Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Radikal bebas merupakan suatu senyawa atau molekul yang memiliki satu
atau lebih electron yang tidak berpasangan dan meyebabkan senyawa tersebut sangat
reaktif mencari pasangan, dengan mengikat elektron molekul yang berada di
sekitarnya. Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh sebagai bagian dari hasil
proses metabolisme. Sedangkan radikal bebas yang bersumber dari luar tubuh dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan, termasuk kebiasaan merokok, penggunaan
pestisida pada makanan, polusi dan radiasi. Yang dimaksud radikal bebas (free
radical) adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak
berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan
cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya. Jika
elektron yang terikat oleh senyawa radikal bebas tersebut bersifat ionik, dampak yang
timbul tidak begitu berbahaya. Akan tetapi, bila elektron yang terikat oleh senyawa
radikal bebas berasal dari senyawa yang berikatan kovalen, akan sangat berbahaya
krena ikatan akan digunakan secara bersama-sama pada orbital terluarnya. Umumnya
senyawa yang memiliki ikatan kovalen adalah molekul-molekul besar
(biomakromolekul), seperti lipid, protein, maupun DNA. (Mbaoji et al., 2016).

Antioksidan memiliki kemampuan untuk menetralisir radikal bebas tanpa


menjadi radikal bebas itu sendiri (Widyawati, 2016). Ketika antioksidan menetralkan
radikal bebas dengan menerima atau menyumbangkan elektron, mereka tidak akan
berubah menjadi radikal bebas dan tetap stabil. Antioksidan banyak terdapat pada
sayuran, buah-buahan dan tanaman obat (Fatima, Abderrahmane, Seddik, &
Lekhmici, 2016). Selain itu, terdapat pula sumber antioksidan alami yang banyak
tersebar di alam, dapat berupa vitamin C, vitamin E, karotenoid, dan fenol (asam
fenolik contohnya hidroksisinamiks, flavonoid, dan antosianin) (Sardarodiyam dan
Sani, 2016). Untuk melindungi tubuh dari radikal bebas, terdapat senyawa
antioksidan sebagai penangkal dan dapat menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron radikal bebas sehingga dapat menghambat
terjadinya reaksi berantai (Julfitriyani, Runtuwene, Wewengkang, 2016, h.95).

Tanaman obat berfungsi sebagai sumber penting pengobatan untuk berbagai


penyakit. Berbagai tanaman obat diidentifikasi dan dipelajari dengan menggunakan
pendekatan ilmiah dan modern. Famili rubiaceae merupakan sumber tanaman obat
yang kaya dengan 500 genus dan 5300 spesies di dalamnya. Mayoritas anggota
keluarga adalah pohon atau semak dan tanaman menunjukkan variasi yang besar di
habitatnya. Mussaenda frondosa merupakan Famili rubiaceae. Genus ini mencakup
banyak tanaman hias dengan 194 spesies. Genus Mussaenda adalah sumber kaya
phytoconstituents penting secara medis seperti terpene, flavanoid dan iridoid.
Banyaknya spesies dari genus ini mudah tumbuh dan dikatakan memiliki banyak
khasiat obat seperti antibakteri, anti-inflamasi, antioksidan, antipiretik, antivirus,
sitotoksisitas (Astalakshmi & Ganapathy, 2017).

Mussaenda frondosa merupakan tanaman obat penting yang termasuk dalam


famili Rubiaceae. Ekstrak kasar tanaman mengandung prinsip bioaktif penting: fenol,
flavonoid, alkaloid, steroid, glikosida, tanin dll. Sejak dahulu ramuan herbal dari
tanaman ini banyak digunakan dalam pengobatan asma, demam, batuk, kusta,
mengobati luka, sakit kuning dan sebagainya. Karena adanya prinsip bioaktif yang
sangat kuat dan obat, tanaman ini dieksploitasi secara berlebihan untuk aplikasi
biologisnya (Manasa et al., 2021).

Dari hasil penelitian Marusin dkk telah dilakukan penapisan fitokimia untuk
identifikasi terhadap golongan senyawa kimia tertentu seperti alkaloid, saponin,
glikosida, flavonoida, tannin, polifenol dan antrakuinon. Penapisan fitokimia
(Phytochemical screening) dilakukan dengan menggunakan kit pereaksi warna
(kualitatif) terhadap ekstrak dari masing-masing tipe. Pengujian sifat antioksidan
dilakukan berdasar metode tiosianat. Absorbansi (A) dari warna merah yang
terbentuk diukur pada panjang gelombang 500 nm. Pengujian tersebut dilakukan
selama 14 hari secara triplo. Hasil pengujian menunjukkan nilai Peroksida
Mussaenda frondosa dari kulit batang yang diteliti 124,7

Penelitian potensi sifat antioksidan alami terutama pada jenis tumbuhan famili
Rubiaceae lainnya perlu dilakukan untuk memperkaya khasanah pengetahuan dan
alternatif sumberdaya bahan. Sebagai langkah awal, dilakukan penelitian efektivitas
10 tipe ekstrak tumbuhan famili Rubiaceae lainnya secara in-vitro. Tipe ekstrak yang
diduga efektif sebagai antioksidan adalah: kulit batang Anthocephalus macrophyllus,
Guettarda speciosa Aubl., Mussaenda frondosa, Neonauclea excelsa, Urophyllum
arboreum, herba dari Oldenlandia corymbos, daun dan kulit batang Wendlandia
glabrata, daun Paederia foetida Lin., dan biji Psychotria viridiflora Reinw. ex.
Blume. (Sofnie Marusin et al., 2013)

Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk


mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan, etanol 70%, etil asetat daun
kingkilaban (Mussaea Frondosa) dengan menggunakan metode DPPH yang
dinyatakan dalam nilai IC50. Aktivitas antioksidan pada suatu sampel dapat dianlisis
dengan berbagai metode, antara lain DPPH (1,1-diphenyl-2- picrylhidrazyl), FTC
(Ferric Thiocyanate ), TBA (Thiobarbituric-Acid), dan FRAP (Ferric reducing
antioxidant power). Metode yang biasa digunakan untuk mengukur aktivitas
antioksidan dalam sampel yang akan diujikan dengan melihat kemampuannya dalam
menangkal radikal bebas DPPH. Kelebihan metode DPPH ini yaitu metodenya yang
sederhana, mudah, cepat, peka, serta memerlukan sampel dalam jumlah kecil
(Rahmawati et al., 2016).
1. 2. Rumusan Masalah
Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol 70%
daun kingkilaban (Mussaea frondosa) dilihat dari nilai IC50 dengan menggunakan
metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrihidazil).

1. 3. Tujuan Penelitian
Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol 70%
daun kingkilaban (Mussaea frondosa) melalui nilai IC50 dengan metode DPPH (1,1-
difenil-2-pikrihidazil).

1. 4. Hipotesis Penelitian
Hasil penelitian sebelumnya dikatakan bahwa tanaman kingkilaban
(Mussaenda frondosa) memiliki potensi aktivitas antioksidan dari hasil penapisan
fitokimia pada bagian kulit dan batang.

Anda mungkin juga menyukai