Anda di halaman 1dari 8

I.

JUDUL PRAKTIKUM
Membuat Formulasi Sediaan Miconazole Oral Gel

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mengetahui definisi dan formulasi sediaan semi padat berbentuk gel
2. Mengetahui pengaruh basis gel yang digunakan terhadap formulasi sediaan.
3. Mengetahui khasiat dari zat aktif yang digunakan.

III. TEORI DASAR


Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. kandida merupakan
mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40 – 60 % dari populasi
(Silverman S, 2001). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi
tertentu atau pada orang – orang yang mempunyai penyakit – penyakit yang melemahkan daya
tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita
AIDS (Farlane .M, 2002). Pada rongga mulut kandida albicans merupakan spesies yang paling sering
menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau
lesi eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan
seperti rasa terbakar ( burning sensation ), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial
dan rasa kering atau serostomia ( Greenberg M. S. , 2003 ).

Kandidiasis pada rongga mulut umumnya dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti
jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit –
penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Dari beberapa golongan antijamur, yang efektif untuk kasus pada rongga mulut, sering digunakan
antara lain amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole, ketokonazole, itrakonazole dan
flukonazole. (Mc cullough, 2005).
Miconazole memiliki mekanisme kerja dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel
jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya
terjadi ketidak normalan membran sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20 mg/ml), digunakan 4 kali
/hari setengah sendok makan, ditaruh diatas lidah kemudian dikumurkan dahulu sebelum ditelan.

Definisi Gel
Gel secara luas digunakan pada berbagai produk obat-obatan, kosmetik dan makanan,
juga pada beberapa proses industri. Dalam bidang pengobatan, gel dapat digunakan sebagai
bahan dasar (pembawa) dalam pembuatan sediaan topikal. Keuntungan dari gel dibandingkan
dengan bentuk sediaan topikal lainnya yaitu memungkinkan pemakaian yang merata dan
melekat dengan baik, mudah digunakan, mudah meresap, dan mudah dibersihkan oleh air.
Penyimpanan gel harus dalam wadah yang tertutup baik terlindung dari cahaya dan ditempat
sejuk.
Gel adalah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun
baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi
cairan. Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada
batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu fase. Jika massa gel terdiri dari kelompok-
kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase
dan sering pula disebut magma atau susu. Gel dianggap sebagai dispersi koloid karena
masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid.

Dalam sediaan farmasi, gel digunakan untuk sediaan oral sebagai gel murni, atau
sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin, untuk obat topikal yang langsung dipakai
pada kulit, membran mukosa atau mata, ataupun untuk sediaan dengan kerja yang lama yang
disuntikkan secara intramuskular. Zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam
granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis
supositoria. Dalam kosmetik, gel digunakan dalam berbagai ragam dan aneka produk seperti:
shampo, sediaan pewangi, pasta gigi dan sediaan untuk perawatan kulit dan rambut.
Karakteristik gel harus digunakan dengan tujuan penggunaan sediaan. Zat pembentuk
gel yang ideal untuk sediaan farmasi: inert, aman, tidak bereaksi dengan komponen farmasi
lain. Inkompatibilitas yang potensial dapat terjadi dengan mencampur obat yang bersifat
kation, pengawet, surfaktan dengan senyawa pembentuk gel anionik.

IV. PREFORMULASI BAHAN AKTIF DAN BAHAN TAMBAHAN


1. Preformulasi Bahan aktif ( Miconazole Nitrat )

Miconazole nitrat menurut F.I edisi VI


Miconazole Nitrate

1-[2,4-Dikloro-β-[(2,4-diklorobenzil)oksi] fenetil] imidazolmononitrat [22832-87-7]


C18H14CI4N2O.HNO3 BM 479,14
Mikonazol Nitrat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%,
C18H14CI4N2O.HNO3, dihitung terhadap zat kering.
Pemerian Serbuk hablur, putih atau praktis putih; berbau lemah. Melebur pada suhu 178º sampai
183º disertai peruraian.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam isopropanol; mudah larut dalam
dimetilsulfoksida; larut dalam dimetilformamida; tidak larut dalam eter;sukar larut dalam etanol,
dalam kloroform dan dalam propilen glikol; agak sukar larut dalam metanol.

Mekanisme Kerja
Miconazole nitrat merupakan anti jamur azol turunan imidazole. Obat ini bekerja dengan
menghambat bioseintesis egosterol pada membran sel jamur yang menyebabkan terjadinya
kerusakan pada dinding sel jamur, sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran, dan pada
akhirnya menyebabkan sel jamur kehilangan nutrisi selulernya. Mekanisme kerja lainnya adalah
mengganggu sintesis asam nukleat atau penimbunan peroksida dalam sel yang merusak sel jamur.
Obat ini biasanya bersifat fungistatik dan dapat bersifat fungsidal pada konsentrasi yang tinggi atau
pada jamur yang rentan terhadap obat ini seperti Candida. Obat ini memiliki aktivitas anti jamur
dengan spektrum luas mencakup banyak jamur termasuk dermatofit dan ragi seperti
Candida albicans, Candida guilliermondii, Candida tropicalis, Epidermophyton floccosum,
Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton rubrum.Selain itu obat ini
juga memiliki aktivitas bakterisidal terhadap bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus.
Obat ini dapat mengalami resistensi silang dengan anti jamur golongan azol lainnya.

INDIKASI
Obat ini diberikan kepada pasien dengan keadaan sebagai berikut.
1. Pengobatan penyakit kulit tinea corporis (kurap tubuh), tinea cruris (gatal atlet) dan tinea pedis
(kutu air) yang disebabkan oleh Epidermophyton floccosum, Trichophyton mentagrophytes , atau
Trichophyton rubrum.
2. Pengobatan penyakit kulit tinea versikolor atau panu yang disebabkan oleh Malassezia furfur
atau Pityrosporum ovale
3. Pengobatan penyakit kandidiasis kulit yang disebabkan oleh Candida albicans.
4. Pengobatan penyakit kandidiasis vulvovaginal tanpa komplikasi yang kemungkinan besar
disebabkan oleh Candida albicans.
5. Pengobatan penyakit kandidiasis oral yang disebabkan oleh
Candida albicans.

2. Preformulasi Zat Tambahan

a. Hydroxypropyl metilcellulosa (HPMC)

Pemerian : Serbuk granul berwarna putih atau mengandung


serat yang berwarna krem atau putih. Tidak berasa dan tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam air dingin yang membentuk larutan
koloid kental; praktis tidak larut dalam kloroform,
etanol (95%) dan eter, tetapi larut dalam campuran
etanol dan diklorometan dan campuran metanol dengan diklorometan.
Konsentrasi : 2 - 6%
Stabilitas : Serbuk HPMC merupakan material yang stabil, meskipun bersifat
higroskopis setelah pengeringan.
Khasiat : sebagai zat pelapis; zat pengemulsi; pengikat tablet; zat peningkat
viskositas, zat pendispersi, sustained release agent, dan zat pengental.
(Rowe, R.C., Paul, J.S., Marian 2009:317)

b. Propylen Glycol
Pemerian : Cairan bening tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau dengan rasa manis agak
tajam menyerupai rasa glicerin.
Kelarutan : Larut dengan aceton, kloroform, etanol (95%), glicerin dan air; larut pada 1 dalam 6
bagian eter; tidak larut dengan minyak mineral ringan atau minyak tetap, tetapi akan
larut dengan beberapa minyak esensial.
Khasiat : Sebagai pengawet antimikroba, desinfektan, humektan, pelarut, penstabil untuk
vitamin, consolvent yang larut dalam air.
Konsentrasi : sebagai humektan 15-30% (Rowe, R.C., Paul, J.S., Marian 2009:592)

c. Propyl Paraben
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3.5 bagian etanol 95%p, dalam 3 bagian
aceton, dalam 140 bagian gliserol p dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat : zat pengawet
(FI Edisi 3, 1979: 535)

d. Metyl paraben (nipagin)


Pemerian : serbuk hablur halus putih, tidak mempunyai rasa, hampir tidak berbau. Metil
paraben mempunyai aktivitas antimikroba pada pH 4-8.
Kelarutan : satu bagian dalam tiga bagian etanol 95 %, satu bagian dalam lima bagian propilen
glikol, dan satu bagian dalam 400 bagin air.
Khasiat : Zat pengawet, konsentrasi yang digunakan 0.12%-0.18%. (Raymond, 2006:466).

e. Aquadest
Pemerian berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Digunakan
sebagai pelarut. (Depkes RI, 1979: 96)

C. Permasalahan Farmasetika
1. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi dalam sediaan, maka dilakukan penambahan zat
pengawet yaitu kombinasi antara propyl paraben dan metyl paraben untuk mendapatkan formulasi
yang lebih stabil dalam penyimpanan.

