Anda di halaman 1dari 6

Pubertas Dan Peranan Hormon Jantan Pada Proses Reproduksi

Ternak Jantan

Nama : Rai Winar Gurusinga


Nim ; 1803511061
Kelas : B

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS PETERNAK
2019
PUBERTAS PADA POLA REPRODUKSI TERNAK

Pubertas Pada Ternak Jantan.

Pubertas adalah suatu masa ternak jantan sudah dapat ereksi, dan mengejakulasikan sperma.
Masa Pubertas adalah rentang waktu dari mulainya terbentuknya spermatogenesis sempurna,dan
munculnya libido.

Secara umum, pubertas pada ternak jantan terjadi ketika pejantan pertama kali memproduksi
sperma yang cukup untuk membuat ternak betina bunting. Wolf et al., (1965) mendefinisikan
bahwa masa pubertas adalah ketika seekor pejantan pertama kali memproduksi dan
mengejakulasikan sekitar 50 juta sperma dengan motilitas lebih dari 10%. Periode pubertas
berhubungan dengan laju perkembangan folikuler, perubahan pola sekresi luteinizing hormone
(LH), terjadinya peningkatan konsentrasi testosteron di dalam darah dan inisiasi proses
spermatogenesis.

Perkembangan testikular ternak jantan terdiri dari beberapa tahapan. Fossland dan Schultz (1961)
membagi empat tahapan perkembangan folikular pada sapi perah sebagai berikut:

Tahap 1: Neonatal. Yaitu fase perkembangan dan lumenisasi tubulus dan kemunculan
spermatocyt-spermatocyt.

Tahap 2: Prepubertal, yaitu kemunculan spermatocyte dan spermatid.

Tahap 3: Circumpubertal, fase ini ditandai dengan kemunculan spermatozoa di dalam testis dan
epididimis.

Tahap 4: Postpubertal, fase ini ditunjukkan dengan terjadinya hiperplasia pada jaringan
testiskular.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi umur pubertas pada ternak yang tidak terlepas dari
sistem neuroendokrin. Faktor penting yang mempengaruhi pubertas adalah bangsa (breed),
asupan energi, pertambahan bobot badan, dan kelahiran (musim). Ketika ternak memasuki masa
pubertas akan terjadi ketertarikan seksual kepada lawan jenis. Ketertarikan seksual ini
berhubungan dengan perkembangan kapasitas fertilisasi termasuk fungsi testikular.
Umur Pubertas pada ternak Jantan

Ternak Umur (bln)


Domba/Kambing 4-6
Babi 4-8
Sapi 10-12
Kuda 13- 18

Hormon Yang Mempengaruhi Ternak Jantan


Pada dasarnya proses reproduksi merupakan proses fisiologi yang tidak vital bagi tubuh, akan
tetapi sangat penting untuk kelangsungan keturunan setiap makhluk hidup. Proses reproduksi
merupakan reaksi yang saling berkaitan dan siklik dan saling mengontrol. Fungsi reproduksi
baru akan terjadi setelah ternak mengalami pubertas yang diatur oleh kelenjar endokrin dan
hormon-hormon yang dihasilkan. Keseluruhan siklus reproduksi melibatkan regulasi hormonal
yang kompleks yang biasa disebut endokrinologi reproduksi.

Terdapat berbagai kelenjar yang terlibat dalam sistem reproduksi ternak dan saling berhubungan
satu sama lain. Pusat kontrol sistem reproduksi ternak diatur oleh Hypothalamus Pituitary
Gonadal axis (HPG axis) yang merupakan sistem neuroendokrinologi yang kompleks. Namun
untuk memudahkan pemahaman kita mengenai sistem reproduksi ternak, kali ini kita batasi
pembahasan kita sebatas Mengenal Fungsi Hormon Reproduksi Ternak.

Hormon merupakan zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang berasal dari kata Hormao
yang berarti zat yang berfungsi sebagai pembangkit aktivitas. Hormon dapat didefinisikan
sebagai bahan kimia pengatur yang disekresikan ke dalam darah oleh kelenjar endokrin atau
sebuah organ ke dalam tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsi endokrin. Hormon biasanya
disekresikan dalam jumlah yang sangat sedikit yang dapat merangsang sel-sel tertentu untuk
berfungsi. Darah mentrasferkan hormon ke setiap sel di dalam tubuh, tetapi hanya sel target
tertentu yang dapat merespon hormon sesuai dengan fungsinya.

Hormon disekresikan oleh kelenjar adrenal dalam empat kategori berbeda, yaitu :

Polypeptides : Hormon-hormon yang terdiri dari rantai asam amino yang tidak lebih dari 100
asam amino. Contoh hormon Polipetida yang penting adalah Insulin dan Antidiuretic Hormone
(ADH)
Glycoproteins : Hormon yang termasuk golongan glikoprotein adalah hormon yang terdiri dari
senyawa polipeptida yang lebih panjang dari 100 asam amino yang terikat pada karbohidrat.
Contoh hormon glikoprotein adalah Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)

Amines : Hormon-hormon yang dihasilkan dari asam amino tyrosine dan trytophan, termasuk
hormon yang disekresikan oleh adrenal medula, thyroid, dan kelenjar pineal.

Steroids : Hormon ini merupakan lipid yang dihasilkan dari kolesterol, yang termasuk jenis
hormon ini adalah Testosteron, Estradiol, Progesteron, dan Cortisol.

