Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian
dalam tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan
kelenjar endokrin. Disebut demikian karena hormon yang disekresikan
diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati saluran khusus.
Di pihak lain, terdapat pula kelenjar eksokrin yang mengedarkan hasil
sekresinya melalui saluran khusus. Walaupun jumlah yang diperlukan sedikit,
namun keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah penting. Ini dapat
diketahui dari fungsinya yang berperan antara lain dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, proses reproduksi, metabolisme zat,
dan lain sebagainya.
Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormon
testosteron atau androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap
proses spermatogenesis (proses pembentukan sperma) dan pertumbuhan
sekunder pada laki-laki. Pertumbuhan sekunder pada anak laki-laki ditandai
dengan suara menjadi besar, bahu dan dada bertambah bidang, dan tumbuh
rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya kumis, janggut, cambang, ketiak,
dan sekitar kemaluan. Sedangkan pada hormone kelamin betina terdapat
estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh sel-sel endokrin dalam
ovarium.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari hormon reproduksi ?
2. Jelaskan klasifikasi hormon reproduksi berdasarkan unsur pembentuknya
dan cara kerjanya ?
3. Bagaimana mekanisme kerja hormon dalam mengatur fungsi reproduksi ?
4. Jelaskan obat-obat mengenai hormon reproduksi ?

C. Tujuan Praktikum
1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai hormon reproduksi
(induktor).
2. Mmberikan informasi dan pengetahuan mengenai obat-obat golongan
hormon reproduksi (induktor). .

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hormon Reproduksi


Hormon berasal dari kata hormao yang berarti pembangkit aktivitas
adalah sebuah zat organik. Sifat-sifat atau kekhususan dari hormon adalah
zat ini merupakan pengatur fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu
organ atau suatu sistem. Hormon dapat didefinisikan sebagai zat organik
yang diproduksi oleh sel-sel khusus dalam bahan dan dialirkan ke dalam
peredaran darah dan dengan jumlah yang sangat kecil dapat merangsang
sel-sel tertentu untuk berfungsi.
Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel atau kelompok sel
yang bergerak dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ target atau
jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu reaksi yang dapat menolong
mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh. Hormon dapat memberikan
efeknya pada struktur-struktur target dengan cara :

1) Mengubah fungsi gen


2) Memengaruhi jalur-jalur metabolik secara langsung
3) Mengontrol perkembangan organ-organ spesifik atau produk-produk
skretorisnya.
Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar endokrin
dan disekresi secara alami yang kemudian dibawa darah ke areal yang dituju
atau ditentukan. Adanya hormon menimbulkan efek tertentu sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya dengan sistem tubuh
lainnya, sistem reproduksi juga mempunyai hormon yang memberikan efek
dan fungsi dalam perkembangannya.

B. Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Unsur Pembentuknya


Semua hormon mamalia berpartisipasi dalam semua aspek
reproduksi. Partisipasi ini mungkin melalui kerja langsung terhadap fungsi
fisiologik lingkungan internal yang menjamin keberhasilan reproduksi atau
pengaruh tidak langsung.
Hormon-hormon reproduksi dibagi dalam tiga kategori menurut unsur
pembentuknya, yakni Golongan protein (peptida), Golongan steroid, dan

2
Golongan asam lemak. Berikut penjelasan dari ketiga golongan hormon
diatas, sebagai berikut :
1. Hormon protein atau polipeptida bermolekul besar dengan berat molekul
300-70.000 dalton dengan sifat-sifat mudah dipisahkan oleh enzim
sehingga tidak dapat diberikan melalui oral tetapi harus diberikan melalui
suntikan (ex : Gn-RH).
2. Hormon steroid mempunyai berat molekul 300-400 dalton. Hormon
steroid alami tidak efektif apabila diberikan melalui oral, tetapi steroid
sintesis dan yang berasal dari tumbuhan dapat diberikan melalui oral
maupun suntikan (ex : estrogen, progesteron, dan androgen).
3. Hormon asam lemak mempunyai berat molekul 400 dalton dan hanya
dapat diberikan melalui suntikan (ex : prostaglandin).

Hormon-hormon Reproduksi
Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium,
Endometrium, dan Testis. Berikut hormon-hormon yang dihasilkan oleh
empat kelenjar tersebut, antara lain :
1. Kelenjar Hipofisa, yang masing-masing bagian anterior meghasilkan tiga
macam hormon reproduksi yaitu, Follicle Stimulating Hormone ,
Luteinizing Hormone yang pada hewan jantan disebut dengan
Interstitial Cell Stimulating Hormone dan Luteotropic Hormone, serta
bagian posterior yang menghasilkan dua macam hormon yakni
oksitoksin dan vasopressin.
2. Kelenjar Ovarium yang menghasilkan tiga hormon yaitu estrogen,
progesteron, dan relaksin.
3. Endometrium dari uterus yang menghasilkan hormon Prostaglandin.
4. Testis pada hewan jantan menghasilkan hormon testosteron. Kedua
belas hormon ini mempunyai peranan mengatur kegiatan reproduksi
pada tubuh hewan, sehingga disebut hormon reproduksi.
 Hormon Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium, Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada betina yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-
lain.
 Hormon Progesterone

