Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN 4

EFEK OBAT DIARE PADA HEWAN UJI

A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menganalisis efek obat antidiare pada hewan percobaan dengan metode proteksi terhadap
diare yang disebabkan oleh oleum ricini

B. DASAR TEORI
Diare adalah suatu gejala klinik gangguan pada saluran pencernaan dimana
konsistensi tinja berbentuk cairan atau setengah cairan dan frekuensi terjadinya defekasi
lebih sering dari keadaan normal sekitar empat sampai lima kali sehari, dengan demikian
kandungan air pada tinja lebih banyak dari normal yaitu 200 g/hari. Berat feses sebagian
besar ditentukan oleh air feses, maka kebanyakan kasus diare disebabkan oleh gangguan
air dan elektrolit di usus. Penyebab diare adalah peningkatan tekanan osmotik di dalam
usus sehingga menyebabkan retensi air didalam lumen, sekresi elektrolit dan air yang
berlebihan ke dalam lumen usus, eksudasi protein dan cairan dari mukosa, peningkatan
motilitas usus sehingga mempercepat transit (Brunton dkk, 2006). Mekanisme
patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan
terjadinya diare, yaitu perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan
absorpsi natrium atau peningkatan sekresi klorida, perubahan motilitas usus, peningkatan
osmolaritas luminal dan peningkatan tekanan hidrostatik jaringan (Sukandar dkk., 2009)
Secara klinik diare dapat dikelompokkan sebagai berikut (Sukandar dkk., 2009) :
1. Diare sekretori, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip meningkatkan sekresi
atau menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar
2. Diare osmotik disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan cairan
intestinal
3. Diare exudatif disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang
mengeluarkan mucus, protein, atau darah ke dalam saluran pencernaan
Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus halus,
pengosongan usus besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan
(Sukandar dkk., 2009). Tujuan terapi pengobatan diare adalah untuk mengatur diet,
mencegah pengeluaran air berlebihan, elektrolit, dan gangguan asam basa,
1
menyembuhkan gejala, mengatasi penyebab diare, dan mengatur gangguan sekunder yang
menyebabkan diare. Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan diare dikelompokkan
menjadi beberapa kategori yaitu antimotilitas, adsorben, antisekresi, antibiotik, enzim, dan
mikroflora usus. (Wells dkk., 2014).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat :
 Sarung tangan
 Masker
 Jarum sonde oral mencit
 Labu ukur 50 mL, 100 mL
 Timbangan gram
 Timbangan ohaouss
 Batang pengaduk
 Beaker glass
 Gelas ukur
 Wadah/toples pengamatan
 Kertas saring
 Stamper mortar
 Cawan penguap

2. Bahan :
 Oleum ricini
 Tragakan
 Sirup Nifural (250 mg/5mL)
 Tablet loperamide HCl
 Tablet attapulgit
 Alkohol 70%
 Aqua destilata
2
3. Hewan Percobaan : Mencit

D. PROSEDUR KERJA
1. Penyiapan Hewan Uji
a. Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok dan masing-
masing kelompok terdiri dari 3 (tiga) ekor hewan percobaan
b. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda
c. Hewan percobaan diaklimatisasi selama 7 (tujuh) hari untuk membiasakan pada
lingkungan percobaan
d. Dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar
e. Siklus cahaya terang : gelap (14:10)
f. Pemberian makan dengan pakan regular dan air minum
g. Sebelum perlakuan, mencit dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberikan air
minum

2. Prosedur Percobaan
a. Hewan percobaan yang telah dikelompokkan sebelumnya, ditimbang berat
badannya lalu dicatat
b. Buat suspensi loperamid, suspensi attapulgit, dan suspensi tragakan
c. Seluruh hewan percobaan di beri larutan uji dengan dosis yang sesuai dan dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, diberikan suspensi tragakan secara po
 Kelompok 2 sebagai kelompok loperamid, diberikan suspensi loperamid
secara po
 Kelompok 3 sebagai kelompok nifural, diberikan sirup nifural secara po
 Kelompok 4 sebagai kelompok attapulgit, diberikan suspensi attapulgit secara
po
d. Hewan percobaan ditempatkan dalam kandang khusus secara individual yang
beralaskan kertas saring yang telah diketahui bobotnya
3
e. 30 menit setelah pemberian bahan uji (obat antidiare), hewan percobaan
diberikan 0,75 mL oleum ricini sebagai penginduksi diare secara po
f. Amati dan catat :
 Frekuensi diare (berapa kali terjadinya diare selama pengamatan)
 Konsistensi feses (melihat apakah feses hewan percobaan berdarah,
berlendir/berair, lembek atau normal)
 Bobot feses (menimbang feses (dalam gram) setiap 30 menit setelah
pemberian oleum ricini)
 Diameter serapan air (setiap 30 menit setelah pengamatan, setelah bobot feses
ditimbang, kertas saring dibiarkan selama 15 menit dan diukur diameter
serapan air pada kertas saring)
 Onset diare (mencatat waktu mula-mula setelah pemberian ol. ricini hingga
terjadinya diare
 Durasi diare (waktu yang dibutuhkan saat terjadinya diare hingga hewan
percobaan tidak diare lagi (fesesnya kembali normal)
g. Hitung persentase daya antidiare tiap kelompok percobaan

