapat tahan hingga
beberapa tahun. Pada penyimpanan -70C virus dapat bertahan hidup hingga
waktu yang tak terbatas. Dalam air liur dengan suhu udara panas, virus dapat
bertahan hidup selama 24 jam (Dharmawan, 2009).
BAB IV
URAIAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Jenis Kegiatan Praktek Kerja Lapangan


Adapun jenis kegiatan PKL yang dilakukan seperti pada table 4.1.
Table 4.1. Jenis Kegiatan PKL
No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan
1 Inseminasi Buatan 29,31juli, 03,22,27,28 PUSKESWAN
Agustus,03,11,16,18,24 Palibelo Bima
2019
2 Menolong kelahiran 16,September 2019 PUSKESWAN
Palibelo Bima
3 Pelayanan kesehatan hewan 23,24,26 Juli,05,08,19,24 PUSKESWAN
Agustus,02,12,19 Palibelo Bima
September,02,03,08,09,21
Oktober 2019

4.2.Uraian Kegiatan PKL


4.2.1. Inseminasi Buatan
Prosedur yang dilakukan pada kegiatan IB, adapun alat-alat yang
digunakan pada kegiatan IB adalah Inseminasi Gun, Container,kandang
jepit,gunting,termos straw,pinset,ember,sedangkan bahan yang digunakan adalah
induk sapi,plastic glove,plastic sheet, sabun,air dan tissue.
a. Langkah kerja proses IB adalah
1.pertama siapkan alat dan bahan
2.masukan sapi kekandang jepit
3.membuka termos kemudian mengambil straw dilap menggunakan tissue
4.masukan kedalam lubang gun potong ujung straw lebih kurang 1cm
5.dibungkus menggunakan plastic sheet terus dijepit pake cincin penjepit
6.pasanglah sarung tangan kiri dan diberi pelican secukupnya dengan
sabun
7.bawa gun dengan digigit ujungnya mengarah kekanan tidak boleh sinar
matahari dan kontak dengan benda apapun
8. angkat ekor sapi dengan tangan kanan
9.bentuk jari2 tangan kiri seperti kerucut dan dengan perlahan2 tekan
masuk kedalam rectum dengan memutar
10.segerah bersihkan vulva dengan sesungguh2 memakai tissue
11.usahakan membuka bibir vulva untuk memudahkan gun masuk dengan
bersih
12.lewat melalui cervix sampai menjadi tidak lebih dari 1cm kedalam
uterus
13.keluarkan semen/semprotkan agar pelan2 kemudian gun ditarik
kembali keluar
14.selesai pekerjaan melakukan IB
15.peralatan dibersihkan kembali seperti,insemunasi
gun/pistolet,gunting,pinset dan lain lain.
4.2.2Menolong Kelahiran
a. Alat-alat dan bahan yang digunakan:
1. Handuk berfungsi untuk mengusap lender yang ada pada bagian tubuh
pedet
2. Jerami untuk menarik pedet karna tubuhnya yang licin
3. Tali digunakan untuk mengikat kaki pedet agar posisi kaki tetap pada
posisi normal apabila ada kendala pada posisi pedet Karung digunakan
untuk alas pedet
4. Oxitoxin untuk merangsang kelahiran
5. Vitamin B-kompleks
6. Antibiotic medoxy
b. Langkah-langkah menolong kelahiran :
1. Pertama siapkan alat dan bahan
2. Melihat kondisi sapi apakah mampu melahirkan dengan sendiri
3. Menunggu air ketubah keluar
4. Setelah air ketubah keluar tunggu beberapa saat sampai pedet sapi
kelihatan tangan/kepala pedet
5. Apabila kedua tangan/kepala pedet tidak keluar ambil tindakan dulu untuk
merogoksupaya untuk mebgetahui posisis tangan dan kepala sejajar
6. Posisi kepala pedet sejajar diatas kedua tangan pedet
7. Apabila posisinya salah ambil tindakan untuk memperbaiki posisi
8. Berikan(oxi toxin)/rangsa kelahiran apabila induk sapi tidak mampu
mendorong keluar pedet sapi
9. Terus apabila pedet tidak mampu keluar dengan sendirinya maka dibantu
dengan menarik pedet tersebut agar bisa keluar
10. Setelah sudah keluar bersihkan pedet dengan menggunakan handuk/kaen
dan lain lain
11. Setelah itu beberapa saat berikan suntikan dengan antibiotik dan vitamin
b12.

Pelayanan kesehatan hewan


4.2.3.Penyakit Myasis
Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat pada jaringan tubuh
hewan hidup dan manusia. Larva atau biasa disebut dengan nama belatung ini
hidup dari makanan yang berupa jaringan hidup, jaringan nekrotik, atau bahan
makanan yang sedang dicerna di dalam saluran pencernaan induk semang pada
kasus myiasis saluran pencernaan. Dari banyak jenis lalat penyebab myiasis
terdapat beberapa diantaranya sebagai penyebab myiasis obligat atau myiasis
dimana belatungnya hanya dapat hidup di dalam jaringan induk semang yang
hidup saja. Larva atau belatung dari jenis ini dikenal dengan nama screwworm,
sedangkan lalatnya dikenal dengan nama lalat screwworm atau screwworm fly.
Ada dua kelompok besar lalat screwworm di dunia yang masing-masing
menempati belahan dunia yang berbeda ialah the new world screwworm fly atau
dikenal dengan nama spesiesnya sebagai Cochliomyia hominivorax yang terdapat
di benua Amerika dan the old world screwworm fly yang dikenal dengan nama
spesiesnya sebagai Chrysomya bezziana yang terdapat di Afrika dan Asia
termasuk di Malaysia, Indonesia, Philipina dan Papua New Guinea (Toutomo,
2000).
Pada penanganan penyakit ini terlebih dahulu melakukan wawancara
dengan pemilik ternak kemudian melihat gejala klinisnya, tanda-tanda penyakit
ini adalah luka-luka pada bagian tubuh yang disertai belatung. Pengobatan atau
terapi yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan obat antiparasit eksternal
yaitu gusanex pada luka yg disertai belatung itu, kemudian berikan antibiotic
(roxine) dan vitamin b12.
1.alat dan bahan
a. Spuit
b. Kandang jepit
c. Vit.b12,roksine,gusanex
2.langkah kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukkan kuda kekandang jepit/ikat di pohon supaya tidak bergerak
c. Kemudian semprotkan bagian yang luka dengan menggunakan
gusanex supaya tidak dilimutin nyamuk dan untuk mematikan
belatung
d. Kemudian ambil vitamin b12, roksine dan sput ukuran 10ml didalam
tas
e. Tusuk spuit kedalam botol roksine dan vitamin b12 tarik obat
masing2 10ml
f. Lalu suntik bagian leher dengan cara (IM)/Intra Musculer.

4.2.4.Penyakit Entheritis
Salah satu perawatan ternak yang dilaksanakan selamat PKL adalah
ditemukannya penyakit entheritis pada kambing dan kuda. Dengan gejala
mencret, kurang nafsu makan, dehidrasi dan kurus, hal ini sesuai dengan
pernyataan chow 2010 dan Simadibrata 2019 bahwa Gastroenteritis adalah adanya
inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan ditandai dengan diare
dan muntah. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Cara penanganan yang dilakukan
diberikan antibiotic (limoxyn) dan (vitamin B kompleks).
1.Alat dan bahan
a. Spuit
b. Limoxyn,vitamin B kompleks
2.Langkah kerja:
a. Pertama siapkan alat dan bahan
b. Kemudian ambil obat limoxyn,vitamin b kompleks dan spuit ukuran
10ml didalam tas
c. Tusuk spuit didalam botol obat limoxyn dan vitamin b kompleks
tarik obat masing2 3ml
d. Lalu suntik bagian leher dengan cara (IM)/Intra muskuler.

4.2.5.penyakit Helmeutiasis
Penyakit helmeutiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh inveksi akibat
adanya pengaruh pertumbuhan cacing pada bagian tubuh ternak. Penyakit ini
dapat menyebabkan karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan, penurunan berat badan, mengganggu status kesehatan secara
umum sehingga mudah terinfeksi penyakit lain, dan bahkan dapat menimbulkan
kematian. Gangguan pada pertumbuhan yang berlangsung cukup lama akan
menyebabkan penurunan produktivitas. (Arsani, 2015).
Untuk mengetahui riwayat penyakit ternak, maka dapat dilakukan proses
wawancara dengan pemilik ternak untuk mengetahui riwat penyakit ternak. Baru
kemudian petugas melakukan pemeriksaan untuk mengetahui gejala klinis yang
dialamai oleh ternak tersebut. Setelah keadaan ternak dapat didiagnosa maka hal
yang perlu dilakukan adalah dengan terapi anti helmintika, yaitu memberikan
verm-O dengan cara per oral dan vitamin B- Kompleks, dengan dosis yang
diberikan tergantung dari berat badan ternak. Dengan metode injeksi intra
mosculer.
1.Alat dan bahan
a. Spuit
b. Kandang jepit
c. Bolus,B kompleks
2.Langkah kerja:
a. Pertama siapkan alat dan bahan
b. Kemudian masukan sapi kekandang jepit
c. Pegang bagian hidung sapid an pegang bagian mulut
d. Lalu tarik bagian mulut sapi supaya mulut sapi terbuka
e. Setelah mulut sapi terbuka lalu tarik lidahnya dan masukan bolus
kedalam mulut sapi
f. Kemudian ambil vitamin B kompleks dan spuit ukuran 10ml
didalam tas
g. Tusuk spuit kedalam botol vitamin B kompleks kemudian tarik obat
sebanyak 10ml
h. Lalu suntik bagian leher sapi dengan cara (IM)/Intra muskuler.

4.2.6.Penyakit Scabies
Scabies atau dikenal juga dengan nama kudis adalah penyakit kulit akibat
tungau bernama Sarcoptes scabiei. Serangga berkaki delapan ini berukuran sangat
kecil sehingga Anda tidak bisa melihatnya dengan mata telanjang.Dari permukaan
kulit, tungau masuk ke lapisan dalam kulit untuk bertelur, hidup, dan
makan. Kondisi ini bisa menyebabkan kulit terasa sangat gatal di area yang
terinfeksi sebagai reaksi alergi. Di malam hari, rasa gatal biasanya akan
meningkat. Tungau yang sangat kecil itu bahkan bisa berada di dalam kulit
sampai dua bulan (Anonim, 2019).
Hasil yang didiagnosa dari penyakit scabies pada PKL ini didapatkan ciri-
ciri gatal-gatal, bulu kusam, bulu rontok, kurus dan kulit berkeropeng. Cara
penanganan yang dilakukan adalah dengan memberi obat anti parasit
(intermektin) dengan dosis pada kambing 1 ml.
1.Alat dan bahan
a. Spuit
b. Obat intermectin
2.Langkah kerja:
a. Pertama siapkan alat dan bahan
b. Kemudian ambil obat intermectin dan spuit ukuran 3ml didalam
tas
c. Tusuk spuit didalam botol intermectin kemudian tarik obat
sebanyak 1ml
d. Lalu suntik dibagian scabies pada kambing dengan (SC)/Sub
cutan.
4.2.7.Penyakit Dermatitis
Dermatitis interdigital pada sapi disebabkan oleh bakteri
anaerob Dichelobacter nodosus . Ini juga merupakan agen footrot pada domba,
tetapi strain tampaknya berbeda dan tidak ada infeksi silang.
Dermatitis interdigital berbeda dari footrot pada sapi dan kedua kondisi ini dapat
terjadi secara bersamaan. Kondisi paling umum terjadi di peternakan dengan
kepadatan tebar tinggi atau di mana lalu lintas ternak tinggi dan paling umum di
Musim Dingin.
Dermatitis interdigital muncul sebagai infeksi kulit di antara cakar dan
biasanya sangat ringan. Mungkin ada cairan atau keropeng di daerah itu, dan
jarang ada ketimpangan. Kemudian ada perkembangan ke tumit yang menjadi
mentah dan ternak akan mengalami rasa sakit. Kasus kronis akan menunjukkan
perubahan kuku termasuk hiperplasia jaringan interdigital dan atrofi otot pada
ekstremitas yang terkena. Klakson bisa menjadi underrun. Diagnosis pada
dasarnya didasarkan pada riwayat dan tanda-tanda klinis. Sangat jarang upaya
dilakukan untuk mengisolasi bakteri.
Pada PKL ini cara penanganan penyakit dermatitis adalah diberikan obat
anti inflamasi Dexa metasone dan vitamin B kompleks , cara yang dilakukan
adalah dengan metode injeksi intra muskuler.
1.Alat dan bahan
a. Spuit
b. Dexa metasone,vitamin b kompleks
2. Langkah kerja:
a. Siapkan alat dan bahan
b. Masukan kuda kekandang jepit/ikat dipohon supaya tidak
bergerak
c. Kemudian ambil obat dexa metasone,vitamin B kompleks dan
spuit ukuran 10ml didalam tas
d. Tusuk spuit kedalam botol metasone dan vitamin B kompleks
kemudian tarik obat masing2 5ml
e. Lalu suntik bagian leher kuda dengan cara (IM)/Intra muskuler.

