Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA

“Sediaan Krim Clotrimazole”

Kelompok 7

Disusun oleh:
Almira Wedyagustiffany
P17335114045

Dosen Pembimbing :
Hanifa Rahma, M.Si., Apt.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI
SEDIAAN KRIM CLOTRIMAZOLE

80
I. TUJUAN PERCOBAAN

Mampu membuat dan mengevaluasi sediaan krim clotrimazole.

II. LATAR BELAKANG


Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi
farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi
obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya sediaan
obat yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat,
kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan
efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari
efek farmakologis zat aktif obat ( Oputu, A, dkk., 2013).

Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke
bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut,
kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat
luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir
dan sebagainya, ( Anief, 1993 ).
Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat membuat
sediaan krim dengan membuat formula yang sesuai antara zat aktif
dan zat tambahan serta dapat mengevaluasi sediaan tersebut.
Sediaan yang dibuat adalah krim clotrimazole karena zat aktif
(clotrimazole) dan dosisnya ditujukan untuk pemakaian topikal,
(Sweetman, 2009). Kelebihan dari sediaan krim ini yaitu praktis,
mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya.
Clotrimazole memiliki efek farmakologi sebagai antifungi pada
penggunaan topikal dengan aktivitas antimikroba yang sama
dengan ketokonazole, (Sweetman, 2009). Mekanisme kerja
clotrimazole setelah dioleskan pada kulit akan menembus epidermis
dan terjadinya penyerapan sistemik pada kulit. Clotrimazole
dimetabolisme di hati menjadi senyawa tidak aktif dan diekskresikan
melalui feses dan urin, (Sweetman, 2009).

III. TINJAUAN PUSTAKA

1. Bahan aktif

Zat aktif Clotrimazole


Struktur

(Martindale, hlm 530)

Rumus C22H17ClN2 BM = 344.8


molekul
(Martindale, hlm 530)
Titik lebur Tidak ditemukan (Martindale, US Pharmacopoeial, FI IV,
FI V, Japan Pharmacopoeia)
Pemerian Serbuk hablur, putih sampai kuning pucat.
(Martindale, hlm 530)
Kelarutan Praktis tidak larut di air, larut di alcohol dan
diklorometana.
(Martindale, hlm 530)
Stabilitas  Cahaya : Harus terhindar dari cahaya.
(British Pharmacopoeia, hlm 4)
Inkompabili Reaksi pengoksidasi kuat.
tas (US Pharmacopeial)
Keterangan Digunakan sebagai antifungi
lain (Martindale, hlm 530)
Penyimpan Disimpan di tempat tertutup.
(US Pharmacopoeial)
an
Kadar 1 % untuk penggunaan topical
penggunaa (Martindale, hlm 530)
n

2. Zat tambahan
a. Cetaceum

Zat Cetaceum
Sinonim Cera cetyla; Crodamol SS; Cutina CP; Liponate SPS;
Protachem MST; Ritaceti; Ritachol SS; spermaceti
wax replacement; Starfol Wax CG; Synaceti 116;
synthetic spermaceti.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th, hlm
774)
Struktur Tidak ditemukan (Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th ed, hlm 774)
Rumus molekul CnH2nO2 (di mana n = 26–38) BM = 470–490
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
774)
Titik lebur 43 - 470C
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
774)
Pemerian Putih, bening, memiliki bentuk kristal dan seperti
mutiara. Memiliki bau dan rasa yang lemah.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
774)
Kelarutan Praktis tidak larut di Ethanol (95%) dan air, larut di
acetone 1 : 500, chloroform 1 : 2.5,
dichloromethana 1 : 3, ethanol 1 : 170, ether, etil
asetat 1 : 80, minyak lemak dan minyak atsiri,
hexana 1 : 8, minyak mineral 1 : 70
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
774)
Stabilita Dihindarkan dari cahaya atau panas yang
berlebihan (di atas 400C)
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
775)
Inkompabilitas Inkompatibilitas dengan asam kuat atau basis.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
775)
Keterangan Kegunaan cetaceum sebagai emollien dan
lain stiffening agent.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
775)
Penyimpanan Harus disimpan dalam tempat yang tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
775)
Kadar penggunaan Salep sejuk 12.5%
Salep air mawar 12.5%
Salep spermaceti 20.0 %
Krim topikal dan salep 1–15 %
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
775)

b. Cera alba

Zat Cera alba


Sinonim Bleached wax; cera alba

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm


779)
Struktur Tidak ditemukan (Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th ed)

Rumus molekul Tidak ditemukan (Handbook of Pharmaceutical


Excipient 6th ed)
Titik lebur 61–650C.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
779)
Pemerian Berwarna putih atau sedikit kekuningan, bentuk
granul sedikit bening. Memiliki bau sama seperti
cera flava tetapi lebih lemah.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
779)
Kelarutan Larut di kloroform, eter, minyak mineral, volatile
oils, dan karbon disulfida hangat; praktis larut di
etanol (95%); praktis tidak larut di air.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
779)
Stabilitas Ketika dipanaskan di atas 150 0C, esterifikasi terjadi
dengan konsekuensi penurunan nilai asam dan
elevasi dari titik lebur.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
779)
Inkompabilitas Inkompatibilitas dengan agen pengoksidasi.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
779)
Keterangan Agen penstabil; Controlled-release agent; stiffening
lain agent (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th
ed, hlm 779)
Penyimpanan Harus disimpan dalam tempat yang tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, sejuk dan kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
779)
Kadar penggunaan Digunakan pada makanan dan kosmetik. Biasa
digunakan pada formulasi topikal pada konsentrasi
5–20%, sebagai stiffening agent pada salep dan
krim.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
779)
c. Paraffin liquid

