Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GENAP

FARMAKOTERAPI 1
TA 2020/2021

Mata Kuliah : FARMAKOTERAPI 1 Nama Mahasiswa : Husmayana


Hari/Tgl : Senin, 31 Mei 2021
Jam : 15.00 – 16.30 WITA NIM : 2019E1C020
Waktu : 90 menit (via GCR)
Dosen : apt. Anna Pradiningsih, M.Sc. Kelas : 4A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
KASUS 1
(Bobot 25 point)

Ny E usia 48 tahun didiagnosa penyakit Parkinson sejak 8 tahun yang lalu. Gejala
yang tibul berupa rigriditas terutama pada sisi kiri dan bradikinesia. Terdapat
fluktuasi motoric, berupa masa on hanya sebentar dan lebih sering masa off. Pasien
mendapat levodopa 300 mg sehari dan triheksigenidil setelah beberaoa kali
kombinasi dengan agonis dopamine sebelumnya, namun tetap terdapat fluktuasi
motorik.

Analisa Kasus

a. Tujuan terapi :

b. Analisa SOAP
Subjective :

Objective :

Assessment :

Plan :

c. Pengobatan Rasional 4T + 1W :

d. Monitoring Terapi :

e. KIE :
KASUS 2
(Bobot 50 point)

Seorang pasien dengan usia 45 tahun, telah menikah dan merupakan


tamatan SMA. Beralamatkan di Abiansemal Badung. Saat ini tidak bekerja. Saat
masuk IGD pertama kali, pasien terlihat tenang dan kooperatif dalam wawancara,
tetapi kemudian pasien berteriak dan mengatakan bahwa dirinya sehat, serta
menjadi marah kemudian mengamuk sambil berlari keluar dari IGD RSUD
setempat. Setelah dapat ditenangkan, pasien dirawat inap dengan keluhan utama
gelisah dan berbicara kacau. Keluarga mengeluhkan bicara kacau sejak 2 hari
sebelum dibawa ke rumah sakit disertai gelisah dan mengamuk ingin keluar rumah
hingga tidak dapat dikendalikan. Pasien meyakini bahwa ia merupakan seorang
Utusan Tuhan dan harus membangun tempat suci dirumah. Keluhan ini yang kedua
kalinya dialami pasien, sebelumnya 6 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan sama
seperti saat ini.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami kejang dengan
pola kedua mata mendelik ke atas, kedua tangan dan kaki menghentak-hentak.
Sebelum kejang pasien dikatakan sadar baik, saat kejang tidak sadar dan setelah
kejang tampak bingung serta tidak ingat kejadian saat kejang. Lama kejang 1-3
menit dan berhenti sendiri. Kejang sebanyak 4 kali dan diantara kejang pasien
sadar baik. Tidak tampak salah satu tangan atau kaki menghentak atau bibir
mengecap-ngecapdiawal kejang. Kejang terjadi sejak 20 tahun yang lalu yang
memiliki pola yang sama seperti saat ini. Saat itu pasien didiagnosis Epilepsi.
Pasien rutin meminum obat kejang, terkadang pasien lupa meminum obat dan
diingatkan oleh keluarga. Keluarga menduga muncul kejang diakibatkan pasien
tidak minum obat selama beberapa hari. Sedangkan kejang terakhir dialami 6 bulan
yang lalu saat pasien kelelahan dan demam. Riwayat pengobatan sebelumnya
phenytoin 3 x 100 mg per oral, phenobarbital 3 x 60 mg per oral dan asam folat 2 x
1 mg per oral. Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien. Pasien lahir normal dan mengalami tumbuh kembang dengan normal.

Data pasien :
Kesadaran normal (GCS normal)
TD 130/80 mmHg, Nadi 76 x/menit, Frekuensi nafas 22 x/menit, Suhu 36 0C
Tinggi badan 170 cm, Berat badan 68 kg
Bangkitan umum tonik klonik
SGOT 57,5 U/L SGPT 28,80 U/L
BUN 10,3 mg/dL, Creatinin 0,75 mg/dL
Klasifikasi EEG : EEG Normal (Bangun + Tidur Stadium II)

Analisa Kasus
a. Tujuan terapi :
- Untuk mengupayakan kondisi pasien dengan mengurangi kejang dan
dengan efek samping yang minimal.
- Pasien epilepsi dapat hidup normal dan mencai kualitas hidup yang
optimal.

b. Analisa SOAP
Subjective :
 Nama pasien : -
 Usia : 45 tahun
• Berat badan : -
• Keluhanan : mengalami kejang dengan pola kedua
mata mendelik ke atas, kedua tangan dan kaki
menghentak-hentak. Sebelum kejang pasien
dikatakan sadar baik, saat kejang tidak sadar dan
setelah kejang tampak bingung serta tidak ingat
kejadian saat kejang. Lama kejang 1-3 menit dan
berhenti sendiri. Kejang sebanyak 4 kali dan
diantara kejang pasien sadar baik. Tidak tampak
salah satu tangan atau kaki menghentak atau bibir
mengecap-ngecapdiawal kejang.
• Riwayat penyakit : Kejang terjadi sejak 20 tahun
yang lalu yang memiliki pola yang sama seperti
saat ini.
• Riwayat pengobatan : phenytoin 3 x 100 mg per
oral, phenobarbital 3 x 60 mg per oral dan asam
folat 2 x 1 mg per oral
Objective : Kesadaran normal (GCS normal)
TD 130/80 mmHg, Nadi 76 x/menit, Frekuensi nafas 22
x/menit, Suhu 36 0C

Tinggi badan 170 cm, Berat badan 68 kg Bangkitan


umum tonik klonik
SGOT 57,5 U/L SGPT 28,80 U/L
BUN 10,3 mg/dL, Creatinin 0,75 mg/dL
Klasifikasi EEG : EEG Normal (Bangun + Tidur
Stadium II)
Assessment • : Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien
mengalami kejang dengan pola kedua mata
mendelik ke atas, kedua tangan dan kaki
menghentak-hentak. Sebelum kejang pasien
dikatakan sadar baik, saat kejang tidak sadar dan
setelah kejang tampak bingung serta tidak ingat
kejadian saat kejang. Lama kejang 1-3 menit dan
berhenti sendiri. Kejang sebanyak 4 kali dan
diantara kejang pasien sadar baik. Tidak tampak
salah satu tangan atau kaki menghentak atau bibir
mengecap-ngecapdiawal kejang. Sehingga
berdasarkan keluhan tersebut pasien mengalami
Status Epilepticus

