Anda di halaman 1dari 11

DI SUSUN OLEH

A R NA
517011217

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020

A. PRAFORMULASI

I. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT


1. Famakologi Gentamisin.

Gentamisin digunakan pada septikemia dan infeksi berat lain yang disebabkan oleh

bakteri gram-negatif aerob, infeksi saluran kemih, infeksi saluran empedu, dan infeksi serius

lain. Kombinasi gentamisin dengan beta-laktam dapat digunakan untuk endokarditis

bakterial. Gentamisin juga dapat digunakan sebagai kemoprofilaksis pada operasi abdominal

(Hardjosaputra dkk, 2008).

Aminoglikosida seperti gentamisin  mengikat 30S-subunit spesifik protein dan 16S

rRNA secara "ireversibel". Secara khusus gentamisin mengikat empat nukleotida 16S rRNA

dan asam amino tunggal protein S12. Hal ini mengganggu situs decoding di sekitar

nukleotida 1400 di 16S rRNA dari subunit 30S. Wilayah ini berinteraksi dengan basis

goyangan dalam antikodon tRNA. Hal ini menyebabkan gangguan pada kompleks inisiasi,

salah membaca mRNA asam amino sehingga tidak benar dimasukkan ke dalam polipeptida

yang mengarah ke peptida nonfungsional atau beracun dan absorpsi gentamisin melalui

pencernaan kurang baik, dan lebih baik jika diberikan melalui intravena, intraperitoneal,

intramuskular dan kulit. Waktu paruh gentamisin adalah 2-3 jam dengan ikatan protein

plasma kurang dari 30%. Gentamisin tersebar di dalam cairan ekstraseluler dan hanya

sebagian kecil yang masuk cairan serebrospinal. Gentamisin juga dapat melintasi plasenta

dan masuk ke dalam ASI dan diekskresikan melalui urine (Hardjosaputra dkk, 2008).

2. Indikasi

Gentamicin diindikasikan untuk pengobatan infeksi bakteri pada otitis externa. (BNF

78)

Gentamicin diperoleh dari Microminospora pupurea dan M. echinospora (1963). Berkhasiat

terhadap Pseudomonas, Proteus dan Stafilokok yang resisten terhadap Penisil dan Metisilin

(MRSA). Maka obat ini sering digunakan pada infeksi dengan kuman-kuman tersebut, juga
sering kali dikombinasi dengan suati sefalosporin gen-3. Tidak aktif terhadap

mycobacterium, stertokok dan kuman anerob. (OOP, 77)

Antibiotik dan antimikroba yang digunakan secara sistemik dan lokal untuk

mengobati infeksi pada mata. Di antara agen yang digunakan secara topikal adalah

azitromisin, gentamisin sulfat, sodium sulfacetamide, ciprofloxacin hydrochloride, ofloxacin,

polymyxin B-bacitracin, dan tobramycin.(Ansel, 532)

3. Kontraindikasi

Gentamicin dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas

terhadap gentamicin maupun obat golongan aminoglikosida lainnya akibat kecenderungan

reaksi sensitivitas silang pada obat golongan aminoglikosida. Obat ini mengandung sodium

metabisulfite. Reaksi alergi ringan hingga anafilaksis dapat timbul dipicu sulfite tersebut.

4. Efek samping

Gentamicin memiliki efek samping nefrotoksik. Penggunaan gentamicin pada

pasien

dengan penurunan fungsi ginjal berisiko lebih besar menimbulkan perburukan fungsi ginjal.

Fungsi ginjal harus dipantau untuk pertimbangan penyesuaian dosis maupun penghentian

konsumsi obat. Gentamicin juga berpotensi ototoksik terutama pada penderita dengan

perforasi membran timpani atau pada penggunaan gentamicin intravena. (Martindale, 158)

Gentamisin memiliki efek samping neurotoksisitas, ototoksisitas (auditori dan

vestibular), nefrotoksik (meningkatkan klirens kreatinin) dengan kejadian lebih dari 10%.