Zat Paraffin

Sinonim Avatech; Drakeol; heavy mineral oil; heavy liquid petrolatum;


liquid petrolatum; paraffin oil; paraffinum liquidum; Sirius;
white mineral oil.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)
Struktur Tidak ditemukan (Farmakope Indonesia edisi V, Farmakope
Indonesia ed IV, japan pharmacope 15th edition, united state
pharmacope 2007, British Nasional Formulary)

Rumus molekul C14C18


(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)
Titik lebur Tidak ditemukan (Farmakope Indonesia ed V, Handbook of
Pharmaceutical, Japan pharmacopeia ed 15th, United stated
pharmacopeia, martindale ed 36th, british national formulary)

Pemerian Transparan, tidak berwarna, cairan kental tidak floresensi, tidak


berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika
dipanaskan.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol (95%) gliserin dan air, larut
dalam jenis minyak lemak hangat.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)

Stabilita Teroksidasi bila terkena cahaya dan panas, membentuk peroksida.


Hasil oksidasi dalam pembentukan aldehid dan asam organik,
untuk menghambat oksidasi paling uum di gunakan antioksidan.
Dapat di sterilkan dengan panas kering. Di simpan dalam wadah
kedap udara, dilindungi dari cahaya, tempat sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)

Inkompabilitas Inkompatibilitas dengan oksidator kuat.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)

Keterangan lain Emolien

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)

Penyimpanan Dalam wadah kedap udara, di lindungi dari cahaya dan di simpan
di tempat sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)

Kadar penggunaan Salep Ophthalmic 3.0–60.0 %


Sediaan otic 0.5–3.0 %
Emulsi topikal 1.0–32.0 %
Lotion topikal 1.0–20.0 %
Salep topikal 0.1–95.0 %

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 445)

d. Natrii tetraborat

Zat Natrii tetraborat

Sinonim Borax decahydrate; boric acid disodium salt; E285;


natrii tetraboras; sodium biborate decahydrate;
sodium pyroborate decahydrate; sodium
tetraborate decahydrate.
th
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 ed, hlm
633)
Struktur Tidak ditemukan (Farmakope Indonesia edisi V, Farmakope
Indonesia ed IV, japan pharmacope 15th edition, united state
pharmacope 2007, British Nasional Formulary)

Rumus molekul Na2B4O7.10H2O BM= 381.37

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm


633)
Titik lebur 750C ketika dipanaskan. Di 1000C kehilangan 5H2O;
pada 1500C kehilangan 9H2O; and at 3200C menjadi
anhidrat. Pada 8800C zat melebur menjadi serpihan
boraks.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm
633)
Pemerian Putih, kristal keras, granul atau serbuk kristal;
memiliki bau.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm


633)
Kelarutan 1 : 1 di gliserin; 1 : 1 di air mendidih; 1 : 16 di air;
praktis tidak larut di etanol (95%), etanol (99.5%),
dan dietil eter.
th
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 ed, hlm
633)

Stabilita Natrium tetraborat harus disimpan dalam wadah, tertutup baik di


tempat sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 634)

Inkompabilitas Inkompatibilitas dengan asam, logam dan garam alkaloid.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 634)

Keterangan lain Pengawet antimikroba, desinfektan, agen pengemulsi, agen


penstabil, alkalizing agent, dan pendapar.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 633)


Penyimpanan Disimpan dalam wadah, tertutup baik di tempat sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 634)

Kadar penggunaan Pencuci mulut, sediaan otik (0.3 % w/v), dan


larutan optalmik (0.03–1.0% w/v).
th
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 ed, hlm
633)

e. Aquadest

Zat Air suling (Aqua destillata)


Sinonim Aqua; Aqua purificata; Hydrogen oxide.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm


766)
Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm


766)

Rumus molekul H2O


(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
766)
Titik lebur 00C
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
766)
Pemerian Jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan cairan
tidak berasa.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
766)
Kelarutan Larut dalam pelarut polar.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
766)
Stabilitas Secara kimia stabil pada berbagai wujud (es, cairan
dan uap). (Handbook of Pharmaceutical Excipient
6th ed, hlm 766)
Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan
eksipien yang rentan terhadap hidrolisis. Air dapat
bereaksi dengan logam alkali, kalium oksida,
magnesium oksida, garam anhidrat membentuk
hidrat, bereaksi dengan beberapa bahan organik
dan kalium karbida.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
768)
Keterangan Kegunaan aqua destilata sebagai pelarut untuk
lain pembuatan obat dan sediaan farmasi.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm
766)

f. BHT

Zat BHT

Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;


butylhydroxytoluene;butylhydroxytoluenum; Dalpac; dibutylated
hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-di-tert-butyl-4-
hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP;
Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT; Topanol;
Vianol.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75)


Struktur

Rumus molekul C15H24O BM 220.35

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75)

Titik lebur 708°C

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75)


Pemerian Kristal putih atau kuning pucat atau serbuk, bau seperti fenol.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan
alkali hidroksida dan dalam asam mineral encer, larut dalam dietil
benzene, etanol 95%, eter, methanol toluene, dan minyak mineral.
Lebih larut dari pada butylase hydroxyanisole dalam minyak dan
makanan.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75)

Stabilita Paparan terhadap cahaya, uap, lembab, dan panas menyebabkan


kerusakan warna dan hilang aktivitasnya. Harus di simpan di
tempat yang tertutup baik terlindung dari cahaya dan tempat yang
kering dan sejuk.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75).

Inkompabilitas Agent pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganate,


kontak dengan agent pengoksida dapat menyebbkan kerusakan
warna dengan kehilangan aktivitas. Pemanasan dengan sejumlah
asam dapat menyebabkan dekomposisi yang sangat cepat dengan
pelepasan gas nobutene yang mudah terbakar.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75).

Keterangan lain Antioksidan.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75).

Penyimpanan Harus di simpan di tempat yang tertutup baik terlindung dari


cahaya dan tempat yang kering dan sejuk.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75).

Kadar penggunaan b-Carotene 0.01%


Minyak sayur 0.01%
Minyak esensial dan perasa 0.02–0.5 %
Minyak lemak 0.02 %
Minyak ikan 0.01–0.1 %
Inhalasi 0.01%
Injeksi IM 0.03%
Injeksi IV 0.0009–0.002%
Topikal 0.0075–0.1%
Vitamin A 10 mg per million unit

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 75).

g. Metil paraben

Zat Metil paraben


Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid
methylester; metagin; Methyl Chemosept; methylis
parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl
Parasept; Nipagin M; SolbrolM; Tegosept M; Uniphen P-23.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 441)


Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 441)


Rumus molekul C8H8O3
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 441)
Titik lebur 125-1280C
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)
Pemerian Kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih. Tidak berbau
atau hampir tidak berbau dan memiliki rasa panas.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 442)
Kelarutan Etanol 1 bagian dalam 2 bagian, Etanol (95%) 1 bagian dalam 3
bagian, Etanol (50%) 1 bagian dalam 6 bagian, Eter 1 bagian
dalam 10 bagian, gliserin 1 bagian dalam 60 bagian, Minyak
mineral praktis tidak larut, minyak kacang 1 bagian dalam 200
bagian, Propylene glycol 1 bagian dalam 5 bagian, Water 1
bagian dalam 400 bagian, 1 bagian dalam 50 bagian pada suhu
500C, 1 bagian dalam 30 bagian pada suhu 800C.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)
Stabilitas Cairan larutan dari methyl paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan
oleh autoclave pada 1200C selama 20 menit, tanpa dekomposisi.
Larutan homogeny pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) selama 4 tahun pada suhu kamar (25-300C), ketika
di pH 8 akan cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah lebih ari
60 hari pada wadah di suhu kamar (25-300C).
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)
Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba dari methyl paraben atau paraben lainnya
adalah mengurangi persen dari surfaktan nonionic, seperti
polysorbat 80. Sebaai hasil dari larut homogeny. Terkadang
propylene glikol (10%) menunjukan potensi untuk antimikroba
dari paraben terhadap surfaktan nonionic dan menunjukkan
imteraksi antara methyl paraben dengan polysorben 80.
Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium
trisilikat, talk, tragakan, natrium alginate, minyak atsiri, sorbitol
dan atropine.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)
Keterangan lain Kegunaan methyl paraben sebagai pengawet antimikroba. ADI
(acceptable daily intake) : 10mg/kg.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)
Penyimpanan Larutan dengan pH 3-6 stabil sampai dengan 4 tahun. Pada suhu
kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih, rentan terhadap
hidrolisis.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 443)
Kadar penggunaan IM, IV, SC injeksi 0.065–0.25%.
Inhalasi 0.025–0.07%.
Injections intradermal 0.10%.
Larutan Nasal 0.033%.
Sediaan ophthalmic 0.015–0.2%.
Larutan oral and suspensi 0.015–0.2%.
Sediaan rectal 0.1–0.18%.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 444)

h. Propil paraben
Zat Propil paraben
Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl
ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform;
propyl butex; Propyl Chemosept; propylis parahydroxybenzoas;
propyl phydroxybenzoate; Propyl Parasept; Solbrol P; Tegosept
P; Uniphen P-23.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 596)
Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 596)


Rumus molekul C10H12O3
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 596)
Titik lebur 96-99°C (USP Convention,2007)
Pemerian Putih, kristal, serbuk, tidak berbau dan tidak berwarna.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 596)
Kelarutan Larut dalam aseton, etanol 1:1,1 , etanol 50% 1:5,6, larut dalam
eter, gliserin 1:250, minyak mineral 1:330, minyak kacang 1:70,
propilenglikol 1:3,9, propilenglikol 50% 1:110, air 15oC 1:4350,
air suhu normal 1:2500, air bersuhu 80oC 1:225.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 597)
Stabilitas Larutan propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilisasi
menggunakan autoklave tanpa dekomposisi stabil pada pH 3-6
dengan <10% dekomposisi sampai dengan 4 tahun pada suhu
kamar, sedangkan pada pH >8 rentan terhadap hidrolisis dengan
10% atau lebih dari 60 hari pada suhu kamar.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 597)
Inkompatibilitas Magnesium aluminum silicat, magnesium trisilicat, yellow ion
oxide, dan ultramarine blue mengurangi efinsiensi pengawet,
propil paraben menjadi berubah warna dengan kehadiran besi
(ion) dan rentan terhadap hidrolisis dengan basa lemah dan asam
kuat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 597)
Keterangan lain Kegunaan propil paraben sebagai pengawet anti mikroba .
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hal 596)
ADI = 10 mg/kg
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 444)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
(FI IV, hlm 713)
Kadar penggunaan IM, IV, SC injeksi 0.005–0.2%.
Inhalasi larutan 0.015%.
Injeksi intradermal 0.02–0.26%.
Larutan nasal 0.017%.
Sediaan ophthalmic 0.005–0.01%.
Oral larutan dan suspensi 0.01–0.02%.
Sediaan rectal 0.02–0.01%.
Sediaan topical 0.01–0.6%.
Sediaan vaginal 0.02–0.1%.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 444)

i. Propilenglikol

Zat Propilenglikol
Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; 2-hydroxypropanol; methyl ethylene
glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)
Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)