K −P
% daya antidiare= x 100 %
K
Keterangan :
K = Berat feses diare kelompok kontrol negatif
P = Berat feses diare kelompok perlakuan

E. PERTANYAAN (Jawaban disertakan dengan pustaka)


1. Mekanisme terjadinya diare
2. Macam-macam metode untuk menguji aktivitas antidiare
3. Kelarutan, T1/2, Mekanisme kerja dan efek samping 3 obat antidiare

4
PERCOBAAN 5
EFEK OBAT ANTIHIPERURISEMIA PADA HEWAN UJI

A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menganalisis efek antihiperurisemia dari alopurinol, piroksikam dan kolkisin pada
hewan percobaan

B. DASAR TEORI
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme purin yang merupakan hasil
buangan dari purin. Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur
kimia pembentuk DNA dan RNA (Noviyanti, 2015). Kadar asam urat normal pada pria
berkisar antara 3,5-7 mg/dL dan pada wanita 2,6-6 mg/dL (Fitriana, 2015). Jika produksi
asam urat meningkat atau ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat dari dalam tubuh
maupun keduanya, maka kadar asam urat dalam darah akan meningkat. Kondisi ini
disebut hiperurisemia (Dipiro dkk, 2005).
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat (hingga
di atas 7,0 mg/dL untuk pria dan 6,0 mg/dL untuk wanita) dalam tubuh. (Ernst dkk, 2008).
Kelebihan asam urat yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya
penumpukan kristal monosodium urat. Penumpukan kristal ini dapat terjadi dimana saja
terutama pada sendi. Pengendapan kristal yang terjadi berulang-ulang, akan menyebabkan
penumpukan natrium urat pada bagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan
telinga (Smeltzer dan Bare, 2001). Keadaan ini dapat menimbulkan terjadinya gout, tofus,
batu urat dan nefropati urat yang mengganggu penderita hiperurisemia (Lugito, 2013).
Usaha untuk menurunkan kadar asam urat darah dapat dilakukan dengan
mengurangi produksi asam urat atau meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal (Price
dan Wilson, 2002). Alluporinol adalah contoh obat yang bekerja mennghambat
pembentukan asam urat melalui penghambatan aktivitas enzim xantin oksidase dan
probenesid merupakan contoh obat urikosurik yang dapat meningkatkan ekskresi asam
urat dengan menghambat reabsorbsi di tubulus ginjal (Price dan Wilson, 2002; Gilman
dkk, 2012; Katzung dkk, 2012)

5
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
 Sarung tangan
 Masker
 Spuit injeksi dan jarum (1-2 mL)
 Jarum sonde oral mencit
 Labu ukur 50 mL, 100 mL
 Timbangan gram
 Timbangan ohaouss
 Beaker glass
 Gelas ukur
 Wadah/toples pengamatan
 Stamper mortar
 Cawan penguap
 Strip asam urat
 Alkohol swap

2. Bahan :
 Kalium Oksonat (dosis : 300 mg/kgBB)
 Alopurinol (dosis manusia 1XP : 100 mg)
 Kolkisin (dosis manusia 1XP : 0,5 mg)
 Piroksikam (dosis manusia 1XP : 10 mg)
 Na. CMC 0,5%
 Alkohol 70%
 Aqua destilata

3. Hewan Uji : mencit

6
D. PROSEDUR KERJA
1. Penyiapan Hewan Uji
a. Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok secara acak dan
masing-masing kelompok terdiri dari 3 (tiga) ekor hewan uji
b. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda
c. Hewan percobaan diaklimatisasi selama 7 (tujuh) hari untuk membiasakan pada
lingkungan percobaan
d. Dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar
e. Pemberian makan dengan pakan regular dan air minum
f. Sebelum perlakuan, mencit dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberikan air
minum

2. Prosedur Percobaan
a. Hewan percobaan yang telah dikelompokkan sebelumnya, ditimbang berat
badannya lalu dicatat
b. Buat suspensi kalium oksonat, suspensi alopurinol, suspensi kolkisin, suspensi
piroksikam dan suspensi Na.CMC
c. Semua hewan percobaan diukur kadar asam urat darah sebagai kadar awal
(normal)
d. Semua hewan uji diberikan suspensi kalium oksonat sebagai penginduksi
hiperurisemia secara IP.
e. Satu jam kemudian, semua hewan percobaan diukur kembali kadar asam urat
darahnya
f. Seluruh hewan percobaan diberi larutan uji dengan dosis yang sesuai dan dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, diberikan suspensi gom arab 1% secara
po
 Kelompok 2 sebagai kelompok alopurinol, diberikan suspensi alopurinol
secara po
 Kelompok 3 sebagai kelompok kolkisin, diberikan suspensi kolkisin secara po
 Kelompok 4 sebagai kelompok piroksikam, diberikan suspensi piroksikam
secara po

7
g. Kadar asam urat hewan percobaan diukur pada menit ke- 30, 60, 90 dan 120
setelah pemberian larutan uji
h. Hitung persentase penurunan kadar asam urat darah

