Anda di halaman 1dari 15

BLOK TEKNOLOGI SEMI SOLID 2

BELAJAR MANDIRI
TUTORIAL 1 SALEP GENTAMISIN

OLEH :

NAMA : Alam Muzdalifah

NIM : 7010018014
KELAS :C
DOSEN : Nur Azizah Syahrana, S.Farm., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2020

Skenario

An Seorang staf R&D sebuah perusahaan farmasi UINAM mendapatkan tugas


memformulasikan suatu sediaan topical untuk megatasi infeksi bakteri seperti dermatitis
kontak. Berdasarkan literatur, An memutuskan akan membuat sediaan dengan zat aktif
Gentamicin. Anda sebagai seorang farmasi dipercayakan untuk menyusun formula, membuat,
dan mengevaluasi sediaan salep sehingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

A. Studi Preformulasi
1. Studi Farmakologi Gentamisin

Gentamisin adalah aminoglikosida yang diisolasi dari Micromonospora


purpurea, berbentuk serbuk putih kekuningan, mudah larut dalam air, praktis
tidak larut dalam etanol 95% (AHFS., 2005).

Penggunaannya terutama pada terapi empiris infeksi berat misalnya sepsis dan
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri gram negative khususnya
Pseudomonas aeruginosae, Enterobacter,Sserratia, Proteus, Acinetobacter, dan
Klebsiella (Neal, 2006). Gentamisin tidak boleh digunakan sebagai agen
tunggal untuk terapi pneumonia, sebab penetrasinya ke jaringan paru yang
terinfeksi buruk dan kondisi setempat dengan tekanan oksigen yang rendah
turut andil memperburuk aktivitas antibakteri ini (Katzung, 1998).

2. Studi Farmakokinetik
Gentamisin akan berdifusi secara bebas melalui kanal air membran luar
bakteri gram negatif, lalu masuk ke ruang periplasmik dan kemudian terikat
dengan reseptor pada subunit ribosom 30S dan menghambat sintesis protein
(Golan dkk., 2005).

Gentamisin terdistribusi secara luas dalam tubuh, dapat memasuki cairan


serobrospinal bila selaput otak mengalami inflamasi, dapat menembus
plasenta namun tidak terdapat dalam air susu ibu dalam jumlah yang
signifikan (AHFS., 2005). Kadar serum tertinggi dicapai dalam 30 menit
setelah pemberian intravenus, dengan waktu paruh ± 2 jam (Katzung, 2004).
Konsentrasi serum gentamisin dan fungsi ginjal harus dipantau apabila
diberikan lebih dari beberapa hari. Untuk pasien yang menerima pemberian
dosis tiap 8 jam, konsentrasi puncak yang diharapkan adalah 5-10 µg/ml dan
konsentrasi lembah 1-2 µg/ml. Konsentrasi lembah di atas 2 µg/ml
mengindikasikan akumulasi obat dan dikaitkan dengan toksisitas. Dengan
demikian, dosis harus dikurangi atau interval diperpanjang (Niazi,1979)

Gentamisin menyebabkan efek samping berupa reaksi hipersensitivitas,


ototoksisitas, nefrotoksisitas dan blockade neuromukcular. Reaksi
hipersensitivitas , alergi berupa rash dan demam dapat terjadi namun jarang
pada penderita yang tidak pernah menggunakan gentamisin sebelumnya.
Resistensi silang dapat terjadi di antara aminoglikosida. Syok anafilaksis
pernah terjadi namun sangat jarang (AHFS, 2005: Stockley, 1994).

