Anda di halaman 1dari 19

ANTIHISTAMIN H2

NAMA KELOMPOK:
-- MUHAMMAD IKHSAN
-- MUHAMMAD SAPUTRA
-- NI PUTU PEBRIYAN
I
-- NUR AFIFAH
-- NUR AYUTIA DUPAGINTA

Lokal - 2A
Histamin adalah senyawa normal yang ada didalam jaringan
tubuh, yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basofil,
yang berperan terhadap beberapa fisiologis penting.
Histamin sudah lama dikenal karena merupakan mediator
utama timbulnya peradangan dan gejala alergi.
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi resptor H1,
H2, H3.
Antagonis-H2 adalah senyawa yang menghambat secara
bersaing interaksi histamine dengan reseptor H2 sehingga
dapat menghambat asam lambung. Secara umum
digunakan untuk peengobatan tukak lambung dan usus.
Efek samping antagonis-H2 antara lain adalah diare, nyeri
otot dan kegelisahan
Hubungan Struktur dan Aktivitas

Modifikasi Pada Cincin


Cincin imidazol dapat membentuk dua tautomer , yaitu N- H dan N-H.
Bentuk N-H lebih dominan dan diperlukan untuk aktivitas antagonis H2-
Metiamid , dengan bentuk N-H , mempunyai aktiitas 5 kali lebih besar
dibanding burimamid yang mempunyai bentuk N-H. Cincin imidazol pada
umumnya mengandung rantai samping gugus yang bersifat penarik
eletron . Pemasukan gugus metil pada atom C2 cincin imidazol secara
selektif dapat merangsang reseptor H1. Pemasukan gugus metil pada
atom C4 ternyata senyawa bersifat selektif H2 , agonis dengan efek H-1
agonis lemah. Hal ini disebabkan substituen 4 metil yang bersifat donor
elektron yang akan memperkuat efek tautomeri rantai penarik eletron
sehingga bentuk tautomer N-H lebih stabil. Modifikasi yang lain pada
cincin ternyata tidak menghasilkan efek H2-antagonis yang lebih kuat.
Modifikasi pada rantai samping

Untuk aktivitas optimal cincin harus terpisahdari gugus N oleh


atom C atau ekivalennya. Pemedekan rantai dapat menurunkan
aktivitas antagonis H2. Penambahan panjang gugus metilen
pada rantai samping turunan guanidin akan meningkatkan
kekuatan H2-antagonis tetapi senyawamasih mempunyai efek
persial-agonis yang tidak diinginkan.
Penggantian 1 gugus metilen (-CH2-) pada rantai samping
dengan isosteik tioeter (-S-) meningkatkan aktivitas antagonis.
Modifikasi pada gugus N

Penggantian gugus amino rantai samping dengan gugus


guanidin yang bersifat basa kuat (Na-guanilhistamin)
ternyata menghasilkan efek H2-antagonis lemah, dan masih
bersifat parsial agonis.

Penggantian gugus guanidin yang bermuatan positif dengan gugus tiourea


yang tidak bermuatan atau tidak terionisasi pada pH tubuh dan bersifat polar, serta
masih mampu membentuk ikatan hidrogen, seperti pada burimamid, akan
menghilangkan efek agonis dan memberikan efek H2-antagonis 100 kali lebih kuat
dibanding Na-guanilhistamin.
Modifikasi lebih lanjut adalah mengganti gugus tiourea dengan gugus N-
sianoguanidin yang tidak bermuatan dan masih bersifat polar, seperti pada simetidin.

Simetidin aktivitasnya 2 kali lebih


besar dibanding metiamid dan
menimbulkan efek samping
agranulositosis lebih rendah
Faktor-Faktor HSA
Faktor yang Kurang Mendukung Faktor yang Mendukung

Perbedaan keadaan pengukran parameter Hubungan struktur aktivitas empiris yang


kimia fisika dan aktivitas biologis sifatnya incidental
Untuk tipe obat tertentu hokum empiris
Senyawa yang digunakan ternyata bentuk yang diperlukan untuk tetrjadinya aktivitas
pra obat, yang terlebih dahulu harus biologis dapat digunakan untuk membuat
mengalami bioaktivasi menjadi metabolit turunan obat berdasarkan data percobaan
aktif yang tersedia.

