FARMASI FISIK
KELARUTAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah dengan ini dapat tersusun hingga selesai.
Kami mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh teman yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak. Terlebih
terhadap Dosen pengampu mata kuliah farmasi fisik “ARFANSYAH PUTRA
ARIFIEN, M.Farm., Apt.” yang dengan penuh sabar membimbing kami dalam
mengerjakan makalah dengan tema “kelarutan”. Atas keperduliannya serta
bimbingannya kami mengucapkan banyak kata terimakasih kiranya makalah ini dapat
menjadi sumber pembelajaran kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan.
Bila dalam menyampaikan makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan
bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf yang setulusnya.
Hormat Kami
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
1
III. PROSEDUR
b. Penentuan Kelarutan
1. Ke dalam Erlenmeyer 50 mL diisi pelarut sebanyak 25,0 mL (terdapat 4 jenis pelarut
yag harus dipersiap kan yaitu : (aquadest: PPG 5% : gliserin 0%); (aquadest: PPG
5% : gliserin 2,5%); (aquadest: PPG 5% : gliserin 5%); (aquadest: PPG 5% : gliserin
7,5%). (masing- masing erlenmeyer diberi label).
2. Gelas Erlenmeyer yang berisi pelarut ditempatkan pada waterbath shaker yang telah
dilengkapi dengan penangas air pada suhu konstan (370 ± 0,50 C) hingga pelarut
tercampur homogen.
3. Timbang parasetamol ± 1,5 gram (sebanyak 4 kali) kemudian dimasukkan ke dalam
masing-masing Erlenmeyer yang telah berisi pelarut.
4. Dikocok pada kecepatan dan suhu konstan sampai diperoleh larutan parasetamol
jenuh (sebelumnya dilakukan orientasi waktu tercapainya kelarutan jenuh
Parasetamol dengan menggunakan pelarut air).
5. Setelah tercapai kesetimbangan larutan jenuh, pengocokan dihentikan dan didiamkan
selama 5 menit.
6. Diambil larutan bagian atas dengan semprit injeksi sebanyak ± 3 mL lalu filter holder
yang telah dilengkapi dengan membran filter 0,45 µm dipasang semprit injeksi
ditekan dan larutan ditampung ke dalam tabung reaksi.
7. Larutan tersebut dipipet sebanyak 10 µL, dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 mL
dan diencerkan secara kuantitatif.
8. Ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 244
nm
9. Ditentukan kadar parasetamol dengan menggunakan kurva baku yang sudah diukur.
2
IV. DATA HASIL PENGAMATAN
a. Pengukuran absorban larutan baku parasetamol
• λ max = 244 nm
Kurva Baku Parasetamol
Kadar (ppm) Absorban
3,152 0,212
7,876 0,567
10,214 0,792
13,897 0,912
22,196 1,314
Persamaan Garis : y = bx + a
r = 0,9051
a = 0,11365
b = 0,05631
0,6
0,4
0,2
0
-0,2 0 1 2 3 4 5 6 7
Kadar (ppm)
3
b. Pengukuran Absorban Parasetamol pada berbagai kadar pelarut (37,0 ± 0,50 C)
Pelarut 1
0
• Gliserin 0% = 100 × 25 = 0
5
• Propilen Glikol 5% = 100 × 25 = 1,25
= 1,25 × 𝐵𝑗 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑖𝑙𝑒𝑛
= 1,25 × 1,04 g/mL
= 1.3 gram
• Aquades ad 25 ml = 25 – (1.3 + 0)
= 23,7 mL
4
Pelarut 2
25
• Gliserin 2,5% = 100 × 25 = 0,625
= 0,625 × 𝐵𝑗 𝐺𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛
= 0,625 × 1,26 g/mL
= 0, 7875 gram
5
• Propilen Glikol 5% = 100 × 25 = 1,25
= 1,25 × 𝐵𝑗 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑖𝑙𝑒𝑛
= 1,25 × 1,04 g/mL
= 1,3 gram
Pelarut 3
5
• Gliserin 5% = 100 × 25 = 1,25
= 1,25 × 𝐵𝑗 𝐺𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛
= 1,25 × 1,26 g/mL
= 1,575 gram
5
• Propilen Glikol 5% = 100 × 25 = 1,25
= 1,25 × 𝐵𝑗 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑖𝑙𝑒𝑛
= 1,25 × 1,04 g/mL
= 1,3 gram
Pelarut 4
7,5
• Gliserin 7,5% = 100 × 25 = 1,875
= 1,875 × 𝐵𝑗 𝐺𝑙𝑖𝑠𝑒𝑟𝑖𝑛
= 1,875 × 1,26 g/mL
= 2,3625 gram
5
• Propilen Glikol 5% = 100 × 25 = 1,25
= 1,25 × 𝐵𝑗 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑖𝑙𝑒𝑛
= 1,25 × 1,04 g/mL
= 1,3 gram
5
Perhitungan Plasebo
5
• Aquades + PPG 5 % ad 150 mL = 100 × 150 = 7,5
= 7,5 × 𝐵𝑗 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑖𝑙𝑒𝑛
= 7,5 × 1,04 g/mL
= 7,8 mL
6
c. Perhitungan kadar parasetamol terlarut, kadar x pengenceran dan % terlarut :
Kadar (ppm)
1. Gliserin 0%
y = a + bx
1,690 = 0.1136 + 0,0563x
0,0563x = 1,690 – 0,1136
1,5764
x = 0,0563
= 28 mg/L
2. Gliserin 2,5%
y = a + bx
1,684 = 0,1136 + 0.0563x
0,0563x = 1,684 – 0,1136
1,5704
x = 0,0563
= 27,8934 mg/L
3. Gliserin 5%
y = a + bx
1,945 = 0,1136 + 0,0563x
0,0563x = 1,945 – 0,1136
1,8314
x = 0,0563
= 32,5893 mg/L
4. Gliserin 7,5%
y = a + bx
1,654 = 0,1136 + 0,0563x
0,0563x = 1,654 – 0,1136
1,5404
x = 0,0563
7
Kadar x Pengenceran
1. Gliserin 0% = Kadar (ppm) × 25000
= 28 mg/L × 25000
= 700000 mg/L
= 700 g/mL
8
Kelarutan (% b/v)
𝑏 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑟𝑎𝑚 700 𝑔𝑟𝑎𝑚
1. Gliserin 0% =%𝑣 = =
𝑚𝑙 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 100 𝑚𝑙
𝑏
= 7% 𝑣
9
d. Buat kurva hubungan pengaruh kadar gliserin terhadap kelarutan parasetamol :
8%
7%
7%
7%
7%
7%
27 28 29 30 31 32 33
KADAR (PPM)
10
VI. PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan adalah
kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga
yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam
konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas
maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan.
Larutan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya.
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kuantitatif sebagai interaksi spontan dari
dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Menurut U.S pharmacopeia dan
Nasional formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut / gram zat
terlarut. Proses kelarutan diatur oleh tiga factor. Faktor pertama adalah gaya kohesi zat terlarut.
Faktor kedua adalah gaya kohesi pelarut dan yang ketiga adalah hasil interaksi antara zat terlarut
yang terdisolusi.
Pada Praktikum kali ini, kami akan melihat pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.
Kelarutan zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah paracetamol pada pelarut campur yakni,
aquades, PPG, dan Gliserin.
Pada praktikum farmasi fisika kelompok 5 dengan menggunakan sampel parasetamol
dengan empat pelarut. pada pelarut pertama menggunakan Aquades 70%, PPG 5%, dan Gliserin
0%. Didapatkan nilai absorban 1,690. Kemudian untuk kadar ppm diperoleh 28 mg/L. dari data
tersebut diperoleh hasil bahwa parasetamol dapat larut dalam 700g/mL. Untuk pelarut kedua,
menggunakan Aquades 70%, PPG 5%, dan Gliserin 2,5%. Didapatkan nilai absorban 1,684.
Kemudian untuk kadar ppm diperoleh 27,8934 mg/L. dari data tersebut diperoleh hasil bahwa
parasetamol dapat larut dalam 697,335 g/mL. selanjutnya untuk pelaurt ketiga menggunakan
Aquades 70%, PPG 5%, dan Gliserin 5%. Didapatkan nilai absorban 1,945. Kadar ppm 32,5293
mg/L. dari data tersebut diperoleh hasil bahwa parasetamol dapat larut dalam 813,2325 g/mL.
sedangkan pelarut keempat menggunakan Aquades 70%, PPG 5%, Gliserin 7,5%. Didapatkan nilai
absorban 1,654. Kadar ppm 27,3605 g/mL. dari data tersebut diperoleh hasil bahwa parasetamol
larut dalam 684,0125 g/mL.
Dari keempat pelarut tersebut yang memiliki nilai absorban tinggi yaitu pelarut ke 3 dengan
nilai absorban 1,945 . hal itu bisa disebabkan karena bannyaknya kadar zat yang masih terkandung
dalam satu sampel maka semakin banyak molekul yang akan meyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi semakin besar.
Berdasarkan kurva baku yang diperoleh persamaan regresi linear yaitu y = 0,0025x + 0,0008
dengan nilai r adalah 1. Nilai koefisien yang didapat 1 sehingga kada gliserin terhadap sampel
memberikan nilai liniearitas yang baik dan terdapat hubungan yang lurus antara konsentrasi dengan
absorbansi, dimana semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula absorbansi yang diperoleh.
Dan semakin tinggi kadar semakin tinggi persen terlarut.
11
VII. KESIMPULAN
Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu, suhu, jenis pelarut, dan terlarut, serta zat
penambah kelarutan, dan volume pelarut. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan bahan obat parasetamol .
Dari hasil praktikum yang telah kelompok kami lakukan yaitu kelarutan antara parasetamol
dan aquades, PPG, dan Gliserin.hasil yang kami miliki pada pelarut Gliserin tidak sesuai teoritis,
yang seharusnya absroban Gliserin 5% lebih rendah daripada Gliserin 7,5%, namun data yang kami
dapatkan absorban dengan Gliserin 5% lebih tinggi daripada gliserin 7,5% hal ini dapat
disimpulkan bahwa pelarut yang memiliki nilai absorban tinggi karena tinggi nya kadar zat yang
masih terkandung dalam larutan yang mengakibatkan nilai absorbansi juga besar. Hal ini merupakan
tujuan praktikum kali ini untuk mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan bahan obat
parasetamol.
Catur, Farah, dkk, 2019. Uji Kelarutan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Yanlinastuti, & Fatimah, S. (2016). Pengaruh Konsentrasi Pelarut Untuk Menentukan Kadar
Zirkonium Dalam Paduan U-Zr DenganMenggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis.
Badan Tenaga Nuklir Nasional, 17, 22–33.
12
IX. LAMPIRAN
13
Pelarut 3 (Aquades, PPG 5%, Gliserin 5%)
Pelarut 1,2,3,4
14
Menimbang Parasetamol
1 2 3 4
15
Hasil Absorban dari Spektrofotometer UV-Vis
Pelarut 3 Pelarut 4
16