pada Sapi
Disusun oleh: Auliya Zahra Fa’ida/205050107111025
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak
Masalah:
Normalnya, masa pubertas sapi dapat dicapai pada um
ur 8 (delapan) bulan. Jika saudara menemui sapi yang
mengalami pubertas pada umur 1,5 tahun (18 bulan), m
aka apa penyebabnya dan apa yang harus dilakukan un
tuk mencegah hal tersebut?
Pembahasan
“Apa yang dimaksud dengan pubertas?”
SOSIAL PAKAN
01 02
BERAT BADAN
UMUR
04 (TARGET
05 WEIGHT
THEORY)
Faktor-faktor tersebut dapat dioptimalkan agar efisiensi
reproduksi dan produksi sapi juga meningkat. Namun,
terkadang terdapat masalah dalam manajemen reproduksi
sapi yang tidak dapat dihindari, salah satunya adalah
keterlambatan pubertas. Menurut Patel et al. (2020), di
antara masalah reproduktif lainnya, penundaan pubertas atau
pubertal anoestrus merupakan masalah yang sangat penting.
01 02 03 04 05
Nutrisi/Pakan
Nutrisi diperlukan untuk kinerja dalam tubuh, termasuk
kinerja hormon. Hormon reproduksi yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin dipengaruhi oleh tingkatan dan kualitas
pakan yang diberikan. Jika nutrisi yang diberikan telah cukup
dalam segi kuantitas dan kualitas, maka hormon reproduksi
dapat disintesis secara maksimal. Faktor pakan yang
berpengaruh pada kinerja hormon ternak, yaitu kandungan
TDN (total digestible nutrient), energi, protein, dan komponen
lainnya.
Kita dapat mengambil contoh dari salah satu penelitian yang dilakukan oleh
Abeni et al. (2018) tentang pengaruh pemberian pakan terhadap
pertumbuhan, profil metabolik, dan umur pubertas pada sapi perah betina.
Pada tabel, dapat dilihat umur pubertas dan berat badan sapi terus
meningkat seiring dengan meningkatnya perlakuan pakan yang
diberikan. Pada perlakuan SD (standar), sapi perah betina mencapai
pubertas pada umur 10,5 bulan. Umur pubertas terus maju ketika
perlakuan pemberian pakan meningkat, yaitu pada perlakuan ID1
(10,8 bulan) dan ID2 (9.2 bulan). Hal ini menunjukkan bahwa
strategi pemberian pakan memengaruhi pertumbuhan dan umur
pubertas pada sapi perah betina.
Jika sapi mengalami keterlambatan pubertas, maka kemungkinan
sapi tersebut tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup, baik secara
kuantitas maupun kualitas.
Indonesia merupakan negara Terdapat empat unsur iklim
dengan suhu udara dan
mikro yang dapat
kelembaban harian berkisar
antara 24-34ºC dan memengaruhi produktivitas
kelembaban 60-90%. Hal ini ternak, yaitu suhu, kelambaban
akan memengerahui tingkat udara, radiasi, dan kecepatan
produktivitas sapi. Iklim mikro angin, unsur lainnya adalah
di suatu tempat yang tidak
evaporasi dan curah hujan
mendukung dapat membuat
kondisi fisiologis ternak (Yani dan Purwanto, 2006).
terganggu.
Lingkungan dan
Klimat
Hormon
Pada sapi jantan, hormon yang
berpengaruh adalah GnRH Apabila sapi mengalami
(gonadotropin releasing penundaan pubertas,
hormone), yaitu sebagai kemungkinan yang terjadi
pengatur aktivitas adenohipofisa adalah hormon tidak bekerja
untuk menstimulasi pelepasan dengan normal dan dapat
FSH (follicle stimulating disebabkan oleh beberapa hal,
hormone) yang nantinya akan seperti nutrisi, kondisi
merangsang hormon lingkungan, dan lain-lain.
testosteron oleh testis (Yekti
dkk., 2017).
Sekian dan T
erimakasih
Referensi
Abeni, F., Petrera, F., and Le Cozler, Y. 2018. Animal: Effects of Feeding Treatment on Growth Rates,
Metabolic Profiles and Age at Puberty, and Their Relationships in Dairy Heifers. Lombardo: CREA.
Fausiah, A. 2017. Upaya Meningkatkan Efisiensi Reproduksi pada Sapi Perah Dara yang Mengalami
Keterlambatan Pubertas dengan Menggunakan Metode Heatsynch. Tesis. Sekolah Pascasarjana
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Patel, P.K., Shukla, S.N., and Singh, G. 2020. Incidence of Delayed Puberty in Cattle Heifers in and around
Jabalpur. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. 9(6): 1289-1292.
Yani, A. dan Puwanto, B.P. 2006. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries
Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya. Media Peternakan. 29(1): 35-46.
Yekti, A.P.A., Susilawati, T., Ihsan, M.N., dan Wahyuningsih, S. 2017. Fisiologi Reproduksi Ternak: Dasar
Manajemen Reproduksi. Malang: UB Press.