Aktivitas obat dipengaruhi oleh banyak


keadaan in vivo Struktur obat simetrik
Senyawa mempunyai pusat atom asimetris Jarak antara dua gugus fungsi identik dalam
molekul obat mungkin diperlukan untuk
Senyawa mempunyai aktivitas biologis yang mendapatkan aktivitas yang optimal. Hal ini
mirip dengan senyawa lain tetapi berbeda menunjukkan bahwa reseptor mempunyai
mekanisme aksinya dua sisi aktif pada jarak tertentu. Jarak yang
optimum kemungkinan berhubungan
Pengaruh bentuk sediaan terhadap aktivitas dengan sifat hidrofil dan lipofil yang
optimum.
Obat bersifat multipoten
Obat-Obat Antihistamin H2

Simetidin
merupakan antagonis kompetitif histamin pada reseptor
H2 dari sel parietal sehingga secara efektif dapat menghambat
sekresi asam lambung. Simetidin juga memblok seksresi asam
lambung yang disebabkan oleh rangsangan makanan,
asetilkolin, kafein dan insulin. Simetidin digunakan untuk
pengobatan tukak lambung atau tukak lambung atau usus dan
keadaan hipersekresi yang patologis, misal sindrom ZoIIinger-
Ellison.
Ranitidin

antagonis kompetitif histamin yang khas pada reseptor H2 sehingga


secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung, menekan
kadar asam dan volume sekresi lambung. Ranitidin digunakan untuk
pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi yang
patologis, misal sindrom Zollinger-Elison.
Efek samping ranitidin antara lain adalah hepatitis, trombositopenia
dan leukopenia yang terpulihkan, sakit kepala dan pusing.
Ranitidin mempunyai masa kerja cukup panjang, pemeberian dosis
150 mg efektif menekan sekresi asam lambung selama 8-12 jam.
Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2-3 jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paro eliminasi 2-3 jam.
Famotidin merupakan antagonis-H2 yang kuat dan sangat selektif
degan masa kerja panjang. Famotidin digunakan untuk
pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi
yang patologis, misal sindrom Zollinger-Ellison.
Efek samping obat antara lain adalah
trombositopenia,konstipasi,diare,artralgia, sakit kepala dan
pusing.
Absorpsi famotidin dalam saluran cerna tidak sempurna 40-45%
dan pengikatan protein plasma relatif rendah 15-22%. Kadar
plasma tertinggi dicapai dalam 1-3 jam setelah pemberian oral,
waktu paro eliminasi 2,5-4 jam, dengan masa kerja obat 12 jam.
Roksatidin

antagonis kometitif histamin yang khas pada sel parietal


lambung atau reseptor H2, sehingga secara efektif menghambat
sekresi asam lambung. Roksatidin merupakan antagonis-H2yang
kuat dengan masa kerja cukup panjang, digunakan untuk
pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping obat antara
lain adalah trombositopenia, leukopenia, konstipasi, diare, sakit
kepala dan pusing.
Nizatidin

sifat dan kegunaan mirip dengan ranitidin. Pada pemberian


secara oral ketersediaan hayatinya lebih besar dari 90 %,
tetapi waktu paro eliminasinya relatif pendek 1-2 jam.
Usaha pengembangan obat H2-antagonis,
didapat hal hal menarik sebagai berikut :
Pemasukan gugus metal pada atom C2 cincin imidazol secara selektif dapat merangsang
reseptor H1, sedangkan pemasukan gugus metal pada atom C4 ternyata senyawa bersifat
selektif H2-agonis dengan efek H1-agonis lemah. Hal ini menunjukkan bahwa histamine paling
sedikit mempunyai dua tempat reseptor yaitu reseptor H1 dan reseptor H2.

Modifikasi pada cincin ternyata tidak menghasilkan efek H2-antagonis, sehingga modifikasi
dilakukan pada rantai samping.

Penggantian gugus amino rantai samping dengan gugus guanidine yang bersifat basa kuat
ternyata dapat menghasilkan efek H2-antagonis lemah.