Edema, gatal, dan kemerahan adalah reaksi samping yang terjadi pada kurang dari 10%

pengguna. Efek samping lain yang lebih jarang (< 1%) yaitu agranulositosis, reaksi alergi,

dispnea, granulositopenia, fotosensitif, pseudomotor serebral, dan trombositopenia (Katzung,

2010). Gentamisin juga bersifat toksik pada berbagai organ seperti ginjal, hepar, paru-paru,

dan kulit karena menginduksi radikal bebas dan stress oksidatif (Khan dkk, 2011).
II. TINJAUAN SIFAT FISIKO-KIMIA BAHAN OBAT

1. Gentamicin

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, hal 481-482

Gentamisin Sulfat adalah garam sulfat atau campuran dari antibiotik yang dihasilkan oleh

pembiakan Micromonospora purpurea. Potensi setara dengan tidak kurang dari 590 μg per

mg gentamisin, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Serbuk; putih sampai kekuning-kuningan.

Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol, aseton, kloroform,

eter dan benzene.

Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Penandaan : Jika Gentamisin sulfat digunakan untuk penyiapan sediaan

injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau harus melalui

proses pembuatan sediaan injeksi.

Titik lebur : 105 0C

2. Lanolin

Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu

domba Ovis aries Linné (Famili Bovidae), yang dibersihkan, dihilangkan warna dan baunya.

Mengandung air tidak lebih dari 0,25%. Mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari

0,02%.

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2 kali

beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol

panas, mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform.


Stabilitas : Lanolin dapat mengalami proses autooksidasi, sehingga didalamnya

ditambahkan antioksidan yaitu butilated hidroksitoluena. Ekspose

pemanasan yang lama dapat menyebabkan warna lanolin menjadi

gelap dan menimbulkan bau yang tengik. Lanolin dapat disterilisasi

dengan sterilisasi panas kering pada suhu 150oC. Pada ediaan salep

mata yang mengandung lanolin, dapat menggunakan sterilisasi filtrasi

atau dengan radiasi sinar gamma (Rowe, et al., 2004).

Penyimpanan : Disimpan pada tempat yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya,

dan pada temperature 15 – 30oC (Sweetman, 2009).

Titik lebur : 38 – 44o C (Sweetman, 2009)

Penggunaan : Agen pengemulsi, basis salep (Rowe, et al., 2004)

3. Parafin

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna,

hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Tidak larut dalam airt; sedikit larut dalam alcohol; larut dalam

minyak menguap; dapat dicampur dengan hidrokarbon, dan

minyak tertentu (kecuali minyak jarak)(Sweetman, 2009).

Stabilitas & Penyimpanan : Parafin merupakan zat yang stabil, kecuali dengan

pemanasan dan pembekuan yang berulang dapat mengubah

komponen fisiknya. Parafin harus disimpan pada tempat yang

tertutup rapat, dengan temperature tidak kurang dari 40oC

(Rowe,et al., 2004).

Penggunaan : Sebagai basis salep, emolien dan pembersih pada kondisi kulit

tertentu, dan sebagai lubrikan dalam sediaan mata pada


pengobatan mata yang kering (Sweetman, 2009).

4. Vaselin Flavum

Pemerian : Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah,

berfluoresensi sangat lemah walaupun setelah melebur. Dalam

lapisan tipis, transparan atau tidak berbau dan berasa.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzene, dalam

karbon disulfide, dalam kloroform dan dalam minyak terpentin,

larut dalam eter, dalam heksana, dan umumnya dalam minyak

lemak dan minyak atsiri, praktis tidak larut dalam etanol dingin

dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin

Stabilitas & Penyimpanan : Vaselin harus disimpan pada tempat yang tertutup baik

dan terlindung dari cahaya (Sweetman, 2009)

Titik lebur : 38-60oC (Sweetman, 2009)

Penggunaan : Vaselin digunakan sebagai basis salep dan emolien pada

pengobatan pada penyakit kulit (Sweetman, 2009)


B. FORMULASI

Tiap 3,5 gram mengandung :

Gentamicin 0,3 %

Lanoline

Vaselin flavum

Parafin Liquidum

Alasan pemilihan bahan :

 Gentamicin

1. Menurut Pharmaceutical Manufacturing Formulations Semisolid Product, hal 163

Salep gentamisin sulfat adalah anti infeksi yang steril dan topikal untuk

penggunaan oftalmik. Bahan aktif, gentamisin sulfat, adalah antibiotik aminoglikosida

yang larut dalam air. Gentamisin sulfat adalah garam sulfat dari gentamicin C1,

gentamicin C2, dan gentamicin C1A, yang diproduksi oleh pertumbuhan

Micromonospora purpurea. Setiap gram salep mengandung gentamisin sulfat USP

(setara dengan 3,0 mg gentamisin) dalam basa putih petrolatum, dengan methylparaben

(0,5 mg) dan propylparaben (0,1 mg) sebagai pengawet. Bahan aktifnya adalah

gentamisin sulfat setara dengan 0,3% basa gentamisin, prednisolon asetat 0,6%, dan

pengawet (kloral derivatif) 0,5%. Tidak aktif adalah petrolatum putih, mineral minyak,

petrolatum dan lanolin alkohol, dan air murni.

2. Menurut buku Obat-Obat Penting, hal 705

Aktivitas antibakteri gentamisin, tobramisin, kanamisin, netilmisin dan amikasin

terutama tertuju pada basil Gram Negatif yang aeroblk. Aktivitas terhadap

mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif dalam kondisi anaerobik rendah sekali.

Lni dapat dijelaskan berdasarkan kenyataan bahwa untuk transpor aminoglikosid


membutuhkan oksigen (transpor aktif). Aktivitas terhadap bakteri Gram positif sangat

terbatas.

3. Menurut Martindale, hal 171

Untuk pengobatan konjungtivitis di Inggris, kloramfenikol topikal tetap menjadi

pengobatan pilihan meskipun ada kekhawatiran atas potensi risiko aplastik anemia.

Alternatif lain termasuk gentamisin, tobramycin, erythromycin (terutama ketika infeksi

yang diduga disebabkan oleh organisme gram positif), fluoroquinolon termasuk

ciprofloxacin dan ofloxacin, framycetin, asam fusida (terutama untuk infeksi

stafilokokus), dan polimiksin B dalam kombinasi dengan bacitracin, trimethoprim, atau

neomisin.

4. Menurut Martindale, hal 284

Gentamicin dalam sediaan topikal pada infeksi kulit dalam konsentrasi 0,1%,

tetapi penggunaan tersebut dapat menyebabkan munculnya resistensi dan dianggap tidak

bijaksana. Konsentrasi 0,3% digunakan dalam persiapan untuk aplikasi topikal ke mata

dan telinga.

 Lanoline

1. Menurut Pharmaceutical Excipients, hal 378

Lanolin anhydrat banyak digunakan dalam formulasi farmasi topikal dan

kosmetik dalam aplikasi yang mirip dengan lanolin. Lanolin anhydrat umumnya

digunakan dalam persiapan waterin-krim dan salep minyak. Lebih banyak air dapat

dimasukkan ke dalam lanolin hidro menjadi lanolin.

2. Menurut Buku Obat-Obat Penting, hal 532

Lemak domba misalnya lanolin dcin sediaan hidrokarbon misalnya vaselin

digunakan sebagai bahan dasar salep.

3. Menurut Aulton, Pharmaceutical Practice 267-269


Basis salep mata biasanya terdiri atas parafin cair, lanolin, dan parafin kuning

lunak (dengan perbandingan 1: 1 : 8). Lanolin digunakan untuk memfasilitasi

pencampuran air. Perbandingan parafin yang digunakan dapat bervariasi, jika produk

digunakan untuk iklim tropis dan subtropis maka parafin padat dicampurkan , dimana

suhu tinggi membuat basis terlalu lunak untuk memberikan kenyamanan (untuk menjaga

konsistensi salep). Alkohol alifatik (setil alkohol dan stearil alkohol) dan senyawa seperti

kolesterol dan beeswax (fasa minyak) dapat ditambahkan ke dalam basis selain lanolin,

untuk memfasilitasi pencampuran air untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air.

