Disusun oleh :
TRANSFER A
Kelompok 4 (Empat)
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah mortir,
timbangan analitik, batang pengaduk, sendok tanduk, tabung reaksi, kaca
arloji, hot plate, mikroskop, cawan porselen, kaca objek dan preparat.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
aquadest, asam stearate, gliserin, nipagin, TEA, sudan III dan alkohol.
Formula
PEMBAHASAN
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang
mengandung 2 cairan yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi
secara seragam sebagai globul (Scoville’s, 1957). Berdasarkan jenisnya
emulsi terbagi menjadi empat macam yaitu emulsi minyak dalam air (M/A),
emulsi air dalam minyak (A/M), emulsi minyak dalam air dalam minyak
(M/A/M), dan emulsi air dalam minyak dalam air (A/M/A). Pada emulsi air
dalam minyak (A/M) fase minyak bertindak sebagai fase kontinu dan fase
air sebagai fase terdsipersi. Emulsi minyak dalam air (M/A) fase minyak
bertindak sebagai fase terdispersi sedangkan fase air sebagai
pendispersi. Emulsi tipe air dalam minyak dalam air (A/M/A) dibuat
dengan mendispersikan emulsi A/M dengan air. Sedangkan emulsi tipe
minyak dalam air dalam minyak (M/A/M) dibuat dengan mendispersikan
emulsi M/A dengan minyak (Rahman, 2018).
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan seorang
farmasis dapat membuat suatu sediaan yang stabil dan rata dari dua
cairan yang tidak dapat bercampur, memecah fase dalam menjadi
tetesan-tetesan dan menstabilkan tetesan tersebut dalam fase pendispersi
dan ditujukan untuk pemberian obat yang memiliki rasa lebih enak pada
sediaan oral.
Dalam membuat suatu emulsi diperlukan emulgator. Emulgator
berfungsi sebagai bahan pengemulsi untuk menstabilkan sediaan emulsi.
Stabilitas emulsi merupakan keseimbangan antara gaya tarik-menarik dan
gaya tolak-menolak yang terjadi antar partikel dalam sistem emulsi. Jika
kedua gaya tersebut dipertahankan tetap seimbang, maka partikel-partikel
dalam sistem emulsi akan dapat dipertahankan untuk tidak bergabung.
Mekanisme kerja dari surfaktan untuk menstabilkan emulsi yaitu dengan
menurunkan tegangan permukaan dan membentuk lapisan pelindung
yang menyelimuti globula fase terdispersi sehingga senyawa yang tidak
larut akan lebih mudah terdispersi dalam sistem dan menjadi stabil. Gugus
hidrofilik dan lipofilik yang dimiliki surfaktan dapat membentuk lapisan film
pada bagian antarmuka dua cairan yang berbeda fase. Adanya dua gugus
tersebut pada emulsifier memungkinkan emulsifier membentuk selaput
tipis atau disebut juga dengan lapisan film, disekeliling globula-globula
fase terdispersi dan bagian luarnya berikatan dengan medium pendispersi
(Suryani et al., 2000). Pembentukan film tersebut mengakibatkan turunnya
tegangan permukaan kedua cairan yang berbeda fase tersebut sehingga
mengakibatkan turunnya tegangan antarmuka. Emulgator yang digunakan
pada praktikum ini adalah asam stearat dan trietaolamin (TEA). Emulgator
asam stearat digunakan sebagai komponen pembentuk massa dan
meningkatkan konsistensi krim dan trietanolamin digunakan sebagai
kombinasi emulgator karena akan membentuk suatu emulsi M/A yang
sangat stabil apabila dikombinasikan dengan asam lemak bebas (Nabiela,
2013).
Pada pembuatan emulsi dilakukan proses pengadukan yang kuat
dan konstan. Hal ini bertujuan memperkecil ukuran partikel-partikel dari
fase minyak dan air. Sehingga memudahkan partikel-partikel tersebut
terdispersi dalam fase kontinuenya.
Setelah membuat sediaan emulsi dilakukan pengamatan pada
sediaan secara mikroskopik. Pemeriksaan secara mikroskopis dilakukan
dengan tujuan untuk melihat tingkat kehomogenan dari sediaan emulsi
yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran droplet maka semakin homogen
emulsi yang dihasilkan. Adanya perbedaan ukuran partikel dalam
pengamatan mikroskopik ini menunjukkan ciri dari ketidakstabilan emulsi.
Hasil dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan droplet yang
dihasilkan tidak seragam, hal ini disebabkan karena pada proses
pembuatan emulsi tidak menghasilkan sediaan yang homogen, sehingga
droplet yang dihasilkan juga tidak seragam. Keseragaman droplet sangat
diperlukan karena akan berpengaruh terhadap dosis pemerian.
Gambar 1. Pengamatan mikroskopik
Pada praktikum ini, dilakukan uji penentuan tipe emulsi yakni uji
penetrasi warna dan uji pengenceran. Percobaan uji penetrasi warna
sampel dimasukkan pada kaca arloji kemudian diteteskan pewarna
metilen blue. Pada percobaan ini diperoleh hasil pewarna metilen blue
larut dengan emulsi yang menghasilkan warna biru. Dari pengujian ini
dapat disimpulkan bahwa emulsi yang dibuat merupakan tipe minyak
dalam air (M/A).