Pada sistem reproduksi ternak, melibatkan regulasi hormonal yang kompleks. Hormon-hormon
yang terlibat dalam sistem reproduksi ternak diantaranya adalah :

Gonadotropih Releasing Hormone (GnRH)

Gonadotropih Releasing Hormone (GnRH) juga diketahui sebagai follicle stimulating hormone
releasing (FSH-RH), luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH), gonadoliberin, dan
luliberin. GnRH adalah releasing hormone yang bertanggung jawab untuk releasing FSH dan LH
dari anterior pituitary. GnRH adalah hormon peptida tropic yang disintesisd an dihasilkan di
GnRH neurins di dalam hypothalamus. GnRH juga merupakan hormon yang menginisiasi proses
HPG axis.

Luteinizing Hormone (LH)

Luteinizing Hormone (LH) merupakan hormon yang dihasilkan di sel-sel gonadotrohin di


anterior pituitary. Pada ternak betina, LH dibutuhkan untuk proses ovulasi dan pembentukan
corpus luteum dalam siklus estrus. Pada ternak jantan LH disebut interstitial cell-stimulating
hormone (ICSH) yang mestimulasi sel leydig di dalam testis untuk memproduksi testosteron.
Testosteron merupakan hormon penting yang dibutuhkan untuk produksi sperma dan
perkembangan karakteristik seksual sekunder pada ternak jantan.

Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Follicle Stimulating Hormone (FSH) dibutuhkan untuk perkembangan folikel pada ternak betina,
sedangkan pada ternak jantan dibutuhkan untuk perkembangan sperma (spermatogenesis). Pada
ternak betina, FSH dan LH bersama-sama terlibat dalam siklus estrus berdasarkan mekanisme
umpan balik ke hypothalamus. Regulasi FSH dan LH sangat menentukan proses perkembangan
folikel pada ternak betina yang dikenal sebagai folikullogenesis.
Estrogen

Estrogen adalah senyawa steroid yang terutama berfungsi sebagai hormon sex betina, akan tetapi
juga terdapat pada ternak jantan dengan kandungan yang lebih sedikit. Estrogen berfungsi dalam
perkembangan kelamin sekunder pada ternak betina, penebalan endometrium serta terlibat dalam
pengaturan siklus estrus. Estrogen utama yang terdapat dalam tubuh adalah 17β-estradiol.
Estrogen merupakan salah satu hormon yang dihasilkan oleh ovarium termasuk progesteron dan
relaksin. Estrogen disekresikan oleh sel theca interna dan folikel de graaf. Peningkatan level
estrogen yang disekresikan oleh folikel di graaf pada akhir proses folikullogenesis menimbulkan
gejala birahi pada ternak.

Progesteron

Progesteron merupakan hormon dalam golongan steroid yang terlibat dalam siklus estrus,
embriogenesis, dan merawat kebuntingan. Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum, yaitu
sebuah kelenjar endokrin yang merupakan sisa dari folikel setelah terjadi peristiwa ovulasi.
Progesteron berperan besar dalam perkembangan fetus. Fungsi progesteron pada reproduksi
ternak diantaranya mempertebal dinding endometrium setelah terjadi ovulasi, menghambat
produksi LH agar korpus luteum mengalami dgenerasi saat tidak terjadi fertilisasi, menghambat
laktasi saat terjadi kebuntingan, dan mempersiapkan endometrium untuk implantasi zigot.

Prolaktin

Prolaktin adalah hormon yang berfungsi menstimulasi kelenjar mamary untuk memproduksi susu
pada ternak ruminansia. Prolaktin disekresikan di kelenjar pituitary serta berperan penting dalam
proses metabolisme, sistem imun, dan perkembangan pankreas. Pada ternak betina, prolaktin
menstimulasi kelenjar mammary untuk memproduksi susu (laktasi). Peningkatan level
konsentrasi prolaktin selama kebuntingan menyebabkan pembesaran kelenjar mammary
sehingga siap untuk memproduksi susu. Produksi susu biasanya dimulai ketika level progesteron
telah menurun pada akhir masa kebuntingan.

Prolaktin juga diketahui berperan penting dalam membentuk kebiasan induk (maternal behavior).
Maternal behavior atau lebih dikenal sebagai maternal sensitivity adalah kemampuan induk
memahami dan menafsirkan secara akurat sinyal yang diberikan oleh anaknya dan kemudian
meresponnya secara tepat.

Testosteron
Testosteron adalah hormon steroid dalam kelompok hormon-hormon androgen. Testosteron
terutama disekresikan oleh testikel pada ternak jantan, dan di ovarium pada ternak betina
(jumlahnya sangat sedikit), sebagian kecil juga disekresikan oleh kelenjar adrenal. Testosteron
pada prinsipnya adalah hormon sex jantan yang berperan penting dalam perkembangan jaringan
reproduksi ternak jantan seperti testes dan prostat. Testosteron juga berfungsi dalam
menstimulasi perkembangan karakteristik seksual sekunder pada ternak jantan seperti
peningkatan massa otot, massa tulang, pertumbuhan tanduk, dan pertumbuhan bulu.

Testosteron, yang biasa juga disebut hormon androgen juga berperan dalam pematangan organ
reproduksi ternak jantan (dewasa kelamin). Testosteron berperan dalam perkembangan penis dan
scrotum pada fetus, dan pubertas pada ternak yang telah lahir.

Pregnant Mare Serum Gonadotrophin ( PMSG)

Pregnant mare serum gonadotrophin (PMSG) merupakan hormon gonadotropin yang dihasilkan
oleh mangkok-mangkok endometrium uterus kuda selama masa kebuntingan (kira-kira 40 – 120
hari masa kebuntingan). PMSG tidak disekresikan melalui urin melainkan terdapat dalam darah
dengan konsentrasi tinggi sehingga disebut Pregnant mare serum gonadotrophin. PMSG bersifat
FSH-like yaitu memberikan efek fisiologis yang sangat efektif untuk pertumbuhan folikel.

Anda mungkin juga menyukai