3
Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga
dapat menerima implantasi zygot, mengatur pembentukan plasenta
dan produksi air susu.
 Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormone)
Hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GnRH. FSH akan menyebabkan
pematangan dari folikel.
 Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Hormon ini ujuga dihasilkan oleh hipofisis akibat rangsangan dari
GnRH. Berfungsi untuk merangsang sekresi kelenjar Gonade /
Foliclle menjadi matang pecah dan ovulasi.
 Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak.
GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone)
di hipofisis.
 Hormon Testosteron
Dihasilkan di dalam testes. Berfungsi mempegaruhi pertumbuhan
alat kelamin jantan, menstimulasi bermacam-macam metabolisme
tubuh, memperpanajang daya hidup spermatozoa dalam saluran
kelamin, meningkatkan pertumbuhan tulang.
 Hormon Pertumbuhan / Growth Hormone (GH)
Hormon pertumbuhan (Somatotrop) dihasilkan di Kelenjar hipofisa.
Fungsinya antara lain mengendalikan pertumbuhan &
perkembangan, meningkatkan pembentukan protein, mendorong
pertumbuhan umum tubuh, mempercepat sintesa protein.
 Hormon Prostaglandin (PGF2α)
Dihasilkan di endometrium dari uterus.

C. Klasifikasi Hormon Reproduksi Berdasarkan Cara Kerjanya


Berdasarkan cara kerjanya, hormon-hormon reproduksi dapat dibagi
dalam tiga kelompok yaitu hormon reproduksi primer, hormon reproduksi
sekunder, dan hormon pelepas.
Hormon-hormon reproduksi primer secara langsung memengaruhi
berbagai aspek reproduksi seperti spermatogenesis, ovulasi, kelakuan
kelamin, fertilisasi, pengangkutan ovum, implantasi, kelangsungan
kebuntingan, kelahiran, laktasi dan tingkah laku induk.Hormon-hormon

4
reproduksi sekunder berfungsi untuk mempertahankan keadaan fisiologik
yang memungkinkan terjadinya proses reproduksi.

Tabel 1. Hormon-hormon reproduksi primer


Kelenjar Hormon Beberapa fungsi

Adenohipofisis Follicle Stimulating spermatogenesis, pertumbuhan folikel


Hormone (FSH)
Luteinizing Hormon (LH) ovulasi, pelepasan estrogen, pelepasan
progesterone
Interstitial Cell Stimulating Stimulasi sel-sel interstitial leydig,
Hormone (ICSH) pelepasan testosterone
Prolaktin/Luteotropic Pelepasan progesteron, laktasi
Hormone (LTH)
Neurohipofisis Oksitosin Kontraksi uterus, kelahiran, penurunan (let
down) susu
Testis Testosteron Spermatogenesis, mempertahankan sistem
kelamin jantan dan sifat-sifat kelamin
sekunder, kelakuan kelamin jantan.
Ovarium Estrogen/estradiol Mempertahankan sistem saluran kelamin
betina dan sifat-sifat kelamin sekunder,
tanda-tanda birahi/ekstrus, kelakuan
kelamin betina, stimulasi kelenjar susu,
mobilisasi Ca, dan lemak pada unggas
Progesteron Implantasi, mempertahankan kebuntingan,
stimulasi kelenjar susu
Relaxin Relaksasi serviks uteri, kontraksi uterus,
pemisahan simfisis pubis
Plasenta Human Chorionic Seperti LH (LH-like)
Gonadotrophin (HCG)
Pegnan Mare Serum Seperti FSH (FSH-like)
Gonadotrophin (PMSG)
Estradiol Lihat ovarium
Progesteron Lihat ovarium
Relaxin Lihat ovarium
Prostaglandin Luteolisis (melisiskan korpus luteum)

5
Reproduksi merupakan hasil kerjasama berbagai sekresi endoktrin
terhadap organ sasaran dan reaksi-reaksi khusus di dalam tubuh. Kelompok
ketiga dari hormon-hormon reproduksi terdapat di dalam hipotalamus dan
kelompok hormon ini disebut sebagai faktor-faktor pelepas (releasing factors).

Tabel 2. Hormon-hormon reproduksi sekunder


Kelenjar Hormon Beberapa fungsi

Adenohipofisis Somatotropic Hormone (STH) Pertumbuhan, sintesa protein


Thyroid Stimulating Hormone Stimulasi kelenjar tyroid,
(TSH) pelepasan tiroksin, dan
pengikatan iodium oleh thyroid

Adrenocorticotrophic Hormone Stimulasi korteks adrenal,


(ACTH) pelepasan kortikoid adrenal

Neurohipofisis Vasopressin (Antidiuretic Pertumbuhan tubuh,


Hormone, ADH) perkembangan dan
pematangan, oksidasi zat
makanan

Tri-iodothyronin Sama dengan atas

Thyrocalcitonin Metabolisme kalsium


Pankreas Aldosteron Metabolisme air dan elektrolit
Corticoid Metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein

Parathyroid Insulin Metabolisme karbohidrat,


lemak dan protein

Parathormon Metabolisme Ca dan P

Tabel 3. Faktor-faktor pelepas (Releasing factors)