Kadar asamurat awal−Kadar asamurat akhir


% Penurunan kadar asam urat darah= x 100 %
Kadar asamurat awal

PERCOBAAN 6
EFEK OBAT ANALGETIK PADA HEWAN UJI

A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menganalisis efek analgetik dari parasetamol, ibuprofen dan antalgin pada hewan
uji mencit

B. DASAR TEORI
Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan
dengan (ancaman) kerusakan jaringan (Tjay dan Rahardja, 2015). Munculnya nyeri
merupakan respons terhadap rangsangan yang dapat berupa sayatan, tusukan, suhu
ekstrim berupa panas maupun zat kimia yang dapat menimbulkan nyeri. Saat terjadi nyeri,
tubuh akan mengeluarkan zat kimia berupa prostaglandin, histamin dan bradikinin
(Sherwood, 2012).
Analgesik adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi
rasa nyeri. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara yaitu menekan kepekaan reseptor
nyeri terhadap rangsangan mekanik, termik, listrik atau kimiawi dipusat atau perifer atau
dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri
(Darmono, 2011). Terdapat dua jenis analgesik yaitu analgesik opioid dan analgesik non-
opioid. Analgesik opioid bekerja secara langsung pada system saraf pusat (Twycross dan
Miller, 2003). Analgesik non-opioid bekerja menghambat sintesis prostaglandin yang
diprekursor oleh asam arakidonat (Price dan Wilson, 2006). Salah satu obat analgesik
non-opioid adalah ibuprofen. Obat ini merupakan obat sintesis derivat dari asam propionat

8
yang memiliki daya anti-inflamasi lemah (gunawan, 2012). Ibuprofen banyak digunakan
untuk mengatasi rasa nyeri perifer (Tjay dan Rahardja, 2007).
Metode-metode pengujian aktivitas analgesik bertujuan menentukan secara
reprodusibel suatu zat uji terhadap ambang nyeri dengan mengukur respon refleknya
terhadap rangsangan syok panas, tekanan, listrik dan kimia. Induksi nyeri meliputi
mekanik, elektrik dan kimia (Domer, 1971)
Metode uji aktivitas analgesik secara kimiawi lebih disukai karena memberikan
hubungan bertingkat antara intensitas rangsangan nyeri dan dosis senyawa yang
dibutuhkan untuk menahan rangsangan nyeri sehingga dapat diperoleh estimasi kuantitas
aktivitas analgesik suatu senyawa (Turner, 1965).
Pada umumnya daya kerja analgesik pada hewan dinilai dengan :
1. Mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada
respon nyeri
2. Jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri
3. Besarnya frekuensi respon nyeri (Domer, 1971)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
 Sarung tangan Labu ukur 50 mL, 100 mLTimbangan gram Timbangan ohaous
Batang pengadukBeaker glassGelas ukurWadah/toples pengamatanPipet
volumeMaskerSpuit injeksi dan jarum (1-2 mL)Jarum sonde oral mencit
2. Bahan :
 Sirup parasetamol (dosis untuk manusia 1XP : 500 mg)
 Sirup ibuprofen (dosis untuk manusia 1XP : 400 mg)
 Sirup Antalgin (dosis untuk manusia 1XP : 500 mg)
 Asam asetat 1% v/v (dosis : 75mg/kgBB)Alkohol 70% Aqua destilata

3. Hewan Percobaan : Mencit


D. PROSEDUR KERJA
1. Penyiapan Hewan Uji
a. Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok dan masing-
masing kelompok terdiri dari 3 (tiga) ekor hewan percobaan

9
b. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda
c. Hewan percobaan diaklimatisasi selama 7 (tujuh) hari untuk membiasakan pada
lingkungan percobaan
d. Dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar
e. Siklus cahaya terang : gelap (14:10)
f. Pemberian makan dengan pakan regular dan air minum
g. Sebelum perlakuan, mencit dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberikan air
minum

2. Prosedur Percobaan
a. Hewan percobaan yang telah dikelompokkan sebelumnya, ditimbang berat
badannya lalu dicatat
b. Buat larutan asam asetat sebagai penginduksi nyeri pada hewan percobaan
c. Seluruh hewan percobaan di beri larutan uji dengan dosis yang sesuai dan dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, diberikan aquades secara po
 Kelompok 2 sebagai kelompok parasetamol, diberikan sirup parasetamol
secara po
 Kelompok 3 sebagai kelompok ibuprofen, diberikan sirup ibuprofen secara po
 Kelompok 4 sebagai kelompok antalgin, diberikan sirup antalgin secara po
d. Setelah 5 (lima) menit pemberian larutan uji, semua hewan percobaan diberikan
larutan asam asetat secara IP
e. Amati dan catat jumlah geliat hewan percobaan
(geliat dapat berupa perut kejang dan kaki tertarik ke belakang)
f. Hitung persentase daya analgetik tiap kelompok percobaan

P
% Daya analgetik =100 %−( x 100 %)
K
Keterangan :
P = Jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgetik
K = Jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi larutan control

10

Anda mungkin juga menyukai