4.2.8.Penyakit Arthritis
Penyebab penyakit ini merupakan kuman yang dapat bertahan di dalam
tanah, sehingga penyakit ini dikenal sebagai penyakit tanah (bodem ziekte,
Belanda). Penyakit radang paha biasanya ditemukan pada sapi yang berumur 6-18
bulan, meskipun kadang-kadang juga ditemukan pada hewan-hewan yang lebih
tua. Jarang menyerang pedet karena pada pedet sudah terdapat imun dalam
beberapa bulan setelah kelahiran, yang mungkin disebabkan karena adanya
imunisasi pasif yang berasal dari induknya.
Hewan ternak yang rentan terhadap penyakit radang paha adalah sapi dan
domba, sedangkan kerbau meskipun rentan tetapi secara alamiah jarang
terkena.Saelain itu kejadian penyakit ini pada kambing, rusa, kuda dan babi
pernah dilaporkan.Hewan percobaan yang rentan adalah marmot dan hamster,
sedangkan untuk menimbulkan infeksi pada kelinci diperlukan dosis yang
tinggi,Pada domba dapat terjadi pada semua umur, sedangkan pada sapi terutama
pada umur 6 bulan sampai 2 tahun.
Radang paha biasanya merupakan penyakit yang ditemukan padang
pengembalaan, meskipun kadang-kadang juga terdapat pada hewan muda yang
bebas di dalam kandang. Padang pengenmbalaan di daerah hilir sungai sering
membahayakan ternak-ternak. Biasanya sering terjadi setelah banjir. Di Indonesia
setidaknya di pulau Jawa, kejadian penyakit radang paha pada sapi sering
ditemukan terutama pada tahun 1960 (anonym, 2019)
Gejala yang dapat dilihat pada ternak yang mengalami penyakit ini adalah
pembengkakan pada kaki, pincang dan terrnak kurang semangat atau lemas.
Penanganan yang dilakukan pada praktik ini adalah diberikan anti inflamasi,
dexametasol Vit.B12 dan Vit.B1. Dengan cara intamosculer.

1.Alat dan bahan

a. Spuit
b. Kandang jepit
c. Dexa metasone,vit. B12,vit.B.1

2.langkah kerja:

a. Pertama siapkan alat dan bahan


b. Masukan kuda kedalam kandang jepit
c. Kemudian ambil obat dexa metasone,vit.B1,vit.B12 dan spuit
ukuran 10ml didalam tas
d. Tusuk spuit kedalam botol obat dexa metasone kemudian tarik
obat sebanyak 10ml dan campur obat vit.B1 dan B12 masing2
5ml
e. Lalu suntik pada bagian paha kuda dengan (IM)/Intra muskuler.

4.2.9.Vaksinasi Rabies
Rabies merupakan penyakit virus menular yang disebabkan oleh virus dari
Family Rhabdoviridae dan Genus Lyssavirus.Virus rabies dapat menginfeksi
hewan berdarah panas serta manusia dan menyebabkan kerusakan pada sistem
saraf pusat. Hewan berdarah panas yang dapat tertular rabies antara lain yaitu
anjing, kucing, kelelawar penghisap darah, rakun, dan sapi. Hewan pembawa
rabies (HPR) yang paling banyak menularkan rabies ke manusia dan hewan
lainnya adalah anjing (Menezes, 2008).
Hewan yang divaksin pada PKL ini adalah anjing, Adapun ciri-ciri anjing
yang terkena rabies adalah Terlihat gelisah atau takut, Cepat marah, mudah
menyerang orang, demam, Mulut berbusa, Tidak nafsu makan dan Lemah,
Kejang.
Vaksinasi ini dilakukan dengan cara injeksi subkutan, menggunakan vaksin rabies
neorabiven. Dosis yang digunakan sebanyank 2ml per satu ekor anjing.
1.Alat dan bahan
a.spuit
b.sarung tangan
c.masker
d.obat neo rabivet
e.anjing
2.Langkah kerja:
a.siapkan alat dan bahan
b.kemudian memakai sarung tangan
c.lalu ambil obat neo rabivet dan spuit ukuran 3ml didalam boxes
d.yang sudah didinginkan dan usahakan tidak boleh terkena sinar matahari
e.tusuk spuit kedalam botol obat neo rabivet kemudian tarik obat sebanyak
2ml dan simpan kembali obat didalam boxes
f.handling anjing dan angkat badan anjing keatas sedikit
g.lalu suntik bagian punggung anjing dengan cara (SC)/Sub cutan.
BAB V
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
1. Pelayanan kesehatan merupakan tugas pokok puskeswan yang dilakukan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit ternak.
2. Inseminasi buatan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu
genetika. Sehingga mempermudah proses pembiakan tanpa perlu
menyertakan ternak jantan.
3. Beberapa pelayanan kesehatan hewan yang dilakukan selama PKL adalah
penyakit miasis,penyakit enteritis,penyakit helmintiasis,penyakit
scabies,penyakit dermatitis,penyakit arthritis,penyuntikan vitamin,vaksinasi
rabies.
1.2.Saran
Dari hasil selama kami melakukan kegiatan Prakerin, kami memebrikan
saran agar Prakerin dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik kedepannya serta
kami berharap :
1. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk memberitau kepada petugas
puskeswan palibelo agar lebih aktif dalam kegiatan di lapangan.
2. Agar guru pembimbing dapat terus mengawasi dan berkomunikasi dengan
siswa secara intens dan membekali pengetahuan tentang puskeswan secara
umum sebelum siswa diterima praktek dipuskeswan palibelo.

Anda mungkin juga menyukai