 Vaselin Flavum

1. Menurut Pharmaceutical Exicipient

Vaselin flavum terutama digunakan dalam formulasi farmasi topikal sebagai

basis salep emolien; itu buruk diserap oleh kulit. Vaselin flavum juga digunakan dalam

krim dan formulasi transdermal dan sebagai bahan dalam formulasi pelumas untuk gula-

gula obat bersama dengan minyak mineral.

2. Menurut Aulton, Pharmaceutical Practice, hal 267-269

Basis salep mata biasanya terdiri atas parafin cair, lanolin, dan parafin kuning

lunak (dengan perbandingan 1: 1 : 8). Lanolin digunakan untuk memfasilitasi

pencampuran air. Perbandingan parafin yang digunakan dapat bervariasi, jika produk

digunakan untuk iklim tropis dan subtropis maka parafin padat dicampurkan , dimana

suhu tinggi membuat basis terlalu lunak untuk memberikan kenyamanan (untuk menjaga

konsistensi salep). Alkohol alifatik (setil alkohol dan stearil alkohol) dan senyawa seperti

kolesterol dan beeswax (fasa minyak) dapat ditambahkan ke dalam basis selain lanolin,

untuk memfasilitasi pencampuran air untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air.

3. Menurut British Farmakope 1993


Salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai penampilan

homogen dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Basis yang umum digunakan

adalah lanolin, vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung bahan pembantu

yang cocok seperti antioksidan, zat penstabil, dan pengawet.

 Perhitungan

a. Basis dasar salep yang akan dibuat


Eye ointment basis (BPC) dan Eccipinate per pomata oftalmuche (Ph Itali)
R/ Paraffin liq 10
Vaselin flava 80
Adeps lanae 10

b. Perhitungan dan penimbangan


1) Paraffin liq = 10/100 x 3,5 g
= 0,35 g + (0,35 g x 25%)

= 0,35 g + 0,0875 g

= 0,4375 g

2) Vaselin flavum = 80/100 x 3,5 g


= 2,8 g + (2,8 g x 25%)

= 2,8 g + 0,7 g

=3,5 g

Prosedur kerja :

1. Timbang vaselin flavum di atas cawan penguap yang telah dialasi dengan kain

batis/kasa steril yang telah ditara (berat cawan penguap saja, berat cawan penguap

dan kasa).

2. Timbang dengan cara meneteskan sedikit demi sedikit parafin liq. ke dalam cawan

penguap tadi, sterilkan dalam oven 170°C selama 1 jam.

Data tambahan menurut Remington hal 786 :

Sterilisasi : 160oC :120-180 menit; 170oC :90-120 menit; 180oC :45-60 menit
Depirogenasi : 230oC :60-90 menit; 250oC :30-60 menit

3. Setelah 1 jam basis salep diperas panas-panas dengan cara menjepitkan kain batis

dengan pinset steril.

4. Timbang sejumlah basis yang diperlukan.

5. Timbang zat aktif, jika tahan panas perlu disterilkan, jika tak tahan panas tidak

usah.

6. Zat aktif ditimbang, masukkan dalam mortir steril, digerus halus sambil

ditambahkan sedikit basis salep, gerus lagi agar bercampur dan homogen. (Zat

yang tahan pemanasan dapat segera dicampurkan sedikit demi sedikit dengan

dasar salep yang masih cair dalam lumpang steril, untuk zat yang tidak tahan

pemanasan, dasar salep dituang ke dalam lumpang untuk didinginkan terlebih

dahulu sambil diaduk, sebelum dicampur).

7. Salep mata yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi salep dan diisikan

dalam tube steril sebanyak 3,5 gram.

8. Ujung tube ditutup dengan alat penekuk lalu diberi etiket dan dikemas dalam

kotak disertai brosur.

Anda mungkin juga menyukai