Plan : Tujuan terapi


• Mengontrol atau mengurangi frekuensi kejang
• Memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan
• Memungkinkan pasien hidup dengan normal
• SE  menghindari kegawatan akibat terjadi
serangan kejang
• Terapi non farmakologi : pembedahan atau diet
ketogenik
Terapi farmakologi :
• Prehospital: Diazepam rectal tube (Stesolid) 10
mg/2,5ml untuk terapi utama dan pertahanan jalan
nafas dapat diberikan oksigen, periksa
kardiorespirasi
• Masuk rumah sakit : Lorazepam 0,05 mg/kg iv
2mg bolus diulang satu kali setelah 10-20 menit.
Alternatif penggunaan terapi lain dengan diazepam
(Valisanbe) 10 mg/2ml
• Penggunaan antiepilepsi diteruskan  Fenitoin
(DilatinTM ) 300 mg/hari (jika sudah pemulihan
kesadaran)
• Terapi jangka panjang : jika respon klinik membaik
dibuktikan dengan hasil EEG membaik maka
penghentian obat dapat dilakukan dengan cara
penurunan dosis secara bertahap (tidak dianjurkan
pengehntian secara tiba-tiba)
c. Pengobatan Rasional 4T + 1W :
 Tepat indikasi
Fenitoin yaitu penghambatan penjalan rangsang dari fokus ke
bagian lain otak. Fenitoin mempengaruhi berbagai sistem fisiologik
khususnya konduktan Na+, K+, Ca2+ neuron, potensiasi membran dan
neurotransmitter NE, Asetilkolin dan GABA
Diazepam dan Lorazepam : intreaksinya dengan reseptor
penghambatan neurotransmitter yang diaktifkan oleh GABA.
Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit γ )
reseptor GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks). Sedangkan
GABA berikatan dengan subunit α dan β. Pengikatan ini
menyebabkan pembukaan kanal ion klorida ke dalam sel,
penyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang membran sel
dan menyebabkan sukar tereksitasi keseimbangan dengan
pengikatan benzodiazepin
d. Tepat obat
Fenitoin merupakan obat untuk mencegah dan meredakan kejakan
kejang pada penderita Epilepsi
Diazepam untuk mengobati kecemasan pasien atau menenangkan
pasien.
e. Tepat pasien
Tidak ada kontraindikasi atau alergi pasien terhadap obat yang
diberikan
f. Tepat dosis
Dosis obat yang diberikan sudah sesuai dengan literatur
g. Waspada efek samping
Lorazepam dan Diazepam : kepala ringan, malas, ataksia,
inkoordinasi motorik, gangguan fungsi mental dan psikomotorik,
bingung dan gangguan koordinasi berpikir
Fenitoin : sedasi, sakit kepala, perubahan psikologis, ataksia,
gangguan kognitif
Terapia adjuvant : Paracetamol dan Vitamin B compleks
h. Monitoring Terapi :
TDM Fenitoin
Adherence
Kekambuhan kejang (frekuensi dan durasi)
Efek samping
Data pendukung laboratorium
i. KIE
Patient education SUDEP Risk
Kecenderungan perubahan psikologis pasien
Pemilihan obat generik dan paten
Adherence
:
KASUS 3
(Bobot 25 point)

Seorang anak laki-laki, usia 10 tahun, seorang siswa kelas 5 SD. Saat ini
dibawa orang tuanya untuk konsultasi karena tidak mau sekolah sejak 3 bulan yang
lalu dengan alas an takut dinakali teman-temannya yang dikenal sebagai anak-anak
kurang baik. Pasien sering diejek, diambil barang-barangnya seperti pensil,
penggaria, penghapus dan alat tulis lainnya, serta dipukul sejak 10 bulan yang lalu.
Namun pasien tidak berani mengadukan pada guru ataupun orang tuanya karena
diancam. Pasien menjadi takut masuk sekolah sehinga pasien meminta untuk antar
bahkan ditunggui oleh orang tua. Jika tidak dituruti maka pasien akan menyakiti
diri sendiri dengan membentur-bentukan kepala ke tembok dan mecakar-cakar
tubuhnya sampai berdarah. Pasien yang biasanya ceria menjadi pendiam, tidak
mau bercanda, jarang tersenyum, pemarah dan penakut. Guru menyarankan agar
orang tuanya berkonsultasi ke poli jiwa.
Status psikiatri pasien untuk keadaan umum : seorang anak laki-laki,
kecil, murung, kesadaran compos metis. Selama wawancara, pasien lebih banyak
diam dan menunduk, kurang kooperatif, terkadang tidak mau menjawab
pertanyaan dan ketakutan. Tidak terdapat halusinasi. Bentuk berpikir realistis dan
ketakutan berlebihan tetapi tidak ada kelaianan. Pasien merupakan anak yang
pandai dan berprestasi namun sangat manja dan tergantung dengan ibunya.

Analisa Kasus

a. Tujuan terapi :

b. Analisa SOAP
Subjective :

Objective :

Assessment :

Plan :
c. Pengobatan Rasional 4T + 1W :

d. Monitoring Terapi :

e. KIE :

Anda mungkin juga menyukai