V. ALAT DAN BAHAN


a. ALAT
Mortir
Kertas perkamen
Cawan porselin
Gelas ukur
Beaker glass
Sendok tanduk
Timbangan gram halus dan kasar
Batang pengaduk
Sudip
Lap

b. BAHAN
Miconazole
Hydroxymethylcellulosa
Propylene glycol
Metyl paraben
Propyl paraben
Aquadest

VI. FORMULASI
Formulasi standar Daktarin Oral gel (mims.com)
Tiap gram mengandung Miconazole 20mg

FORMULASI Standar basis gel (


R/ HPMC 2%
Propylen glycol 5%
DMDM hydantoin 0.6%
aquadest ad 100

Formulasi yang digunakan pada sediaan MIDICO Oral Gel


R/ Miconazole Nitrat 2%
HPMC 5%
Propylen glycol 15%
Metyl paraben 0.12%
Propyl paraben 0.18%
Aquadest ad 100

VII. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


a. Perhitungan
Miconazole nitrat = 2/100 x 100 g = 2 g
Hydroxypropyl metylcellulosa = 5/100 x 100 g = 5 g
Propylen glycol = 15/100 x 100 g = 15 g
Metyl Paraben = 0.12/100 x 100 g = 0.12 g
Propyl Paraben = 0.18/100 x 100 g = 0.18 g
Aquadest = 100-(2+5+15+0.12+0.18) = 77.7 g ≈ 77ml + (0.7/1 ml x20 tetes)
= 77 ml + 14 tetes

b. Penimbangan
Miconazole Nitrat 2g
Hydroxypropyl metylcellulosa 5g
Propylen Glycol 15 g
Metyl paraben 0.12 g
Propyl paraben 0.18 g
Aquadest 77 ml + 14 tetes

VIII. PEMBUATAN
1. Setarakan timbangan
2. Siapkan alat dan bahan
3. Panaskan mortir
4. Masukkan HPMC ke dalam mortir yang sudah dipanaskan tambahkan air panas (suhu 80-90◦
C) aduk hingga mengembang dan membentuk masa gel.
5. Larutkan propyl paraben dan metyl paraben ke dalam propylen glycol, sambil diaduk hingga
homogen. Tambahkan miconazole aduk sampai homogen.
6. Tambahkan HPMC yang telah mengembang aduk sampai homogen
7. Masukkan kedalam wadah, bersihkan, beri etiket dan kemasan.

IX. EVALUASI
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis meliputi bentuk,warna,dan bau.Uji dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah suatu sediaan sudah sesuai dengan spesifikasi yang di tentukan dan merupakan tes awal
sediaan yang telah dibuat.

2. Uji Homogenitas
Homogenitas diuji melalui pemeriksaan secara visual, yaitu sediaan dioleskan pada suatu bidang
datar kemudian diamati tampilannya dan keberadaan agregratnya.
3. Uji pH
pH diukur dengan menggunakan pH meter yang di kalibrasi sebelum setiap penggunaan dengan
buffered solusi pada pH 4, 7, dan 10. Jumlah diuji dan diencerkan dengan air suling di kalibrasi dan
dicampur dengan baik. Elektroda pH meter ditenggelamkan dalam dasar larutan uji yang siap
untuk penentuan pH.

4. Uji Daya Sebar


Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya
di berikaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan diberi rentang waktu 1 – 2 menit.Kemudian
diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban,saat sediaan berhenti menyebar
(dengan waktu tertentu).

5. Uji Viskositas
Pengujian dilakukan dengan menggunakan viscometer Stromer dan viscometer Brookfield. Yaitu
untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, maka
makin besar tahanannya.

6. Evaluasi Daya Lekat


Bertujuan untuk mengetahui waktu yang di butuhkan oleh krim untuk melekat pada kulit. Hal ini
juga berhubungan dengan lama daya kerja obat. Semakin lama waktu yang dibutuhkan maka
semakin lama daya kerja obat. Persyaratan daya lekat krim yang baik yaitu lebih dari 4 detik
(Wasiaatmadja, 1997).

X. PEMBAHASAN
1.ORGANOLEPTIS
Dilakukan pengamatan secara organoleptis yang terdiri dari warna dan bau. Dimana oral gel
miconazole mempunyai warna putih bening dengan bau khas basis.

2. UJI HOMOGENITAS
Mengamati homogenitas sediaan dengan mengoleskan sediaan pada kaca objek tipis-tipis. Untuk
mendapatkan permukaan sediaan yang homogen. Dilakukan dengan menggeserkan sejumlah
sediaan dari ujung kaca objek dengan bantuan batang

3. UJI PH
Penetapan ph dalam hal ini di uji agar dapat di ketahui ph dari sediaan yang di buat untuk
selanjutnya stabilitas ph dari sediaan dapat di pertahankan pada suatu rentang ph tertentu.
Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan kertas universal.

4. UJI DAYA SEBAR


Diartikan sebagai kemampuan gel pada rongga mulut. Caranya yakni dengan volume tertentu
dibawa ke pusat antara 2 lempeng gelas. Lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu
dibebani oleh perletakan dari anak timbang. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan
menaikkan pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya sebar. Semakin menyebar
menunjukkan kemampuannya dalam distribusi merata.
5. UJI VISKOSITAS
Merupakan pernyataan tahanan dari suatu sediaan untuk mengalir, makin tinggi viskositas akan
semakin besar tahanannya atau semakin kental. Viskositas sediaan di uji dengan menggunakan
viscometer Brookfield
6. UJI DAYA LEKAT
Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh gel untuk melekat pada
pada kulit. Hal ini juga berhubungan dengan lama daya kerja obat. Semakin lama waktu yang di
butuhkan maka semakin lama daya kerja obat. Caranya yaitu dengan meletakkan sediaan pada
objek glass pada alat uji daya kemudian di tambahkan beban 500 gram kemudian di tunggu selama
1 menit, setelah 1 menit beban diturunkan kemudian di catat waktunya.

XI. KESIMPULAN

XII. DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta


Erna H.,drg.(2008). KANDIDIASIS RONGGA MULUT GAMBARAN KLINIS DAN TERAPINYA.FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI. UNIVERSITAS PADJADJARAN. Bandung.
Raymond, C.R., Paul, J.S, Marian, E.Q.,2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Edisi 6. London
Sean C.,S., 2009. Martindale The Complete Drugs Reference. Edisi 36.

TEORI DASAR
Penyakit karies gigi dan penyakit periodontal umumnya hampir dialami seluruh penduduk di dunia.
Karies gigi dan penyakit periodental umumnya disebabkan oleh kebersihan mulut yang buruk,
sehingga terjadi akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri. Selain itu plak juga
merupakan penyebab utama keradangan. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walaupun
tidak menimbulkan kematian, tetapi dapat menurunkan produktivitas kerja (Tjahja, 2007).

Kandidiasis oral, yang umunya disebabkan oleh Candida albicans. berperan penting dalam ilmu
stomatologi karena frekuensi dan variasi klinisnya. Infeksi ini sering diamati pada orang dengan
berbagai faktor prediposisi. Bentuk klinis dari kandidiasis oral sangat bervariasi dan banyak
klasifikasi yang telah digunakan. Terapi antijamur diterapkan dengan menggunakan mikonazole.

Definisi Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun
baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan
(Lieberman et al., 1998). Idealnya pemilihan gelling agent dalam sediaan farmasi dan kosmetik
harus inert, aman, tidak bereaksi dengan komponen lain. Penambahan gelling agent dalam formula
perlu dipertimbangkan yaitu tahan selama penyimpanan dan tekanan tube selama pemakaian
topikal. Beberapa gel, terutama polisakarida alami peka terhadap 6 penurunan derajat mikrobial.
Penambahan bahan pengawet perlu untuk mencegah kontaminasi dan hilangnya karakter gel dalam
kaitannya dengan mikrobial (Lieberman et al., 1998).

Basis Gel
Basis dalam sediaan semipadat merupakan salah satu komponen dan faktor yang sangat penting
karena sangat menentukan baik atau buruknya sediaan tersebut (Sulaiman dan Kuswahyuning,
2008).
Candida merupakan jamur golongan khamir, yang membentuk sel ragi dan hifa semu. Di dalam
tubuh manusia Candida hidup sebagai saprofit, dan dapat berubah menjadi patogen bila terdapat
faktor resiko seperti menurunnya imunitas, gangguan endokrin, terapi antibiotik dalam jangka
waktu lama, perokok dan khemoterapi, Sebagai saprofit Candida dapat ditemukan pada kulit,
saluran genital, saluran napas bagian atas dan saluran pencernaan termasuk rongga mulut. Untuk
mengatasi hal tersebut dilakukan pengujian tehadap formulasi obat gel dengan bahan dasar
miconazole yang mana miconazole merupakan bahan aktif yang memiliki aktivitas anti jamur
dengan spektrum luas mencakup banyak jamur Miconazole murni dan bermutu farmasi, yang juga
dikenal dengan nama MIDICO, obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan
mempertimbangkan kondisi atau penyakit – penyakit yang menyertainya. Berdasarkan formulasi
obat gel yang di buat, memiliki warna yang putih bening.

Anda mungkin juga menyukai