Faktor (Hormon) Fungsi
Gonadotropin Releasing Hormone (Gn- Stimulasi pelepasan gonadotropin
RH) (FSH dan LH)
Thyrotropin Hormone (TRH) Stimulasi pelepasan TSH
Prolacting Inhibition Factore (PIF) Inhibisi pelepasan prolaktin
Corticotropin Releasing Factore ( CRF) Stimulasi pelepasan ACTH
Somatotropic Hormone Releasing Factore Stimulasi pelepasan STH

6
(STH-RH)

a) Hormon-hormon reproduksi primer


Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak di dalam legokan pada dasar ruang otak yang
dikenal sebagai sella turcic. Kelenjar ini mensekresikan sejumlah hormon-
hormon, seperti Melanophore Stimulating Hormone (MSH) dan Vasopressin juga
disekresikan oleh kelenjar hipofisis. MSH mengatur sintesis dan penyebaran
melanin sedangkan Vasopressin mempengaruhi tekanan darah dan
keseimbangan air dalam tubuh.

Hormon-hormon gonadotropin
Kelenjar adenohipofisis mensekresikan tiga hormon gonadotropin yaitu, FSH,
LH dan LTH. Hormon-hormon ini sangat penting dalam pengaturan ovarium dan
testis untuk produksi ova dan spermatozoa dan pelepasan hormon-hormon
gonadal yaitu testosteron, estradiol, dan progesterone.
Fungsi utama FSH menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel
deGraaf di dalam ovarium dan spermatogenesis di dalam tubuli semeniferi
testis. FSH murni menstimulir pertumbuhan folikel pada hewan betina yang
dihipofisektomi tetapi tidak menyebabkan ovulasi, luteinisasi, atau stimulasi
terhadap jaringan interstistial ovarium.
Luteinizing Hormon (LH) bekerja sama dengan FSH untuk menstimulir
pematangan folikel dan pelepasan estrogen. Sesudah pematangan folikel, LH
menyebabkan ovulasi dengan menggertak pemecahan dinding sel dan
pelepasan ovum. FSH dan LH bersifat sinergistik dalam pengaruhnya terhadap
gonad. Keduanya terdapat dalam berbagai perbandingan yang berimbang
sesuai dengan berbagai kondisi atau tahap siklus kelamin dari berbagai jenis
hewan.
Luteotropic Hormone (LTH) atau Prolaktin. Hormon ini merupakan hormon
protein dengan berat molekul 22.000 sampai 35.000. prolaktin yang berasal dari
domba dan sapi tampaknya terdiri dari satu rantai peptida tunggal dengan suatu
konfigurasi siklis dan mengandung jembatan-jembatan disulfide.
Oksitosin
Oksitosin adalah suatu oktapeptida yang mengandung 8 asam amino yaitu
tirosin, leusin, isoleusin, prolin, asam glutamik, asam aspartic, glisin dan sistin.
Aktifitas oksitosin adalah kontraksi uterus dan let down atau penurunan air susu.

7
Hormon-hormon gonadal
Gonad, yaitu testis pada hewan jantan dan ovaria pada hewan betina
sebagai organ-organ kelamin merupakan tempat pembentukan hormon-hormon
kelamin jantan dan betina selain fungsinya sebagai penghasil gamet atau sel-sel
kelamin. Pada umumnya, hormon-hormon gonadal berfungsi mempertahankan
organ-organ kelamin pelengkap dan sifat-sifat kelamin sekunder
Androgen. Androgen atau testosteron merupakan hormon kelamin jantan
diproduksi di dalam testis dan sedikit ole korteks adrenal. Selain androgen, testis
juga menghasilkan sejumlah kecil estrogen. Testosteron dan testis berfungsi untuk:
a. Diferensiasi sesual organ-organ kelamin luar dan penurunan testis kedalam
skrotum pada fetus yang baru lahir,
b. Keratinisasi epithel praeputium, pemisahan glands penis dari praeputium, serta
pertumbuhan penis dan praeputium pada pubertas,
c. Pertumbuhan dan kelangsungan fungsi kelenjar-kelenjar kelamin untuk
menghasilkan cairan atau plasma semen pada waktu ejakulasi,
d. Keinginan kelamin atau libido dan kesanggupan untuk ereksi serta ejakulasi,
e. Perkembangan sistem-sistem kelamin sekunder yang khas bagi hewan jantan,
misalnya pertumbuhan tanduk, bentuk tubuh yang kecil pada pinggul, jengger
ayam dan perubahan suara,
f. Kelangsungan sekretoris dan aktivitas absorbsi dan struktur ductulli eferentes,
epididimis, ductus defferensia termasuk ampula,
g. Spermatogenesis, perkembangan dan pematangan spermatid dan spermatozoa
didalam saluran-saluran testiskuler dan memperpanjang umur sperma di dalam
epididimis, dan
h. Aktifitas metabolik terhadap protein.
Kastrasi (penghilangan testis) yang dilakukan sebelum pubertas akan
menghambat perkembangan , fungsi, dan aktivitas organ-organ yang memerlukan
testosteron. Apabila kastrasi dilakukan sesudah pubertas maka akan menyebabkan
atropi organ-organ reproduksi dan terhentinya aktivitas-aktivitas tersebut dapat
dipulihkan kembali dengan penyuntikan preparat-preparat testosteron.
Estrogen. Hormon ini merupakan hormon yang menimbulkan estrus atau birahi
pada hewan betins. Hormon estrogen disekresikan oleh sel-sel theca interna dan
folikel de Graaf. Estrogen bertanggung jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin
sekunder pada hewan betina. Hormon ini menggertak pertumbuhan sistem saluran
kelenjar susu, mempengaruhi deposisi dan distribusi lemak tubuh, serta
mempercepat ossifikasi epifise tulang.

8
Progesteron. Progesteron merupakan progesteron alamiah terpenting yang di
ekskresikan oleh sel-sel lutein korpus luteum. Fungsi progesteron sulit dipisahkan
dari hormon-hormon lsin seperti estrogen. Hal ini disebabkan progesteron secara
normal bekerja sama dengan estrogen dan steroid-steroid lainnya yang
menghasilkan hanya sedikit pengaruh khusus jika berdiri sendiri. Beberapa pengaruh
progesteron dapat disebut sebagai berikut:
a. Menstimulir pertumbuhan sistem glanduler pada endometrium uterus yang telah
disensitifkan oleh estrogen.
b. Mempertahankan kebuntingan dengan menghasilkan suatu lingkungan
endometrial yang sesuai untuk kelanjutan hidup dan perkembangan embrio,
c. Menghambat otilitas atau pergerakan uterus secara spontan dan meniadakan
atau menurunkan respon miometrium terhadap oksitosin,
d. Dengan menghambat produksi FSH dan LH, progesteron mencegah terjadinya
estrus, ovulasi dan siklus strus,
e. Bekerjasama dengan estrogen untuk menstimulir ovulasi dengan menggertak
LH, apabila disuntikkan dalam jumlah kecil selama permulaan estrus pada sapi,
progesteron akan mempercepat terjadinya ovulasi, dan
f. Bekerjasama dengan estrogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
sistem alveolar kelenjar mammae.
Relaxin. Hormon ini terutama dihasilkan oleh korpus luteum selama masa
kebuntingan. Fungsi fisiologik terutama berhubungan dengan partus yaitu:
a. Menstimulir pemisahan simfisis pubis pada marmot dan mencit sesudah
pemberian estrogen. Fungsi ini mempermudah keluarnya fetus pada waktu
partus,
b. Menghambat aktivitas miometrium yaitu menghambat kontraksi uterus,
c. Menurunkan kadar air dalam uterus,
d. Bersama estrogen menyebabkan pertambahab pertumuhan uterus, dan
e. Meningkatkan pertumbuhan kelenjar susu bila diberikan bersama estrogen dan
progesteron.

Hormon-hormon plasenta
Gonadotropin telah ditemukan pada plasenta kuda, kera, manusia, dan tikus.
Sifat-sifat fisiologik hormon-hormon plasenta dari kuda dan manusia telah banyak
dipelajari dan merupakan sumber biologik hormon-hormon gonadotropin. Pada kuda,
hormon gonadotropin dihasilkan oleh mangkok-mangkok endometrium uterus kuda
bunting kira-kira 40 sampai 120 hari masa kebuntingan dan tidak diekskresikan

9
melalui urin tetapi terdapat dalam konsentrasi tinggi pada serum darah sehingga
disebut Pregnant Mare Serum Gonadotrophin ( PMSG).

Hormon-hormon uterus
Prostaglandin merupakan hormon yang meregulasi beberapa fenomena
fisiologik seperti kontraksi otot polos pada saluran reproduksi dan saluran
gastrointestinal, transpor sperma, ovulasi, kelahiran dan turun susu, menstimulasi
kontraksi uterus, serta meregenerasi korpus luteum.

b) Hormon-hormon reproduksi sekunder


Hormon-hormon reproduksi sekunder adalah zat-zat endoktrin dengan
aktivitas metabolik yang mempertahankan fungsi fisiologik tubuh dan
memungkinkan berlangsungnya proses-proses reproduksi.
Tiroksin. Kelancaran sekresi kelenjar tiroid merupakan salah satu syarat
untuk kelangsungan reproduksi secara normal. Hormon tiroid memengaruhi
reproduksi dn fertilitas dengan mempertahankan hubungan gonadohipofiseal.
Corticoid adrenal. Keterlibatan korteks adrenal dalam proses-proses
reproduksi dinyatakan oleh (a) kesanggupan kelenjar tersebut menghasilkan
steroid-steroid kelamin, dan (b) kegunaan dasar kortikoid adrenal untuk
mempertahankan hidup hewan dan fungsi reproduksi
Pankreas. Pada umumnya, pancreatectomi (penghilangan kelenjar
pankreas) akan menyebabkan disfungsi aktivitas reproduksi, yaitu perpanjangan
waktu atau pemberhentian siklus estrus dan kelambatan masa pubertas.
Paratiroid. Peninggian aktivitas paratiroid terjadi selama kebuntingan. Pada
sapi, parathreoidectomi selama kebuntingan tidak mempengaruhi kebuntingan
walaupun produksi susu menurun, tetapi pada kambing parathreoidectomi
menimulkan gejala-gejala tetanik dan kegagalan laktasi.
Thyrocalcitonin. Hormon ini diekskresikan oleh kelenjar tiroid dan
berfungsi menurunkan kadar kalsium dalam darah dan meninggikan retesi
kalsium pada tulang.
Hipotalamus
Hipotalamus berfungsi dalam pengaturan proses penting yang terjadi secara
otomatis, seperti nafsu dan selera makan, detak jantung, kontrol suhu tuuh,
tingkah laku kawin, serta aktivitas neuroendoktrin. Hipotalamus merupakan
pusat pengolahan dan integrasi informasi yang diterima kemudian
menterjemahkan kepada neurohumoral untuk memberikan respon secara
fisiologis.

10
D. Mekanisme Kerja Hormon dalam Mengatur Fungsi Reproduksi
Secara umum hormon reproduksi dihasilkan oleh tiga bagian utama
yakni Hipotalamus, Hipofisa, dan Gonadotropin. Ketiga bagian inilah yang
memegang peranan penting dalam mensintesis ataupun mensekresikan
hormon reproduksi. Hipotalamus menghasilkan hormon Gn-RH
(Gonadotropin Releasing Hormone), dimana Gn-RH berfungsi untuk
merangsang atau menstimulasi hipofisa anterior untuk mensintesis hormon
gonadotropin yakni FSH dan LH, ICSH pada jantan.
Setelah hipotalamus menstimulasi hipofisa anterior, maka hipofisa
anterior akan mensintesis dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin
yakni FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada
betina dan ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) pada jantan.
Hormon gonadotropin (FSH, LH, dan ICSH) berperan dalam
merangsang perkembangan pada organ reproduksi baik jantan maupun
betina. FSH akan menstimulasi pertumbuhan folikel di dalam ovarium dalam
menghasilkan hormon estrogen tepatnya pada folikel yang terdapat di
dalamnya, sedangkan LH akan menstimulasi ovarium dalam menghasilkan
hormon progesteron tepatnya pada corpus luteum.
Pada jantan, FSH akan menstimulasi testis dalam menghasilkan dan
mengatur perkembangan sperma serta proses spermatogenesis tepatnya di
dalam tubulus seminiferus. Sedangkan LH akan menstimulasi testis dalam
mensintesis hormon testosteron yang tepatnya berlangsung di dalam sel
leydig atau sel interstitial.
a. Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi pada Hewan Betina
Telah diketahui bahwa hipotalamus merupakan kelenjar sumber
hormon reproduksi. Dimana hipotalamus dalam kerjanya menghasilkan
hormon Gn-RH yang kemudian Gn-RH akan menstimulasi hipofisa
anterior dalam mengatur pelepasan hormon FSH dan hormon LH.
Hormon FSH akan menstimulasi pertumbuhan folikel dalam ovarium dan
menghasilkan hormon estrogen, sedangkan hormon LH akan
menstimulasi corpus luteum dalam ovarium untuk menghasilkan hormon
progesteron. Apabila terlampau banyak FSH yang dilepaskan oleh HA
(hipofisa anterior) maka kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel akan
semakin meningkat, disinilah peranan enzim inhibin dalam menghambat
folikel dalam menghasilkan hormon estrogen melalui feedback negatif
terhadap HA (hipofisa anterior).

11
b. Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi pada Hewan Jantan
Tidak jauh beda dengan penjelasan diatas, hal yang membedakan
adalah pada hewan jantan yang berperan sebagai alat reproduksi primer
adalah testis. Di dalam testis terdiri dari tubulus seminiferus dan sel
leydig. Tubulus seminiferus akan menghasilkan dan mengatur
perkembangan sperma dalam proses spermatogenesis, sedangkan sel
leydig berperan dalam mensintesis hormon testosteron.
Proses spermatogenesis yang terjadi di dalam tubulus seminiferus
distimulasi oleh FSH sedangkan pelepasan hormon testosteron oleh sel
leydig distimulasi oleh ICSH. Apabila terlampau banyak FSH yang
dilepaskan oleh HA (hipofisa anterior) maka kadar spermatozoa yang
dihasilkan oleh tubulus seminiferus akan semakin meningkat, disinilah
peranan enzim inhibin dalam menghambat tubulus seminiferus dalam
menghasilkan spermatozoa melalui feedback negatif terhadap HA
(hipofisa anterior).

12
BAB III
PENGOBATAN

1. Nama obat : Blesifen


Zat aktif : Clomiphene citrarte 50 mg
Indikasi : Gangguan ovulasi pada wanita yang menghendaki
kehamilan, termasuk penderita sindrom polycystic ovary,
sindrom amenore galaktorea, amenore psikogenik, post-oral
contraceptive amenorrhea, merangsang produksi sperma pria
yang infertil pada penderita oligospermia.
Kontra indikasi : Hipersensitif, perdarahan uterus abnormal, pembesaran
ovarium, gangguan kelenjar adrenal atau tiroid, wanita hamil
dan menyusui, penderita penyakit hati atau memiliki sejarah
gangguan fungsi hati, penderita lesi intrakranial organik
seperti tumor pituitari.
Efek samping : Pembesaran ovarium yang reversibel, gangguan
pencernaan, mual, muntah, gangguan penglihatan
sementara, sakit kepala, perdarahan uterus abnormal,
gangguan susunan saraf pusat seperti pusing, lelah, tidak
apat tidur dan vertigo.
Dosis : 1 tablet sehari selama 5 hari, dimulai pada hari ke-5
siklus menstruasi. Biasanya ovulasi terjadi 6-10 hari setelah
pemberian dosis terakhhir. Jika tidak terjadi ovulasi, pada
pengobatan selnjutnya dosis terakhir. Jika tidak terjadi
ovulasi, pada pengobatan selanjutnya dosis ditingkatkan
menjadi 1 tablet 2 kali sehari selama 5 hari. Jika kehamilan
tidak terjadi setelah 6 kali pengobatan, maka pengobatan
selanjutnya tidak mungkin berhasil. Dosis yang dianjurkan
untuk oligospermia adalah 1 tablet sehari selama 40-90 hari.
Peningkatan jumlah sperma dapat diketahui setelah 4-5
minggu sejak dimulainya pengobatan.

2. Nama obat : Bravelle


Zat aktif : Urofollitropin yang sangat dimurnikan.
Indkiasi : Terapi infertilitas pada wanita. Anovulasi, termasuk penyakit
polistik ovarium, pada wanita yang tidak responsif terhadap
pengobatan dengan klomifen sitrat. Hiperstimulasi ovarium

13
terkontrol untuk mengindukasi perkembangan folikel multipel
untuk Assisted Reproductive Technology (ART).
Dosis : Dosis awal anjuran : Anovulasi 75-150 IU/hr selama
sekurang-kurangnya 7 hr. Hiperstimulasi ovarium terkontrol
150-225 IU/hr selama 5 hr pertama terapi.

3. Nama obat : Clovertil


Zat aktif : Klomifen sitrat 50 mg
Indikasi : Infertilitas karena gangguan ovulasi pada wanita, dan
oligosperma pada pria.
Kontra indikasi : hipersensitif, insufisiensi hati, kehamilan dan kista ovarium,
gangguan, metabolisme bilirubin, disfungsi adrenal atau
tiroid.
Perhatian : Perlu pemeriksaan yang baik sebelum pemakaian.
Efek samping : Pembesaran ovarium, tidak nyaman di bagian abdominal atau
pelvis, mual, muntah, nyeri pada payudara, gelisah, insomnia,
sakit kepala, pusing, menstruasi banyak, depresi.
Dosis : Pada wanita : 1x1 tab selama 5 hari dimulai hari kelima siklus
menstruasi, dosis dapat ditingkatkan menjadi 100 mg dosis
tunggal selama 5 hari dimulai 30 hari sejak siklus menstruasi.
Pria : sehari 1 tab selama 40-90 hari.

4. Nama obat : Elonva


Zat aktif : Korifollitropin alfa
Indikasi : Stimulasi ovarium terkontrol dalam kombinasi dengan suatu
antagonis GnRH untuk perkembangan foliker multipel pada
wanita yang menjalani program teknologi reproduksi terbantu
(ART).
Kontra indikasi : Hipersensitivitas. Tumor ovarium, payudara, uterus, pituitari,
atau hipotalamus; perdarahan vagina abnormal tanpa
diketahui penyebabnya; gagal ovarium primer; kista ovarium
atau pembesaran ovarium; riwayat sindrom hiperstimulasi
ovarium; siklus sindrom kista ovarium sebelumnya yang
mengakibatkan >30 folikel ≥11 mm yang di ukur dengan
pemeriksaan ultrasonografi; hitung folikel antra basal > 20;
tumor fibroid uterus dan malformasi organ reproduksi yang
tidak memungkinkan untuk berlangsungnya kehamilan.

14
Efek samping : Sindrom hiperstimulasi ovarium, nyeri dan rasa tidak
nyaman pada dae3rah panggul, sakit kepala, mual, lelah,
rasa tidak nyaman pada payudara ( termasuk perlunakan
payudara ).
Dosis : Wanita dengan berat badan (BB)>60 KG 150 mcg sebagai
dosis tunggal, BB≤60 kg 100 mcg sebagai dosis tunggal pada
stimulasi hari pertama, dilanjutkan dengan pemberian
antagonis GnRH pada hari ke 5 atau ke 6, tergantung respon
ovarium. Terapi dapat dilanjutkan dengan injeksi harian
rekombinan FSH pada hari ke 8.

5. Nama obat : Fertin


Zat aktif : Klomifen sitrat 50 mg
Indikasi : Invertilitas anovulatori oligospermia.
Kontra indikasi : Hamil, gangguan hati, perdarahan abnormal pada uterus,
disfungsi ovrium dan pituitari, kista ovarium, karsinoma
endometrial.
Perhatian : Gangguan penglihatan (Hentikan terapi) kemungkinan terjadi
kehamilan ganda.
Efek samping : Pembesaran ovarium, gejala vasomoptor, rasa tidak nyaman
pada perut, mual muntah, sulit tidur, gangguan penglihatan.
Dosis : Infertilitas anovulatori sehari 1 tab selama 5 hari mulai hari ke
5 siklus haid atau setiap kasus amore. Ovulasi biasanya terjadi
dalam waktu 6-10 hari setelah dosis terakhir. Jika tidak, dapat
ditambah sehari 2x1 selama 5 hari. Oligospermia sehari 1 tab
selama 40-90 hari.

6. Nama obat : Luveris


Zat aktif : Lutropin 75 iu ; Recombinant LH
Indikasi : Untuk menstimulasi perkembangan folikel pada wanita
dengan defisiensi LH dan FSH berat.
Kontra indikasi : Hipersensitive terhadap gonadtropin atau salah satu
komponennya. Karsinoma opvarium, uterus, atau payudara,
tumor aktif pada hipotalamus dan kelenjar pituitari yang
tidak diterapi. Pembesaran atau kista ovarium yang tidak
disebabkan oleh penyakit polikistik ovarium, pendarahan
ginekologik yang tidak diketahui sebabnya.

15
Efek samping : Kista ovarium, reaksi ringan d=sampai dengan berat ada
tempat injeksi, sakit kepala, hiper stimulasi ovarium ringan
sampai dengan berat yang dapat disertai dengan komplikasi
trmboemboli dan torsio ovarium, hemoperitoneum.
Dosis : Injeksi subkutan awal : 75 iu/h, dengan 75-150 iu FSH.
Jika hasilnya memuaskan, dosis FSH dapat ditingkatkan
37,5-7,5 iu setelah 7014 hari kemudian.

7. Nama obat : Menopur


Zat aktif : Higly purified menotrophin ; HP-hMG
Indikasi : Pengobatan infertilitas pada wnaita dengan anovulasi yang
tidak responsif terhadap klomifen sitrat dan pada
hiperstimulasi ovarium terkontrol untuk teknologi reproduksi
dengan bantuan ( Assissted Reproductive technology atau
ART ).
Dosis : Anovulasi awal 75-150 IU/hari. Dosis dapat ditingkatkan
bertahap. Injeksi dosis tunggal 5000-10000 IU hCG diiberikan
1 hari sesudah injeksi terakhir untuk menginduksi ovulasi.
Hiperstimulasi ovarium terkontrol wal 150-225 IU/hari selama
5 hari pertama terapi. Injeksi dosis tunggal hingga 10000 IU
Hcg Perlu diberian untuk menginduksi maturasi folikel dalam
persiapan untuk pengambilan oosit

8. Nama obat : Ofertil


Zat aktif : Klomifen sitrat 50 mg
Indikasi : Pengobatan infertilitas pada wanita Karena anovulasi
dengan menginduksi ovulasi, mengatasi infertilitas pada pria
berhubungan dengan oligospermia.
Dosis : infertilitas karena anovulasi: sehari 1 tab selama 5 hari,
dimulai hari kelima siklus menstruasi atau kapan saja dalam
kasus aenore.Jika ovulasi tidak terjadi dalam waktu 6-10 hari
setelah dosis terakhir, maka dosis terapi selanjutnya sehari
2x 1 tab selama 5 hari. Oligospermia: 1 tab selama 40-90
hari, peningkatan jumlah sperma mungkin terdeteksi dalam 4-
5 minggu setelah mulainya terapi.

16
9. Nama obat : Ovidrel
Zat aktif : Choriogonadotropin a (Recombinant HCG)
Indikasi : Wanita yang menjalani superovulasi sebelum metode
reproduksi buatan, misalnya fertilisasi in vitro. Anovulasi atau
oligo ovulasi pada wanita.
Kontra indikasi : Tumor hipotalamus dan kelenjar pituitari, hypersensitive
terhadap substansi aktif atau komponen lain dari obat
ini,pembesaran atau kista ovarium karena penyebab selain
peny. Polikistik ovarium, pendarahan ginetologi yang tak
diketahui sebabnya, karsinoma ovarium, uterus atau mamma,
kehamilan ekstrauterus 3 bulan yang lalu, penyebab
tromboembolik aktif.
Perhatian : Lakukan evaluasi terhadap hipotiroidisme, defisiensi
adrenokortikal, hiperprolak-tinemia dan pituitary atau tumor
hipotalamus. Pasien dengan penyebab sistemik dimana
kehamilan dapat memperburuk kondisi.
Efek samping : Reaksi lokal atau nyeri pada tempat inj, sakit
kepala, hiperstimulasi,ovarium yang dapat disertai komplikasi
dengan torsi ovarium dan tromboeboli
Dosis : Superovulasi: 1 vial(250 mcg) secara inj subkutan . 24-48 jam
setelah pemberian preparat FSH. Anovulasi atau oligo ovulasi:
1 vial 24-48 jam setelah diperoleh stimulasi optimal dari
pertumbuhan folikel

10. Nama obat : Pergoveris


Zat aktif : Follitropin a 150 IU, iutropin a 75 IU
Indikasi : menstimulasi perkembangan folikel pada wanita dengan
defisiensi LH & FSH berat(kadar LH endogen serum<1.2 IU/L)
Dosis : 1 vial/hr secara SK pada tempat injeksi yang berganti-ganti
dapat meningkatkan dosis FSH sebesar 37,5-75 IV sesudah 7-
14 hr. lama stimulasi dapat diperpanjang hingga 5 minggu
pada 1 siklus manapun. Jika diperoleh respon optimal, injeksi
tunggal 500-10000 IV hCGharus dberikan 24-48 jam sesudah
pemberian terakhir injeksi pergoveris. Pasien dianjurkan untuk
melakukan koitus pada hari sesudah diberikan Hcg atau dapat
dilakukan inseminasi intrauteri.

17
11. Nama obat : Pinfetil
Zat aktif : Klomifen sitrat 50 mg
Indikasi : Pengobatan infertilitas pada wanita dan pria. Menstimulasi
spermatogenesis pada kasus infertilitas pria karena
oligospermia. Merangsang ovulasi pada wanita yang
mengalami infertilitas anovulasi.
Kontra indikasi : Insufisiensi hepatik, kista ovarium, gangguan organic
kelenjar pituitary, organ ovarium atau organ reproduksi lain,
penyakit hati atau riwayat gangguan fungsi hati, pendarahan
uterus abnormal. Hamil.
Perhatian : Kemungkinan adanya kehamilan ganda dan penykit ovarium
polikistik. Penggunaan jangka panjang. Dapat mengganggu
kemampun mengemudi atau menjalankan mesin.
Efek Samping : Gangguan dermatologi, SSP, psikiatrik, visual,
Kardiovaskular, musculoskeletal, dan gangguan saluran
kemih kelamin. Peningkatan kadar transaminase, hepatitis,
neoplasma, demam, tinnitus, kelemahan, leukositosis,
gangguan tiroid, dan anomaly pada fetus/neonates.
Dosis : Infertilitas anovulasi : sehari 1 tab selama 5 hari dimulai
pada hari ke-5 siklus haid atau kapan saja bagi yang
mengalami amenore. Ovulasi terjadi 6-10 hari setelah dosis
terakhir dari klomifen sitrat. Jika ovulasi tidak terjadi juga,
selanjutnya sehari 2 x 1 tab selama 5 hari. Oligospermia :
sehari 1 tab selama 40-90 hari.

12. Nama obat : Profertil


Zat aktif : Klomifen sitrat 50 mg
Indikasi : Wanita infertile sebab siklus anovulater dengan amenore,
sindrom Stein Leventhal, perdarahan rahim fungsional,
memperbaiki spermatogene-sis pada pria dengan
oligospermia.
Kontra indikasi : Gangguan fungsi hati, wanita hamil, kista ovarium, krsinoma
endometrium, perdarahan abnormal uterus.
Efek Samping : Dapat menimbulkan gangguan saluran cerna, ruam kulit, hot
flushes, diplopia, sakit kepala, dan insomnia.

18
Dosis : Infertil anovulater : sehari 1-2x 1 tab selama 5 hari, mulai
hari ke-5 haid. Oligospermia : sehari 1 tab selama 7 hari atau
lebih.

13. Nama obat : Saizen


Zat aktif : Somatropin
Indikasi : Kegagalan pertumbuhan karena sekresi hormone
pertumbuhan endogen yang tidak adekuat.
Kontra indikasi : Anak dengan fusi epifiseal. Neoplasma aktif, lesi intra
kranial progresif atau berulang, pasien yang sakit kritis.
Perhatian : Pasien dengan defisiensi hormone pertumbuhan
sekunder karena lesi intrakranial harus diperiksa secara rutin
untuk progresivitas dan kekambuhan penyakit dasarnya.
Timbulnya hipertiroidisme selama terapi dengan somatropin
harus dikoreksi dengan hormon tiroid untuk mecapai
pertumbuhan yang diinginkan. Diabetes mellitus. Hamil,
menyusui.
Efek Samping : Reaksi hipersensitif. Pasien yang pendek secara genetic,
terapi dengan somatropin dapat menginduksi perkembangan
antibodi yang melemahkan pertumbuhan. Orang dewasa
yang mendapat terapi sulih hormon pertumbuhana edema,
nyeri otot, dan sendi, penyakit sendi.
Dosis : Kegagalan pertumbuhan karena sekresi hormone
pertumbuhan endogen yang tidak adekuat: 12 iu/m2 luas
permukaan tubuh/ minggu atau 0.6 iu/kgBB/minggu atau 0.81
iu/kgBB/minggu. Syndrome turner: 18 iu/m2 luas permukaan
tubuh/minggu atau 0.6-0.7 iu/kgBB/minggu. Dosis mingguan
dibagi 7 dosis tunggal yang terdiri dari 2.6 iu/m2 luas
permukaan tubuh atau 0.09 iu/kgBB, sebaliknya pada sore
hari.

19
20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam
tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar
endokrin.
b. Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni, Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium,
Endometrium, dan Testis.
c. Hormon pada pria terdiri dari: hormon testosteron, hormon gonadotropin,
hormon estrogen, dan hormon pertumbuhan.
d. Hormon pada wanita terdiri dari: hormone GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormon), hormon FSH, LH, dan estrogen.
e. Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus yang dikontrol oleh hormon.
Pada manusia dan primata, siklus reproduksinya disebut siklus menstruasi,
sedangkan pada mamalia lain disebut siklus estrus.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sistem Koordinasi Hormon.


http://biologigonz.blogspot.com/2009/11/system-koordinasi-hormon.html
Diakses pada tanggal 29 April 2019.

Anonim. 2009. Spermatogenesis. www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/swf/f74.swf.


Dikases pada tanggal 29 April 2019.

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press.


Surabaya.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Linda J. Heffner and Danny J. Schust., At a Glance Sistem Reproduksi, Jakarta: EGC,
2008.

Luqman, M., 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas


Airlangga. Surabaya.

Sirait, Midian dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 51. Jakarta : 2017.

Syaifuddin., Fisiologi Tubuh Manusia, Jakarta: Salemba Medica, 2011.

22

Anda mungkin juga menyukai