MODUL 8
TITRASI NITRIMETRI
II. Prinsip
III. Reaksi
(Kar, 2005).
IV. Teori Dasar
Analisis adalah suatu bidang ilmu yang membahas mengenai suatu zat
atau senyawa yang berada dalam suatu sampel (analit). Analisis terdiri dari
serangkaian proses seperti mengurai, membedakan, dan memilih sesuatu
untuk dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu dan kemudian dicari
kaitannya, lalu ditafsirkan maknanya (Day dan Underwood, 1986).
Metode titrasi ini didasarkan pada reaksi diazotasi, yaitu reaksi antara
amina primer dengan asam nitrit yang menghasilkan garam diazonium
(Azizah et al, 2015).
Hal lain yang harus diperhatikan dalam titrasi nitrimetri ini yaitu
kecepatan reaksi. Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi berjalan
agak lambat, titrasi sebaiknya dilakukan secara perlahan-lahan, dan reaksi
diazotasi dapat dikatalis dengan penambahan natrium dan kalium bromida
sebagai katalisator (Wunas, 2003).
Pada titrasi ini untuk menentukan titik akhir titrasi dapat digunakan
beberapa macam indikator. Pertama, indikator luar digunakan pasta/kertas
kanji-iodida. Dimana pada saat larutan sampel digoreskan pada pasta/kertas
kanji-iodida akan menimbulkan warna biru. Hal tersebut dapat terjadi karena
adanya kelebihan asam nitrit yang akan mengoksidasi iodida menjadi iodium
dan dengan adanya amilum/kanji maka akan timbul reaksi antara amilum dan
dengan iodium menghasilkan warna biru. Indikator dalam yang digunakan
berupa campuran senyawa tropeolin-OO dengan metilen blue (Anggresani et
al, 2018).
Analit pada praktikum ini digunakan paracetamol. Parasetamol
memiliki rumus kimia C8H9NO2, dan berat molekul 151,16. Parasetamol
memiliki pemerian berupa serbuk hablur berwarna putih yang tidak berbau
dan memiliki rasa yang sedikit pahit. Parasetamol larut dalam air mendidih
dan dalam natrium hidroksida 1 N, serta mudah larut dalam etanol.
Parasetamol memiliki khasiat sebagai analgetikum dan anipiretik. Parasetamol
sebaiknya disimpan didalam wadah tertutup rapat (Kemenkes RI, 2020).
5.1 Alat
1. Bulb
2. Buret
3. Corong Kaca
4. Gelas Beaker
5. Hot Plate
6. Kaca Arloji
7. Kapas
8. Klem dan Statif
9. Kertas Perkamen
16. Spatel
17. Termometer
5.2 Bahan
a. Aquades
b. Asam hidroklorida (HCl)
c. Kalium Bromida (KBr)
d. Kalium Iodida (KI)
e. Kanji
f. Natrium nitrit (NaNO2)
g. Parasetamol
h. Sulfanilamid
i. Zink Klorida
VI. Prosedur
Indikator dalam :
Indikator luar :
Rata-Rata =
10,37 mL
1 20 mL 10,9 19 8,1
2 20 mL 19 27 8
3 20 mL 27 35 8
Rata-Rata =
8,03 mL
VIII. Perhitungan
N 1 . V 1 = N2 . V 2
0,1 N . 10 mL = N 2 . 10,37 mL
N2 = 0,096 N
1
Kadar = V NaNO 2 . N NaNO2 x BM x 𝐵𝑆
x Fp x 100%
1
= 8,03 mL . 0,096 N x 151,11 g/mol x 125
x 1 x 100%
= 93,2 %
IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan penentuan kadar parasetamol
dengan menggunakan metode titrasi nitrimetri. Titrasi nitrimetri merupakan
titrasi yang digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa organik,
khususnya senyawa amina primer. Penetapan kadar zat didasarkan oleh reaksi
diazotasi, yaitu reaksi antara gugus fenil amina primer (aromatik) dengan
natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Paracetamol
dapat dianalisis dengan titrasi nitrimetri karena pada struktur parasetamol
terdapat gugus amin aromatik sekunder yang dapat dihidrolisis menjadi gugus
amin aromatik primer yang kemudian akan bereaksi dengan natrium nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Melalui titrasi ini, dapat
dilihat kualitas dari sediaan tablet parasetamol dengan memastikan kadar zat
aktif yang memenuhi persyaratan.
Kecepatan reaksi pada saat penentuan TAT (titik akhir titrasi) tidak
boleh berlangsung terlalu cepat, hal ini dikarenakan garam diazonium yang
terbentuk berjalan dengan proses yang lambat. Dengan kata lain, Titrasi
dilakukan secara perlahan karena pembentukan garam diazonium berlangsung
lama. Apabila titrasi yang dilakukan terlalu cepat, dikhawatirkan asam nitrat
belum bereaksi dengan analit dan menyebabkan penentuan titik akhir yang
tidak akurat. Lambatnya reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi
menyebabkan proses titrasi harus dilakukan secara perlahan. Kecepatan
reaksi pada titrasi nitrimetri dapat dikatalis atau dipercepat dengan
penambahan natrium (Na) dan kalium bromida (KBr). Kalium bromida dapat
mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan reaksi
tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk enol.
Pada praktikum kali ini, langkah awal yang dilakukan adalah dibuat
baku pembanding berupa sulfanilamida. Baku pembanding dibuat dengan
melakukan pengeringan 105o selama 3 jam, lalu disimpan di dalam wadah
tertutup. Akan tetapi, tidak dilakukan pembuatan sulfanilamida dikarenakan
baku pembanding ini sudah tersedia di dalam laboratorium. Selanjutnya
dibuat larutan natrium nitrit atau NaNO2 0,1 N sebanyak 1000mL, dengan ini
dilakukan penimbangan 6,9 gram natrium nitrit yang kemudian dilarutkan
dalam 1000 mL aquades. Indikator kanji iodida yang digunakan telah tersedia
di dalam laboratorium, sehingga dapat langsung digunakan untuk penentuan
titik akhir titrasi.
Setelah itu, dilakukan pembakuan natrium nitrit / NaNO2 0,1 N dengan
larutan sulfanilamida. Pembakuan dilakukan karena natrium nitrit merupakan
larutan standar sekunder yang bersifat higroskopis sehingga mudah menarik
uap air dari udara dan mudah bereaksi dengan karbon dioksida dalam udara.
Hal ini mengakibatkan penimbangan sejumlah natrium nitrit tertentu tidak
dapat memberikan kepastian massa yang sesungguhnya akibat jumlah air dan
karbon dioksida yang diserap oleh natrium nitrit tidak tepat sehingga
konsentrasinya dapat berubah. Maka dari itu, jika menggunakan natrium nitrit
sebagai pereaksi dalam suatu titrasi, zat ini harus dibakukan sebelumnya oleh
baku primer berupa sulfanilamida. Mulanya dilakukan penimbangan 0,172
gram sulfanilamida yang ditambahkan dengan 10 mL HCl 2 N dan 25 mL air
ke dalam masing-masing erlenmeyer. Asam klorida (HCl) yang digunakan
merupakan hasil pengenceran dari asam klorida pekat. Pengenceran dilakukan
dengan penambahan 250 mL aquades dan 41,4 mL asam klorida pekat.
Kemudian, dilakukan titrasi menggunakan indikator dalam, yaitu 10 tetes
tropeolin OO dan metilen biru. Titik akhir ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna dari ungu menjadi biru. Melalui perhitungan, didapatkan
konsentrasi pembakuan NaNo2 sebesar 0,096 N N.
X. Kesimpulan
Anggresani, L., Hadriyati A., Syahyara, A. Y., dan Pratama S. 2018. Analisis
Kandungan Nitrium Nitrit pada Daging Sapi Mentah di Pasar dan
Supermarket Kota Jambi. Chempublish Journal. Vol. 3(2): 69 – 75.
Azizah, A., Firda, F., Sianita, S., Monica, M., dan Supriyanto, G. 2015. Optimasi
Proses Reduksi Kloramfenikol Menggunakan Reduktor Zn dengan
Spektrofotometri UV-VIS. Unesa Journal Of Chemistry. Vol. 4(4): 82-90.
Azizah, L. N., Kartasasmita, R. E., Zein, F., Puspitasari I. R., dan Abdulah R. 2016.
Comporation Ultraviolet Spectrophotometri and Nitrimetric Titration Method
with Biom perometric Technique for Sulfametoxsazole Determination. Asian
Journal of Chemistry. Vol. 4(2): 111 – 116.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kar, K. 2005. Pharmaceutical Drug Analysis. New Delhi: New Age International.
Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Libretexts. 2019. Titration. Tersedia secara online di https://chem.libretexts
.org/@go/page/364. [Diakses pada 26 Mei 2022].
Mursyidi, A., dan Rohman, A. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analitik : Volumetri
dan Gravimetri. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Wunas, J. S. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: UNHAS.