Penambahan panjang gugus metilen pada rantai samping turunan guanidine akan
meningkatkan aktivitas H2-antagonis tetapi senyawa masih mempunyai efek agonis parsial
yang tidak diinginkan.

Penggantian gugus guanidine yang bermuatan positif dengan gugus tiourea yang tidak
bermuatan dan bersifat polar, seperti pada Burimamid akan menghilangkan efek agonis dan
memberikan efek H2antagonis yang kuat.
Simetidin aktivitasnya 2 kali lebih besar disbanding metiamid dan merupakan
senyawa penghambat reseptor H2 pertama yang digunakan secara klinik, untuk
menghambat sekresi asam lambung pada pengobatan tukak lambung.

Modifikasi isosterik dari inti imidazol telah diselidiki dan dihasilkan senyawa
senyawa analog simetiden yang berkhasiat lebih baik dan efek samping yang
lebih rendah. Penggantian inti imidzol dengan cincin furan, pemasukan gugus
dimetilaminoetil pada cincin dan penggantian gugus sianoguanidin dengan
gugus nitrometenil, menghasilkan ranitidine yang dapat menghilangkan efek
samping simetidin seperti ginekomastia dan konfusi mental dan mengurangi
kebasaan senyawa. Tidak seperti simetidin, ranitidine tidak menghambat
metabolism dari fenitonin, warfarin, dan aminofilin dan juga tidak mengikat
sitokrom P-450

Penggantian inti imidazol dengan cincin tiazol, pemasukan gugus guanidin dan
penggantian gugus sianoguanidin dengan gugus sulfonamidoguanidin
menghasilkan famotidin yang mempunyai aktivitas lebih poten dibanding
simetidin dan ranitidin, dapat menurunkan efek antiandrogenik dan
mengurangi sifat kebasaan senyawa.
IDENTIFIKASI

1. Simetidin
Uji Kualitatif
dengan reagen Nessler pada suhu 1000C berwarna hitam.
dengan Natrium pikrat berwarna merah.
0,1 ml sampel = 1 mg Simetidin dalam 1 ml etanol + 5 ml larutan dari 1 g asam
sitrat dalam asam anhidrat sampai 50 ml, dipanaskan di atas waterbath
sekitar 10-15 menit maka akan diperoleh warna merah violet.
0,1 ml sampel = 1mg Simetidin dalam 1 ml etanol ditambah 5 ml HCl 0,1 N
dipanaskan + 3 ml NaOH mengubah kertas lakmus warna merah menjadi biru.
Uji Kuantitatif
Lakukan penetapan dengan cara Kromatgrafi Cari Kinerja Tinggi (KCKT)
seperti yang tertera pada kromatografi.
2. Ranitidine
Uji Kuantitatif
Penetapan kadar Ranitidin HCl pada tablet dilakukan dengan
teknik Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Fase gerak yang
digunakan dalam KCKT ini adalah campuran methanol P-amonium
asetat 0,1 M (70:30) yang disaring dan diudarakan.
Larutan baku yang digunakan adalah Ranitidin HCl BPFI yang
dilarutkan dalam fase gerak, kemudian diencerkan secara bertahap
dengan pelarut yang sama sampai kadar 0,112 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 112 mg, masukan ke
labu 100 ml, larutkan dan encerkan dengan fase gerak sampai tanda.
Masukkan 1 ml larutan ke dalam labu 10 ml, encerkan dengan fase
gerak sampai tanda.
Prosedur
Suntikan secara terpisah volume sama ( lebih kurang 10 mcL)
larutan baku dan larutan uji kedalam kromatografi ukur luas puncak
utama. Hitung jumlah dalam mcg, C13H22N4O3S. HCl.
KESIMPULAN

Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan


kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing
pada sisi resptor H1, H2, H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-
antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine
yang sudah terjadi. Antihistamin umumnya tidak dapat mencegah produksi
histamin
Antagonis-H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing
menghambat interaksi histamine dengan reseptor H2 sehingga dapat
menghambat asam lambung. Secara umum digunakan untuk peengobatan
tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis-H2 antara lain adalah
diare, nyeri otot dan kegelisahan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai