Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 4:

1. Agnes Rahma Pitaloka (202102002)


2. Bunga Apriliani Putri (202102007)
3. Nurul Azizah (202102028)
4. Presti Safitriana Wulandari (202102029)
5. Sabrina Raisa Utami (202102036)
6. Zharif Haekal Aqhfa (202102042)

HORMON REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak memiliki saluran sendiri. Hormon
adalah melekul yang berfungsi di dalam tubuh sebagai sinyal kimia. Hormon dibebaskan sel-sel khusus
yang disebut sel-sel endokrin karena sel-sel tersebut bersekresi ke arah dalam dan berbeda dari sel-sel
eksokrin, yang bersekresi ke dalam rongga tubuh atau permukaan tubuh.

Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ yang berperan
dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut demikian karena hormon yang disekresikan
diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati saluran khusus. Di pihak lain, terdapat pula
kelenjar eksokrin yang mengedarkan hasil sekresinya melalui saluran khusus.

Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat menghasilkan hormon
reproduksi, yakni, Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium, Endometrium, dan Testis. Berikut hormon-
hormon yang dihasilkan oleh empat kelenjar diatas,antara lain adalah :

No Nama Kelenjar Hormon Yang Dihasil


1 Hipofisa Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Luteinizing Hormone (LH)
Luteotropic Hormone (LTH)
2 Ovarium Estrogen
Progesteron
3 Endometrium Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
4 Testis Testosteron

A. Hormon Reproduksi Pada Wanita


1. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRh)
GnRh merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus di otak. Fungsi GnRh adalah
menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon gonadotropin.yaitu
Folicle Stimulating Hormone (FSH), Lutheinizing Hormone (LH) dan hCG (Human Chorionik
Gonadotropin).

2. Follicle Stimulating Hormon (FSH)


Merupakan hormon gonadotropin yang diproduksi pada sel-sel basal hipofisis anterior sebagai
respon terhadap GnRh yang berfungsi dalam pertumbuhan dan pematangan folikel granulosa di
ovarium wanita. FSH terikat dengan reseptor spesifik pada membran plasma sel targetnya, yaitu sel
folikel di ovarium dan sel sertoli di testis. Kenaikan atau penurunan kadar FSH merupakan indikasi
kegagalan gonad akibat disfungsi hipofisis. Oleh karena itu gangguan ketidaksuburan dapat dipastikan
melalui pengujian kadar FSH. Nilai normal untuk kadar FSH dalam serum menurut WHO:
• hari ke 0-13 (fase folikuler) : 5-20 mIU/ml,
• hari ke 14 (fase ovulasi) : 15-45 mIU/ml
• hari ke 15-28 (fase lutheal) : 5-12 mIU/ml.

Follicle Stimulating Hormone (FSH) : berfungsi Merangsang pematangan folikel dalam ovarium
dan menghasilkan estrogen, mengendalikan ciri seksual pria dan wanita (penyebaran rambut,
pembentukan otot, tekstur dan ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin sifat kepribadian).

3. Lutheinizing Hormon (LH)


Hormon ini diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Hormon ini bersama FSH berfungsi
memicu perkembangan folikel dan menyebabkan ovulasi di pertengahan siklus. Selama fase lutheal,
LH berfungsi mempertahankan korpus luteum pasca ovulasi. LH terikat pada reseptor membran
plasma yang spesifik dan menstimulasi progesteron oleh sel korpus luteum Pemeriksaan guna evaluasi
infertilitas pada wanita dilakukan dengan mengukur kadar LH dalam serum. Kadar LH yang tinggi
dalam serum berkaitan dengan disfungsi gonad, sedangkan kadar yang rendah mengindikasikan
kegagalan hipofisis atau hipotalamus. Kadar normal hormon LH dalam serum menurut WHO:
• hari ke 0-13 (fase folikuler) : 3-13 mIU/ml
• hari ke 14 (ovulasi) : 30-40 mIU/ml
• hari ke 15-28 (fase lutheal) : 5-15 mIU/ml

Luteinizing Hormone (LH) : berfungsi mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan
menghasilkan progestron, mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum,
pematangan (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telu sel telur, siklus menstruasi.

4. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Terdapaat berbagai jenis estrogen, akan tetapi yang paling
umum untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita, membentuk ketebalan endometrium saat siklus menstruasi,
menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan vagina, membantu mengatur temperatur suhu.
Estrogen alami diproduksi oleh sel teka interna folikel di ovarium secara primer dan dalam jumlah
lebih sedikit diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen.
Pada uterus: menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks: menyebabkan pelunakan
serviks dan pengentalan lendir serviks pada vagina :menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada
payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara, payudara, juga mengatur mengatur distribusi
distribusi lemak tubuh. Pada tulang, tulang, estrogen estrogen jugamenstimulasi osteoblas sehingga
memicu pert umbuhan / generasi tulang. Pada wanita pascamenopouse, pascamenopouse, untuk
pencegahan pencegahan tulang kropos/ kropos/ osteoporosis, osteoporosis, dapat diberikan diberikan
terapi hormone estrogen (sintetik) pengganti.
Hormon estrogen berfungsi mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem reproduksi
wanita, saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara,
pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon
enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.
5. Progesteron
Hormon progesteron diproduksi oleh korpus luteum, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan
pada masa kehamilan diproduksi di plasenta. Fungsi progesteron adalah mempertahankan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zigot.
Hormon progesteron : berfungsi mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman penanaman sel
telur yang telah dibuahi, dibuahi, mempersiapkan mempersiapkan kelenjar kelenjar susu untuk
menghasilkan susu, menjaga penebalan endometrium, menghambat produksi hormone FSH, dan
memperlancar produksi laktogen (susu). Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang
oleh LH.
6. Human Chorionic Gonadotrophin (hCG)
Human Chorionic Gonadotrophin (hCG) merupakan glikoprotein yang disintesis di sel
sinsitiotrofoblas plasenta. Kadar hCG meningkat dalam darah dan urin segera setelah implantasi ovum
yang sudah dibuahi. hCG berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan
produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa kehamilan awal.
7. Prolaktin
Prolaktin diproduksi di hipofisis anterior. Fungsi prolaktin adalah memicu produksi dan sekresi
air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan
mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada masa kehamilan prolaktin diproduksi di plasenta. Prolaktin
memiliki efek inhibisi terhadap GnRh hipotaamus, sehingga jika kadar berlebihan dapat terjadi
gangguan pematangan folikel, gangguan ovulasi, dan gangguan menstruasi berupa amenorea.

B. Hormon Reproduksi Pada Pria


1. Testosteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat diantara tubulus seminiferus. Hormon ini
penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama meosis untuk
membentuk spermatogenesis sekunder. Dihasilkan oleh sel intertisial yang terletak antara tubulus
seminiferus. Sel ini berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa.
Setelah pubertas, sel intertisial banyak menghasilkan hormon testosteron yang disekresikan oleh
testis. Sebagian besar testosteron berikatan longggar dengan protein plasma yang terdapat dalam darah
dan sebagian terikat pada jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi testosteron. Testosteron
yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat di ubah oleh hati menjadi aldosteron dan
dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresikan dalam usus menjadi empedu ke dalam urin.
Fungsi testosteron adalah sebagai berikut:
1) Efek desensus (penempatan) testis. Hal ini menunjukkan bahwa testosteron merupakan hal yang
penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan faktor
keturunan.
2) Perkembangan seks primer dan sekunder: sekresi testosterone setelah pubertas menyebabkan
penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi pertumbuhan sifat
seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
2. Hormon Gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu Lutein Hormon (LH) dan
Folikel Stimulating Hormon (FSH). Bila testis dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis, maka
sekresi testosteron selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks pria.
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk
mensekresi testoteron. FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi
menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma tidak akan
terjadi.
Perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH.
Namun, FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa. Oleh karena itu, testosteron
disekresikan secara serentak oleh sel intertisial yang berdifusi menuju tubulus seminiferus.
Testosteron diperlukan untuk proses pematangan akhir spermatozoa.
3. Hormon Estrogen
Dibentuk dari testosteron dan dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini
memungkinkan spermatogenesis untuk menyekresi protein pengikat endogen untuk mengikat
testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen tubulus seminiferus untuk
pematangan sperma.
4. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis. Bila tidak terdapat
hormon pertumbuhan, maka spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali.

Sintesa hormon steroid seks diproduksi terutama oleh gonad dan diatur oleh dua jenis hormon
gonadotrofik yang dihasilkan oleh adenohipofise. Follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) dari hipofise membawa pengaruh baik pada ovarium maupun testis. FSH terutama
bertanggung jawab pada pengaturan perkembangan sel germinal pada kedua jenis kelamin dan sintesis
estrogen ovarium wanita. LH dan hCG merangsang sintesis steroid seks androgenik baik pada testis
maupun ovarium, dan produksi progesterone oleh korpus luteum. LH, FSH, dan hCG tidak mempunyai
aktifitas klinis penting diluar traktus reproduksi. Steroid seks dianggap sebagai satu-satunya pengatur
produksi hormon gonadotropin. Akhir-akhir ini, peptida gonad mempunyai sifat pengatur penting sekresi
FSH. Inhibin dan follistatin menekan pelepasan FSH, dan aktivin merangsang pelepasan FSH. Sintesis
dan fungsi hormon reproduksi berbeda, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi. Berikut akan
dibahas sintesis dan fungsi dari masing-masing hormon reproduksi ini.

1. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone dan Lutheineizing


Hormone (LH)
Hipothamalus mengeluarkan GnRH dengan proses sekresinya setlap 90-120 menit melalui aliran
portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofise anterior, GnRH akan mengikat sel gonadotrop
dan merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing
Hormone).Waktu paruh LH kurang lebih 30 menit sedangkan FSH sekitar 3 jam. FSH dan LH
berikatan dengan reseptor yang terdapat pada ovarium dan testis, serta mempengaruhi fungsi gonad
dengan berperan dalam produksi hormon seks steroid dan gametogenesis .Pada wanita selama masa
ovulasi GnRH akan merangsang LH untuk menstimulus produksi estrogen dan progesteron. Peranan
LH pada siklus pertengahan (midcycle) adalah ovulasi dan merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan progesteron. FSH berperan akan merangsang perbesaran folikel ovarium dan bersama-
sama LH akan merangsang sekresi estrogen dan ovarium . Selama siklus menstruasi yang normal,
konsentrast FSH dan LH akan mulai meningkat pada hari-hari pertama. Kadar FSH akan lebih cepat
meningkan dibandingkan LH dan akan mencapai puncak pada fase folikular, tetapi akan menurun
sampai kadar yang yang terendah pada fase preovulasi karena pengaruh peningkatan kadar estrogen
lalu akan meningkat kembali pada fase ovulasi. Regulasi LH selama siklus menstruasi, kadarnya akan
meninggi di fase folikular dengan puncaknya pada midcycle, bertahan selama 1-3 hari, dan menurun
pada fase luteal .Sekresi LH dan FSH dikontrol oleh GnRH yang merupakan pusat kontrol untuk basal
gonadotropin, masa ovulasi dan onset pubertas pada masing-masing individu. Proses sekresi basal
gonadotropin ini dipengaruhi oleh beberapa macam proses:
a. Episode sekresi (Episodic secretadon)
Pada pria dan wanita, proses sekresi LH dan FSH bersifat periodik, dimana terjadinya secara
bertahap dan pengeluarannya dikontrol oleh GnRH .
b. Umpan balik positif (Positive feedback)
Pada wanita selama siklus menstruasi estrogen memberikan umpan balik positif pada kadar GnRH
untuk mensekresi LH dan FSH dan peningkatan kadar estrogen selama fase folikular merupakan
stimulus dari LH dan FSH setelah pertengahan siklus, sehingga ovum menjadi matang dan terjadi
ovulasi. Ovulasi terjadi hari ke 10-12 pada siklus ovulasi setelah puncak kadar LH dan 24-36 jam
setelah puncak estradiol. Setelah hari ke-14 korpus luteurn akan mengalami involusi karena
disebabkan oleh penurunan estradiol dan progesteron sehingga terjadi proses menstruasi
c. Umpan balik negatif (Negative Feedback)
Proses umpanbalik ini memberi dampak pada sekresi gonadotropin.Pada wanita terjadinya
kegagalan pernbentukan gonad primer dan proses menopause disebabkan karena peningkatan
kadar LH dan FSH yang dapat ditekan oleh terapi estrogen dalam jangka waktu yang lama.
2. Hormon Seks Steroid
Hormonsteroid disintesis dari kolesterol yang berasal dari sintesis asetat, dari kolesterol ester pada
janingan steroidogenik, dan sumber makanan. Sekitar 80% kolesterol digunakan untuk sintesis
hormon seks steroid . Pada wanita, ovum yang matang akan mensintesis dan mensekresi hormon
steroid aktif. Ovarium yang normal merupakan sumber utama dari pembentukan Pada wanita
menopause dan kelainan ovarium estrogen dihasilkan dari prekursor androgen pada jaringan lain.
Selain itu ovariurn juga memproduksi progesteron selama fase luteal pada siklus menstruasi, testoteron
dan androgen dalam jumlah sedikit. Korteks adrenal juga memproduksi hormon testoteron dan
androgen dalam jumlah yang sedikit yang digunakan bukan hanya untuk prekursor estrogen tetapi
langsung dikeluarkan ke jaringan perifer .
a. Estrogen
Estrogen terdiri dari tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu estron, estradiol, dan estriol.
Pada wanita normal, estrogen banyak diproduksi oleh folikel selama proses ovulasi dan korpus
luteum selama keharmilan Pada saat keluar dari sirkulasi, hormon steroid berikatan dengan protein
plasma. Estradiol berikatan dengan transpor globulin yang dikenal dengan seks hormone binding
globulin (SHBG) dan berikatan lemah dengan albumin, sedangkan estrone berikatan kuat dengan
albumin. Sirkulasi estradiol secara cepat diubah menjadi estron di hepar dengan bantuan
hidroksisteroid dehidrogenase. Sebagian estrone masuk kernball ke sirkulasi, dan sebagian lagi
dimetabolisme menjadi hidroksiestrone yang dikonversi menjadi estriol .
Pada awal siklus ovulasi - produksi estradiol akan menurun sampai titik terendah, tetapi
karena pengaruh hormon FSH estradiol akan mulai meningkat. Sebelum fase mid cycle kadar
estradiol dibawah 50 pg/mL, tetapi akan terus meningkat sejalan dengan pematangan ovum.
Estradiol akan mencapai puncaknya sebesar 250-500 pg/mL pada hari ke 13-15 siklus ovulasi.
Pada fase luteal, kadar estrogen akan menurun sampai 125 pg/mL. Progesteron yang dihasilkan
oleh korpus luteum bersarna-sarna dengan estrogen akan memberikan umpanbalik negatif pada
hipotalamus dan hipofise antenior. Kadar dibawah 30 pg/mL menunjukan keadaan oligomenore
atau amenore sebagai indikasi kegagalan gonad. Hormon estradiol dipenganihi oleh ritme
sirkadian yaitu adanya variasi diurnal pada wanita pasca menopause yang diperkirakan. karena
adanya variasi pada kelenjar adrenal.
b. Progesteron
Progesteron bersama-sama dengan estrogen memegang peranan penting di dalam regulasi
seks hormon wanita. Pada wanita, pregnenolon diubah menjadi progesteron atau 17a-
hidroksipregnenolone dan perubahan ini tergantung dari fase ovulasi dimana progesteron disekresi
oleh korpus luteum dalam jumlah yang besar. Progesteron juga merupakan prekursor untuk
testoteron dan estrogen, pada saat terjadi metabolisme 17α-hidroksiprogesteron menjadi
dehidroepiandrosteron yang dikonversi menjadi 4 androstenedion dengan bantuan enzim 17α
hidroksilase pregnenolon .
Pada awal menstruasi dan fase folikular kadar progesteron sekitar 1 ng/mL. Pada saat
sekresi LH, konsentrasi progesteron dapat bertahan selama 4-5 hari di dalam plasma dan mencapai
puncaknya yaitu sebesar 10-20 ng/mL selama fase luteal. Pengukuran progesteron di dalam plasma
dapat digunakan untuk memonitor keadaan ovulasi. Jika konsentrasi progesteron lebih dari 4-5
ng/mL mungkin sudah terjadi ovulasi . Progesteron berperan di dalam organ reproduksi termasuk
kelenjar mamae dan endometrium serta peningkatkan suhu tubuh manusia. Organ target
progesteron yang lain adalah uterus, dimana progesteron membantu implantasi ovum. Selama
kehamilan progesteron mempertahankan plasenta, menghambat kontraktilitas uterus dan
mempersiapkan mamae untuk proses laktasi
Pada umumnya pemeriksaan kadar progesteron dilakukan untuk pemeriksaan fungsi
plasenta selama kehamilan, fungsi ovarium pada fase luteal, dan monitoring proses ovulasi. Pada
pemeriksaaan ini sampel diambil satu sampai dua kali pada fase luteal Kadamya meningkat pada
kehamilan, ovulasi, kista ovarium, tumor adrenal, tumor ovarium, mola hidatidosa. Dan menurun
pada keadaan amonorea, aborsi mengancarn, dan kematian janin. Faktor yang mempengaruhi
pemeriksaanhormon progesteron adalah penggunaan steroid, progesteron, dan kontrasepsi oral.
c. Testoteron (Androgen)
Testoteron atau androgen merupakan hormon seks steroid yang dominan pada pria.
Hormon ini mempunyai berat molekul 288,41 Dalton. Proses sintesis testoteron berlangsung di sel
Leydig interstitial pada testis yang memberikan respon pada interstitial cell stimulating hormone
(ICSH, atau yang lebih dikenal dengan luteinizing hormone). Pada pria sebagian dihidrostestoteron
dibentuk di jaringan perifer.
Di dalam aliran darah testoteron terikat oleh protein serum dan sebagian tidak terikat (unbound).
Sebanyak 60% testoteron terikat kuat dengan binding protein utama yaitu SHGB dan sekitar 38%
terikat lemah dengan albumin dan corlisol binding globulin. Sekitar 2% sirkulasi testoteron tidak
terikat oleh protein serum tetapi masuk ke dalam set .
Testoteron diubah menjadi dihidrostestoteron di dalam target jarigan testoteron yang
spesifik. Metabolisme testoteron terjadi di hepar. Testoteron dikonversi menjadi androstenedion
dan etiokolanolon. Testoteron masuk ke dalam membran sel dengan cepat dan di dalam sel
testoteron berubah secara enzimatik menjadi androgen dibldrotestoteron dengan bantuan isoenzim
microsomal reduktase-2, dan isoenzim 5.
Konsentrasi testoteron mulai meningkat sebelum pematangan aksis hipotalamus-hipofise-
gonad yaltu pada awal usia 6-7 tahun, meningkat selama pubertas, dan mencapal puncaknya pada
usia dewasa Pada pria, testoteron memegang peranan penting dalam diferensiasi system organ
yang genital pria pada saat pertumbuhan fetus, pertumbuhan dan fungsi organ yang diperngaruhi
oleh testoteron seperti skrotum, epididimis, vas deferens, vesika seminalis, prostat, dan penis.
Testoteron juga berperan dalam pertumbuhan organ skeletal, laring yang berperan dalam
pembentukkan suara pada. pria dan kartilago epifisial serta mempengaruhi pertumbuhan rambut
pada daerah pubis, axilla, janggut, jambang, dada, abdomen, dan daerah punggung, aktivitas
kelenjar sebasea, dan perubahan tingkah laku.
Pada wanita yang normal, ovarium akan memproduksi testoteron dalam jumlah yang
sedikit yaitu kurang dari 300g selama 24 jam. Testoteron berperan dalam proses pertumbuhan
rambut selama masa pubertas. Penigkatan testoteron yang berlebih akan menyebabkan amenorea,
pertumbuhan rambut dan kelenjar sebasea yang berlebih . Kadar androgen meningkat pada
hirsustisme, amenorea hipotalamus, dan turnor sel sertoll. Dan menurun pada andropause, sindrom
klinefelter, aplasia sel leydig, dan criptorchidism .

Anda mungkin juga menyukai