Anda di halaman 1dari 64

DISTRIBUSI

OBAT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEFARMASIAN
SEM. 7 T.A. 2021/2022
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BTH TASIKMALAYA

https://html.scribdassets.com/3m982dwqv42uo2ni/images/2-b763444646.jpg
DISTRIBUSI
Dalam kamus bahasa Indonesia → distribusi : pembagian pengiriman barang-
barang kepada orang banyak atau ke beberapa tempat

Pendistribusian : kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan


mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, harga, tempat
dan saat yang dibutuhkan)

Distribusi sediaan farmasi merupakan bagian yang sangat esensial dalam


pemerataan akses obat
CIRI DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK
Mutu obat terjamin

Optimalisasi pengaturan ruangan (efisiensi penggunaan ruangan)

Obat yg diperlukan selalu tersedia

Penggunaan transportasi efisien

Menghindari penipuan & pencurian

Meminimalkan kerusakan & kadaluarsa


FASILITAS DISTRIBUSI
(PENYALURAN SEDIAAN FARMASI)
PEDAGANG BESAR FARMASI
(Pusat & Daerah)
• Perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan

INSTALASI SEDIAAN FARMASI


(Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat & Daerah)
• Sarana tempat menyimpan dan menyalurkan sediaan farmasi dan alat kesehatan milik
Pemerintah (Pusat maupun Daerah) dalam rangka pelayanan Kesehatan → UU mengenai
Narkotika dan Psikotropika : Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah
DATA KEMENTRIAN KESEHATAN 30 APRIL 2010

Sediaan Farmasi berizin edar : 79.045 jenis

16,4% 10,5% 73,1%


Obat Obat tradisional Kosmetik

DISTRIBUSI

33 provinsi di Indonesia → 2.821 PBF


DATA PENELITIAN
Baharuddin Yusuf1 dan
Agustyani (2015) Tiasari (2016)
Christina Avanti (2019)

• 40 dari total 41 PBF • PBF wilayah Yogyakarta • PBF yang ada di


(97,56%) di wilayah belum memenuhi Banjarmasin – Banjarbaru
Surabaya belum persyaratan CDOB yang :
memenuhi persyaratan berkaitan aspek sarana • 26 PBF (86,7%) telah
CDOB dan bangunan dan aspek menerapkan lebih dari
dokumentasi 80% aspek CDOB
• 3 PBF (10%)
menerapkan 65%-80%
aspek CDOB
• 1 PBF (3,3%)
menerapkan 50%-64%
aspek CDOB
SEDIAAN FARMASI

Efficacy Safety Quality

Penyerahan
Pembuatan Pendistribusian obat ke tangan
konsumen

Wajib CDOB
CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK
(CDOB)

Cara distribusi/penyaluran obat dan/atau


Good bahan obat yang bertujuan memastikan mutu
Distribution sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai
Practice persyaratan dan tujuan penggunaannya
REGULASI PENERAPAN CDOB
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

• Sediaan farmasi harus aman, berkhasiat/ bermanfaat, bermutu dan


terjangkau (ps 98)
• Pengamanan sediaan farmasi dilaksanakan untuk melindungi masyarakat
dari bahaya karena penggunaan yang tidak memenuhi persyaratan mutu
dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan (ps 104)

PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

• Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi harus memenuhi


ketentuan Cara Distribusi yang Baik (ps 15)
REGULASI PENERAPAN CDOB
Permenkes 1148 Tahun 2011 tentang Pedagang Besar Farmasi yang telah beberapa kali
diubah dan terkahir dengan Permenkes No. 30 Tahun 2017

• PBF wajib menerapkan CDOB (ps15)


• Badan POM melakukan pengawasan penerapan CDOB (ps 32)
• PBF yang menerapkan CDOB dapat diberikan Sertifikat CDOB (ps 15)
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.34.11.12.7542
Tahun 2012 → Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 9 Tahun 2019 →
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 6 Tahun 2020 tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik
• PBF, PBF Cabang, dan Instalasi Sediaan Farmasi dalam menyelenggarakan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran Obat dan/atau Bahan Obat wajib menerapkan pedoman
teknis CDOB (ps 2)
RUANG LINGKUP CDOB

Dokumen ini menetapkan pedoman untuk distribusi


obat, bahan obat dan produk biologi termasuk
vaksin yang digunakan untuk manusia
PRINSIP DASAR CDOB
Prinsip-prinsip CDOB berlaku untuk aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk
pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi

Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat bertanggungjawab untuk
memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan mempertahankan integritas rantai distribusi
selama proses distribusi

Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk obat donasi, baku pembanding dan obat uji klinis

Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip kehati-hatian (due
diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB

Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan cukai, lembaga penegak
hukum, pihak yang berwenang, industri farmasi, fasilitas distribusi dan pihak yang bertanggung
jawab untuk penyediaan obat, memastikan mutu dan keamanan obat serta mencegah paparan
obat palsu terhadap pasien
ASPEK CDOB
Organisasi,
Bangunan dan
Manajemen mutu manajemen, dan Operasional
peralatan
personalia

Keluhan, Obat,
dan/atau Bahan Obat
Fasilitas distribusi
Inspeksi diri kembalian, diduga Transportasi
berdasarkan kontrak
palsu dan penarikan
kembali

Ketentuan khusus
Ketentuan khusus Ketentuan khusus narkotika,
Dokumentasi
Bahan Obat produk rantai dingin psikotropika, dan
prekursor farmasi.
PBF
Pengadaan Obat dan/atau
Bahan Obat

Instalasi Sediaan WAJIB


Penyimpanan Obat
MENERAPKAN
Farmasi PEDOMAN TEKNIS CDOB
dan/atau Bahan Obat

Penyaluran Obat dan/atau


Bahan Obat
Industri Farmasi
BUKTI
TIDAK MEMILIKI
PENERAPAN PEDOMAN
SERTIFIKAT
TEKNIS CDOB
CDOB

SANKSI ADMINISTRASI

• Peringatan tertulis
MEMILIKI • Penghentian
SERTIFIKAT CDOB sementara kegiatan
diterbitkan dan/atau
KEPALA BPOM • Pencabutan Sertifikat
CDOB
SERTIFIKAT CDOB
Sertifikat CDOB → dokumen sah yang merupakan bukti bahwa PBF
dan PBF Cabang telah memenuhi persyaratan CDOB dalam
mendistribusikan Obat dan/atau Bahan Obat
Memberikan jaminan konsistensi
pelaksanaan CDOB
Tujuan Sertifikasi
CDOB
Memberikan jaminan konsistensi mutu
obat sesuai spesifikasi yang disetujui

Sertifikat diberikan untuk PBF yang telah menerapkan standar CDOB


dengan konsisten
MANAJEMEN MUTU
Mutu merupakan keseluruhan karakteristik suatu barang yang menyatakan
kemampuan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan diberlakukan

Manajemen Mutu dalam penerapan pedoman CDOB meliputi :

• Sistem mutu (Quality System) → struktur organisasi, prosedur, proses dan


sumber daya
• Jaga Mutu ( Quality Assurance) → tindakan sistematis yang menjamin
kepercayaan bahwa produk baik dari segi pelayanan maupun dokumentasi
dapat mendukung kualitas
ORGANISASI, MANAJEMEN, DAN PERSONALIA
Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu yang baik serta distribusi
obat dan/ atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil yang
menjalankannya. Harus ada personil yang cukup dan kompeten untuk
melaksanakan semua tugas yang menjadi tanggung jawab fasilitas distribusi.
Tanggung jawab masing-masing personil harus dipahami dengan jelas dan
dicatat.

Semua personil harus memahami prinsip Cara Distribusi Obat Yang Baik
(CDOB) dan harus menerima pelatihan dasar maupun pelatihan lanjutan yang
sesuai dengan tanggung jawabnya. Harus ada struktur organisasi untuk tiap
bagian yang dilengkapi dengan bagan organisasi yang jelas. Tanggung jawab,
wewenang dan hubungan antar semua personil harus ditetapkan dengan jelas.
BANGUNAN DAN PERALATAN

Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan untuk


menjamin perlindungan dan distribusi obat dan/atau bahan obat
• Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan
bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan,
mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup
untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang
baik, dan area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan
yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan
secara akurat dan aman
BANGUNAN DAN PERALATAN

Jika bangunan (termasuk sarana penunjang) bukan milik sendiri,


maka harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan bangunan
tersebut harus menjadi tanggung jawab dari fasilitas distribusi

Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat dan/atau bahan
obat yang menunggu keputusan lebih lanjut mengenai statusnya,
meliputi obat dan/atau bahan obat yang diduga palsu, yang
dikembalikan, yang ditolak, yang akan dimusnahkan, yang ditarik,
dan yang kedaluwarsa dari obat dan/atau bahan obat yang dapat
disalurkan
OPERASIONAL
Fasilitas distribusi harus memperoleh pasokan obat dan/atau
bahan obat dari pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan untuk meminimalkan risiko obat
dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi resmi →
pemilihan pemasok harus dikendalikan dengan prosedur tertulis
dan hasilnya didokumentasikan serta diperiksa ulang secara
berkala. Prosedur tertulis digunakan untuk mengatur kegiatan
administratif dan teknis terkait wewenang pengadaan dan
pendistribusian, guna memastikan bahwa obat hanya diperoleh
dari pemasok yang memiliki izin dan didistribusikan oleh fasilitas
distribusi resmi.
OPERASIONAL
Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan
obat hanya disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang
untuk menyerahkan obat ke masyarakat dan memantau tiap
transaksi yang dilakukan, dan melakukan penyelidikan jika ditemukan
penyimpangan pola transaksi obat dan atau bahan obat yang berisiko
terhadap penyalahgunaan.
Proses pengambilan obat dan/atau bahan obat harus dilakukan
dengan tepat sesuai dengan dokumen yang tersedia untuk
memastikan obat dan/atau bahan obat yang diambil benar. Obat
dan/atau bahan obat yang diambil harus memiliki masa simpan yang
cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan FEFO. Nomor bets
obat dan/atau bahan obat harus dicatat.
INSPEKSI DIRI

Inspeksi diri dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan


kepatuhan terhadap pemenuhan Cara Distribusi Obat Yang Baik
(CDOB)

Program inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang


ditetapkan dan mencakup semua aspek Cara Distribusi Obat Yang
Baik (CDOB) serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, pedoman dan prosedur tertulis.
INSPEKSI DIRI
Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara yang independen dan rinci
oleh personil yang kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan.

Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat & laporan harus berisi
semua pengamatan yang dilakukan selama inspeksi.
KELUHAN, OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT KEMBALIAN,
DIDUGA PALSU DAN PENARIKAN KEMBALI

Hal-hal yang harus tersedia dalam menangani keluhan:

• Harus tersedia prosedur tertulis di tempat untuk penanganan keluhan → harus dibedakan antara
keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan obat dan keluhan yang berkaitan dengan distribusi
• Harus tersedia catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu yang diperlukan untuk
tindak lanjutnya dan didokumentasikan
• Harus ada personil yang ditunjuk untuk menangani keluhan
• Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat harus dicatat dan
diselidiki secara menyeluruh
• Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang rusak dan diduga palsu harus diteliti
(diidentifikasi) / ditinjau dan dicatat
• Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan dilakukan trend analysis
terhadap keluhan
KELUHAN, OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT KEMBALIAN,
DIDUGA PALSU DAN PENARIKAN KEMBALI

Obat dan/atau bahan obat Kembalian:

• Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau bahan obat
kembalian
• Fasilitas distribusi harus menerima obat dan/atau bahan obat kembalian sesuai dengan
persyaratan dari industri farmasi/ fasilitas distribusi lain
• Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat dan/atau bahan obat
yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci serta diberi label yang jelas
• Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi suhu penyimpanan yang rendah tidak
dapat dikembalikan
• Transportasi yang digunakan untuk obat dan/atau bahan obat kembalian harus dipastikan sesuai
dengan persyaratan penyimpanan dan persyaratan lainnya yang relevan
KELUHAN, OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT KEMBALIAN,
DIDUGA PALSU DAN PENARIKAN KEMBALI

Obat dan/atau Bahan Obat Diduga Palsu:

• Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau bahan obat
diduga palsu
• Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat dan/atau bahan obat diduga palsu kepada
instansi yang berwenang
• Setiap obat dan/atau bahan obat diduga palsu harus dikarantina diruang terpisah, terkunci dan
diberi label yang jelas
• Untuk obat dan/atau bahan obat diduga palsu, penyalurannya harus dihentikan, segera
dilaporkan ke instansi terkait
• Setelah ada pemastian bahwa obat dan/atau bahan obat tersebut palsu, maka harus segera
ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari instansi yang berwenang
KELUHAN, OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT KEMBALIAN,
DIDUGA PALSU DAN PENARIKAN KEMBALI
Penarikan Kembali Obat dan/atau Bahan Obat:
• Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik kembali
• Harus membentuk tim khusus yang bertangggung jawab terhadap penanganan obat dan/atau bahan obat
yang ditarik
• Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus ditempatkan secara terpisah, aman dan terkunci serta
diberi label yang jelas
• Proses penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus sesuai dengan persyaratan penyimpanan
• Perkembangan proses penarikan obat dan/atau bahan obat harus didokumentasikan dan dilaporkan
• Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan
• Dokumentasi pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus selalu tersedia pada saat
pemeriksaan
• Pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus diinformasikan ke industri farmasi dan/atau
pemegang izin edar
• Semua dokumen penarikan obat dan/atau bahan obat harus didokumentasikan oleh penanggung jawab
TRANSPORTASI
Dikelola dengan baik, aman & bebas dari akses pihak yang tidak sah.
Identitas produk tidak mudah hilang. Dokumen pengiriman (ttd,
identitas, stempel) kembali ke PBF

Kendaraan sesuai persyaratan penyimpanan produk, label jelas,


pengemudi dilatih Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB)

Transportasi disub-kontakan, pihak ketiga memahami kodisi


penyimpanan, kontrak mencantumkan tanggungjawab saat terjadi hal
yang tidak diinginkan
FASILITAS DISTRIBUSI BERDASARKAN KONTRAK
Pemberi Kontrak Penerima Kontrak
• Bertanggung jawab untuk kegiatan yang • Memiliki tempat, personil yang kompeten,
dikontrakkan peralatan, pengetahuan dan pengalaman
• Menilai kompetensi yang diperlukan oleh dalam melaksanakan tugas yang
penerima kontrak dikontrakkan
• Melakukan pengawasan terhadap • Harus memenuhi persyaratan Cara
penerima kontrak dalam melaksanakan Distribusi Obat Yang Baik (CDOB)
tugas yang dikontrakkan sesuai dengan • Penerima kontrak harus menghindari
prinsip dan pedoman Cara Distribusi Obat aktivitas lain yang dapat mempengaruhi
Yang Baik (CDOB) (audit) mutu obat dan/atau bahan obat
• Memberikan informasi secara tertulis yang • Melaporkan kejadian apapun yang dapat
harus dilaksanakan oleh penerima kontrak mempengaruhi mutu obat kepada
pemberi kontrak
DOKUMENTASI
• Dokumentasi tertulis baik secara manual maupun elektronik harus
jelas untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan dan memenuhi
prinsip ketertelusuran, keamanan, aksesibilitas, integritas dan
validitas
• Segala kegiatan harus di dokumentasikan dan disimpan selama
minimal 3 tahun agar mudah ditelusuri
BAHAN OBAT
Pelaksanaan penggabungan bahan obat dalam bets yang sama, pengemasan ulang
dan/ atau pelabelan ulang → Proses Pembuatan Bahan Obat → CPOB

