Anda di halaman 1dari 10

Tanggal Praktikum Sabtu, 2/11/2019

Tanggal Masuk Jumat, 7/11/2019 Paraf :


Tanggal Pengembalian Revisi 11/2019 Paraf :
Tanggal ACC + Nilai 11/2019 Paraf :

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA


“EMULSIFIKASI”

Disusun oleh :
TRANSFER A
Kelompok 4 (Empat)

FENY ALVIANTY (19018005)


IRMA BERMIAN SIHOTANG (19018028)
ANNI (19018018)
APRILIA HUSAIN (19018021)
MARDAYANI NOVITASARI (19018027)
SRIYULAN MOKOGINTA (19018024)
GRACIA CINDI GLORIA (19018002)
IKA FITRIAH YAHYA (19018015)
PERONIKA KONDO (1501140)

LABORATORIUM FARMASETIKA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2019
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mortir,
timbangan analitik, batang pengaduk, sendok tanduk, tabung reaksi, kaca
arloji, hot plate, mikroskop, cawan porselen, kaca objek dan preparat.

III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
aquadest, asam stearate, gliserin, nipagin, TEA, sudan III dan alkohol.

III.2 Cara kerja

III.2.1 Pembuatan Emulsi

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Semua bahan ditimbang sesuai formula.
3. Bahan fase air dan fase minyak di pisahkan.
4. Bahan fase minyak yaitu asam stearate dileburkan dengan sedikit
aquadest lalu fase air dipanaskan.
5. Dimasukan fase minyak lalu ditambahkan fase air dan gerus
homogen sampai terbentuk korpus emulsi.
6. Emulsi yang terbentuk disimpan pada wadah.

III.2.2 Penentuan Tipe Emulsi


Uji Kelarutan Zat Warna
 Alat dan bahan disiapkan.
 Sampel diletakkan diatas kaca arloji lalu diteteskan sudan III.
 Amati perubahan yang terjadi.
Uji Pengenceran
 Alat dan bahan disiapkan.
 Sampel dimasukan kedalam tabung reaksi.
 Sampel diencerkan dengan aquadest secukupnya.
 Amati perubahan yang terjadi.
Uji Percobaan Fenomena Ketidakstabilan Emulsi
 Alat dan bahan disiapkan.
 Emulsi yang telah dibuat di pindahkan kedalam wadah untuk
diamati
 Uji kestabilan emulsi dilakukan dengan penambahan alkohol
dan proses pemanasan
 Amati perubahan yang terjadi.
BAB IV
DATA PENGAMATAN

Formula

Asam stearat 2,07 g


Gliserin 1,46 g
TEA 0,143 g
Metil Paraben 0,01 g
Aquadest 7,4 mL

No. Evaluasi Hasil Kesimpulan


1. Organoleptik
Warna Putih
Bau Tidak Berbau
2. Tipe Emulsi
Kelarutan Warna Larut dalam Metilen Blue M/A
Pengenceran Larut dalam Air M/A
3. Mikroskop Agregat M/A
4. Ketidakstabilan
Alkohol Agregat Tidak stabil
Pemanasan Creaming Tidak stabil

PEMBAHASAN
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang
mengandung 2 cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi
secara seragam sebagai globul (Scoville’s, 1957). Berdasarkan jenisnya
emulsi terbagi menjadi empat macam yaitu emulsi minyak dalam air (M/A),
emulsi air dalam minyak (A/M), emulsi minyak dalam air dalam minyak
(M/A/M), dan emulsi air dalam minyak dalam air (A/M/A). Pada emulsi air
dalam minyak (A/M) fase minyak bertindak sebagai fase kontinu dan fase
air sebagai fase terdsipersi. Emulsi minyak dalam air (M/A) fase minyak
bertindak sebagai fase terdispersi sedangkan fase air sebagai
pendispersi. Emulsi tipe air dalam minyak dalam air (A/M/A) dibuat
dengan mendispersikan emulsi A/M dengan air. Sedangkan emulsi tipe
minyak dalam air dalam minyak (M/A/M) dibuat dengan mendispersikan
emulsi M/A dengan minyak (Rahman, 2018).
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan seorang
farmasis dapat membuat suatu sediaan yang stabil dan rata dari dua
cairan yang tidak dapat bercampur, memecah fase dalam menjadi
tetesan-tetesan dan menstabilkan tetesan tersebut dalam fase pendispersi
dan ditujukan untuk pemberian obat yang memiliki rasa lebih enak pada
sediaan oral.
Dalam membuat suatu emulsi diperlukan emulgator. Emulgator
berfungsi sebagai bahan pengemulsi untuk menstabilkan sediaan emulsi.
Stabilitas emulsi merupakan keseimbangan antara gaya tarik-menarik dan
gaya tolak-menolak yang terjadi antar partikel dalam sistem emulsi. Jika
kedua gaya tersebut dipertahankan tetap seimbang, maka partikel-partikel
dalam sistem emulsi akan dapat dipertahankan untuk tidak bergabung.
Mekanisme kerja dari surfaktan untuk menstabilkan emulsi yaitu dengan
menurunkan tegangan permukaan dan membentuk lapisan pelindung
yang menyelimuti globula fase terdispersi sehingga senyawa yang tidak
larut akan lebih mudah terdispersi dalam sistem dan menjadi stabil. Gugus
hidrofilik dan lipofilik yang dimiliki surfaktan dapat membentuk lapisan film
pada bagian antarmuka dua cairan yang berbeda fase. Adanya dua gugus
tersebut pada emulsifier memungkinkan emulsifier membentuk selaput
tipis atau disebut juga dengan lapisan film, disekeliling globula-globula
fase terdispersi dan bagian luarnya berikatan dengan medium pendispersi
(Suryani et al., 2000). Pembentukan film tersebut mengakibatkan turunnya
tegangan permukaan kedua cairan yang berbeda fase tersebut sehingga
mengakibatkan turunnya tegangan antarmuka. Emulgator yang digunakan
pada praktikum ini adalah asam stearat dan trietaolamin (TEA). Emulgator
asam stearat digunakan sebagai komponen pembentuk massa dan
meningkatkan konsistensi krim dan trietanolamin digunakan sebagai
kombinasi emulgator karena akan membentuk suatu emulsi M/A yang
sangat stabil apabila dikombinasikan dengan asam lemak bebas (Nabiela,
2013).
Pada pembuatan emulsi dilakukan proses pengadukan yang kuat
dan konstan. Hal ini bertujuan memperkecil ukuran partikel-partikel dari
fase minyak dan air. Sehingga memudahkan partikel-partikel tersebut
terdispersi dalam fase kontinuenya.
Setelah membuat sediaan emulsi dilakukan pengamatan pada
sediaan secara mikroskopik. Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan
dengan tujuan untuk melihat tingkat kehomogenan dari sediaan emulsi
yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran droplet maka semakin homogen
emulsi yang dihasilkan. Adanya perbedaan ukuran partikel dalam
pengamatan mikroskopik ini menunjukkan ciri dari ketidakstabilan emulsi.
Hasil dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan droplet yang
dihasilkan tidak seragam, hal ini disebabkan karena pada proses
pembuatan emulsi tidak menghasilkan sediaan yang homogen, sehingga
droplet yang dihasilkan juga tidak seragam. Keseragaman droplet sangat
diperlukan karena akan berpengaruh terhadap dosis pemerian.
Gambar 1. Pengamatan mikroskopik

Pada praktikum ini, dilakukan uji penentuan tipe emulsi yakni uji
penetrasi warna dan uji pengenceran. Percobaan uji penetrasi warna
sampel dimasukkan pada kaca arloji kemudian diteteskan pewarna
metilen blue. Pada percobaan ini diperoleh hasil pewarna metilen blue
larut dengan emulsi yang menghasilkan warna biru. Dari pengujian ini
dapat disimpulkan bahwa emulsi yang dibuat merupakan tipe minyak
dalam air (M/A).

Gambar 2. Pengujian tipe emulsi dengan kelarutan warna


Percobaan penentuan tipe emulsi selanjutnya ialah dengan
melakukan uji pengenceran. Dimana emulsi yang dibuat dimasukkan
dalam beaker glass kemudian diencerkan dengan aquadest sedikit demi
sedikit. Pada pengujian ini diperoleh hasil emulsi larut dalam air.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa emulsi yang
dibuat memiliki tipe minyak dalam air (M/A). Menurut (Suryani et al., 2000)
setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase eksternalnya. Dengan prinsip
itu emulsi tipe minyak dalam air (M/A) dapat diencerkan dengan aquadest.
Bila tipe emulsi air dalam minyak (A/M) bila diencerkan dengan aquadest
tidak dapat bercampur.

Gambar 3. Penentuan tipe emulsi dengan cara pengenceran

Uji kestabilan emulsi dilakukan dengan dua cara, yakni pengujian


emulsi dengan penambahan alkohol serta pengujian emulsi dengan
penambahan aquadest yang kemudian dipanaskan. Pengujian emulsi
dengan penambahan alkohol termasuk uji kestabilan kimia. Penambahan
alkohol dapat menyebabkan emulsi dengan hidrofilik mengalami
pengendapan. Pada pengujian emulsi dengan penambahan alkohol
diperoleh hasil sediaan emulsi yang membentuk agregat atau kumpulan
globul-globul kecil (flokulasi). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan
emulsi yang dibuat tidak stabil.
Gambar 4. Uji stabilitas emulsi dengan penambahan alkohol

Selanjutnya pengujian stabilitas emulsi dilakukan dengan cara emulsi


dimasukkan dalam cawan porselen kemudian ditambah aquadest lalu
kemudian dipanaskan diatas hot plate. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kestabilan emulsi pada suhu tinggi. Dalam percobaan ini diperoleh fase
minyak dan air terpisah dimana terdapat gumpalan pada emulsi yang diuji.
Semakin tinggi temperatur maka emulsi semakin tidak stabil sehingga
sejumlah air dan minyak terpisah (Suryani et al., 2000).

Gambar 5. Uji stabilitas emulsi dengan cara dipanaskan


DAFTAR PUSTAKA

Jenkins, Glenn L. 1957. Scoville’s the Art of Compounding Nineth edition,


The McGraw-Hill Book Company, Inc: USA
Nabiela, W. 2013. Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa L.). Skripsi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Rahman, H. 2018. Pembuatan Emulsi Minyak Sawit Merah yang
Mengandung Ekstrak Etanol Buah Ara (Ficus racemose L.). Skripsi:
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Suryani, A.,E. Hambali., I. Sailah dan M. Rivai. 2000. Teknologi Emulsi.
Jurusan Teknologi Industri-FATETA-IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai