1, Juni 2021 68 – 76
Abstrak
Kejibeling (Strobilanthes crispa L., Blume) dan Sambiloto (Andrographis paniculata Burm.
f. Nees) adalah tanaman yang mempunyai kandungan senyawa bioaktif yang memiliki
potensi sebagai antioksidan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui aktivitas
antioksidan kombinasi ekstrak etanol daun kejibeling dan daun sambiloto. Pengujian
antioksidan sampel menggunakan metode DPPH secara spektrofotometer UV-Vis. Serbuk
daun kejibeling dan sambiloto dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% sampai
diperoleh ekstrak kental setelah penguapan. Hasil uji aktivitas antioksidan didapatkan nilai
IC50 untuk ekstrak etanol kejibeling, ekstrak etanol sambiloto, kombinasi ekstrak
kejibeling:sambiloto (1:1), kombinasi (1:2) dan kombinasi (2:1) berturut-turut sebesar 71,39,
15,55, 7,58, 7,83 dan 6,35 ppm. Nilai IC50 kombinasi ekstrak dari daun kejibeling dan
sambiloto menunjukkan adanya peningkatan kemampuan antioksidan dibandingkan dengan
ekstrak tunggal kejibeling dan sambiloto.
Kata kunci: Antioksidan, daun kejibeling, daun sambiloto, DPPH.
Abstract
Kejibeling (Strobilanthes crispa L., Blume) and Sambiloto (Andrographis paniculate
Burm.f. Ness) are plants that contains bioactive compounds that have potential as antio
xidant. This study aims to determine the antioxidant activity of the combination ethanol
leaves extract of kejibeling and sambiloto. Antioxidant testing of samples used the DPPH
method by UV-Vis spectrophotometry. Powder of kejibeling and sambiloto leaves were
macerated using 96% ethanol and then evaporated until a thick extract was obtained. The
results of the antioxidant activity test showed that the value of IC50 for the ethanol extract of
kejibeling, ethanol extract of sambiloto, combination of kejibeling extract:sambiloto (1:1),
combination (1:2) and combination (2:1) were 71.39, 15.55, 7.58, 7.83 and 6.35 ppm
respectively. The IC50 value of the combination of extracts from kejibeling and sambiloto
leaves showed an increase in antioxidant ability compared to a single extract kejibeling dan
sambiloto.
Pendahuluan
Gaya hidup yang tidak sehat dan sumber, yaitu sisa metabolisme tubuh dan
dampak dari lingkungan yang buruk dapat beberapa faktor dari luar tubuh seperti
menyebabkan sistem kekebalan dalam faktor makanan, polusi udara, asap rokok
tubuh tidak mampu menghadapi radikal serta sinar ultraviolet (Ratnayani, 2012).
bebas. Radikal bebas bisa berasal dari dua Kandungan radikal bebas dan antioksidan
dalam tubuh yang tidak seimbang dapat dan tanaman kejibeling (Strobilanthes
menyebabkan stress oksidatif yang bisa crispa L., Blume). Tanaman kejibeling
merusak tubuh sehingga memicu beberapa mengandung berbagai macam metabolit
penyakit degenerative (Bherawi, 2017). sekunder dan zat-zat kimia seperti kalium,
Radikal bebas dapat diartikan sebagai natrium, asam silikat, kalsium, saponin,
atom atau molekul yang sangat reaktif alkaloid, polifenol dan flavonoid yang
karena mempunyai elektron yang tidak berperan sebagai antioksidan serta dapat
berpasangan pada kulit terluarnya menghambat pertumbuhan dan
sehingga membuatnya menjadi tidak perkembangan sel kanker (Andriani,
stabil dan cenderung untuk mengikat 2011). Tanaman kejibeling telah banyak
elektron senyawa lain sehingga terbentuk digunakan sebagai obat batu ginjal, batu
radikal bebas baru yang lebih reaktif empedu, diabetes, kolesterol dan tumor
(Stankovic S dan Radovanović, 2012). (Setyawan, 2016).
Radikal bebas yang lebih reaktif tersebut Sedangkan, tanaman sambiloto juga
cenderung terus mencari elektron di dapat digunakan untuk mengobati
molekul sekitarnya dan apabila tidak penyakit degeneratif misalnya tekanan
dikendalikan maka akan terjadi reaksi darah tinggi, reumatik dan diabetes
berantai. Reaksi berantai tersebut dapat (Rachmani, 2018). Tanaman sambiloto
berhenti apabila terdapat molekul yang dapat berkhasiat sebagai antioksidan,
mendonorkan elektronnya kepada radikal antiinflamasi dan antihiperglikemik
bebas yang bisa disebut dengan (Akbar, 2011). Berdasarkan hasil
antioksidan (Lamina S, 2013). penelitian Sari dkk (2014) menyatakan
Antioksidan merupakan senyawa bahwa di dalam tanaman sambiloto
donor elektron yang bisa digunakan untuk terkandung berbagai senyawa fenolik dan
mencegah pembentukan radikal dalam flavonoid dengan jumlah kandungan
tubuh manusia dengan cara berikatan flavonoid total dalam ekstrak etanol daun
dengan molekul radikal bebas. Dengan sambiloto sebesar 4,64±0,05% 𝑏⁄𝑏 dan
keberadaan senyawa antioksidan tersebut jumlah kandungan fenolik total dalam
dapat menetralisir terbentuknya radikal ekstrak etanol daun sambiloto sebesar
bebas dalam tubuh (Salamah, N., &
Widyasari, 2015). 5,38±0,05% 𝑏⁄𝑏 (Sari, 2019).
Di dalam tubuh manusia sudah Metode untuk pengujian antioksidan
terbentuk suatu senyawa antioksidan dari yang paling sering digunakan adalah
beberapa macam enzim antioksidan, metode DPPH. Radikal DPPH dengan
misalnya seperti enzim superoksida radikal hidrogen dari antioksidan akan
dismutase, glutasion peroksidase dan membentuk suatu molekul diamagnetik
katalase (Werdhasari, 2014). Kurangnya karena adanya elektron yang berpasangan
senyawa antioksidan dapat menyebabkan dan menjadi lebih stabil (Bahriul, 2014).
tingginya kandungan radikal bebas dalam Molekul yang terbentuk akan
tubuh (Bherawi, 2017). Namun kurangnya menunjukkan serapan kuat pada panjang
senyawa Oleh sebab itulah, diperlukan gelombang 517 nm (Jabbar, 2019).
antioksidan alami yang berasal dari Penelitian yang telah ada sebelumnya
tumbuhan yang dapat berpotensi untuk tentang aktivitas antioksidan pada ekstrak
mencegah tingginya kandungan radikal etanol daun kejibeling diperoleh nilai IC50
bebas dalam tubuh (Stankovic S dan 102,85 ppm (Adibi, 2017) dan nilai IC50
Radovanović, 2012). 6,5 ppm pada ekstrak daun sambiloto
Contoh tanaman dengan potensi (Saranya, 2010). Adanya potensi
antioksidan adalah tanaman sambiloto antioksidan dari kedua daun tersebutlah
(Andrographis paniculate Burm.f. Ness) yang melatarbelakangi dilakukannya
steroid, alkaloid dan asam lemak yang reduksi DPPH akan semakin besar
memiliki potensi sebagai antioksidan sehingga warna larutan menjadi lebih
(Herman, 2013). Selain itu pelarut etanol kuning. Adanya perubahan intensitas
merupakan suatu pelarut yang memiliki warna larutan disebabkan karena reaksi
sifat polar sehingga dapat melarutkan antara atom hidrogen yang berasal dari
senyawa antioksidan pada sampel yang senyawa antioksidan dalam sampel
umumnya bersifat polar (Wardatun, dengan DPPH sehingga membentuk suatu
2011). senyawa baru difenil pikril hidrazin
Setelah sampel tersebut dimaserasi, (DPPH2) yang disertai dengan terjadinya
hasil maserasi yang berupa ekstrak cair peluruhan warna DPPH menjadi warna
diuapkan menggunakan vacuum rotary kuning. Oleh sebab itu, dibuat konsentrasi
evaporator untuk memisahkan pelarut ekstrak yang berbeda-beda untuk
etanol dari ekstrak yang dihasilkan. Alat mengetahui tingkat peredaman warna
vacuum rotary evaporator memiliki ungu DPPH oleh antioksidan. Penurunan
kemampuan untuk menguapkan pelarut di intensitas dari warna tersebut berbanding
bawah titik didihnya. Hal tersebut dapat lurus dengan jumlah senyawa radikal
terjadi karena pada alat vacuum rotary bebas DPPH yang dapat diredam oleh
evaporator juga terdapat pompa vakum senyawa antioksidan sehingga membuat
yang dapat mengurangi tekanan pada absorbansinya menjadi semakin rendah.
permukaan sehingga membuat pelarut Oleh sebab itulah semakin kecilnya nilai
yang digunakan mengalami penguapan di absorbansi dari larutan berarti
bawah titik didihnya sehingga dapat menunjukkan semakin banyak senyawa
mencegah kerusakan komponen bioaktif antioksidan dalam sampel (Rachmani,
yang terkandung di dalam sampel akibat 2018).
adanya pemanasan pada suhu yang terlalu Perubahan warna pada DPPH itulah
tinggi. yang nantinya akan dijadikan acuan
Hasil ekstraksi yang diperoleh, yaitu pengukuran intensitas warna larutan
berupa ekstrak kental. Pembuatan ekstrak menggunakan spektrofotometer UV-Vis
kental tersebut agar pelarut yang 517 nm. Penelitian ini menggunakan 4
digunakan hilang sehingga diharapkan variasi konsentrasi larutan, yaitu 20, 40,
dihasilkan ekstrak yang hanya berisi 60 dan 80 ppm untuk ekstrak tunggal dan
komponen bioaktif dari serbuk simplisia kombinasi 1:1 serta 30, 60, 90 dan 120
tanpa ada pengaruh dari pelarut yang telah ppm untuk kombinasi 1:2 dan 2:1. Tabel 1
digunakan untuk ekstraksi (Setyawan, menyajikan tentang hasil uji aktivitas
2016). Dihasilkan ekstrak kental antioksidan daun kejibeling dan sambiloto
kejibeling sebanyak 10,314 gram dan beserta kombinasinya.
sambiloto 11,791 gram dengan persen Pada tabel 1 terlihat bahwa dengan
rendemen 10,314% untuk kejibeling dan bertambahnya konsentrasi larutan, nilai
11,791% untuk sambiloto. Nilai rendemen absorbansi semakin kecil dan nilai persen
yang tinggi menunjukkan bahwa semakin inhibisi semakin besar. Penurunan nilai
banyak kandungan senyawa bioaktif absorbansi tersebut disebabkan karena
dalam sampel (Kiswandono, 2011). adanya radikal bebas DPPH yang
Aktivitas antioksidan diukur dengan tereduksi oleh senyawa antioksidan. Jika
menggunakan metode DPPH secara konsentrasi sampel semakin tinggi, maka
spektrofotometer UV-Vis. Peredaman absorbansi larutan menjadi semakin
DPPH dapat ditandai dari intensitas warna menurun. Hal tersebut disebabkan karena
yang dihasilkan. Besarnya peredaman semakin banyaknya senyawa antioksidan
DPPH sebanding dengan konsentrasi. Jika dalam sampel sehingga peredaman DPPH
konsentrasi ekstrak lebih tinggi, maka juga semakin banyak (Talapessy, 2013).
Online ISSN: 2528-0422 72
N.T. Apriliani, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 6 No.1, Juni 2021 68 – 76