Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

IDENTIFIKASI PEWARNAAN PATI DAN


METABOLIT SEKUNDER

Disusun oleh:
Maitsa Alya Fakhirah
260110210014
Shift A

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
IDENTIFIKASI PEWARNAAN PATI DAN METABOLIT
SEKUNDER

I. Tujuan

1.1 Melakukan identifikasi dan pewarnaan pati dari sampel secara


mikroskopik.
1.2 Melakukan identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder yang
terkandung pada simplisia.

II. Prinsip

2.1 Pengamatan Mikroskopik


Pengamatan mikroskopik merupakan salah satu indeks
farmakognostik dalam memastikan kualitas bahan herbal,
keamanan, dan khasiatnya yang dilakukan dengan menggunakan
mikroskop untuk melihat bagian-bagian tanaman (Bekbolatova et
al, 2018).

2.2 Metode Pewarnaan Pati


Metode pewarnaan pati dapat dilakukan dengan
mereaksikannya dengan larutan iodium (iodine) yang dipengaruhi
oleh rantai pati, semakin panjang cabang, warna akan bervariasi
dari biru → biru violet → merah → coklat (Rendowaty dkk, 2018).

2.3 Senyawa Metabolit Sekunder


Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa yang
tidak diperlukan sel untuk hidup, tetapi memiliki peran dalam
interaksi dengan lingkungannya seperti saat tanaman tersebut
merasa terancam sehingga mengeluarkan perlindungan atau
pertahanan tubuh tanaman. Beberapa senyawa seperti terpenoid,
flavonoid, dll. bermanfaat untuk obat-obatan (Pagare et al, 2015).

2.4 Metode Pewarnaan Simplisia


Metode pewarnaan simplisia dilakukan dengan tujuan
untuk mengamati jaringan simplisia menggunakan mikroskop
sehingga jaringan menjadi kontras setelah dilakukan pemberian
warna pada jaringan (Apriani, 2016).
III. Reaksi

3.1 Reaksi Pewarnaan Pati

(Nagaraj et al, 2017).

3.2 Reaksi Minyak Atsiri dengan Pereaksi Merah Sudan


Minyak atsiri + sudan III → Kompleks berwarna merah
(Purgiyanti dkk, 2015).

3.3 Reaksi Kuinon dengan Pereaksi KOH 5%

(Asmara, 2017).

3.4 Reaksi Alkaloid dengan Pereaksi Dragendorff

(Ergina dkk, 2014).

3.5 Reaksi Flavonoid dengan Larutan Besi (III) Klorida

(Zaini & Shofia, 2020).


3.6 Reaksi Tanin dengan Larutan Besi (III) Klorida

(Ergina dkk, 2014).

IV. Teori Dasar

Pati merupakan salah satu jenis karbohidrat yang tersimpan pada


jaringan di hampir semua bagian tanaman (akar, batang, daun, buah atau
biji). Pati bertindak sebagai penghasil kalori (1 gram = 4,1 kalori) dan
sebagai pembangun senyawa organik lainnya seperti lemak dan protein,
menjaga keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Pati tersusun atas
monomer-monomer glukosa yang memiliki ikatan glikosida, yaitu amilosa
dan amilopektin dimana amilosa merupakan homopolimer berbentuk linier
(dengan ikatan 𝛼 1,4 - glikosida). Sedangkan, amilopektin adalah polimer
yang mempunyai percabangan (ikatan 𝛼 1,4 - glikosida pada rantai lurus
dan 𝛼 1,6 - glikosida pada rantai cabangnya) (Putri & Zubaidah, 2017).

Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk


hilus, lamela dari amilum di bawah mikroskop (Mariyani dkk, 2012). Uji
mikroskopik merupakan salah satu indeks farmakognostik untuk
menentukan kualitas dari bahan herbal sehingga studi ini merupakan salah
satu hal yang terpenting dalam menyusun identifikasi botani pada obat
herbal (Bekbolatova et al, 2018).

Identifikasi pati dapat dilakukan dengan metode pewarnaan, yaitu


mereaksikannya dengan larutan iodium. Warna kuning kecoklatan akan
dihasilkan jika direaksikan dengan pati dari tepung dengan pengukusan.
Amilopektin sebagai salah satu komponen penyusun pati akan
menghasilkan warna merah kebiruan atau ungu terang dengan larutan
iodine 0,1 N (Rendowaty dkk, 2018).

Reaksi kondensasi antara iodin dengan amilum pada uji iodin


menghasilkan warna yang khas. Hal ini disebabkan karena dalam larutan
pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena
adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk
tersebut dapat menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan
molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya sehingga pada
kompleks tersebut menghasilkan warna biru tua (Atma, 2018).

Metabolit sekunder adalah senyawa yang tidak diperlukan


organisme untuk hidup, tetapi berperan dalam interaksi dengan
lingkungan. Senyawa ini sering terlibat dalam perlindungan tanaman
terhadap cekaman biotik atau abiotik. Beberapa metabolit sekunder
digunakan terutama bahan kimia seperti obat-obatan, perasa, wewangian,
insektisida, dan pewarna dan karenanya memiliki nilai ekonomi yang
besar (Pagare et al, 2015).

Minyak atsiri biasa digunakan untuk mengobati luka dan infeksi


kulit, sebagai penangkal gigitan racun, mengobati batuk, demam dan
kudis, serta meredakan nyeri otot dan gangguan pencernaan. Stres,
insomnia, asma, dan beberapa penyakit pernapasan juga dapat diobati
dengan minyak esensial aromaterapi. Minyak atsiri atau minyak eteris
memiliki sifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir,
berbau wangi, dan umumnya larut pada pelarut organik (Purgiyanti dkk,
2015).

Kuinon adalah kelas senyawa organik yang berasal dari senyawa


aromatik (seperti benzena dan naftalena) yang menyusun ulang ikatan
rangkapnya untuk mengubah gugus -CH=- menjadi -C-, menghasilkan
struktur dion siklik terkonjugasi. Gugus kuinon mencakup beberapa
senyawa heterosiklik. Kuinon adalah senyawa berwarna kuning, mudah
terbakar, berbau tajam, beracun, dapat menimbulkan iritasi kulit, dan
sedikit larut dalam air dan larut dalam alkali, ester, dan alkohol (Erlidawati
dkk, 2018).

Alkaloid adalah senyawa alami yang mengandung nitrogen dan


memiliki aktivitas biologis yang signifikan. Asam amino, peptida, protein,
nukleotida, asam nukleat, gula amino, dan antibiotik umumnya tidak
diklasifikasikan sebagai alkaloid. Alkaloid diketahui telah digunakan
sebagai obat, stimulan, anestesi, dan racun (Amin dkk, 2021).

Flavonoid adalah kelas antioksidan yang biasa ditemukan dalam


cokelat. Antioksidan bekerja dengan cara melawan radikal bebas di dalam
tubuh. Radikal bebas ditengarai menjadi penyebab berbagai penyakit
kronis. Flavonoid saat ini digunakan sebagai obat-obatan atau suplemen
khususnya beberapa senyawa ini tampaknya efisien dalam mencegah dan
menghambat berbagai jenis kanker (Pagare et al, 2015).

Tanin merupakan senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan


yang memiliki rasa pahit dan pengkhelat serta bereaksi dan beragregasi
dengan protein dan berbagai senyawa organik lainnya seperti asam amino
dan alkaloid. Senyawa tanin mengikat dan mengendapkan protein. Oleh
karena itu, dalam kesehatan, tanin berperan untuk mengobati diare, wasir,
menghentikan peradangan dan juga dapat digunakan sebagai pengganti
gigi palsu yang bersih secara alami. Tanin dapat dimanfaatkan dalam
rangka menurunkan emisi metan, meningkatkan efisiensi pakan serta hama
bagi ternak dan lingkungan (Hidayah, 2016).

Senyawa metabolit sekunder tersebut dapat diidentifikasi dengan


metode pewarnaan yang dilakukan pada simplisia dengan mengamati
jaringan yang telah diwarnai menggunakan mikroskop (Apriani, 2016).

V. Alat dan Bahan

5.1 Alat

a. Cover glass b. Mikroskop c. Object glass

d. Spatel

5.2 Bahan

a. Akar kelembak
b. Aquades
c. Buah cabe jawa
d. Buah mengkudu
e. Bunga cengkeh
f. Daun jati belanda
g. Daun salam
h. Daun sirih
i. Daun teh
j. Dragendorff
k. FeCl3
l. Iodin
m. KOH 5%
n. Kulit buah manggis
o. Kulit kina
p. Merah sudan
q. Pati Beras
r. Pati Gandum
s. Pati Kentang
t. Pati Singkong
u. Serbuk Kunyit
v. Serbuk Pati Jagung

VI. Prosedur Kerja

6.1 Identifikasi Pati


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk pati di atas kaca objek. Diteteskan serbuk pati
dengan air, lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu,
dimasukkan preparat, lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki
dan dilihat bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop.
Diubah perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat
gambar bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Sarwono dkk,
2012).

6.2 Pewarnaan Pati


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk pati di atas kaca objek. Diteteskan serbuk pati
dengan iodin, lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu,
dimasukkan preparat, lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki
dan dilihat bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop.
Diubah perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat
gambar bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Sarwono dkk,
2012).

6.3 Identifikasi Minyak Atsiri


6.3.1 Daun Sirih
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia daun sirih di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia daun sirih dengan pereaksi merah
sudan, lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu, dimasukkan
preparat, lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki dan dilihat
bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop. Diatur
perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat gambar
bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Ningsih dkk, 2016).

6.3.2 Bunga Cengkeh


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia bunga cengkeh di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia bunga cengkeh dengan pereaksi merah
sudan, lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu, dimasukkan
preparat, lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki dan dilihat
bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop. Diatur
perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat gambar
bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Ningsih dkk, 2016).

6.4 Identifikasi Kuinon


6.4.1 Akar Kelembak
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia akar kelembak di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia akar kelembak dengan pereaksi larutan
alkali KOH 5%, lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu,
dimasukkan preparat, lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki
dan dilihat bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop.
Diatur perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat
gambar bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Ningsih dkk,
2016).

6.5 Identifikasi Alkaloid


6.5.1 Kulit Kina
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia kulit kina di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia kulit kina dengan pereaksi dragendorff
lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu, dimasukkan preparat,
lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki dan dilihat
bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop. Diatur
perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat gambar
bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Ningsih dkk, 2016).

6.5.2 Buah Cabe Jawa


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia buah cabe jawa di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia buah cabe jawa dengan pereaksi
dragendorff lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu,
dimasukkan preparat, lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki
dan dilihat bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop.
Diatur perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat
gambar bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Ningsih dkk,
2016).

6.6 Identifikasi Flavonoid


6.6.1 Kulit Buah Manggis
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia kulit buah manggis di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia kulit buah manggis dengan pereaksi
FeCl3 lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu, dimasukkan
preparat, lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki dan dilihat
bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop. Diatur
perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat gambar
bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Ningsih dkk, 2016).

6.6.2 Buah Mengkudu


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia buah mengkudu di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia buah mengkudu dengan pereaksi FeCl3
lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu, dimasukkan preparat,
lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki dan dilihat
bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop. Diatur
perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat gambar
bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Ningsih dkk, 2016).

6.7 Identifikasi Tanin


6.7.1 Daun Jati Belanda
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia daun jati belanda di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia daun jati belanda dengan pereaksi
FeCl3 lalu ditutup dengan cover glass. Setelah itu, dimasukkan
preparat, lalu ditentukan perbesaran yang dikehendaki dan dilihat
bagian-bagian yang hendak diamati dengan mikroskop. Diatur
perbesaran untuk didapatkan hasil yang optimal. Dibuat gambar
bentuk fragmen dari hasil pengamatan (Ningsih dkk, 2016).

6.7.2 Daun Teh


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia daun teh di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia daun teh dengan pereaksi FeCl3 lalu
ditutup dengan cover glass. Setelah itu, dimasukkan preparat, lalu
ditentukan perbesaran yang dikehendaki dan dilihat bagian-bagian
yang hendak diamati dengan mikroskop. Diatur perbesaran untuk
didapatkan hasil yang optimal. Dibuat gambar bentuk fragmen dari
hasil pengamatan (Ningsih dkk, 2016).

6.7.3 Daun Salam


Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian,
diletakkan serbuk simplisia daun salam di atas object glass.
Diteteskan serbuk simplisia daun salam dengan pereaksi FeCl3 lalu
ditutup dengan cover glass. Setelah itu, dimasukkan preparat, lalu
ditentukan perbesaran yang dikehendaki dan dilihat bagian-bagian
yang hendak diamati dengan mikroskop. Diatur perbesaran untuk
didapatkan hasil yang optimal. Dibuat gambar bentuk fragmen dari
hasil pengamatan (Ningsih dkk, 2016).
VII. Data Pengamatan

7.1 Identifikasi dan Pewarnaan Pati

No. Nama Sampel Pereaksi Hasil Menurut Hasil


Literatur Pengamatan

1. Pati Jagung Aquades Hilum di tengah Perbesaran : 400x


berbentuk titik
atau bintang,
lamela biasanya
tidak ada.

(Amylum Maydis) Iodine Hilum di tengah Perbesaran : 400x


berbentuk titik
atau bintang,
lamela biasanya
tidak ada.

2. Pati Beras Aquades Hilum hanya Perbesaran : 400x


tampak pada
granul yang
besar dan
terdapat di
tengah.

(Amylum Oryzae) Iodine Hilum hanya Perbesaran : 400x


tampak pada
granul yang
besar dan
terdapat di
tengah.

3. Pati Kentang Aquades Hilum Perbesaran : 400x


berbentuk
sepatu kuda,
lamela terletak
eksentris dan
tampak nyata.

(Amylum Solani) Iodine Hilum Perbesaran : 400x


berbentuk
sepatu kuda,
lamela terletak
eksentris dan
tampak nyata.

4. Pati Gandum Aquades Hilum terletak Perbesaran : 400x


di tengah tidak
jelas, berupa
titik atau celah.
Lamela hanya
dapat diamati
pada butiran
besar

(Amylum Tritici) Iodine Hilum terletak Perbesaran : 400x


di tengah tidak
jelas, berupa
titik atau celah.
Lamela hanya
dapat diamati
pada butiran
besar

5. Pati Singkong Aquades Hilus terletak di Perbesaran : 400x


tengah dengan
jelas seperti
titik atau
kadang-kadang
segitiga, lamela
ada tetapi
kurang jelas.

(Amylum Manihot) Iodine Hilus terletak di Perbesaran : 400x


tengah dengan
jelas seperti
titik atau
kadang-kadang
segitiga, lamela
ada tetapi
kurang jelas

6. Pati Kunyit Aquades Hilum titik di Perbesaran : 400x


tengah
(Amylum Curcumae) Iodine Hilum titik di Perbesaran : 400x
tengah

7.2 Pewarnaan Metabolit Sekunder

No. Pewarnaan Simplisia Pereaksi Hasil Hasil


Metabolit Menurut Pengamatan
Literatur

1. Minyak Daun Sirih Merah Warna Perbesaran : 400x


Atsiri sudan merah
(Purgiyanti
dkk, 2015)

Bunga Warna Perbesaran : 400x


Cengkeh merah
(Purgiyanti
dkk, 2015)

2. Kuinon Akar Larutan Warna Perbesaran : 400x


Kelembak alkali merah
(KOH 5%) (Asmara,
2017)

3. Alkaloid Kulit Kina Pereaksi Endapan Perbesaran : 400x


Dragendorff jingga-cokl
at (Ergina
dkk, 2014)

Buah Endapan Perbesaran : 400x


Cabe Jawa jingga-cokl
at (Ergina
dkk, 2014)
4. Flavonoid Kulit Larutan Warna Perbesaran : 400x
Buah FeCl3 hitam-biru
Manggis atau hijau
(Zaini &
Shofia,
2020)

Buah Warna Perbesaran : 400x


Mengkudu hitam-biru
atau hijau
(Zaini &
Shofia,
2020)

5. Tanin Daun Jati Larutan Warna Perbesaran : 400x


Belanda FeCl3 hitam-biru
atau hijau
(Ergina
dkk, 2014)

Daun Teh Warna Perbesaran : 400x


hitam-biru
atau hijau
(Ergina
dkk, 2014)

Daun Warna Perbesaran : 400x


Salam hitam-biru
atau hijau
(Ergina
dkk, 2014)

VIII. Perhitungan
-
IX. Pembahasan

Pati ialah salah satu jenis karbohidrat yang dihasilkan oleh


tumbuhan yang tersimpan hampir di seluruh bagian tanaman. Pati adalah
produk penyimpanan utama dari sebagian besar tanaman. Ini disimpan di
kedua organ fotosintesis dan non-fotosintetik, di antaranya biji-bijian
rumput sangat penting, dengan pati membentuk konstituen utamanya. Pati
terdiri atas dua macam karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin.
Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Dalam bidang farmasi, pati sering digunakan
sebagai eksipien karena sifatya yang inert dan murah. Contohnya saja
dalam pembuatan tablet pati bisa digunakan sebagai bahan pengisi,
pengikat, disintegran dan glidan (Putri & Zubaidah, 2017).

Praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi


zat pati dengan pengamatan mikroskopik. Pengamatan dilakukan dengan
metode pewarnaan pati. Pengamatan mikroskopik bertujuan untuk melihat
fragmen-fragmen pati yang terkandung dalam simplisia yang diamati.
Simplisia yang telah diamati pada praktikum kali ini diantaranya yaitu pati
jagung (amylum maydis), pati beras (amylum oryzae), pati kentang
(amylum solani), pati gandum (amylum tritici), pati singkong (amylum
manihot), dan pati kunyit (amylum curcumae).

Beberapa alat yang disiapkan untuk identifikasi pati ini yaitu


mikroskop untuk mengamati sampel, spatel untuk mengambil sampel,
object glass untuk meletakkan sampel, dan cover glass untuk menutupi
sampel yang diamati. Sampel simplisia disediakan dalam bentuk serbuk.

Identifikasi pati diawali dengan penyiapan alat dan bahan,


kemudian serbuk simplisia diambil menggunakan spatel lalu diletakkan di
atas object glass. Berikutnya, untuk dapat melihat fragmen, dilakukan
penetesan aquades ke pada serbuk simplisia yang telah diletakkan di atas
object glass. Aquades diteteskan dengan jumlah 1-2 tetes. Alasan
digunakan aquades adalah karena aquades ini dapat melarutkan sehingga
pati dapat teramati. Untuk mencegah zat-zat lain masuk bersamaan ke
dalam sampel serbuk simplisia, maka setelah dilakukan penetesan aquades
serbuk simplisia segera ditutup menggunakan cover glass. Penutupan ini
dilakukan dengan pelan-pelan untuk mencegah adanya gelembung udara
pada preparat karena jika terdapat gelembung udara tentunya akan
mengganggu pengamatan. Setelah itu, preparat diletakkan di meja preparat
pada mikroskopis untuk dilakukan pengamatan, lalu ditentukan
perbesarannya yaitu perbesaran 40x untuk lensa objektif. Pada saat
praktikum, pati dapat terlihat cukup jelas. Namun, ada beberapa faktor
yang mungkin terjadi apabila pati yang diidentifikasi belum berhasil
teramati, yaitu mungkin saja pada saat meletakkan serbuk simplisia kurang
menyebar sehingga pati bertumpuk dan sulit diamati. Selain itu, faktor
ketidakberhasilan karena ada kendala pada alat mikroskop, seperti
pengatur fokus dapat berputar dengan sendirinya, kerusakan lensa objektif
maupun okuler, pengaturan cahaya yang kurang baik, ataupun faktor
lainnya.

Selain itu, dilakukan juga metode pewarnaan pati yang diawali


dengan penyiapan alat dan bahan. Setelah itu, serbuk pati dari simplisia
yang akan diamati diletakkan di atas object glass, lalu diteteskan iodine
sebanyak 1-2 tetes sehingga terjadi reaksi antara pati dengan iodine.
Prinsipnya yaitu ketika iodine bereaksi dengan pati akan membentuk
kompleks berwarna biru. Hal Tersebut disebabkan oleh struktur molekul
pati yang bentuknya spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan
terbentuklah warna biru. Setelah diteteskan, serbuk pati ditutup dengan
cover glass dan diletakkan di mikroskop untuk diamati secara
mikroskopis. Lalu, perbesaran lensa objektif diatur untuk didapatkan hasil
yang optimal. Jadi, yang membedakan pada metode pewarnaan ini tidak
digunakan aquades, tetapi larutan iodine.

Berdasarkan hasil pengamatan, untuk pati jagung (amylum maydis)


terdapat hilum di tengah berbentuk titik dan ada juga yang bintang, dan
untuk lamela tidak ditemukan. Pada pati beras (amylum oryzae) tidak
teramati hilum dan lamela karena menurut literatur hilum hanya tampak
pada granul yang besar dan terdapat di tengah, sedangkan pada saat
praktikum tidak ditemukan granul yang besar. Pati kentang (amylum
solani) ditemukan hilum berbentuk sepatu kuda. Pati gandum (amylum
tritici) terdapat hilum berupa titik dan juga celah dan tidak ditemukan
lamela karena lamela hanya dapat diamati pada butiran besar. Sedangkan,
untuk pati singkong (amylum manihot) hilus terletak di tengah dengan
jelas seperti titik dan ditemukan hilus segitiga, serta tidak ditemukan
lamela. Untuk sampel yang terakhir yaitu pada pati kunyit (amylum
curcumae) ditemukan hilum berupa titik di tengah.

Selain itu, dilakukan pula praktikum untuk melakukan identifikasi


golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia.
Metabolit sekunder adalah senyawa yang dihasilkan dalam jalur
metabolism lain yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap tidak penting
peranannya dalam pertumbuhan suatu tumbuhan. Golongan senyawa
metabolit sekunder adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan
triterpenoid (Pagare et al. 2015).

Pada praktikum kali ini senyawa yang akan diidentifikasi yaitu


minyak atsiri yang terkandung dalam simplisia daun sirih (piperis betle
folium) dan bunga cengkeh (caryophylli flos); kuinon yang terkandung
dalam akar kelembak (rhei radix); alkaloid yang terdapat pada kulit kina
(chinae cortex) dan buah cabe jawa (retrofracti fructus); flavonoid yang
terkandung dalam simplisia kulit buah manggis (garciniae pericarpium)
dan buah mengkudu (morindae citrifoliae fructus); serta tanin yang
terdapat pada simplisia daun jati belanda (guazumae folium), daun teh
(camelliae sinensis folium), dan daun salam (polyanthi folium).

Proses identifikasi golongan senyawa metabolit ini dilakukan


dengan persiapan alat dan bahan terlebih dahulu. Kemudian, serbuk
simplisia yang akan diamati diletakkan di atas object glass. Setelah itu,
serbuk simplisia ditetesi pereaksi yang sesuai.

Pereaksi untuk minyak atsiri adalah sudan III yang akan


menghasilkan warna merah. Untuk kuinon pereaksinya yaitu larutan alkali
KOH 5% dan menghasilkan warna merah. Untuk alkaloid digunakan
pereaksi dragendorff. Pereaksi dragendorff ini mengandung bismut nitrat
dan kalium iodida yang akan bereaksi dengan alkaloid membentuk
endapan jingga-coklat. Sedangkan, untuk flavonoid dan tanin diberikan
pereaksi yang sama yaitu larutan besi (III) klorida (FeCl3) menghasilkan
larutan warna hitam-biru atau hijau. Alasan yang mendasari flavonoid dan
tanin dapat menghasilkan hasil yang positif apabila direaksikan dengan
larutan besi (III) klorida (FeCl3) adalah karena pada struktur flavonoid dan
tanin memiliki kemiripan. Besi (Fe) yang ada pada larutan besi (III)
klorida (FeCl3) akan berikatan dengan gugus fenol sehingga sama-sama
menghasilkan kompleks yang berwarna hitam-biru atau hijau (Zaini &
Shofia, 2020)..

Setelah ditetesi pereaksi, serbuk simplisia kemudian ditutup


dengan cover glass untuk diamati di bawah mikroskop. Setelah diletakkan
di meja preparat, dilakukan pengaturan perbesaran lensa objektif untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Fragmen yang teramati kemudian
digambar pada buku gambar.

X. Simpulan

10.1 Telah dilakukan identifikasi dan pewarnaan pati dari sampel secara
mikroskopik.
10.2 Telah dilakukan identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder
yang terkandung pada simplisia.
XI. Daftar Pustaka

Amin, S., Nugraha, A. C., dan Maulidya, S. A. I. 2021. Skrining Virtual


Senyawa Alkaloid sebagai Inhibitor Main Protease untuk Kandidat
Anti-Sars-Cov-2. Sleman: Penerbit Deepublish.

Apriani, I. 2016. Pengembangan Media Belajar: Angkak Beras Merah dan


Teh (Camellia sinensis) sebagai Pewarna Alternatif Preparat Basah
Jaringan Tumbuhan. Jurnal Bioilmi. Vol. 2(1): 59-65.

Asmara, A. P. 2017. Uji Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder dalam


Ekstrak Metanol Bunga Turi Merah (Sesbania grandiflora L. Pers).
Al-Kimia. Vol. 5(1): 48-59.

Atma, Y. 2018. Prinsip Analisis Komponen Pangan Makro & Mikro


Nutrien. Sleman: Deepublish.

Bekbolatova, E. N., Kurbatovab, N. V., Sakipovaa, Z. B., Ibragimovaa, L.


N., Alpysbayevac, S. I., Kabdenovac, A. T., Kukula-Kochd, W.,
and Boylan, F. 2018. Macroscopic and Microscopic Diagnostic
Features Of The Potential Herbal Drug Crataegus Almaatensis
Pojark Endemic In Kazakhstan. Iranian Journal of Pharmaceutical
Sciences. Vol. 14(2): 39-50.

Ergina, S., Nuryanti, N., dan Pursitasari, I. D. 2014. Uji Kualitatif


Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun Palado (Agave
angustifolia) yang Diekstraksi dengan Pelarut Air dan Etanol.
Jurnal Akademika Kimia. Vol. 3(3): 165-172.

Erlidawati, E., Safrida, S., dan Mukhlis, M. 2018. Potensi Antioksidan


sebagai Antidiabetes. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Hidayah, N. 2016. Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman


(Tanin dan Saponin) dalam Mengurangi Emisi Metan Ternak
Ruminansia. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. Vol. 11(2): 89-98.

Mariyani, K. A., Arisanti, C. I. S., dan Setyawan, E. I. 2012. Pengaruh


Konsentrasi Amilum Jagung Pregelatinasi sebagai Bahan
Penghancur Terhadap Sifat Fisik Tablet Vitamin E untuk Anjing.
Jurnal Farmasi Udayana. Vol. 1(1): 39-49.

Nagaraj, P. A., Sasidharan, V. D., and Sambandam, A. 2017. Effect of


Cross-Linking on the Performances of Starch-Based Biopolymer as
Gel Electrolyte for Dye-Sensitized Solar Cell Applications.
Polymers. Vol. 9(12): 667.

Ningsih, D. R., Zusfahai, Z., dan Kartika, D. 2016. Identifikasi Senyawa


Metabolit Sekunder serta Uji Aktivitas Ekstrak Daun Sirsak
sebagai Antibakteri. Molekul. Vol 11(1): 101-111.

Pagare, S., Bhatia, M., and Tripathi, N. 2015. Secondary Metabolites of


Plants and Their Role: Overview. Current Trends in Biotechnology
and Pharmacy. Vol. 9(3): 293-304.

Purgiyanti, P., Galeri, T. I., dan Santoso, J. 2015. Perbandingan Hasil


Rendemen Minyak Atsiri Daun Kamboja (Plumeria acuminate)
Basah dan Kering dengan Metode Destilasi. Parapemikir Jurnal
Ilmiah Farmasi. Vol. 4(2): 48-50.

Putri, W. D. R. & Zubaidah, E. 2017. Pati : Modifikasi dan


Karakteristiknya. Malang: UB Press.

Rendowaty, A., Munarsih, A. E., dan Fizmawati, F. 2018. Isolasi Pati dari
Tepung Ubi Jalar Ungu. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi. Vol. 3(2):
1-6.

Sarwono, D. A., Amiruddin, C., Widyaningrum, T., dan Triyanto, T. 2012.


Preparasi Target Padat Telurium Untuk Pembuatan Radioisotop.
Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka. Vol. 15(2): 79-89.

Zaini, M. dan Shofia, V. 2020. Skrining Fitokimia Ekstrak Carica Papaya


Radix, Piper, Ornatum Folium dan Nephelium Lappaceum Semen
Asal Kalimantan Selatan. Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan dan
Teknologi. Vol 2(1): 15-28.

Anda mungkin juga menyukai