Rumus molekul C3H8O2.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)
Titik lebur -590C.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)
Pemerian Jernih, tidak berwarna, kental, cairan praktis tidak berbau,
manis,rasa agak tajam seperti gliserin.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)
Kelarutan Larut homogen dengan aseton, etanol (95%), gliserin, dan air.
Larut1 bagian dalam 6 bagian eter, tidak larut homogeny dengan
minyak mineral bercahaya atau campuran minyak, tetapi dapat
larut dalam sebagian minyak atsiri.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)
Stabilitas Stabil pada suhu dingin, stabil pada wadah tertutup rapat, tetapi
pada temperature tinggi dan terbuka akan teroksidasi.
Secara kimia propilen glikol stabil dengan campuran etano
(95%), gliserin, atau air, larutan bisa disterilkan oleh autoclave.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 593)
Inkompatibilitas Inkompatibilas dengan reagen oksidasi seperti potassium
permanganat.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 593)
Keterangan lain Kegunaan pengawet antimikroba, disinfektan, pembasah, solven,
agen penstabil, plasticizer, dan kosolven yang homogen dengan
air. ADI (acceptable daily intake): 25mg/kg.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)
Penyimpanan Higroskopik, maka harus disimpan di tempat yang tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, tempat yang kering dan sejuk.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, hlm 593)
Kadar penggunaan Pembasah topikal 15%.
Preservative larutan, semisolid 15–30%.
Solvent atau cosolvent larutan aerosol 10–30%.
Larutan oral 10–25%.
Parenteral 10–60%.
Topikal 5–80%.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, p. 593)
j. Na EDTA

Zat Na EDTA

Sinonim Dinatrii edetas; disodium EDTA; disodium


ethylenediaminetetraacetate; edathamil disodium; edetate
disodium; edetic acid, disodium salt.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 242)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 243)

Rumus molekul C10H14N2Na208.2H20 BM 372,24

(Farmakope Indonesia ed IV, hlm 381)

Titik lebur 252 0C

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 243)

Pemerian Serbuk hablur putih.

(Farmakope Indonesia ed IV, hlm 381)

Kelarutan Larut dalam air.

(Farmakope Indonesia ed IV, hlm 381)

Stabilita Dinatrium EDTA lebih stabil dari pada asam dedetic, namun yang
hidrat kehilangan air dari kristalisasi ketika di panaskan sampai
1200C, dapat di sterilkan dengan autoclave di simpan dalam alkali
bebas, higroskopis dan tidak stabil saat terkena kelembaban.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 243)

Inkompabilitas Dinatrium EDTA sebagai asam lemah, bereaksi dengan logam


untuk membentuk hydrogen, kompatibel dengan oksidator kuat,
basa kuat, ion logam dan paduan logam.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 243)

Keterangan lain Agen pengikat

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 243)

Penyimpanan Di wadah tertutup baik, sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 243)

Kadar penggunaan Tidak ditemukan (Farmakope Indonesia edisi V, Farmakope


Indonesia ed IV, japan pharmacope 15th edition, united state
pharmacope 2007, British Nasional Formulary)

k. Triethanolamine

Zat Triethanolamine (TEA)

Sinonim TEA; Tealan; triethylolamine;


trihydroxytriethylamine; tris
(hydroxyethyl)amine; trolaminum.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm
754)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

Rumus molekul C6H15NO3 BM= 149.19

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

Titik lebur 20–210C

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)


Pemerian Jernih, tidak berwarna kuning pucat berwarna kental cair,
memiliki bau aroma

Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

Kelarutan Larut dalam air, aseton, karbon tetraklorida dan methanol. Larut 1
: 24 di benzene, 1 : 63 di etil eter.

Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

Stabilita Dapat berubah coklat pada paparan udara dan cahaya.


Homogenitas dapat dikembalikan dengan pemanasan dan
pencampuran sebelum digunakan. Harus disimpan dalam wadah
kedap udara, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan
kering. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

Inkompabilitas TEA akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk


garam kristal dan ester, juga akan bereaksi dengan tembaga untuk
membentuk garam kompleks perubahan warna dan curah hujan
dapat terjadi di dalam garam logam berat. Produk ini sangat
beracun, menyerupai mustard nitrogen lainnya.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

Keterangan lain Agen pengemulsi dan alkalizing agent.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

Penyimpanan Harus disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari


cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

Kadar penggunaan Zat pengemulsi 2–4%


(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th ed, hlm 754)

IV. DOSIS

Dioleskan sehari 2 – 3 kali (Martindale, hlm 530)