Sertifikat analisis asli dari industri farmasi asal dan sertifikat analisis baru (jika
ada pengujian ulang) harus disertakan

Pengemasan ulang bahan obat :

• Bahan kemas primer yang spesifikasinya sama atau lebih baik dari kemasan
aslinya
• Mencantumkan nama dan alamat industri farmasi asal dan fasilitas distribusi
yang melakukan pengemasan ulang
BAHAN OBAT

Penanganan bahan obat tidak sesuai :

• Ditangani sesuai dengan prosedur yang dapat mencegah


masuknya bahan obat tsb ke pasar
• Dokumentasi harus tersedia (semua kegiatan termasuk
pemusnahan dan pengembalian)
• Tidak boleh dicampur dengan bahan obat yang memenuhi
spesifikasi
BAHAN OBAT
Dokumentasi

• Bahan obat dari industri farmasi asal yang disalurkan kepada fasilitas distribusi harus disertai dengan
sertifikat analisis asli
• Label yang tercantum pada wadah harus jelas, tertempel dengan kuat, dan dalam format yang telah
ditetapkan oleh industri farmasi bahan obat asal
• Nama dari bahan obat, termasuk tingkat mutu (grade) dan farmakope acuan;
• Nama International Non-proprietary (INN);
• Jumlah (berat atau volume);
• Nomor bets yang diberikan oleh industri farmasi bahan obat asal atau nomor bets yang diberikan oleh
fasilitas distribusi
• yang mengemas ulang;
• Tanggal kedaluwarsa dan/ atau tanggal tes ulang (jika berlaku);
• Kondisi penyimpanan khusus;
• Penanganan tindakan pencegahan (jika diperlukan);
• Nama dan alamat lengkap industri farmasi asal; dan
• Nama dan alamat lengkap fasilitas distribusi.
• Lembar Data Keamanan (Safety Data Sheet, SDS) harus tersedia
PRODUK RANTAI DINGIN
(COLD CHAIN PRODUCT/CCP)
Distribusi → sesuai CDOB dan aturan yang berkaitan suhu pada saat penerimaan,
penyimpanan dan pengiriman

Personil dan pengemudi yang menangani CCP → telah mengikuti pelatihan


peraturan UU yang berlaku, CDOB, SOP, monitoring suhu dan dokumentasinya,
dan respon terhadap kedaruratan dan masalah keselamatan

Produk rantai dingin harus dipastikan disimpan dalam ruangan dengan suhu
terjaga, cold room / chiller (+2° s/ d +8°C), freezer room I freezer (-25° s/d -15°C)
PRODUK RANTAI DINGIN
(COLD CHAIN PRODUCT/CCP)
Penerimaan, penerima harus melakukan
pemeriksaan terhadap:
• Nama produk rantai dingin yang diterima;
• Jumlah produk rantai dingin yang diterima;
• Kondisi fisik produk rantai dingin;
• Nomor bets;
• Tanggal kedaluwarsa;
• Kondisi alat pemantauan suhu; dan
• Kondisi Vaccine Vial Monitor (WM) → khusus untuk vaksin yang telah
dilengkapi WM
PRODUK RANTAI DINGIN
(COLD CHAIN PRODUCT/CCP)
Fasilitas Penyimpanan
• Chiller atau cold room (suhu +2° s/ d +8°C) untuk menyimpan vaksin campak, BCG, DPT, TT, OT,
Hepatitis B, DPT-HB
• Freezer atau freezer room (suhu -15° s/ d -25°C) untuk menyimpan vaksin OPV
• Penyimpanan vaksin dalam chiller dan freezer → tidak terlalu padat : jarak antara kotak vaksin
sekitar 1-2 cm
• Jarak minimal 15 cm antara chiller/freezer dengan dinding bangunan
• Suhu minimal dimonitor 3 (tiga) kali sehari (pagi, siang dan sore) → didokumentasikan
• Pelarut BCG dan pelarut campak serta penetes polio dapat disimpan pada suhu kamar dan tidak
diperbolehkan terpapar sinar matahari langsung
PRODUK RANTAI DINGIN
(COLD CHAIN PRODUCT/CCP)
PENGIRIMAN
• FEFO (First Expire First Out) → produk yang tanggal kedaluwarsanya lebih pendek harus lebih
dahulu dikeluarkan
• FIFO (First In - First Out), produk yang lebih dahulu diterima agar lebih dahulu didistribusikan
• Vaksin yang memiliki indicator (vaksin dengan VVM) → kondisi indikator sudah mengarah
atau mendekati ke batas layak pakai (posisi WM menunjukkan warna lebih gelap) → vaksin
tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu walaupun tanggal kedaluwarsanya masih panjang.
• Setiap pengeluaran produk harus dicatat pada form catatan bets pengiriman yang isinya
meliputi tujuan pengiriman, jenis barang, jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsanya
• Dalam faktur / surat pengantar barang harus mencantumkan tujuan pengiriman, jenis barang,
jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsanya
• Pengiriman vaksin harus menggunakan kontainer yang sudah tervalidasi atau vaccine carrier
yang memenuhi standar pengiriman vaksin
PRODUK RANTAI DINGIN
(COLD CHAIN PRODUCT/CCP)
KUALIFIKASI, KALIBRASI DAN VALIDASI

• Chiller/ cold room/ freezer dikualifikasi pada awal penggunaan atau dalam hal
terjadi perubahan kondisi sesuai dengan spesifikasinya
• Termometer dikalibrasi sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun
terhadap standard yang tersertifikasi
• Validasi proses pengiriman perlu dilakukan untuk memastikan suhu pengiriman
tidak menyimpang dari yang dipersyaratkan
• Semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI

Distribusi narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi wajib


memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan CDOB

Penanggung jawab fasilitas distribusi merupakan seorang apoteker


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pemasok yang menyalurkan narkotika wajib memiliki izin khusus


sebagai fasilitas distribusi atau industri farmasi yang memproduksi
narkotika → izin diterbitkan oleh Menteri Kesehatan
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI
Fasilitas distribusi harus memastikan
Fasilitas distribusi harus memastikan penyaluran psikotropika atau
penyaluran narkotika ke fasilitas prekursor farmasi ke fasilitas industri
distribusi lain yang memiliki ijin khusus farmasi, fasilitas distribusi lain, apotek,
penyalur narkotika, instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan puskesmas
pemerintah, apotek, klinik dan rumah yang memiliki kewenangan
sakit yang memiliki kewenangan memproduksi, menyalurkan atau
menyalurkan atau menyerahkan menyerahkan psikotropika atau
narkotika sesuai dengan ketentuan prekursor farmasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan ketentuan peraturanperundang-
undangan
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI
Pengadaan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi harus berdasarkan
surat pesanan dengan format khusus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Dibuat surat pesanan asli dan dibuat sekurang-kurangnya (tiga) rangkap 3
ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab, dilengkapi dengan nama jelas,
dan nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

Surat Pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis Narkotika

Surat Pesanan psikotropika atau prekursor farmasi hanya dapat digunakan untuk 1
(satu) atau beberapa jenis psikotropika atau prekursor farmasi
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI
Saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap:

• Kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan


kemasan harus sesuai dengan surat pengantar / pengirirnan barang dan/
atau faktur penjualan, serta Certificate of Analysis untuk bahan obat
• Kondisi kontainer pengiriman dan/ atau kemasan termasuk segel, label dan/
atau penandaan dalam kondisi baik
• Kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar /
pengiriman barang dan/ atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip
surat pesanan
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI
Penyimpanan narkotika, psikotropika atau prekursor farmasi wajib memenuhi
ketentuan peraturan perundangundangan

Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan disaksikan


oleh petugas Dinas Kesehatan Provinsi dan/ atau Balai Besar /Balai POM
setempat, serta dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh
penanggung jawab fasilitas distribusi dan saksi

Setiap pengadaan narkotika, psikotropika atau precursor farmasi melalui impor


harus memenuhi peraturan perundang-undangan
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR FARMASI
Dokumentasi
• Pencatatan mutasi narkotika, psikotropika, atau prekursor farmasi wajib dilakukan dengan
tertib dan akurat
• Melakukan stock opname secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali
• Dokumen pengadaan meliputi arsip surat pesanan, faktur penjualan dan/atau surat
pengantar/pengiriman barang / dari industri farmasi atau fasilitas distribusi lain, bukti retur
dan/ atau nota kredit, wajib diarsipkan menjadi satu berdasarkan nomor urut atau tanggal
penerimaan barang dan terpisah dari dokumen lain
• Dokumen penyaluran meliputi surat pesanan, faktur penjualan dan/atau surat
penyerahan/pengiriman barang, bukti retur dan/ atau nota kredit, wajib diarsipkan menjadi
satu berdasarkan nomor urut atau tanggal penyaluran barang dan terpisah dari dokumen
produk lain
• Seluruh dokumen wajib disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun
PBF
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 30 Tahun 2017
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan No
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar
Farmasi
PBF
• Pedagang Besar Farmasi (PBF) : perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau
bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan
• PBF Cabang : cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
• Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) : cara distribusi/ penyaluran obat
dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang
jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya
PBF
• Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur Jenderal
• Setiap PBF dapat mendirikan PBF Cabang yang wajib memperoleh
pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah PBF
Cabang berada
• Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan
• Pengakuan PBF Cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF
Izin PBF
• Berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi;
• Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
• Memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai
penanggung jawab;
• Komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah
terlibat baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun waktu
2 (dua) tahun terakhir
Persyaratan Izin PBF :
• Bangunan dan sarana memenuhi syarat dan memadai untuk dapat melaksanakan
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi PBF
• Gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan yang dapat
menjamin mutu serta keamanan obat yang disimpan;
• Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai CDOB
• Memiliki laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk pengujian bahan
obat yang disalurkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Direktur Jenderal;
• Memiliki gudang khusus tempat penyimpanan bahan obat yang terpisah dari
ruangan lain
Persyaratan Administrasi Izin PBF :
• Pemohon harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM dengan
menggunakan contoh Formulir 1 yang ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker
calon penanggung jawab;
• Fc KTP/identitas direktur/ketua;
• Susunan direksi/pengurus;
• Pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat
pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang farmasi dalam kurun waktu 2
(dua) tahun terakhir;
• Akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
Persyaratan Administrasi Izin PBF :
• Surat Tanda Daftar Perusahaan;
• Fc Surat Izin Usaha Perdagangan;
• Fc Nomor Pokok Wajib Pajak;
• Surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;
• Peta lokasi dan denah bangunan
• Surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung jawab;
• Fc Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab
• Surat bukti penguasaan laboratorium dan daftar peralatan (bahan obat)
Persyaratan Administrasi Izin
PBF Cabang:
• Pemohon harus mengajukan permohonan kepada kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala
Balai POM, dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan
contoh Formulir 6 yang ditandatangani oleh Kepala PBF Cabang dan
apoteker calon penanggung jawab;
• Fc KTP/identitas Kepala PBF Cabang;
• Fc PBF yang dilegalisasi oleh Direktur Jenderal;
• Surat penunjukan sebagai kepala PBF Cabang;
Persyaratan Administrasi Izin
PBF Cabang (lanjutan):
• Pernyataan kepala PBF Cabang tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun waktu 2 (dua) tahun
terakhir;
• Surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker calon penanggung
jawab;
• Surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;
• Peta lokasi dan denah bangunan;
• Fc Surat Tanda Registrasi Apoteker calon penanggung jawab;
• Surat bukti penguasaan laboratorium dan daftar peralatan (bahan obat)
Izin PBF dinyatakan tidak berlaku

• Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;


• Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan;
atau
• Izin PBF dicabut

Pengakuan Cabang PBF dinyatakan tidak


berlaku
• Masa berlaku Izin PBF habis dan tidak diperpanjang;
• Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan;
atau
• Pengakuan dicabut
Perubahan nama dan/atau alamat PBF serta
perubahan lingkup kegiatan penyaluran obat atau
bahan obat → wajib dilakukan pembaharuan izin
PBF

Perubahan izin PBF dan/atau alamat PBF Cabang →


wajib dilakukan pembaharuan pengakuan PBF
Cabang
• PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat dan/atau bahan obat yang memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan oleh Menteri
• PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi
dan/atau sesama PBF
• PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri
farmasi, sesama PBF dan/atau melalui importasi
• Pengadaan bahan obat melalui importasi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
• PBF Cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/atau
bahan obat dari PBF pusat atau PBF Cabang lain yang ditunjuk oleh
PBF pusatnya
• PBF dan PBF Cabang dalam melaksanakan pengadaan obat atau
bahan obat harus berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani
apoteker penanggung jawab dengan mencantumkan nomor SIPA
• Setiap PBF dan PBF Cabang harus memiliki apoteker penanggung
jawab
• Apoteker penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan
• Apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai
direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang
• Apoteker penanggung jawab tidak dapat melaksanakan tugas →
menunjuk apoteker pengganti : bertugas paling lama untuk waktu 3
(tiga) bulan → menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
kepala dinas kesehatan provinsi setempat dengan tembusan Kepala
Balai POM
• PBF dan PBF Cabang harus melaksanakan pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB →
dilakukan sesuai pedoman teknis CDOB yang ditetapkan oleh Kepala
Badan
• PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan CDOB → sertifikat CDOB
oleh Kepala Badan
• PBF atau PBF Cabang wajib melaksanakan dokumentasi sesuai
pedoman CDOB → dapat dilakukan secara elektronik & harus dapat
diperiksa oleh petugas yang berwenang
• PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat secara
eceran & menerima dan/atau melayani resep dokter
• PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau
PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian [apotek, IFRS,
puskesmas, klinik, atau toko obat (bukan obat keras kepada toko
obat)
• Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah : PBF dan PBF Cabang
dapat menyalurkan obat dan bahan obat kepada instansi pemerintah
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
• PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di
daerah provinsi sesuai dengan surat pengakuannya (kecuali untuk
dan atas nama PBF pusat yang dibuktikan dengan Surat
Penugasan/ Penunjukan - hanya untuk 1 (satu) daerah provinsi
terdekat yang dituju dengan jangka waktu selama 1 (satu) bulan)
• PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berdasarkan
surat pesanan yang ditandatangani apoteker pemegang SIA, apoteker
penanggung jawab, atau tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab
untuk toko obat dengan mencantumkan nomor SIPA atau SIPTTK (kecuali
penyaluran obat berdasarkan pembelian secara elektronik (E-
Purchasing))
• PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada industri
farmasi, PBF dan PBF Cabang lain, apotek, IFRS dan lembaga ilmu
pengetahuan → berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker
pengelola apotek atau apoteker penanggung jawab, kecuali surat pesanan
untuk lembaga ilmu pengetahuan ditandatangani oleh pimpinan lembaga
• PBF dan PBF Cabang yang melakukan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran narkotika wajib memiliki izin khusus sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
• PBF atau PBF Cabang yang melakukan pengubahan kemasan bahan
obat dari kemasan atau pengemasan kembali bahan obat dari
kemasan aslinya → wajib melakukan pengujian laboratorium &
memiliki ruang pengemasan ulang sesuai persyaratan CDOB
• PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan
• PBF dan cabangnya wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3
(tiga) bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat
dan/atau bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala
Balai POM
• PBF dan PBF Cabang yang menyalurkan narkotika dan psikotropika
wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan
psikotropika

Anda mungkin juga menyukai