B. Uraian Bahan
1. Zat aktif
Gentamisin (Martindale, hal.1166 )
Pemerian : Serbuk putih sampai dengan kuning
Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol,
dalam aseton, kloroform, eter dan dalam benzene.
pH : 6,5 – 7,5 (untuk tetes mata) Martindale Hal 1673
Wadah dan penyimpanan : Wadah tertutup rapat dan terhindar dari
panas.
OTT : incompatible dengan amfoterisin,
setalosponn, eritromisin, heparin, penisilin, Na Bikarbonat, sulfadiazine
Na. ketika Gentamisin diberikan bersamaan dengan
karbenzilin/penisilin lainnya, administrasinya pada posisi yang berbeda
disarankan.
Stabilitas. : Stabil pada suhu 25°C selama 7 hari.
Khasiat : Antibakteri, Konjungtivitis, blefaritis, keratitis,
keratokonjungtivitis, meibomitis, dakriosititis.
Konsentrasi : 0,1 % topikal
Sterilitas. : filtrasi
Kelarutan. : Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%,
bentuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan agak sukar larut dalam
eter.
OTT. : aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas,
fluoresin, H2O2, HPMC, iodide, kaolin, lanolin, nitrat.
Stabilitas. : bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi
oleh cahaya, udara dan bahan logam. Larutannya stabil pada rentang
pH dan rentang temperatur yang lebar. Larutannya dapat disimpan
pada periode waktu yang lama dalam suhu kamar.
Konsentrasi : dalam sediaan preparat mata, benzalkonium klorida
digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,01%-0,02%,
biasanya dikombinasi dengan 0,1%w/v disodium edetat.
Kegunaan : pengawet, antimikroba.
Sterilisasi : autoklaf
Ph : 5-8 untuk 10%w/v larutan
Wadah : tertutup rapat dan terhindar dari cahaya

2. Metil Paraben (FI ed. III, 378)

Nama Resmi : METHYLIS PARABEN, Methyl  Hydroxybenzoate,

Nama Lain : Nipagin, Methyl-4-hydroxybenzoate

RM/BM : C8H8O3 / 152.15

Pemerian : Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak


mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak


mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
ian etanol (95%) dan alam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter
dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol
panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika diinginkan
larutan tetap jernih.
Inkompabilitas    : Aktivitas antimikroba Methylparaben dan paraben
lainnya adalahsangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik,
sepertisebagai polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization. Namun,
propilenglikol telah ditunjukkan untuk mempotensiasiaktivitas
antimikroba dari paraben di hadapan nonioniksurfaktan dan mencegah
interaksi antara methylparaben dan polisorbat 80.Tidak kompatibel
dengan bahan lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat, bedak,
tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan
atropin,  telah dilaporkan. Itujuga bereaksi dengan berbagai gula dan
gula alkohol terkait.Penyerapan methylparaben dengan plastik juga
telah dilaporkan ;jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik
dankendaraan. Telah menyatakan bahwa low-density dan high-
densitybotol polyethylene tidak menyerap
methylparaben.Methylparaben berubah warna dengan adanya besi
dantunduk pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat.

Keamanan           : Methylparaben dan paraben lainnya secara luas


digunakan sebagai antimikrobapengawet dalam kosmetik dan farmasi
oral dan topikalformulasi.Meskipun paraben juga telah digunakan
sebagai pengawetdalam suntikan dan persiapan mata, mereka
sekarangumumnya dianggap tidak cocok untuk jenis formulasi karena
potensi iritasi dari paraben.inipengalaman mungkin tergantung pada
respon kebal terhadap enzimatismetabolit yang terbentuk dari paraben
di kulit.Parabens adalah nonmutagenic, nonteratogenic, dan
Nonkarsinogenik.Sensitisasi terhadap paraben jarang terjadi, dan
senyawa ini dilakukantidak menunjukkan tingkat signifikan sensitisasi
photocontact atauphototoxicity.Reaksi hipersensitivitas terhadap
paraben, umumnya tertundajenis dan muncul sebagai dermatitis
kontak, telah dilaporkan.Namun, mengingat meluasnya penggunaan
paraben sebagai pengawet,reaksi seperti itu relatif jarang, klasifikasi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan, Zat pengawet antimikroba

3. Parafin Liquidum (Rowe, 2009, Hal: 445)


Nama resmi : Parafin liquidum
Nama lain : Parafin Cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna,hampir tidak
berbau, hamper tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95% P,Larut dalam
kloroform P Dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Basis salep
4. Vaseline album (FI. Edisi III. Hal. 633)
Nama resmi : VASELINUM ALBUM
Sinonim : vaselin putih
Pemerian : masa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap
setelah zat dileburkan dan dibiarkan
hingga dingin tanpadiaduk.
Kelarutan : praktis tidak larutdalam air dandalametanol 95% P.
Larut dalam klorofom P. Dalameter P. Dalam eter minyak tanah p.
Larutan kadang-kadang berpotensi lemak.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Penggunaan : zat tambahan (penambah volume sediaan)
5. Oleum rosae (FI III : 459)

Nama resmi : Oleum rosae

Nama lain : Rose oil, minyak mawar

RM/BM : C10H18O/154,3

Pemerian : cairan berwarna kuning, bau menyerupai bunga


mawar rasa khas pada suhu 25o kental didinginkan perlahan-lahan
berubah menjadi massa hablur.

Kelarutan : Larut dalam larutan jernih dalam 1 kloroform.

Khasiat : Pengaroma.

Kegunaan : Zat tambahan (Pewangi)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


C. Alasan Pemilihan
1. Alasan pemilihan bentuk Sediaan
Pengaplikasian Sediaan Salep tidak menggunakan banyak tenaga dan
sangat mudah digunakan. Salep umumnya diaplikasikan pada
permukaan kulit dan akan terabsorbsi pada bagian epidermis, kelenjar
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar minyak.
Sediaan salep sangat cocok digunakan untuk penggunaan topikal
sehingga kerja obat dapat langsung bekerja ke target terapi dan
memberikan efek terapi yang lebih cepat.
2. Alasan pemilihan zat aktif

Gentamisin merupakan Antibiotik golongan aminoglikosida yang


Digunakan pada infeksi berat yang disebabkan Oleh bakteri negatif
aerob terutama aktivitas Bakterisidal terhadap Pseudomonas
aeroginosa Dan spesies Enterobacter.

Merupakan antibiotik golongan makrolida yang banyak digunakan


sebagai antibiotik dan antiinfeksi. Merupakan golongan antibiotik
spektrum luas dan banyak digunakan di masyarakat.

Merupakan gologan Aminoglikosida, efektif Terhadap bakteri gram


Negatif. Efek smping lebih Ringan daripada streptomisin dan
kanamisin (Tjay Dan Rahardja, 2007, hal 77)

3. Alasan pemilihan bahan tambahan


- Metil paraben mudah larut dalam etanol, eter dan
propilenglikol sedikit larut pada air, dan praktis tidak larut
dalam minyak mineral. Metil paraben digunakan secara luas
sebagai pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk
makanan, dan sediaan farmasetika. Dapat digunakan sendiri
atau dikombinasi dengan golongan paraben yang lain atau
dengan antimikroba yang lain. Metil paraben efektif pada
rentang pH yang luas yaitu pH 4-8 dan memiliki spektrum yang
luas terhadap mikroba dan jamur. Metil paraben mempunyai
karakteristik berupa kristal berwarna atau sebuk kristalin putih,
dan tidak berbau dengan rasa seperti pada sediaan topikal,
metil paraben digunakan pada kadar 0,02-0,3%. Efikasi dari
pengawet dapat ditingkatkan dengan penambahan 2-5%
propilenglikol. Dalam formula ini digunakan metil paraben
dengan kadar 0.12%.
- Paraffin cair digunakan sebagai salep optalmik dengan
konsentrasi 3,0%-6.0% (Rowe, 2009, Hal: 446). Paraffin jika
digunakan 10% dan vaselin kuning dapat digunakan dengan
paraffin cair untu menghasilkan salep lembut (Jenkis, 1967,
Hal: 342)
- Vaseline Album/Vaselin putih (White soft paraffin, White
Petrolatum) memiliki massa yang lunak putih, tidak berbau
dan tidak berasa. Tidak dapat larut dalam air, gliserin, etanol
(95%)dan aseton. Vaselin adalah campuran hidrokarbon jenuh
setengah padat yang dimurnikan, diperoleh dari minyak bumi.
Vaselin putih adalah vaselin yang telah dihilangkan seluruh
atau hampir seluruh warnanya, sehingga mengurangi reaksi
hipersensitivitas dan lebih dipilih untuk penggunaan kosmetik
dan sediaan farmasetika lain. Vaselin putih digunakan dalam
formulasi sediaaan salep dengan fungsi utama sebagai
emolient. Vaselin banyak digunakan dalam formulasi sediaan
topikal sebagai basis yang bersifat emolient. Vaselin album
digunakan sebagai emolien krim, topikal emulsi, topikal
ointments dengan konsentrasi antara 10-30%.
- Oleum rosae merupakan larutan berwarna kuning pucat, bau
menyerupai Bunga mawar, rasa khas, kental pada suhu 25
oC, jika didinginkan perlahan-lahan Berubah menjadi massa
hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Oleum
Rosae sangat tidak larut air, sedikit larut dalam alkohol, larut
dalam minyak lemak dan Kloroform. Oleum rosae banyak
digunakan dalam produk farmasetika sebagai Pewangi
dengan konsentrasi 0,01 – 0,05% (Depkes, 1979; Reynolds,
1982).