Kadar Clotrimazole 1 %

V. TINJAUAN SEDIAAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai. lstilah ini secara tradisional telah digunakan
untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif
cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk
produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang
dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan
untuk pemberian obat melalui vaginal, (Depkes, 1995).
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke
bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut,
kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk obat
luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat
wasir dan sebagainya, ( Anief, 1993 ).
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (A/M)
dan emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A). Ppengemulsi dapat digunakan
surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Krim tipe A/M digunakan : sabun
monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain-lain. Krim tipe M/A
mudah dicuci, (Anief,1993).
Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi (adanya penambahan salah satu fase secara
berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai pengenceran yang
cocok, yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan
harus digunakan dalam waktu satu bulan, (Syamsuni, 2012).
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim dapat digunakan emulgid, lemak bulu
domba, setasium, setil alcohol, stearil alcohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG
dan sabun, (Syamsuni, 2012).
Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang
digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Stabil
b. Lunak
c. Mudah dipakai
d. Dasar krim yang cocok
e. Terdistribusi merata
Fungsi krim adalah, (Anief, 1993) :
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat
berbahaya.
Cara pembuatan krim yaitu bagian lemak dilebur di atas tangas air kemudian
tambahkan bagian airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu
campuran yang yang berbentuk krim, (Syamsuni, 2012).

VI. SPESIFIKASI SEDIAAN


1. Bentuk sediaan : Krim tipe a/m
2. Warna sediaan : Putih
3. Bau : Bau khas
4. pH sediaan : 4.5 – 6.5
5. Kadar sediaan : 1%
5g
6. Bobot sediaan :
tube
7. Viskositas sediaan: 10.000 – 20.000 cp

VII. PENDEKATAN FORMULA


N Nama Bahan Jumlah Kegunaan
o.
1 Clotimazole b Zat aktif
1%
b
2 Cetaceum b Basis
12.5 %
b
3 Cera alba b Basis
12 %
b
4 Parafin liquid b Basis
56 %
b
5 Natrii tetraborat b Basis
0.5%
b
6 Aquadest b Basis
19 %
b
7 Metil paraben b Pengawet
0.18 %
b
b
8 Propil paraben 0.02 % Pengawet
b
9 Propilenglikol b Pelarut Metil paraben
3%
b
VIII. dan propil paraben
10 TEA b Agen pengemulsi
PE 2%
b
11 BHT b Antioksidan
0.05 %
b
12 Natrium EDTA b Agen pengompleks
0.75 %
b
NIMBANGAN

Dibuat sediaan 5 tube (@ 5 gram) = 25 gram

N Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang


o.
1. Clotimazole 0.3 gram
2. Cetaceum 1.5 gram
3. Cera alba 4.32 gram

4. Parafin liquid 20.16 gram


5. Natrii tetraborat 0.18 gram
6. Aquadest 6.84 gram
IX. PERHIT
7. Metil paraben 0.0648 gram
UN GAN
8. Propil paraben 0.0072 gram
BAHAN
9. Propilenglikol 1.08 gram
10 TEA 0.72 gram
.
11 BHT 0.018 gram
12 Natrium EDTA 0.27 gram
.
Sediaan dibuat 5 tube @ 5 gram = 5 x 5 gram = 25 gram

Total massa krim dilebihkan 5 % = 25 gram + ( 5% x 25 gram)

= 26.25 gram = 30 gram

N Nama Bahan Perhitungan bahan


o.
1. Clotimazole 1g
x 30 g = 0.3 g
100 g
 Basis krim = 30 gram – (0.3 gram) = 29.7 gram
Basis dilebihkan 20% untuk mengantisipasi
kehilangan bahan selama proses pembuatan
 Basis yang ditimbang = 29.7 gram + (20% x 29.7 g)
= 35.64 gram = 36 gram
2. Cetaceum 12.5 g
x 36 g = 4.5 g
100 g

3. Cera alba 12 g
x 36 g = 4.32 g
100 g

4. Parafin liquid 56 g
x 36 g = 20.16 g
100 g
5. Natrii tetraborat 0.5 g
x 36 g = 0.18 g
100 g
6. Aquadest 19 g
x 36 g = 6.84 g
100 g

7. Metil paraben 0.18 g


x 36 g = 0.0648 g
100 g

8. 0.02 g
Propil paraben x 36 g = 0.0072 g
100 g
9. Propilenglikol 3g
x 36 g = 1.08 g
100 g
10 TEA 2g
x 36 g = 0.72 g
100 g
.
11 BHT 0.05 g
x 36 g = 0.018 g
100 g
.
12 Natrium EDTA 0.75 g
x 36 g = 0.27 g
100 g
.
X. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Menyiapkan alat dan bahan
1. Penimbangan dengan menggunakan neraca analitik.
 Menimbang clotrimazole sebanyak 0.3 gram di kertas perkamen.
 Menimbang cetaceum sebanyak 4.5 gram di kertas perkamen.
 Menimbang cera alba sebanyak 4.32 gram di kertas perkamen.
 Menimbang paraffin liquid sebanyak 20.16 gram di cawan penguap.
 Menimbang natrii tetraborat sebanyak 0.18 gram di kertas perkamen.
 Menimbang metil paraben sebanyak 0.0648 gram di kertas perkamen.
 Menimbang propil paraben sebanyak 0.0072 gram di kertas perkamen.
 Menimbang propilen glikol sebanyak 1.08 gram di cawan penguap.
 Menimbang BHT sebanyak 0.018 gram di kertas perkamen.
 Menimbang TEA sebanyak 0.72 gram di cawan penguap.
 Menimbang natrium EDTA sebanyak 0.27 gram di kertas perkamen.
 Mengukur aquadest sebanyak 7 ml di gelas ukur 10 ml.
2. Dipanaskan aquades 500 ml hingga suhu 100 0C (mendidih) dalam beaker
glass di atas hot plate didiamkan selama 5 menit agar bebas CO2, lalu
didinginkan dalam wadah tertutup rapat. (Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th ed, hlm 769)
2. Memanaskan mortir dengan menuangkan air panas yang telah didihkan ke
dalam mortir, kemudian didiamkan hingga mortir menjadi panas lalu air
dibuang dan dikeringkan menggunakan lap.
3. Bahan-bahan larut air dan tahan panas yaitu, natrii tetraborat, TEA, Na.
EDTA, metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan dengan
propilenglikol serta aquadest dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dipanaskan di atas hot plate hingga semua bahan melebur.
4. Bahan-bahan yang tidak larut air (fase minyak) dan tahan panas yaitu,
cetaceum, cera alba, paraffin liquid dean BHT dimasukkan ke dalam cawan
penguap dan dipanaskan di atas hot plate hingga semua bahan melebur.
5. Mencampurkan fase minyak dan fase air di dalam mortir yang telah
dipanaskan, gerus ad homogen sampai terbentuk massa krim (basis krim).
6. Menimbang basis krim sebanyak sebanyak 29.7 gram di kertas perkamen.
7. Memasukkan zat aktif clotrimazole ke dalam mortir dan ditambahkan basis
yang telah ditimbang sedikit demi sedikit, gerus ad homogen.
8.Krim ditimbang di kertas perkamen sebanyak 5 gram, lalu kertas perkamen
digulung menutupi sediaan krim.
9.Memasukkan sediaan krim ke dalam tube, lalu tube ditutup dengan melipat
bagian belakang tube.
10. Sediaan diberi etiket, brosur dan dimasukkan ke dalam kemasan sekunder.
XI. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

N Jenis Evaluasi Prinsip evaluasi Jumla Hasil Syarat


o. h pengama
samp tan
el
Evaluasi Fisika
A 1.Organoleptik Dengan metode
- Warna visual dan Krim Krim
- Bau nonvisual. Untuk berwarna berwarna
(Farmakope warna dengan 1 tube putih dan putih dan
Indonesia V: indera penglihatan, memiliki memiliki
1521) bau dengan indera bau khas. bau khas.
penciuman.
2. pH sediaan
Menggunakan pH pH
(Farmakope
indicator yang 1 tube 6.0 sediaan =
Indonesia V:
sesuai. 4.5 – 6.5
1563)
3. Viskositas Menggunakan
(Farmakope viscometer stormer 1 tub 10.000-
15.000 cp
Indonesia V: e 20.000 cp
1562)
4.Homogenitas Mengambil sedikit 1 tube Partikel
sediaan dan homogen
diletakkan di atas
kaca arloji, Partikel
kemudian diratakan homogen
menggunakan
sudip, diamati
partikel homogen
atau tidak.
Dilakukan triplo.
6. Isi minimum Membersihkan bagian
luar wadah dengan baik
lalu dikeringkan,
menimbang wadah
kosong beserta tutupnya, Antara 4.5 g
5.144
lalu menimbang wadah 1 tube -5g
gram
yang sudah berisi
sediaan dengan tutupnya.
Selisih antara kedua
penimbangan adalah
bobot bersih isi sediaan.
7. Penentuan Menyimpan sedikit
ukuran globul sediaan di objek
glass, diratakan lalu Seragam
ditutup dengan 1 tube Dispensasi
cover glass, diamati
di bawah
mikroskop.
8. Penentuan tipe Mengambil sediaan
krim kemudian
diletakkan pada Tipe
Tidak
kaca arloji dan emulsi
menyebar.
diteteskan 1 tetes a/m
1 Sedian
metilen blue.
botol emulsi
Sediaan diamati
tipe a/m
apakah menyebar
atau tidak.

9. Kebocoran tube Menggunakan 1 tube Dispensasi


metilen blue,
kemudian sediaan Tidak
beserta wadahnya bocor
dimasukkan ke
dalam metilen blue.
10. Uji pelepasan Menggunakan kulit Dispensas
1 tube Dispensasi
zat aktif ular i
11. Stabilitas krim Dispensas
Tidak ditemukan 1 tube Dispensasi
i
Evaluasi Biologi
2. a. Uji efektivitas Menyediakan
pengawet wadah bakteriologi
(Farmakope tertutup steril, Jika sama
Indonesia V, hlm) diinokulasi tiap sekali
1354) wadah dengan satu tidak
inokula baku yang terjadi
telah disiapkan, koagulasi,
diaduk. Volume tidak ada
suspensi inokula 1 tube Dispensasi satupun
yang digunakan dari
antara 0.5% dan cawan
1% dari sediaan. yang
Kadar mikroba yang mengand
uji yang ung
ditambahkan koloni.
sekitar 105 dan 106
koloni/ml
b. Uji batas Uji menggunakan
mikroba mikroba, Candida
100
(Farmakope albicans, E coli,
Indonesia V, hlm Pseudomonas
1 tube Dispensasi koloni
1347) aeruginosa, dan
setelah
Staphylococcus
inkubasi.
aureus tidak boleh
lebih dari lima fase.
Evaluasi Kimia
3. a. Uji kadar Melarutkan 0.300 g
sediaan dengan 80 ml di
(Farmakope anhydrous acetic
Tidak
Indonesia V, hlm acid Menggunakan
kurang
599) 0.3 ml larutan
1 tube Dispensasi dari 0.8%
naphtholbenzein
sebagai indikator, b
b
dititrasi dengan 0.1
M perchloric acid.

b. Identifikasi Tidak
Kromatografi lapis
1 tube Dispensasi ditemuka
tipis desintometer
n

XII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dibuat sediaan krim clotrimazole. Sediaan


yang dibuat adalah krim clotrimazole karena zat aktif (clotrimazole)
dan dosisnya ditujukan untuk pemakaian topical, (Sweetman, 2009).
Tipe krim yang dibuat pada sediaan ini adalah tipe W/O atau air
terdispersi dalam minyak. Formula yang digunakan pada krim yaitu
clotrimazole sebagai zat aktif, salep sejuk sebagai basis krim yang
terdiri dari cetaceum, cera alba, paraffin liquid, natrii tetraborat dan
aquadest, Triethanolamin (TEA) sebagai agen pengemulsi, BHT
sebagai antioksidan, metil paraben dan propil sebagai pengawet,
propilenglikol sebagai pelarut metil paraben dan propil paraben,
serta natrium EDTA sebagai agen pengompleks.
Clotrimazole memiliki efek farmakologi sebagai antifungi pada
penggunaan topikal dengan aktivitas antimikroba yang sama
dengan ketokonazole, (Sweetman, 2009). Mekanisme kerja
clotrimazole setelah dioleskan pada kulit akan menembus epidermis
dan terjadinya penyerapan sistemik pada kulit. Clotrimazole
dimetabolisme di hati menjadi senyawa tidak aktif dan diekskresikan
melalui feses dan urin, (Sweetman, 2009).
Pembuatan krim dibutuhkan agen pengemulsi yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan pada air dan minyak
dimana ia mengelilingi tetesan terdispersi dalam lapisan kuat
mencegah pemisahan dan fase pendispersi, (Parrot, 1971).
Pembuatan sediaan ini digunakan agen pengemulsi yaitu
triethanolamine (TEA). TEA pada pembuatannya dilarutkan bersama
bahan-bahan yang larut dalam air (fase air).
Pembuatan emulsi dibutuhkan peningkat konsistensi
dikarenakan bahan aktif tidak larut dalam air sehingga
memungkinkan terjadi pemisahan pada sediaan. Zat peningkat
konsistensi berfungsi sebagai zat untuk memberikan viskositas
dengan demikian menghambat sedimentasi partikel, (Anonim,
2006). Zat peningkat konsistensi yang digunakan yaitu cetaceum
dan cera alba. Cetaceum dan cera alba dilarutkan bersama bahan-
bahan yang larut dalam fase minyak.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembuatan krim ini
yaitu, penggunaan air di dalam sediaan dapat menimbulkan pertumbuhan
mikroorganisme karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Selain itu sediaan krim ini merupakan sediaan multiple dose
sehingga rentan terkontaminasi mikroorganisme, oleh karena itu ditambahkan
pengawet metil paraben 0.18 % dan propil paraben 0.02 % ke dalam pembuatan
sediaan. Kedua pengawet ini digunakan secara bersama agar terjadi efek sinergis
dengan menggunakan kombinasi paraben sebagai pengawet antimikroba. Metil
paraben dan propil paraben sukar larut dalam air oleh karena itu, dilarutkan di
propilenglikol, (Rowe, 2009).
Sediaan krim jika terlalu lama kontak dengan udara dapat menyebabkan bau
tengik karena mengandung zat berfase minyak, sehingga dapat mengurangi
akseptabilitas pada pasien. Ditambahkan antioksidan yaitu BHT 0.05% untuk
mencegah terjadinya bau tengik pada sediaan krim.
Pembuatan bobot basis krim dilebihkan 20% untuk menghidari
terjadinya kekurangan total pada sediaan. Pada proses pembuatan
dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti saat
mencampurkan bahan-bahan di mortir, kemungkinan ada bahan
yang keluar dari mortir atau tumpah sehingga dapat mengurangi
total jumlah pada sediaan. Dilebihkan 5% per tube untuk menghindari
terjadinya kekurangan bobot sediaan dalam tube.
Pembuatan krim dilakukan dengan metode triturasi. Pembuatan
diawali dengan memanaskan mortir terlebih dahulu, kemudian
dilakukan pencampuran bahan. Bahan-bahan yang larut air dan
tahan panas dilarutkan bersama di cawan penguap kemudian
dipanaskan di atas hot plate. Bahan-bahan yang tidak larut air (fase
minyak) dan tahan panas dilarutkan di cawan penguap yang
berbeda kemudian dipanaskan di atas hot plate. Bahan-bahan yang
telah dipanaskan dimasukkan ke dalam mortir secara bersamaan,
gerus kuat ad homogen sampai terbentuk massa krim.
Basis yang telah terbentuk kemudian ditimbang sesuai yang
dibutuhkan. Zat aktif yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam
mortir dan ditambahkan basis sedikit demi sedikit, gerus ad
homogen. Ditimbang kembali sediaan sebanyak 5 gram untuk satu
tube di kertas perkamen. Dimasukkan sediaan ke dalam tube
dengan cara menggulung kertas perkamen sampai menutupi sediaan krim lalu
tube ditutup kembali dengan melipat bagian belakang tube.
Sediaan krim disimpan pada tube logam. Penggunaan tube
logam bertujuan untuk mencegah rusaknya zat aktif clotrimazole
apabila terkena cahaya matahari karena clotrimazole tidak stabil
apabila terkena cahaya matahari, (Stationery Office, 2007).
Penyimpanan harus terhindar dari cahaya dan pada suhu ruang.
Dilakukan uji evaluasi setelah sediaan dibuat. Pertama, dilakukan
evaluasi fisika yaitu organoleptik, terdiri dari bau dan warna,.
Evaluasi ini dilakukan secara fisik menggunakan indra penciuman
dan penglihatan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan krim
clotimazole memiliki bau khas, dan berwarna putih.
Kedua, pengukuran pH sediaan dilakukan setelah sediaan selesai
dibuat. Dimulai dengan memasukkan indikator pH ke dalam sediaan,
setelah itu dicek sesuai dengan spesifikasi sediaan yaitu pH berada
di 4.5 – 6.5. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan memiliki pH
6.0.
Ketiga, melakukan uji viskositas sediaan krim. Uji viskositas ini
dilakukan menggunakan viskometer stormer dengan cara mengisi
sediaan krim ke tempat yang telah disediakan sampai penuh
(sesuaikan jumlah bahan dengan no spindel). Tempat yang
digunakan adalah pot salep. Memilih spindel yang sesuai dengan
kekentalan sedian dan pasang (hati-hati), turunkan hingga spindel
tercelup ke dalam bahan sampai tanda batas. Spindel yang
digunakan saat praktikum yaitu nomor 2. Viskositas sediaan yang
didapat sebesar 15.000 cp. Viskositas yang didapat sesuai dengan
syarat spesifikasi, karena pada spesifikasi sediaan krim memiliki
viskositas sekitar 10.000 cp – 20.000 cp.

Keempat, dilakukan uji isi minimum.dengan cara menimbang


terlebih dahulu tube kosong yang akan diisikan sediaan krim.
Dicatat hasil penimbangan tube kosong. Sediaan yang telah
dimasukkan ke dalam tube, kemudian ditimbang kembali. Dicatat
hasil penimbangan tube yang telah berisi sediaan krim. Isi minimum
merupakan selisih hasil penimbangan tube yang berisi sediaan dan
hasil penimbangan tube kosong. Isi minimum sediaan krim yang ada
di tube yaitu 5.144 gram, hasil evaluasi ini sesuai dengan syarat
spesifikasi karena syarat isi minimum yaitu 4.5 gram – 5 gram.
Kelima, dilakukan uji homogenitas dengan cara memipet sediaan
kemudian diteteskan pada kaca arloji, lalu diratakan dengan sudip
dan diamati kehomogenan partikel sediaan. Dilakukan sebanyak tiga
kali. Hasil evaluasi didapat bahwa sediaan krim homogen, partikel
dari sediaan memiliki ukuran seragam.
Keenam dilakukan uji penentuan tipe krim dengan cara
meneteskan 1 tetes sedian di atas kaca arloji, kemudian diratakan
dengan sudip. Diteteskan 1 tetes metilen blue ke sediaam tersebut
dan diamati apakah sediaan tipe o/w atau w/o. Tipe emulsi sediaan
ini yaitu w/o karena basis yang digunakan adalah cold cream.
XIII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai
berikut

N Nama Bahan Jumlah Kegunaan


o.
1 Clotimazole b Zat aktif
1%
b
2 Cetaceum b Basis
12.5 %
b
3 Cera alba b Basis
12 %
b
4 Parafin liquid b Basis
56 %
b
5 Natrii tetraborat b Basis
0.5%
b
6 Aquadest b Basis
19 %
b
7 Metil paraben b Pengawet
0.18 %
b
b
8 Propil paraben 0.02 % Pengawet
b
9 Propilenglikol b Pelarut Metil paraben
3%
b
dan propil paraben
10 TEA b Agen pengemulsi
2%
b
11 BHT b Antioksidan
0.05 %
b
12 Natrium EDTA b Agen pengompleks
0.75 %
b
Berdasarkan evaluasi fisika yang telah dilakukan, sediaan
krim clotrimazole memenuhi syarat uji organoleptik, pH, viskositas,
isi minimum, penentuan tipe krim dan homogenitas.

XIV. DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1993. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta,

Anonim. 2006. Excipient Development for Pharmaceutical,


Biotechnology, and
Drug Delivery System. US: CRC Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope


Indonesia edisi IV.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope


Indonesia edisi V.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Lawrence. 2007. United Stated Pharmacopeial NF. US: United States.


Oputu, Arifin., dkk. 2013. Farmasetika Dasar. Universitas Sumatra Utara.

Parrot, Eugene L. 1971. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company:

Lowa

Rowe Raymond C, Paul J Sheskey, dan Marian E Quinn.2009.


Handbook of
Pharmaceutical excipient 6th. USA: Pharmaceutical Press.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug
Reference 36th ed.
London: The Pharmaceutical Press
Syamsuni, H.A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
The stationery Office. 2007. British Pharmacopoeia 2007. London: The stationery
Office.

XV. LAMPIRAN

- Kemasan Sekunder :
- Etiket :

- Brosur :

Anda mungkin juga menyukai