Anda di halaman 1dari 13

PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

EKSTRAK DAUN COKLAT (Theobroma cacao L)

Indiyani
Program Studi Farmasi Fakultas Kesehatan dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi
Jl. Sersan Muslim No.RT 24, The Hok, Kec. Jambi Sel., Kota Jambi, Jambi
Email: indiyani1414@gmail.com

ABSTRAK

Flavonoid adalah sekelompok besar senyawa polifenol tanaman yang tersebar luas dalam berbagai
bahan makanan. Flavonoid berfungsi Sebagai antioksidan. Antioksidan dapat dibagi menjadi
antioksidan endogen, antioksidan sintesis, dan antioksidan alami. Sumber antioksidan alami dapat
diperoleh dari daun coklat. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar flavonoid total dan
mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak daun coklat (Theobroma cacao L). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode secara eksperimental laboratorium. Penentuan
kandungan flavonoid total dengan metode AlCl3 dan uji aktivitas antioksidan dengan metode
DPPH pada ekstrak daun coklat (Theobroma cacao L). Hasil penelitian ekstrak metanol daun
coklat memiliki kadar flavonoid total yaitu sebesar 16.47 mgQE/g Ekstrak ± 0,07. Dan ekstrak
metanol daun coklat memiliki aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dengan nilai
IC50 203,08 μg/mL ±0,65 masuk dalam kategori sedang. Berdasarkan dari hasil penelitian, ekstrak
daun coklat memiliki potensi sebagai antioksidan alami.

Kata Kunci : aktivitas antioksidan, daun coklat (Theobroma cacao L), DPPH, kadar
flavonoid total.

PENDAHULUAN

Radikal bebas merupakan faktor penyebab timbulnya beberapa penyakit. Radikal bebas yang
sangat aktif dapat merusak struktur dan fungsi tubuh. Radikal bebas dapat berasal dari hasil
metabolisme tubuh (internal) dan dari luar tubuh/lingkungan (eksternal) se perti asap rokok, sinar
ultra violet, zat pemicu radikal dalam makanan. Penyakit yang disebabkan radikal bebas bersifat
kronis yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata atau
bersifat akumulatif. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah
serangan jantung, kanker, katarak, dan ginjal. Suatu senyawa yang dapat berfungsi sebagai
penetralisir atau peredam efek negatif dari radikal bebas yaitu antioksidan (Fakriah et al, 2019).
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat, menunda, mencegah atau
memperlambat proses reaksi oksidasi (Usman et al, 2022). Mekanisme dari antioksidan dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu hidroperoxide stabiliser dengan mekanisme aktivitas antioksidannya
menonaktifkan radikal bebas lipid dan mencegah penguraian hidroperoxide menjadi radikal bebas,
contohnya senyawa fenol. Jenis lainnya yaitu sinergis dengan mekanismenya meningkatkan
aktivitas antioksidan, contohnya asam sitrat dan asam askorbat (Kesuma, 2015). Antioksidan dapat
dibagi menjadi antioksidan endogen, antioksidan sintesis, dan antioksidan alami. Antioksidan
alami adalah antioksidan yang didapatkan dari luar tubuh yaitu dari bagian-bagian tumbuhan
seperti akar, batang, daun, dan biji. Mikronutrien yang terkandung di dalam tumbuhan seperti
vitamin A, vitamin C, vitamin E, asam folat, karotenoid, antosianin, flavonoid, alkaloid dan
polifenol memiliki kemampuan menangkap radikal bebas sehingga dapat dijadikan pengganti
antioksidan sintetis (Winata dan Putri, 2019)
Tumbuhan coklat adalah Salah satu komoditi yang dibudidayakan dalam bentuk perkebunan luas
di Indonesia. Tahun 2020, luas perkebunan Besar 16,44 ribu hektar dan perkebunan rakyat 1,49
juta hektar, sedangkan produksi kakao pada perkebunan besar sebanyak 4,06 ribu ton dan
perkebunan rakyat sebanyak 716,60 ribu ton (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2020). Berdasarkan
penelitian oleh (Hasanah et al, 2017), daun coklat positif mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik
dan saponin. Hasil dari aktivitas antioksidan (IC50) dari fraksi etil asetat, fraksi n-heksan dan
fraksi air daun cokelat (Theobroma cacao L) berturut-turut adalah 41,76 ppm, 70,05 ppm, dan
109,4 ppm. Aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan pada fraksi etil asetat karena konsentrasi
nilai IC50 yang semakin kecil menunjukkan semakin tingginya aktivitas antioksidan.
Tanaman cokelat umumnya dimanfaatkan untuk menghasilkan buah cokelat, namun pemanfaatan

PAGE \* MERGEFORMAT 13
bagian lain masih perlu dikaji, seperti pemanfaatan pada daun cokelat (Hasanah et al, 2017).
Penelitian uji aktivitas antioksidan dan penentuan kandungan flavonoid total ekstrak dilakukan
dengan pelarut yang berbeda dari penelitian sebelumnya yang menggunakan etanol 70%.
Sedangkan dalam penelitian ini akan menggunakan metanol sebagai pelarutnya karena
berdasarkan beberapa penelitian, pelarut metanol dapat menarik lebih banyak jumlah metabolit
sekunder yaitu senyawa fenolik, flavonoid, dan Selain itu, ekstrak metanol juga memiliki daya
inhibisi terhadap radikal bebas DPPH paling tinggi dibandingkan estrak etanol dan estra n- heksan
(Novita, Melly, Yura dan Sulaiman, 2016). Maka penelitian “Penetapan Kadar Flavonoid Total
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Coklat (Theobroma cacao L)” perlu dilakukan.
METODOLOGI PENELITIAN

Bahan dan Peralatan


Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tumbuhan coklat yang
diperoleh dari Jl. Sunan Giri No.36-62, Simpang III Sipin, Kec. Kota Baru, Kota Jambi,
Jambi 36124, bahan kimia yang digunakan adalah metanol, etanol, akuades, wagner, mayer,
dragendroff, HCL, FeCl3, serbuk magnesium, kloroform, natrium asetat, alumunium klorida,
DPPH dan kuersetin.
Peralatan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, batang
pengaduk, penangas air, mikro pipet, corong, sendok tanduk, pipet tetes, alumuniumfoil, kertas
saring, kuvet, rotary evaporator, timbangan, blender, rak tabung reaksi, pinset,spektrofototmetri
UV-VIS(singlebeem), hotplate, autoklaf, botol Kaca.

Metode Penelitian
Persiapan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun coklat yang berasal dari Jl. Sunan Giri
No.36-62, Simpang III Sipin, Kec. Kota Baru, Kota Jambi, Jambi 36124. Sampel yang diambil
adalah daun yang masih segar, berwarna hijau, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

Pembuatan Simplisia Daun Coklat

Daun coklat yang telah diambil selanjutnya disortasi basah untuk dipisahkan dari kotoran atau
bahan asing, kemudian dicuci dengan menggunakan air yang mengalir lalu ditiriskan. Dilanjutkan
dengan perajangan untuk mempermudah Proses pengeringan. Pada pengeringan bahan simplisia
dijemur di bawah sinar matahari yang ditutup dengan kain hitam, kemudian simplisia yang telah
kering dilakukan sortasi kering. Selanjutnya simplisia dihaluskan agar menjadi serbuk dengan
menggunakan blender lalu diayak menggunakan ayakan dengan nomor Mest 60 (Rasydy et al,
2019).

Perhitungan Rendemen

Berdasarkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2017), rendemen merupakan


perbandingan ekstrak yang diperoleh dengan simplisia yang digunakan, dengan rumus :

Pembuatan Ekstrak Daun Coklat

Ekstrak daun coklat diperoleh dari metode maserasi dengan pelarut metanol dengan perbandingan
1 : 5. Serbuk kering daun coklat dimasukkan kedalam botol coklat sebanyak 500 g kemudian
ditambahkan metanol sebanyak 2500 mL. 6 jam pertama perendaman sekali-sekali diaduk,
kemudian didiamkan selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara di saring. Residu dimaserasi
kembali dan dilakukan seperti pengerjaan pertama. Semua maserat yang didapat dikumpulkan
menjadi satu dan dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh ekstrak
yang kental (Komala et al, 2021).

Skrinig Fitokimia

Uji skrining fitokimia sebagai berikut :

PAGE \* MERGEFORMAT 13
1. Uji Saponin

Ekstrak daun coklat sebanyak 0,1 g dimasukkan kedalam tabung reaksi dicampurkan dengan 10
mL air hangat atau air panas, lakukan pendinginan kemudian dikocok selama 10 menit. jika
terdapat busa yang tidak hilang selama 5 menit kemudian ditambahkan HCL 2 N busa tetap
konstan maka hasil tersebut menunjukkanpositif mengandung saponin (Rasydy et al, 2019).

2. Uji Flavonoid

Ekstrak daun coklat sebanyak 0,1 g dengan 1 ml etanol dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu
panaskan dan aduk hingga homogen, campurkan serbuk magnesium sebanyak 0,1 g kemudian
ditambahkan HCL pekat sebanyak 2 tetes jika terjadi perubahan warna kuning, kecoklatan, hijau,
hitam, merah dan orange menunjukkan positif mengandung flavonoid (Rasydy et al, 2019).

3. Uji Alkaloid

Ekstrak daun coklat sebanyak 0,1 g dimasukkan kedalam tabung reaksi dicampurkan dengan 2 mL
kloroform dan 2 mL ammonia, dikocok dan ditambahkan HCL 2 N. kemudian larutan yang
didapat dibagi menjadi 3 bagian dalam tabung reaksi. Masing masing dari tabung reaksi
dicampurkan dengan pereaksi dragendroff, pereaksi mayer, pereaksi wagner, hasil positif
mengandung senyawa alkaloid dari pereaksi dragendroff akan menghasilkan endapan
merah/jingga, pada pereaksi mayer akan menghasilkan warna endapan putih dan pada pereaksi
wagner akan menghasilkan endapan coklat (Rasydy et al, 2019)

4. Uji Polifenol

Ekstrak daun coklat sebanyak 0,1 g dan 1 ml etanol dimasukkan kedalam tabung reaksi aduk
hingga homogen kemudian ditambahkan 3-5 tetes FeCl3. Jika menghasilkan warna hijau
kehitaman dan biru kehitaman menunjukkan mengandung senyawa polifenol (Bayani, 2016).

Pengujian Sampel

Pengujian Pendahuluan Antioksidan

Sebanyak 0,01 g ekstrak ditambahkan 5 tetes larutan DPPH kocok hingga homogen. Adanya
aktivitas antioksidan pada ekstrak ditunjukkan ada perubahan warna dari ungu menjadi kuning
(Sari et al, 2021)

Penetapan Kadar Flavonoid Total (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2017)

1. Preparasi Larutan Standar Kuersetin

Timbang 0,01 g kuersetin, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL sehingga diperoleh larutan
konsentrasi 100 ppm, larutkan dan tambahkan etanol sampai tanda batas. Buat seri pengenceran
dengan kadar berturut-turut 10 ,9, 8, 7, 6, 5 dan 4 ppm.

2. Preparasi Larutan Uji

Timbang 0,1 g ekstrak sehingga diperoleh 10.000 ppm, masukkan ke dalam tabung reaksi,
tambahkan 10 mL etanol, aduk sampai semua ekstrak terlarut. Saring kedalam labu tertukur 10
mL, bilas kertas saring dengan etanol dan tambahkan etanol sampai tanda batas, lalu lakukan
pengenceran 1000 ppm dalam labu 10 mL yang akan digunakan untuk penelitian.

3. Penentuan panjang gelombang maksimum

Lakukan pengukuran panjang gelombang maksimum kurang lebih 300 – 600 nm (Azizah et al,
2014).

4. Penetapan Kadar Flavonoid Total

PAGE \* MERGEFORMAT 13
Pipet secara terpisah 0,5 mL Larutan uji dan masing-masing seri larutan

pembanding kedalam wadah yang sesuai, tambahkan pada masing-masing 1,5 mL etanol, 0,1 mL
aluminium klorida 10%, 0,1 mL natrium asetat 1 M dan 2,8 mL air. Kocok dan diamkan selama 30
menit pada suhu ruang. Lakukan pengukuran blangko dengan cara yang sama, tanpa penambahan
aluminium klorida. Buat kurva kalibrasi. Hitung persentase flavonoid total dengan rumus:

Keterangan:

C: Konsentrasi Sampel (μg/mL)

V: Volume Larutan Sampel (mL)

Fp: Faktor Pengenceran

m: Berat Simplisia (g)

Aktivitas Antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH

1. Pembuatan larutan DPPH

Larutan DPPH 100 ppm dibuat dengan melarutkan DPPH sebanyak 10 mg kedalam 100 mL
metanol (Tristantini et al, 2016).

2. Pembuatan larutan uji ekstrak

Ekstrak ditimbang sebanyak 10 mg selanjutnya dilarutkan dalam 10 mL metanol dan dimasukkan


ke dalam labu ukur sehingga diperoleh larutan induk 1000 ppm. Dari larutan induk tersebut dibuat
seri konsentrasi menjadi 300, 250,200, 150, 100 dan 50 ppm (Handayani et al, 2014).

3. Pembuatan larutan standar kuersetin

Larutan standar dibuat dengan 100 ppm yaitu dengan cara serbuk kuersetin ditimbang 10 mg,
kemudian dilarutkan dengan metanol hingga homogen dalam labu ukur 100 mL dan cukupkan
volumenya. Dibuat seri konsentrasi 10, 9, 8, 7, 6, dan 5 ppm (Handayani et al, 2014).

4. Penentuan panjang gelombang maksimum

Larutan stok DPPH dengan konsentrasi 100 ppm diambil sebanyak 4 mL.

Selanjutnya dilakukan pengukuran Panjang gelombang maksimal. Dengan mengukur absorbansi


larutan DPPH pada spektrofotometer pada panjang gelombang 400-525 nm (Handayani et al,
2014).

5. Penentuan waktu inkubasi optimum

Penentuan optimasi waktu inkubasi bertujuan untuk mengetahui waktu

yang dibutuhkan suatu zat untuk bereaksi secara optimum sehingga menghasilkan serapan yang
stabil (Resti dan Tresna, 2020) . Larutan DPPH dipipet sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur 5 mL
yang seluruh bagiannya sudah ditutup menggunakan alumunium foil, kemudian ditambahkan
metanol sampai tanda batas dan dihomogenkan. Sampel diukur dan diamati pada panjang
gelombang maksimum tiap 30 ,40, 50 dan 60 menit, dan ditentukan waktu optimum (Nuraeni dan
Br Sembiring, 2019).

6. Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH:

PAGE \* MERGEFORMAT 13
1. Pengukuran aktivitas antioksidan larutan kuersetin sebagai pembanding.

Dipipet 0,5 mL dari masing-masing larutan kuersetin dengan konsentrasi (10, 9, 8, 7, 6 dan 5
ppm), selanjutnya ditambahkan larutan DPPH sebanyak 3,5 mL hingga homogen. Campuran
tersebut selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu ruang (20 sampai dengan 250C) sesuai dengan
hasil optimasi waktu. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum.

2. Pengukuran aktivitas antioksidan larutan uji ekstrak daun coklat

Dipipet 0,5 mL konsentrasi (300, 250, 200, 150, 100 dan 50 ppm), selanjutnya ditambahkan
larutan DPPH sebanyak 3,5 mL hingga homogen. Campuran tersebut selanjutnya dilakukan
inkubasi pada suhu ruang sesuai dengan hasil optimasi waktu. Serapan diukur pada panjang
gelombang maksimum (Handayani et al, 2014).

8. PerhitungannilaiIC50

Nilai persentase hambatan terhadap DPPH dapat dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

Abs.kontrol = absorbansi serapan larutan DPPH

Abs.sampel = absorbansi serapancampuran larutan uji

Semakin besar % inhibisi menunjukan semakin besar aktivitas antioksidan.

Perhitungan Nilai IC50 = (y – a) / b

Keterangan :

y = 50

a = nilai a dari hasil persamaan regresi linier

b = nilai b dari hasil persamaan regresi linier

HASIL DAN PEMBAHASAN

Determinasi
Determinasi dilakukan untuk memastikan identitas tanaman yang digunakan dalam penelitian
(Nuraini et al, 2022). Tujuan determinsi untuk mengetahui kebenaran tanaman yang akan diteliti
dan menghindari kesalahan atau kemungkinan tercampurnya tanaman yang akan diteliti dengan
tanaman lain (Klau dan Hesturini, 2021). Daun coklat (Theobroma cacao L) yang digunakan
dalam penelitian ini dideterminasi secara anatomi di Laboratorium Biologi UNPAD. Hasil dari
determinasi menunjukkan bahwa daun coklat yang digunakan dalam penelitian ini sudah sesuai
identifikasi, yaitu dari jenis Theobroma cacao L, kerajaan plantae dan keluarga malvaceae.
Penyiapan Bahan Uji
Pada penelitian ini digunakan bahan berupa daun coklat yang diperoleh dalam keadaan segar dari
Jl. Sunan Giri No.36-62, Simpang III Sipin, Kec. Kota Baru, Kota Jambi, Jambi 36124. Proses
penyiapan simplisia diawali dengan sortasi basah serta pencucian terhadap daun segar untuk
memisahkan kotoran atau bahan asing serta bagian tanaman lain seperti ranting, batang, buah dan
tulang daun yang tidak diinginkan dari bahan simplisia. Dilanjutkan dengan perajangan untuk
mempermudah proses pengeringan. Pada pengeringan bahan simplisia dijemur di bawah sinar
matahari yang ditutup dengan menggunakan kain hitam (Mandal et al, 2015). Fungsi dari kain
hitam adalah untuk menyerap sinar ultraviolet yang bersifat merusak, memberikan penyebaran
panas yang merata, sehingga kerusakan kandungan senyawa bahan dapat dicegah. Kain hitam juga
berfungsi mempercepat proses pengeringan dikarenakan kain hitam bersifat menyerap panas
matahari sehingga pengeringan cepat tercapai (Patria, 2013). Pengeringan ini bertujuan untuk

PAGE \* MERGEFORMAT 13
mengurangi kadar air sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menurunkan
mutu atau merusak bahan simplisia (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2015).
Kemudian simplisia yang telah kering dilakukan sortasi kering dengan tujuan untuk memisahkan
benda asing, seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada atau
tertinggal pada simplisia kering (Inorah, 2013). Selanjutnya simplisia dihaluskan agar menjadi
serbuk dengan menggunakan blender, dengan tujuan agar meningkatkan luas permukaan simplisia
untuk kontak dengan pelarut sehingga memudahkan masuknya pelarut ke dalam struktur seluler
tanaman yang dapat memaksimalkan proses ekstraksi lalu diayak menggunakan ayakan dengan
nomor mesh 60 (Mandal et al, 2015) Penggunaan ayakan mesh 60 jika untuk ekstraksi, kehalusan
bahan dan waktu dapat mempengaruhi mutu dari ekstrak, oleh karena itu semakin kecil ukuran
bahan yang digunakan maka semakin luas bidang kontak antara bahan dengan pelarut. Jika terlalu
kecil atau terlalu besar ukurannya dikhawatirkan senyawa yang terkandung pada bahan akan
mudah menghilang dan pelarut tidak dapat menarik senyawa yang akan digunakan untuk
pengujian maka dari itu pemilihan mesh 60 sangat tepat, agar menghasilkan hasil ekstraksi yang
baik (Antari et al, 2015).
Ekstraksi
Serbuk daun coklat diekstraksi menggunakan metode maserasi. Metode maserasi digunakan
karena dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhtarini,
2014). Maserasi selama waktu tertentu bertujuan agar memberikan waktu yang cukup untuk difusi
pelarut melalui dinding sel sehingga dapat melarutkan komponen aktif yang diinginkan ke
permukaan dinding sel. Pengadukan sesekali saat maserasi bertujuan untuk membantu difusi dan
juga memastikan tersebarnya larutan pekat (ekstrak) yang terakumulasi di permukaan partikel ke
dasar sehingga dapat memudahkan pelarut baru berdifusi melalui permukaan partikel untuk
ekstraksi lebih lanjut (Mandal et al, 2015).
Pelarut yang digunakan untuk meserasi serbuk daun coklat adalah metanol. Metanol merupakan
pelarut yang bersifat universal sehingga dapat melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar.
Metanol sebagai pelarut dalam penelitian ini didasari pada hasil penelitian Yuslinda et al, (2012),
dimana esktrak metanol daun ubi kayu memiliki daya inhibisi terhadap radikal bebas DPPH paling
tinggi dibandingkan ekstrak etanol dan ekstra n-heksan (Novita, Melly, Yura dan Sulaiman, 2016).
Ekstrak yang diperoleh kemudian ditimbang dan dihitung nilai rendemennya.
Tabel Data rendemen ekstrak daun coklat

Penapisan Fitokimia
Rendemen (% b/b) 2,88
33
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat dalam sampel ekstrak daun coklat. Berdasarkan uji penapisan fitokimia yang telah
dilakukan, diperoleh hasil penapisan fitokimia yang dapat dilihat pada Tabel
Tabel Hasil penapisan fitokimia ekstrak daun coklat

Pengujian saponin dilakukan dengan cara pengocokan kuat pada ekstrak sehingga membentuk
busa yang tidak hilang setelah ditambahkan HCl 2N. Saponin memiliki dua gugus berbeda sifat
yaitu gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik. Penambahan HCl pada pengujian saponin
menyebabkan meningkatnya kepolaran senyawa saponin sehingga terjadi perubahan letak gugus
penyusunnya. Dalam keadaan tersebut, gugus yang bersifat polar (hidrofilik) akan menghadap ke
luar dan gugus non-polar (hidrofobik) menghadap ke dalam dan membentuk struktur yang disebut
struktur misel. Keadaan ini membentuk busa yang menjadi tanda adanya senyawa saponin dalam
ekstrak (Putri dan Lubis, 2020). Busa terbentuk dikarenakan adanya kandungan glikosida yang
memiliki kemampuan membentuk busa dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa, Hidrolisis
terjadi karena adanya penambahan HCl yang dimaksudkan untuk memutuskan gugus glikosida
(Latifah, 2015).
Pengujian flavonoid menggunakan serbuk magnesium yang ditambahkan pada ekstrak metanol
daun coklat. Penambahan serbuk magnesium mereduksi inti benzopiron pada flavonoid dan
membentuk garam flavilium (Marwati et al, 2020). Sementara itu, penambahan asam klorida
menyebabkan terhidrolisisnya senyawa flavonoid menjadi aglikon O-glikosil, dan suasana asam
yang terbentuk setelahnya dapat memicu tereduksinya garam flavinium (Ramayani et al, 2020)
sehingga menghasilkan perubahan warna larutan ekstrak menjadi hijau kehitam yang menandakan
adanya flavonoid pada ekstrak tersebut (Simaremare, 2014).

PAGE \* MERGEFORMAT 13
Pengujian alkaloid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendrof.
Pereaksi Mayer terdiri dari merkuri klorida dan kalium iodida. Penambahan kalium iodida yang
berlebih akan membentuk kalium tetraiodomerkurat (II). Sedangkan alkaloid mengandung atom-
atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas yang membentuk ikatan kovalen koordinasi
dengan ion logam. Ketika direaksikan dengan pereaksi Mayer, atom nitrogen yang dimiliki
alkaloid bereaksi dengan ion logam kalium dalam kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk
kompleks kalium-alkaloid (Sabdoningrum et al, 2021). Pada pengujian pereaksi Wagner, iodin
bereaksi dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji
Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid
membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Pada pengujian pereaksi Dragendorff,
bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut
mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (Marlina et al,2005). Pada penambahan reaksi
terbentuk endapan berwarna putih pada pereaksi Mayer, coklat pada pereaksi Wagner dan
merah/jingga pada pereaksi Dragendrof (Barua dan Naim, 2013).
Pengujian polifenol dilakukan dengan menggunakan FeCl3. Fungsi dari pereaksi FeCl3 adalah
untuk membentuk reaksi subtitusi dengan mengganti gugus OH pada polifenol dan membentuk
senyawa kompleks dengan menghasilkan warna biru kehitaman. perubahan warna yang terjadi
karena larutan FeCl3 bereaksi dengan salah satu gugus hidrosil yang ada pada senyawa polifenol
(Hapsari et al, 2018).
Penetapan Kadar Flavonoid Total
Tabel Hasil penetapan kadar flavonoid total ekstrak daun coklat

Uji kadar flavonoid total menggunakan metode AlCl3 Prinsip penetapan kadar flavonoid
menggunakan metode AlCl3 yaitu terbentuknya kompleks antara aluminium klorida dengan gugus
keton pada atom C-4 dan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga dari golongan
flavon dan flavonol (Nofita et al, 2020). Senyawa flavonoid yang mempunyai gugus hidroksil
yang bertetanggan dengan flavon dan flavonoid adalah kuersetin sehingga kuersetin digunakan
sebagai standar (Aminah et al, 2017).
Uji kadar flavonoid total diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum. Panjang
gelombang maksimum yang diperoleh adalah 380 nm. Panjang gelombang dilakukan untuk
memperoleh kurva kalibrasi. Pada pengujian kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linier
absorban kuersetin dengan konsentrasi yaitu y = 0,0843x + 0,0611 dengan nilai r = 0,9859.
Persamaan regresi linear kuersetin dapat digunakan untuk menentukan suatu konsentrasi senyawa
flavonoid total pada ekstrak (Nofita et al, 2020).
Penetapan kadar flavonoid total pada ekstrak daun coklat dilakukan dengan cara ditimbang ekstrak
kental kemudian dilarutkan menggunakan etanol dengan penambahan alumunium klorida 10%.
Tujuan penambahan AlCl3 adalah untuk memebentuk reaksi antara AlCl3 dengan senyawa
flavonoid yang terdapat didalam ekstrak dengan membentuk kompleks antara gugus hidroksil dan
keton yang bertetangga atau dengan gugus hidroksil yang saling bertetangga. AlCl3 akan bereaksi
dengan gugus keton pada C4 dan gugus OH pada C3 atau C5 pada senyawa flavon atau flavonol
membentuk senyawa kompleks yang stabil (Nurmila et al., 2019). Selain penambahan AlCl3
dilakukan penambahan Natrium asetat 1 M. Penambahan natrium asetat dimaksudkan untuk
digunakan sebagai pereaksi geser dan untuk mendeteksi adanya gugus 7-OH, selain itu juga untuk
mempertahankan panjang gelombang pada daerah visible (tampak) (Suwartini et al, 2021).
Pengujian diinkubasi selama 30 menit sehingga reaksi antara flavonoid dengan AlCl3 menjadi
lebih sempurna. Reaksi yang telah sempurna ditunjukkan dengan absorbansi larutan yang stabil
pada panjang gelombang maksimum (Suharyanto dan Prima, 2020).
Kadar flavonoid pada ekstrak metanol kulit buah kakao dengan metode AlCl3 adalah sebesar 0,23
mg QE/g ekstrak ± 0,01 (Azizah et al, 2014). Dan kadar flavonoid pada ektrak metanol biji kakao
adalah sebesar 11,81 mgQE/g ekstrak (Ariyanti, 2019). Jika dibandingkan dengan kadar flavonoid
pada ekstrak metanol daun coklat dengan metode yang sama, menghasilkan 16,47 mg QE/g
ekstrak ± 0,07. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun coklat
menghasilkan kadar flavonoid paling tinggi di bandingkan kulit buah dan biji coklat. Hal ini di
karenakan senyawa flavonoid paling banyak pada klorofil dan klorofil paling banyak terkandung
pada daun (Restanti, 2019). Semakin tinggi kadar flavonoid yang di hasilkan maka akan semakin
baik, karna flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan. Mekanisme kerja dari flavonoid sebagai
antioksidan bisa secara langsung maupun secara tidak langsung. Flavonoid sebagai antioksidan
secara langsung adalah dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat menetralisir efek toksik

PAGE \* MERGEFORMAT 13
dari radikal bebas. Flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung yaitu dengan
meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen melalui beberapa mekanisme. Salah satu
mekanisme peningkatan ekspresi gen antioksidan adalah melalui aktivasi nuclear factor erythroid 2
relates factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan gen yang berperan dalam sintesis enzim
antioksidan endogen seperti misalnya enzim SOD (superoxide dismutase) ( Kusuma, 2015).
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH
(diphenylpicrylhydrazyl). Pemilihan metode yang sederhana dalam pengerjaan, mendapatkan hasil
yang cepat serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk pengujian (Yahya dan Nurrosyidah,
2020). Hasil yang diperoleh dalam pengujian ini dapat dilihat ditabel berikut.
Tabel Hasil uji pendahuluan antioksidan ekstrak daun coklat

Tabel Hasil uji antioksidan ekstrak daun coklat

Pada pengujian antioksidan ekstrak serbuk daun coklat dilakukan penentuan waktu inkubasi
optimum dengan hasil absorbansi tertinggi, maka diperoleh inkubasi 30 menit. Tujuan di inkubasi
selama 30 menit karena reaksi berjalan lambat sehingga sampel membutuhkan waktu untuk dapat
bereaksi dengan dengan radikal bebas. Proses berjalannya reaksi tersebut ditandai dengan
perubahan warna sampel yang awalnya ungu menjadi warna kuning. Perubahan warna ini
menandakan bahwa ekstrak memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Radikal bebas DPPH yang
memiliki elektron tidak berpasangan akan memberikan warna ungu. Warna akan berubah menjadi
kuning saat elektronnya berpasangan, Perubahan intensitas warna ungu ini terjadi karena adanya
peredaman radikal bebas yang dihasilkan oleh bereaksinya molekul DPPH dengan atom hidrogen
yang dilepaskan oleh molekul senyawa sampel sehingga terbentuk senyawa difenil pikrilhidrazin
dan menyebabkan terjadinya perubahan warna dari ungu menjadi kuning (Hasan et al, 2022).
Pengujian antioksidan melakukan penentuan panjang gelombang maksimum. panjang gelombang
maksimum yang diperoleh adalah 415 nm. panjang gelombang dilakukan untuk memperoleh kurva
kalibrasi (Nofita et al, 2020). Pada pengujian kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi linier
absorban ekstrak daun coklat dengan konsentrasi y = 0,1608x + 17.391 dengan nilai r = 0,994.
Pengujian dilakukan pada suhu ruang (20 sampai dengan 25 0C). Penggunaan suhu ruang dikarena
suhu dapat menyebabkan Penurunan kapasitas antioksidan. Pengujian dilakukan secara tertutup
(gelap) agar menghindari kerusakan pada sampel (Wulansari et al, 2020). DPPH sangat sensitif
dengan cahaya, sehingga jika terkena cahaya maka senyawa DPPH akan mudah rusak (Nahat,
2017).
Mekanisme kerja antioksidan dari metode DPPH terjadi karena adanya donor atom hidrogennya
sehingga akan menghambat aktivitas dari radikal bebas. Larutan radikal bebas pada DPPH
memiliki atom nitrogen yang tidak berpasangan. Reaksi DPPH dengan atom hidrogen yang
terdapat dalam antioksidan dapat membuat larutan DPPH menjadi berkurang reaktivitasnya
(Yahya dan Nurrosyidah, 2020). Nilai IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi
sampel uji (μg/mL) yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50%. tingkatan kekuatan nilai
IC50 jika dibawah <50 μg/mL menunjukkan kekuatan sangat kuat sedangkan diatas >250 μg/mL
menunjukkan lemah (Nasution et al, 2015). Nilai IC50 pada aktivitas antioksidan ekstrak kulit
buah kakao yaitu 6,50 μg/mL, termasuk dalam kategori sangat kuat (Giskha et al, 2022). nilai IC50
pada aktivitas antioksidan ekstrak polifenol kulit biji kakao dengan metode DPPH yaitu 74,31
μg/mL, termasuk dalam kategori kuat (Utami et al., 2017). Ekstrak metanol sebuk daun coklat
memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan nilai IC50 203,08 μg/mL ± 0,65. Perbedaan nilai
IC50 pada buah, biji dan daun coklat dikarenakan perbedaan suhu yang digunakan, buah coklat
menghasilkan IC50 sangat kuat dengan suhu beku (-10 sampai dengan 2 0C), ekstrak biji coklat
menghasilkan IC50 kuat dengan suhu kamar, sedangkan ekstrak daun coklat menggunakan suhu
ruang (20 sampai dengan 25 0C). Semakin lama waktu penyimpanan dan tinggi suhu
penyimpanan, maka penurunan kapasitas antioksidan akan semakin cepat (Giskha et al, 2022).
Menurut penelitian Madrau et al, (2009) menjelaskan bahwa suhu yang tinggi akan merusak ikatan
pada senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan (chain-breaking activity) sehingga kapasitas
antioksidan menjadi menurun akibat ketidakstabilan dalam senyawa. Selain suhu, Perbedaan nilai
IC50 pada buah, biji dan daun coklat dikarenakan tempat tumbuh tananam coklat yang berbeda
baik dari cuaca, struktur tanah, dan kandungan air (Utami et al, 2017).
Pada penelitian ini digunakan kuersetin sebagai pembanding untuk mengetahui bahwa metode
yang digunakan sudah benar. Kuersetin digunakan sebagai pembanding karena merupakan

PAGE \* MERGEFORMAT 13
golongan flavonoid yang sering ditemukan dalam tumbuhan dan diketahui memiliki banyak
aktivitas biologis, khususnya antioksidan (Handayani, Najib dan Wati, 2018). Kuersetin pada
penelitian ini memiliki aktivitas antioksidan yang termasuk dalam kategori sangat kuat yaitu
dengan nilai IC50 10,30 μg/mL ± 0,01. Hasil analisis ini menunjukkan aktivitas antioksidan
kuersetin lebih kuat dibanding aktivitas antioksidan ekstrak daun kakao (Theobroma cacao L).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
a. Ekstrak metanol daun coklat memiliki kadar flavonoid total yaitu sebesar 16,47
mgQE/g Ekstrak ± 0,07.
b. Ekstrak metanol daun coklat memiliki aktivitas antioksidan dalam peredaman DPPH
dengan nilai IC50 sebesar 203,08 μg/mL ± 0,65.
Saran
Penelitian lebih lanjut seperti fraksinasi atau proses isolasi perlu dilakukan untuk
mengetahui senyawa flavonoid yang terdapat didalam daun coklat.

DAFTAR PUSTAKA
Aminah, A., Tomayahu, N., & Abidin, Z. 2017. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol
Kulit Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, 4(2), 226–230.

Andarina, R., & Djauhari, T. 2017. Antioksidan Dalam Dermatologi. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 4(1), 39–48.

Antari, N. M. R. O., Wartini, N. M., & Mulyani, S. 2015. Pengaruh Ukuran Partikel dan Lama
Ekstraksi Terhadap Karakteristik Ekstrak Warna Alami Buah Pandan (Pandanus tectorius). Jurnal
Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 3(4), 30–40.

Ariyanti, M dan Wahyuni. 2019. Kandungan Flavonoid dan total Fenol pada Bubuk Kakao
Fermentasi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. 76-79.

Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol
Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana, 2(4), 1–7.

Azizah, D.N., Endang, K., dan Fahrauk, F. 2014. Penetapan Kadar Flavonoid Metode AlCl3 pada
Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L). Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(2), 45-49.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2020. Statistik Kakao Indonesia (Vol. 4, Issue 1). Badaring, D.
R., Sari, S. P. M., Nurhabiba, S., Wulan, W., & Lembang, S. A. R. 2020. Uji Ekstrak Daun Maja
(Aegle marmelos L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Indonesian Journal of

Fundamental Sciences, 6(1), 16.

Barua, S., Naim, Z., dan S. G. 2013. Pharmacological, Phytochemi Cal and

Physicochemical Properties of Methanol Extracts of Erioglossum

Rubiginosum Barks. Health Sciences, 3(11), 51–62.

Bayani, F. 2016. Analisis Fenol Total dan Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak

Buah Sentul (Sandoricum koetjape Merr). Hydrogen: Jurnal Kependidikan

Kimia, 4(1), 55.

PAGE \* MERGEFORMAT 13
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Parmameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat . Farmakope Herbal Indonesia Edisi II.

Fakriah, Kurniasih, E., . A., & . R. 2019. Sosialisasi Bahaya Radikal Bebas dan

Fungsi Antioksidan Alami Bagi Kesehatan. Jurnal Vokasi, 3(1), 1.

Giskha, P.C et al. 2022. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao L)
pada Perlakuan Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal

rekayasa dan manajement argoindustri. 11(1). 33

Handayani, V., Ahmad, A. R., Sudir, M., Etlingera, P., & Sm, R. M. 2014. Uji

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bunga dan Daun Patikala ( Etlingera elatior ( Jack ) R .
M . Sm ) Menggunakan Abstrak. Pharm Sci Res, 1(2), 86–93.

Handayani, S., Najib, A. and Wati, N.P. 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Daruju
(Acanthus ilicifolius L.) dengan Metode Peredaman Radikal Bebas 1,1-Diphenyl-2-
Picrilhidrazil(DPPH). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5(2). 299–308.

Hapsari, A. M., Masfria, M., & Dalimunthe, A. 2018. Pengujian Kandungan Total Fenol Ekstrak
Etanol Tempuyung (Shoncus arvensis L.). Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM),
1(1), 284–290.

Harbone J.B. 1996. metode fitokimia (ii). ITB Bandung.

Hasan, H., Ain Thomas, N., Hiola, F., & Ibrahim, A. S. 2022. Skrining Fitokimia

dan Uji Aktivitas Antioksidan Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) Dengan Metode 1,1-
Diphenyl-2 picrylhidrazyl (DPPH). Indonesian Journal of Pharmaceutical Education, 1(3), 67–73.

Hasanah, M., Amaliani, S., & Rikmasari, Y. 2017. Analisis Antioksidan dari .Berbagai Fraksi
Daun Cokelat (Theobroma cacao L.). Jurnal Ilmiah Bakti

Inorah., P. &. 2013. Pengelolahan Tanaman Obat Bahan Simplisia (p. 155). Irawan, A. 2019.
Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil Pengukuran dalam Kegiatan
Penelitian dan Pengujian. Indonesian Journal of

Laboratory, 1(2), 1.

Kesehatan, B. P. dan P. 2015. Pedoman Budidaya Panen dan Pascapanen

Tanaman obat.

Kesuma, Y. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik.

Klau, M. H. C., & Hesturini, R. J. 2021. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol

Daun Dandang Gendis (Clinacanthus nutans (Burm F) Lindau) Terhadap Daya Analgetik Dan
Gambaran Makroskopis Lambung Mencit. Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, 4(1), 6–12.

Komala, O., . Y., & Rahmawati, R. 2021. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% dan Fraksi Daun
Kirinyuh (Chromolaena odorata L.) terhadap Propionibacterium Acnes. Fitofarmaka: Jurnal Ilmiah
Farmasi, 11(1), 23– 34.

Kusuma, A.S.W. The Effect of Ethanol Extract of Soursop Leaves (Annona muricata L.) to
Decreased Levels of Malondialdehyde. J Majority. 4(3). 16-17.

Latifah. 2015. Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid dan Uji Aktivitas Antioksidan pada

PAGE \* MERGEFORMAT 13
Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L). dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-
Pikrilhidrazil). Jurnal Penelitian.

Mandal, S. C., Mandal, V., & Das, A. K. 2015. Essentials of Botanical Extraction: Principles and
Applications. In Essentials of Botanical Extraction: Principles and Applications.

Mandhaki, N., Huda, C., & Putri, A. E. 2021. Aktivitas Antibakteri Fraksi Daun Kakao
(Theobroma cacao L.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Sains Dan
Kesehatan, 3(2), 188–193.

Madrau, M. A., Piscopo, A., Sanguinetti, A. M., Del Caro, A., Poiana, M., Romeo, F. V., and Piga,
A. 2009. Effect of drying temperature on polyphenolic content and antioxidant activity of apricots.
Europe Food Reseacrh Technology. 228(3). 441–448.

Marlina, S.D, Venti, S, dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis
Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol.
biofarmasi.3(1). 26-31.

Marwati, A. D. et. al. 2020. Formulasi Dan Evaluasi Sifat Fisik Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak
Daun Bakau Hitam (Rhizophora Muc ronata) dan Vitamin C Sebagai Antioksidan. Jurnal Ilmiah
Jophus: Journal of Pharmacy UMUS. 2(1). 21-27.

Mukhtarini. 2014. Ekstraksi Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif. J. Kesehat., vol.
VII, no. 2, p. 361, 2014. J. Kesehat., vol. VII(no. 2), p. 361.

Nahat, P.T. Tuty, P. S. . dan N. 2017. Kandungan Asam Sianida dan Aktivitas Antioksidan pada
Kluwak (Pangium edule Reinw.) setelah proses perebusan. 6(2), 1–14.

Nasution, P. A., Batubara, R., & Surjanto. 2015. Tingkat Kekuatan Antioksidan dan Kesukaan
Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk) Berdasarkan Pohon
Induksi dan Non-Induksi. Peronema - Forest Science Journal., 4(1), 10–18.

Nofita, D., Sari, S. N., & Mardiah, H. 2020. Penentuan Fenolik Total dan Flavonoid Ekstrak
Etanol Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata J.R& G.Forst) secara Spektrofotometri. Chimica et
Natura Acta, 8(1), 36.

Novita, Melly, Yura, S., & Sulaiman, M. I. 2016. Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Aktivitas
Antioksidan dan Kandungan Fenol Beberapa Jenis Bayam dan Sayuran Lain. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian, 1(1), 935–940.

Nuraeni, F., & Br Sembiring, S. B. 2019. Aktivitas Antioksidan dan Identifikasi Senyawa Ekstrak
Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum) dengan Liquid Chromatography-Mass Spectrometry (LC-
MS). Ekologia, 19(2), 65–72.

Nuraini, M., Zustika, D. S., & Lestari, T. 2022. Karakterisasi Simplisia dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid Ekstrak Daun Puring Kura (Codiaeum variegatum L). Prosiding Seminar Nasional
Desiminasi, 2, 232– 243.

Nurmila, N., Sinay, H., & Watuguly, T. 2019. Identifikasi dan Analisis Kadar Flavonoid Ekstrak
Getah Angsana (Pterocarpus indicus Willd) di Dusun Wanata Kecamatan Leihitu Kabupaten
Maluku Tengah. Biopendix: Jurnal Biologi, Pendidikan Dan Terapan, 5(2), 65–71.

Patria, W.D., dan C. . S. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan menggunakan Radikal 1,1-Difenil-2-
Pikrilhidrazil (DPPH) dan Penetapan Kandungan Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik
Daun Benalu (Dendrophthoe pentandra L. Miq.) yang Tumbuh di Pohon Kepal (Stelechocarpus
burahol (Bl. FARMASI SAINS, 10(1), 129.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao indonesia. 2010. Budi Daya Kakao. AgroMedia. Putri, D. M., &
Lubis, S. S. 2020. Skrining Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Daun

PAGE \* MERGEFORMAT 13
Kalayu (Erioglossum rubiginosum (Roxb.) Blum). Amina, 2(3), 120–125. Ramayani, S. L.,
Sandiyani, R. P., & Dinastyantika, V. O. 2020. Pengaruh Perbedaan Bagian Tanaman terhadap
Kadar Total Fenolik dan Kadar Total Flavonoid Ekstrak Talas (Colocasia esculenta L.). Media
Farmasi Indonesia.

15(2). 1611-1616.

Rasydy, L. O. A., Supriyanta, J., & Novita, D. 2019. Formulasi Ekstrak Etanol

96% Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.) Dalam Bedak Tabur Anti Jerawat Dan Uji Aktivitas
Antiacne Terhadap Staphylococcus Aureus. Jurnal Farmagazine, 6(2).

Resti Azkiya Rahmati, Tresna Lestari, R. 2020. Penetapan Kadar Total Flavonoid Ekstrak Etanol
dan Fraksi Daun Saliara (Lantana camara L.) Dengan

Metode Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Repository, 1(1), 112–119. Sabdoningrum, E. K. et. al.
2021. Characterization and Phytochemical Screening of Meniran (Phyllanthus niruri Linn)
Extract’s Nanoparticles Used Ball Mill

Method. Pharmacogn J. 13(6).1568-1572.

Sari, M., Ulfa, R. N., & Marpaung, M. P. 2021. Penentuan Aktivitas Antioksidan

dan Kandungan Flavonoid Total Ekstrak Daun Papasan (Coccinia grandis L) Berdasarkan
Perbedaan Pelarut Polar [ Determination of Antioxidant Activity and Total Flavonoid Contents
Extract of Papasan Leaves ( Coccinia grandi. Kovalen: Jurnal Riset Kimia, 7(1), 30–41.

Simaremare, E. . 2014. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea decumana
(Roxb.) Wedd). Pharmacy, 11(01), -undefined.

Sri Pratiwi Ratnaningrum. (2018). Pengaruh Suhu dan Lama Pelayuan terhadap Mutu Teh Hijau
Daun Kakao (Theobroma cacao L). Bitkom Research, 63(2), 1–3.

Suharyanto, & Prima, D. A. N. 2020. Penetepan Kadar Flavonoid Total pada Daun Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas L.) yang Berpotensi Sebagai Hepatoprotektor dengan Metode Spektrofotometri
UV-Vis. Cendekia Journal of Pharmacy, 4(2), 110–119.

Suwartini, L., Yanti, N., & Efrinalia, W. 2021. Optimasi Kondisi Pengujian Senyawa Flavonoid
Total di dalam Ekstrak Tanaman sebagai Pengayaan Bahan Ajar Praktikum Makromolekul dan
Hasil Alam di Laboratorium Kimia Organik. Jurnal Penelitian Sains, 23(1), 28.

Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., & Gabriel, J. 2016. Pengujian Aktivitas Antioksidan
Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung ( Mimusops elengi L ). Universitas Indonesia, 2.

Tuti Suharti. 2017. Dasar-Dasar Spektrofotometri Uv-Vis dan Spektrometri Massa untuk
Penentuan Struktur Senyaewa Organik. AURA.

Usman, U., Fildzania, D., & Fauzi, I. 2022. Uji Aktivitas Antioksidan dan Antidiabetes Ekstrak
Daun Mangrove Rhizopora mucronata. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 4(1), 28–35.

Utami, R.R. et al. 2017. Aktivitas Antioksidan Kulit Biji Kakao dari Hasil Penyangraian Biji
Kakao Kering pada Derajat Ringan, Sedang dan Berat. Agritech. 37(1). 89.

Warono, D., & Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer Analisa Zat Aktif Ketoprofein.
Konversi, 2, 60.

Winarsi, H. 2007. antioksidan alami dan radikal bebas. kanisius.

Winata, I. P., & Putri, A. D. 2019. Biji Mahoni sebagai Antioksidan. Jurnal

PAGE \* MERGEFORMAT 13
Penelitian Perawat Profesional, 1(1), 89–94.

Wulansari, I. D., Admadi, B., & Mulyani, S. 2020. Pengaruh Suhu Penyimpanan

terhadap Kerusakan Antioksidan Ekstrak Daun Asam (Tamarindusindica L).

Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 8(4), 544.

Yahya, M. A., & Nurrosyidah, I. H. 2020. Antioxidant Activity Ethanol Extract of Gotu Kola
(Centella asiatica (L.) Urban) with DPPH Method (2,2-Diphenyl-

1-Pikrilhidrazil). Journal of Halal Product and Research, 3(2), 106. Yuslianti, E. R. 2018.
Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. Deepublish.

PAGE \* MERGEFORMAT 13

Anda mungkin juga menyukai