D. Rancangan Formula
Nama produk : Gentamee
Jumlah Produk : 10 pot
Tanggal Formulasi : 21 September 2020
Tanggal Produksi : 23 September 2020
No. Registrasi : DBL2000128830A1
No. Batch : D200100120
Komposisi : Tiap 10 g salep mengandung
Gentamisin.................0.1%
Metil paraben.............0.1%
Parafin Cair................10%
Oleum Rosae.............0.05%
Vaselin Album............ad 10 g

E. METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu neraca, kertas perkamen, sendok tanduk,
cawan porselen, beker glass, batang pengaduk, hot plate, mortir,
stamper, sudip, dan pipet tetes.
Adapun bahan yang diperlukan yaitu gentamisin serbuk, metil
paraben/nipagin, parafin cair, oleum Rosae, dan Vaseline album.

2. Perhitungan Bahan
Per Pot (10 gram)
a. Gentamisin
0,1% × 10 gram = 0.01 gram = 10 mg
b. Metil paraben (nipagin)
0,1% × 10 gram = 0,01 gram = 10 mg
c. Parafin cair
10% × 10 gram = 1 gram
d. Oleum rosae
0,05% × 10 gram = 0,005 gram = 5 mg
e. Vaselin album
10 gram – (0,01+0,01+1+0,005)
10 gram – 1,025 gram
8,975 gram

Per Batch (10 pot)


- Gentamisin = 10 mg × 10 botol = 100 mg
- Metil paraben (nipagin) = 10 mg × 10 botol = 100 mg
- Parafin cair = 1 gram × 10 botol = 10 gram
- Oleum rosae = 5 mg × 10 botol = 50 mg
- Vaselin album = 8,975 gram × 10 botol = 89,75 gram

3. Cara Kerja
a. Ditimbang semua bahan dengan menggunakan neraca.
b. Dilarutkan gentamisin dalam sedikit air menggunakan beker glass
dan batang pengaduk hingga homogen.
c. Dilelehkan vaselin album, parafin cair, dan nipagin/metil paraben
dlaam cawan porselen diatas hot plate, diaduk hingga tercampur
rata.
d. Dimasukkan gentamisin kedalam mortir, timbahkan larutan basis
sedikit demi sedikit kemudian diaduk hingga homogen dan dingin.
e. Ditimbang sebanyak 10 gram dengan neraca kemudian
dimasukkan kedalam pot 10 gram menggunakan sudip.
f. Diberi brosur dan etiket serta kemasan.

