Anda di halaman 1dari 7

08/09/2021

TUJUAN
Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan:
a) Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b) Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa
PRODI FARMASI Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika;
c) Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
STIKes BTH TASIKMALAYA Prekursor Narkotika; dan
d) Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu Narkotika.
By Saeful Amin

1 2

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009


DASAR HUKUM TENTANG NARKOTIKA :
1. UUD RI Tahun 1945  Psl. 5 ayat (1) & Psl. 20  BAB I KETENTUAN UMUM
 BAB II DASAR, ASAS, DAN TUJUAN
 BAB III RUANG LINGKUP
2. UU Nomor 8 Tahun 1976 tentang Tentang: Pengesahan  BAB IV PENGADAAN
 BAB V IMPOR DAN EKSPOR
Konvensi Tunggal Narkotika 1961 Beserta Protokol Yang  BAB VI PEREDARAN
Mengubahnya (LN 1976/36; TLN NO. 3085)  BAB VII LABEL DAN PUBLIKASI
 BAB VIII PREKURSOR NARKOTIKA
 BAB IX PENGOBATAN DAN REHABILITASI
3. UU Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan United  BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Nations Convention Against Illicit Traffic In Narcotic Drugs  BAB XI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
And Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi Perserikatan  BAB XII PENYIDIK, PENUNTUNAN, DAN PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN
Bangsa-bangsa Tentang Pemberantasan Peredaran Gelap  BAB XIII PERAN SERTA MASYARAKAT
 BAB XIV PENGHARGAAN
Narkotika Dan Psikotropika, 1988 (LN 1997/17; TLN No.  BAB XV KETENTUAN PIDANA
3673)  BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN
 BAB XVII KETENTUAN PENUTUP

3 4

1
08/09/2021

RUANG LINGKUP DEFINISI


Pasal 5
Pengaturan Narkotika dalam Undang Undang  Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
ini meliputi segala bentuk kegiatan dan/atau semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
perbuatan yang berhubungan dengan: atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir
a. Narkotika dalam Undang-Undang ini.
 Prekursor Narkotika: zat atau bahan pemula atau
b. Prekursor Narkotika. bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan
Narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang ini.

5 6

Penggolongan Narkotika
 Golongan I  Golongan III
 Hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi,  Berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan dan / atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, potensi
ketergantungan . ringan mengakibatkan ketergantungan.
 Misal:Tanaman Papaver Somniferum L,Opium mentah dsb  Misal
a. Kodein dan garam-garam,
 Golongan II b. Campuran Opium + bahan bukan narkotika
 Berkhasiat pengobatan. Digunakan sebagai pilihan terakhir c. Campuran sediaan difenoksin/difenoksilat+bahan bukan narkotika
& dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan, potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan .
 Misal : Fentanil, Petidina, dsb

7 8

2
08/09/2021

PRODUKSI NARKOTIKA (Pasal 11-12) Penyimpanan dan Pelaporan Pasal 14


 Menkes memberi izin khusus sesuai Peraturan (1) Narkotika yang berada dalam penguasaan industri
Perundang-undangan farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan
 Narkotika Gol I dilarang diproduksi / digunakan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan secara
khusus.
dalam proses produksi, kecuali jumlah terbatas untuk (2) Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, sarana
kepentingan ilmu pengetahuan. penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek,
rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan
 Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan
pengawasan terhadap bahan baku, proses produksi, laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau
dan hasil akhir dari produksi Narkotika sesuai dengan pengeluaran Narkotika yang berada dalam
rencana kebutuhan tahunan Narkotika Tata cara diatur penguasaannya
oleh Menkes.

9 10

PEREDARAN Pasal 35
Pengangkutan (Pasal 24) Peredaran Narkotika meliputi
(1) Setiap pengangkutan impor Narkotika wajib dilengkapi
dengan dokumen atau surat persetujuan ekspor Narkotika
yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di negara pengekspor dan Surat Persetujuan
Impor Narkotika yang dikeluarkan oleh Menteri. Setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau
penyerahan Narkotika, baik dalam rangka perdagangan, bukan
(2) Setiap pengangkutan ekspor Narkotika wajib dilengkapi perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk kepentingan
dengan Surat Persetujuan Ekspor Narkotika yang
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
dikeluarkan oleh Menteri dan dokumen atau surat
teknologi.
persetujuan impor Narkotika yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di negara
pengimpor.

11 12

3
08/09/2021

Pasal 36 ayat (1) Pasal 36 ayat (3)

Narkotika dalam bentuk obat jadi Untuk mendapatkan izin edar dari Menteri, Narkotika dalam bentuk
obat jadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan


Izin Edar dari Menteri.
Harus melalui pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan Makanan.

13 14

Pasal 38 PENYALURAN
 Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri
Farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana
Setiap kegiatan peredaran Narkotika wajib penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai
dilengkapi dengan dokumen yang sah. dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
 Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, dan
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
wajib memiliki izin khusus penyaluran Narkotika
dari Menteri.

15 16

4
08/09/2021

PENYERAHAN  Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai


pengobatan hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada
 Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh: pasien berdasarkan resep dokter.
apotek;  Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan
rumah sakit;
pusat kesehatan masyarakat; untuk:
balai pengobatan; dan  menjalankan praktik dokter dengan memberikan
dokter. Narkotika melalui suntikan;
 Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada:  menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
 rumah sakit;
memberikan Narkotika melalui suntikan; atau
 pusat kesehatan masyarakat;
 apotek lainnya;  menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada
 balai pengobatan; apotek.
 dokter; dan  Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu
 pasien. yang diserahkan oleh dokter hanya dapat diperoleh di
apotek.

17 18

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KETENTUAN PIDANA


 Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan Pasal 129
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
(P4GN) dan Prekursor Narkotika, dibentuk paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) setiap orang yang tanpa hak
Badan Narkotika Nasional, yang selanjutnya atau melawan hukum:
disingkat BNN. a. Memiliki,menyimpan, menguasai, atau menyediakan Prekursor
 BNN merupakan lembaga pemerintah Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
nonkementerian yang berkedudukan di bawah dan b. Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
bertanggung jawab kepada Presiden, yang c. Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
mempunyai tugas dan fungsi koordinasi dan perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Prekursor
operasional dalam pengelolaan Narkotika dan Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
Prekursor Narkotika, pencegahan dan P4GN. d. Membawa,mengirim, mengangkut, atau mentransito Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika.

19 20

5
08/09/2021

KETENTUAN PIDANA (Lanjutan) PENGOBATAN DAN REHABILITASI


Pasal 127  Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah
1) Setiap Penyalah Guna: sakit yang ditunjuk oleh Menteri.
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara  Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh
paling lama 4 (empat) tahun; instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara rehabilitasi medis Pecandu Narkotika setelah mendapat
paling lama 2 (dua) tahun; dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara persetujuan Menteri.
paling lama 1 (satu) tahun.  Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis,
2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyembuhan Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan
hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui
dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103. pendekatan keagamaan dan tradisional.
3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  Rehabilitasi sosial mantan Pecandu Narkotika
dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh
Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi masyarakat.
medis dan rehabilitasi sosial.

21 22

JENIS JENIS PREKURSOR


TABEL I Jenis-jenis Prekursor (Lanjutan)
 ACETIC ANHYDRIDE
 N-ACETYLANTHRANANILIC ACID TABEL II
 EFEDRIN & GARAMNYA  ASETON
 ERGOMETRIN ( INN ) & GARAMNYA  ASAM N -ASETIL ANTRANILAT & GARAMNYA
 DIETILETER
 ERGOTAMIN ( INN ) & GARAMNYA
 HYDROCHLORIC ACID
 ISOSAFROL  METIL ETIL KETON
 ASAM LISERGAT & GARAMNYA  PHENYLACETIC ACID
 3,4 METILEN DOKSIFENIL 2 PROPANON  PIPERIDINE
 1- FENIL-2PROPANON  ASAM SULFAT: OLEUM
 TOLUEN
 NOREFEDRIN
 PIPERONAL Catatan : dalam UU Narkotika No.35 Tahun 2009 terdapat
 POTASSIUM PERMANGANAT lampiran Prekursor Narkotika.
 PSEUDOEPHEDRINE (INN) & GARAMNYA
 SAFROLE

23 24

6
08/09/2021

KESIMPULAN
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika
Tugas
melalui ancaman pidana denda, pidana penjara, pidana seumur
hidup, dan pidana mati. Disamping itu, Undang-Undang Nomor 35 Berikan contoh kasus dan hubungkan dengan pasal
Tahun 2009 juga mengatur mengenai pemanfaatan Narkotika untuk yang ada pada UU No. 35 tahun 2009
kepentingan pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang
rehabilitasi medis dan sosial.
Penanggulangan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan
NARKOTIKA merupakan tanggung jawab bangsa Indonesia secara
keseluruhan, bukan hanya berada pada pundak kepolisian ataupun
pemerintah saja. Namun, seluruh komponen masyarakat diharapkan
ikut perperan dalam upaya penanggulangan tersebut. Setidaknya,
itulah yang telah diamanatkan dalam berbagai perundang-undangan
negara, termasuk UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika.

25 26

Terima Kasih

27

Anda mungkin juga menyukai