F. EVALUASI SEDIAAN
1. Uji organoleptik
Pengamatan dilakukan Pada setiap sediaan salep Secara organoleptis
selama Waktu penyimpanan pada Suhu kamar menunjukkan Ada
tidaknya perubahan Warna maupun bau yang Dilakukan pada minggu
ke 0,1,2,3,4,5,6,7 dan 8 (Padmadisastra et al, 2007).
Syarat : Salep berwarna putih dan berbau Mawar.
2. Uji Daya Sebar
a. Ditimbang 0,5 gram Sediaan salep yang Telah dibuat, kemudian
Salep diletakkan Ditengah alat (kaca Bulat).
b. Ditimbang terlebih dahulu kaca penutup, kemuadian diletakkan
kaca Tersebut diatas massa Salep dan biarkan selama 1 menit.
c. Diukur diameter salep yang menyebar (mengambil panjang rata-
rata dari beberapa sisi).
d. Ditambah 50 gram beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan
diameter salep yang menyebar dicatat seperti sebelumnya.
e. teruskan penambahan 50 gram beban seperti pada bagian d.
f. Gambar dalam grafik antara beban dan luas salep yang menyebar.
g. Dilakukan lagi percobaan ini untuk tiap formulasi salep yang
diperiksa (Miranti, 2009).

Syarat : Daya sebar salep yang baik adalah 5,4-6,4 cm.g/s


(Rajalakshmi et al., 2009)

3. Uji Daya Lekat


a. Diletakkan salep secukupnya diatas gelas Objek.
b. DiletakkanDiletakkan gelas objek Yang lain diatas salep Tersebut,
tekanlah Dengan beban 1 kg Selama 5 menit.
c. GelasGelas objek alat uji Dipasang.
d. DilepaskanDilepaskan beban seberat 80 gram dan Mencatat
waktunya hingga kedua gelas objek tersebut terlepas.
e. Dilakukan lagi percobaan ini untuk tiap formulasi salep yang
diperiksa (Miranti, 2009).

Syarat : Daya lekat salep yang baik adalah 5-7 detik (SNI,1996)

4. Uji pH
a. Diencerkan 1 gram Sediaan salep dengan Air suling hingga 10 mL.
b. DicelupkanDicelupkan elektroda pH-meter kedalam larutan salep
yang telah diencerkan sebelumnya.
c. DibacaDibaca pH larutan salep yang terlihat pada Layar pH-meter.
d. DilakukanDilakukan lagi percobaan ini untuk tiap Salep yang
diperiksa (Voight, 1995).

Syarat : pH sediaan yang memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam


interval 4,5 – 6,5.

5. Uji kemampuan proteksi


a. Diambil sepotong kertas saring (10 x 10 cm). Basahi dengan
larutan fenolplatein untuk indikator, kemudian kertas
dikeringkan.Kertas tersebut di Oleskan dengan sediaan salep yang
akan Dicoba ( pada salah Satu permukaan) Seperti lazimnya Orang
menggunakan Salep.
b. SementaraSementara itu pada Kertas saring yang Lain, dibuat satu
area ( 3 x 3 cm) dengan Parafin padat yang Dilelehkan. Setelah
Kering, didapatkan Area yang dibatasi Dengan parafin padat.
c. DitempelkanDitempelkan kertas Tersebut (No.3) di atas kertas
sebelumnya (No.2).
d. Area ini ditetesi dengan larutan KOH 0,1 N kemudian lihat sebelah
kertas yang dibasahi dengan larutan fenolplatein pada waktu
15,30,40,45,60 detik, 3 dan 5 menit. Apakah ada noda merah pada
kertas tersebut. Bila tidak terdapat noda merah berarti salep yang
dibuat dapat memberikan proteksi terhadap cairan (larutan KOH).
e. Dilakukan lagi percobaan ini untuk tiap formulasi salep yang di
periksa (Miranti, 2009)

Syarat : Jika tidak ada noda merah pada kertas saring tersebut berarti
salep dapat memberikan proteksi terhadap cairan (larutan KOH) (SNI,
1996)

6. Uji Viskositas
a. Isi mangkuk dengan Cairan yang diukur Viskositasnya.
b. NaikanNaikan alas sehingga Silinder berada tepat di Tengah
mangkuk.
c. AturAtur skala hingga Menunjukkan angka nol.
d. BerikanBerikan beban tertentu Dan lepaskan kunci Sehingga
bandul Silinder berputar sampai Arah tertentu.
e. Catat waktu yang Diperlukan bandul Untuk mencapai skala
tertentu, hitung rpm.
f. Untuk menghitung viskositas digunakan Aliran Newton :

keterangan:

Kv = konstanta
W = beban yang diberikan
RPM = jumlah putaran per menit

(Suardi dkk, 2008, hal.3-4)

Syarat : Rentang viskositas sediaan yang memenuhi persyaratan


yaitu 2.000 – 50.000 cps (SNI, 1996)

7. Pengujian Keamanan Sediaan Salep


a. Dioleskan sejumlah Salep pada punggung Tangan suka relawan.
b. Dibiarkan terbuka Selama 5 menit.
c. Diolesi punggung Tangan kiri dengan Sediaan basis salep Tanpa
zat aktif sebagai Pembanding.
d. Selanjutnya diamati perubahan warna yang terjadi pada punggung
tangan kanan masing-masing sukarelawan.
e. Jika tidak terjadi reaksi (tidak merah, tidak gatal, dan tidak bengkak)
diberi tanda (-), jika terjadi reaksi (kulit memerah) dibei tanda (+),
jika terjadi gatal diberi tanda (++), selanjutnya jika terjadi
pembengka kan diberi tanda (+++).
f. Dilakukan lagi percobaan ini untuk tiap salep yang diperiksa pada
minggu ke 0,1,2,3,4,5,6,7, dan 8 setelah pembuatan sediaan salep
(Padmadisastra et al, 2007).
Syarat : Tidak terjadi iritasi kulit
8. Uji Stabilitas
a. Semua salep yang telah Dibuat di simpan pada Suhu kamar.
b. SalepSalep diambil, di amati Perubahan organoleptis, diuji Kembali
fisik salep Meliputi daya sebar Melekat, proteksi, pH, Viskositas.
c. Pengamatan dilakukan Pada minggu ke 0,1,2,3,4,5,6,7,8 setelah
pembuatan sediaan salep (Ansel, 1989).

Syarat : Salep tidak menunjukkan perubahan selama penyimpanan

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan dari Introduction
to Pharmaceutical Design Forms oleh Farida Ibrahim. UI Press. Jakarta.

Geraldd, K Mc. (2005). American Society of Health System. Pharmacist American


Hospital Formulary Service, America. Hal : 60-69.

Neal, M.J. (2005). At a Glance Farmakologi Medik. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Hal: 84-85.

Katzung, G.B. (1998). Basic & Clinical Pharmacology. Edisi 9. Singapore: Mc.Graw
Hill. Hal: 635-640, 686-693.

Niazi, S. (1979). Textbook of Biopharmaceutics and Clinical Pharmacokinetics. USA.


Appleton-Century-Crofts. Hal: 266-268.

Padmadisastra, Y., A. Syaugi & S. Anggia. 2007. Formulasi Sediaan Salep


Antikeloidal Yang Mengandung Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave Dari
Herba Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban). Jurnal Penelitian. Fakultas
Farmasi. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Rajalakshmi, G., N. Damodharan, C.V.K.V. Bhai & P.J. Rajh 2009. Formulation and
Evaluation of Clotrimazole and Ichthammol Oinment. Internasional Journal of
Pharma and Bio Science.4: 10-12.

Reynolds, J.E.F. 1982. Martindale the Extra Pharmacopoeia 28th Edition. London:
The Pharmaceutical Press
[SNI] Standar Nasional Indonesia 164399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Badan
Standarisasi nasional, Jakarta.

Stockley, I.H. (1994). Drug Interactions a Source Book of Adverse Interaction, Their
Mechanisms, Clinical Importance and Management Adverse Interaction. Edisi
3 England. Hal: 131-135

Miranti, L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L)


dengan Basis Salep Larut Air Terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat
Bakteri Staphylococus aureus Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Suardi, Armenia, Maryawati, A. 2008. Formulasi Dan Uji Klinik Gel Anti Jerawat
Benzoil Peroksida-HPMC. Fakultas Farmasi FMIPA UNAND. Yogyakarta.

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai