Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI

TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDANPADA


EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.)

Defiani Sektiaji1, Aldi Budi Riyanta2, Purgiyanti3


Prodi DIII Farmasi, Politeknik Harapan Bersama Tegal, Indonesia
Jln. Mataram No. 09 Kota Tegal 52142, Telp/Faks (0283) 452000
E-mail: defianisektiaji1012@gmail.com

Abstrak

Tanaman salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) merupakan tanaman obat asli indonesia yang memiliki
banyak manfaat dalam dunia pengobatan. Daun salam diketahui mengandung senyawa bioaktif flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan yang mampu menangkal aktivitas dari radikal bebas.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan serta untuk mengetahui pengaruh perbedaan metode ekstraksi terhadap aktivitas
antioksidan. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi dan perkolasi dengan pelarut
etanol 70%. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan peredaman DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Data yang diperoleh
yaitu dari hasil ekstraksi, hasil analisis kualitatif dan hasil analisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan kandungan antioksidan pada ekstrak maserasi daun salam memiliki IC50 132,72
ppm menunjukkan tingkat keaktifan aktivitas antioksidan sedang, sedangkan ekstrak perkolasi daun salam memiliki nilai
IC50 64,06 ppm menunjukkan tingkat keaktifan aktivitas antioksidan kuat.

Kata kunci: Daun salam, Metode ekstraksi, Antioksidan, DPPH, Spektrofotometri UV-Vis.

Abstract
Bay plants (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Are plants that have benefits in the world of medicine. Bay
leaves are known to contain bioactive compounds of flavonoids which function as antioxidants that can counteract the
activity of free radicals.
The research was conducted at the Polytechnic of Harapan Bersama Laboratory. This study aimed to determine
antioxidant activity and to determine the effect of different extraction methods on antioxidant activity. The extraction
method used in this study was maceration and percolation with 70% ethanol. Antioxidant activity was determined by
reducing DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrilhidrazil). The data obtained are from the results of extraction, the results of
qualitative analysis and the results of quantitative analysis.
The results showed that the antioxidant content of the macerated extract of bay leaves have IC50 132.72 ppm
indicating the level of activity of moderate antioxidant activity, whereas percolation extract of bay leaves had an IC50
value of 64.06 ppm indicating of activity level of strong antioxidant activity.

Key words: Bay leaves, Extraction method, Antioxidant, DPPH, UV-Vis spectrophotometry.
I. PENDAHULUAN Senyawa antioksidan memiliki peran
yang sangat penting dalam kesehatan.Berbagai
Indonesia terkenal dengan kekayaan bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa
alam yang memiliki berbagai jenis tumbuhan antioksidan mengurangi resiko berbagai
yang berkhasiat sebagai obat.Obat tradisional penyakit kronis seperti kanker dan penyakit
telah dikenal dan digunakan secara turun- jantung koroner. Karakter utama senyawa
temurun oleh masyarakat antioksidan adalah kemampuannya
Indonesia.Masyarakat yang jauh dari menangkap radikal bebas (Kuntorini & Astuti,
pelayanan kesehatan pada umumnya 2016)
memanfaatkan tanaman sebagai obat. Di
Indonesia sendiri banyak penyakit yang sering Radikal bebas merupakan molekul
dijumpai oleh masyarakat Indonesia, yang reaktif, hal ini dikarenakan molekul
diantaranya yaitu penyakit panas, bisul, batuk, tersebut memiliki satu atau lebih elektron dan
stroke, katarak, asma, jantung, kanker dan untuk mengembalikan keseimbangannya,
sebagainya. Pola hidup manusia zaman radikal bebas akan berusaha memperoleh
sekarang yang tidak memperhatikan makanan elektron dari molekul-molekul lain atau yang
yang dimakan, beraktivitas di tempat yang melepas elektron yang tidak berpasangan.
berpolusi, mengkonsumsi rokok sehingga Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan
merugikan orang lain dan diri sendiri, terkena hasil metabolisme aerobik normal dalam tubuh
langsung paparan sinar matahari, penggunaan yang secara potensial dapat menyebabkan
obat-obatan, dan stress memicu timbulnya kerusakkan, secara luas diyakini terlibat
radikal bebas di dalam tubuh (Munte, 2015). sebagai penyebab berbagai penyakit seperti
penuaan dini, kanker, penyakit jantung
Radikal bebas merupakan faktor koroner, penyakit alzeimer, gangguan
penyebab terjadinya berbagai macam penyakit neurodegeneratif, aterosklerosis, katarak dan
didalam tubuh manusia.Radikal bebas dapat termasuk peradangan yang ditunjukkan dengan
merusak sel-sel didalam tubuh oleh sebab itu tanda-tanda stress oksidatif. Senyawa ROS
tubuh kita membutuhkan antioksidan untuk diantaranya adalah radikal anion superoksida,
menangkal radikal bebas. Antioksidan adalah oksigen singlet, hidrogen peroksida dan
zat yang dapat menghancurkan radikal bebas. radikal hidroksil yang sangat reaktif (Nugraha,
Adanya antioksidan di dalam tubuh, dapat Firmansyah, & Jumaryatno, 2017).
memberikan perlindungan dari ancaman
radikal bebas. Antioksidan dapat Penggunaan radikal bebas untuk
mengeliminasi senyawa radikal bebas di dalam analisis aktivitas antioksidan merupakan salah
tubuh sehingga tidak menginduksi suatu satu metode yang paling populer.Salah satu
penyakit.Banyak makanan yang mengandung indikasi bahwa sampel uji berefek sebagai
antioksidan alami seperti makanan yang antioksidan adalah apabila sampel uji tersebut
mengandung vitamin A, C, E dll. Selain itu mempunyai kemampuan untuk menangkap
juga ada beberapa senyawa dalam tumbuhan radikal.Salah satu radikal bebas yang
yang bermanfaat sebagai antioksidan salah digunakan adalah radikal DPPH (Nugraha et
satunya adalah senyawa fenolik yang al., 2017).
terkandung dalam sayuran, buah-buahan,
rempah-rempah dan sebagainya (Munte, Antioksidan bereaksi dengan 1,1-
2015). difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) yang
menstabilkan radikal bebas dan mereduksi
Salah satu tanaman yang dapat DPPH. Kemudian DPPH akan bereaksi dengan
dijadikan sumber antioksidan alami yaitu daun atom hidrogen dari senyawa peredam radikal
salam. Daun salamsebagai tanaman obat asli bebas membentuk 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin
Indonesia banyak digunakan oleh masyarakat (DPPH-H) yang lebih stabil. Reagen DPPH
untuk menurunkan kolestrol, kencing manis, yang bereaksi dengan antioksidan akan
hipertensi, gastritis, dan diare. Daun salam mengalami perubahan warna dari ungu ke
diketahui mengandung flavonoid, selenium, kuning, intensitas warna tergantung
vitamin A, dan vitamin E yang berfungsi kemampuan dari antioksidan (Kuntorini &
sebagai antioksidan (Bahriul, 2014). Astuti, 2016).

1
Beberapa senyawa memiliki aktivitas perkolasi. Maserasi dan perkolasi merupakan
antioksidan.salah satunya adalah senyawa metode ekstraksi dengan cara dingin. Alasan
golongan flavonoid, karena kemampuannya menggunakan metode ekstraksi dengan cara
yang dapat mereduksi radikal bebas. Golongan dingin dikarenakan flavonoid merupakan
flavonoid meliputi kalkon, flavon, isoflavon, senyawa polar yang tidak tahan terhadap
flavonol, flavanon dan katekin mempunyai panas. Sehingga metode cara dingin dapat
aktivitas sebagai antioksidan. Keaktifan menghindari rusaknya senyawa yang
senyawa flavonoid sebagai antioksidan dimaksud rusak karena pemanasan.
dipengaruhi oleh adanya gugus hidroksi dan
gugus 4-oxo pada kerangka flavonoid II. METODE PENELITIAN
(Anastasia, Santi, & Manurung, 2016).
Alat :
Senyawa flavonoid adalah suatu Chamber, Objek glass, deg glass,
kelompok senyawa fenol yang terbesar yang beaker glass, batang pengaduk, labu ukur,
ditemukan dialam.Senyawa- senyawa ini timbangan analitik, tabung reaksi, kertas
merupakan zat warna merah, ungu dan biru saring, cawan uap, mikroskop, dan
dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan spektrofotometri UV-Vis.
dalam tumbuh-tumbuhan. Golongan flavonoid Bahan :
memiliki kerangka karbon yang terdiri atas Bahan-bahan yang digunakan dalam
dua cincin benzene tersubstitusi yang penelitian ini adalah ekstrak daun salam,etanol
disambungkan oleh rantai alifatik tiga 70%, DPPH, HCl(pekat), serbuk Mg, H2SO4(pekat),
karbon.Sejumlah tanaman obat yang methanol, aquadest.
mengandung flavonoid telah dilaporkan Pengumpulan sampel :
memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, Pengumpulan sampel dilakukan
antivirus, antiradang, antialergi, dan dengan memilih daun salam di Pasar Pagi
antikanker.Senyawa flavonoid diduga sangat Kota Tegal.
bermanfaat dalam makanan karena, berupa Pembuatan Serbuk Daun Salam :
senyawa fenolik, senyawa ini yang bersifat Daun salam dikumpulkan dan
antioksidan kuat. Banyak kondisi penyakit dibersihkan dari kotoran, kemudian dicuci
yang diketahui bertambah parah oleh adanya dengan air mengalir hingga bersih untuk
radikal bebas seperti superoksida dan selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-
hidroksil, dan flavonoid memiliki kemampuan anginkan. Serbuk simplisia yang diperoleh
untuk menghilangkan dan secara efektif disimpan dalam wadah bersih, kering dan
‘menyapu’ spesies pengoksidasi yang merusak tertutup rapat.
ini. Oleh karena itu, makanan yang kaya Karakteristik Simplisia :
flavonoid dianggap penting untuk mengobati Dilakukan uji karakteristik simplisia
penyakit-penyakit, seperti kanker dan penyakit dengan uji mikroskopis.
jantung (Wahyulianingsih, Handayani, & Pembuatan Ekstak Daun Salam Dengan
Malik, 2016). Metode Maserasi :
Pembuatan ekstrak maserasi daun
Senyawa flavonoid dapat diperoleh salam dilakukan dengan menimbang 100 gram
dengan melakukan proses ekstraksi. Ekstraksi serbuk daun salam kemudian diekstraksi
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk dengan pelarut etanol 70% sebanyak 750 mL,
memperoleh kandungan senyawa kimia dari dengan perbandingan sampel pelarut yaitu
jaringan tumbuhan maupun hewan dengan 1:7,5. Kemudian ekstrak disaring dan sambil
pelarut yang sesuai dalam standar prosedur sering diaduk.Setelah itu ekstrak diuapkan
ekstraksi. Dalam proses ekstraksi suatu bahan untuk mendapatkan ekstrak kental (Yudistira,
tanaman, banyak faktor yang dapat 2013).
mempengaruhi kandungan senyawa hasil Pembuatan Ekstak Daun Salam Dengan
ekstraksi diantaranya: jenis pelarut, Metode Perkolasi :
konsentrasi pelarut, metode ekstraksi dan suhu Pembuatan ekstrak perkolasi dilakukan
yang digunakan untuk mengekstraksi. Daun dengan cara menimbang serbuk daun salam
salam dalam penelitian ini diekstraksi dengan sebanyak 50 gram, memasukkan kapas
menggunakan pelarut etanol 70% dengan dua kedalam perkolator, memasukkan serbuk yang
macam metode ekstraksi yaitu maserasi dan telah tercampur dengan etanol kedalam alat

2
perkolator, menambahkan etanol 70% didapatkan larutan pereaksi dengan
sebanyak 500 ml, kemudian membuka keran konsentrasi 40g/mL.
atau tutup percolator sedikit demi sedikit 3. Penentuan Panjang Gelombang
hingga sampel menetes, menunggu sampai 1 Maksimum
menit meneteskan sebanyak 1 ml (Erviana, Memipet larutan DPPH sejumlah
2016). volume tertentu kedalam kuvet kemudian
Uji Bebas Etanol : ukur serapannya pada panjang gelombang
melakukan uji bebas etanol pada 400-600 nm, kemudian mencatat
ekstrak dengan cara memasukkan sedikit ke absorbansi yang dihasilkan oleh masing-
dalam tabung reaksi, lalu menambahkan 2 masing gelombang dan membuat kurva
tetes asam asetat dan 2 tetes H2SO4. hubungan antara panjang gelombang dan
Mengamati perubahan bau, jika tidak berbau absorbansi.
etil asetat (ester) maka ekstrak terbebas dari 4. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C
etanol.Dengan suhu + 400C sampai diperoleh 100 ppm
ekstrak kental dan hitung rendemen yang Serbuk vitamin C sebanyak 10 mg,
dihasilkan. dilarutkan dalam methanol lalu
Uji Kandungan Fitokimia Flavonoid : dimasukkan dalam labu ukur 100
Dilakukan uji warna golongan mL.Volume dicukupkan dengan methanol
flavonoid yaitu dengan mengambil 2 mg sampai tanda batas.
ekstrak daun salam. Masukkan kedalam 5. Pembuatan Larutan Uji Seri Vitamin C
tabung reaksi kemudian ditambahkan serbuk (10, 20, 40, 80 ppm)
Mg dan HCl pekat 2 tetes.Timbulnya merah Larutan induk vitamin C masing-
menunjukkan adanya senyawa flavonoid. masing dipipet 1, 2, 4, 8 mL dimasukkan
Uji Kromatografi Lapis Tipis : kedalam labu ukur 10 mL.Volume
Dilakukan uji senyawa flavonoid dicukupkan dengan methanol sampai tanda
dengan metode KLT. Menyiapkan alat dan batas.
bahan. Plat KLT lapis silica gel yang akan 6. Pembuatan Larutan Induk 2000 ppm
digunakan dioven terlebih dahulu selama 3 Ekstrak daun salam ditimbang
menit pada suhu 450C untuk mengurangi kadar sebanyak 100 mg dan dilarutkan dengan
air dalam plat KLT. Kemudian membuat fase methanol kemudian masukkan kedalam
gerak dengan mengambil n-butanol : asam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan
asetat : air (4 : 1 : 5), dimasukkan kedalam dengan methanol sampai tanda batas dan
chamber dan dijenuhkan. Setelah jenuh proses kocok sampai homogen.
selanjutnya masukkan plat KLT yang 7. Pembuatan Larutan Uji Seri
sebelumnya sudah ditotolkan sampel kedalam Konsentrasi 50, 100, 200, 400ppm
chamber yang sudah jenuh. Angkat plat KLT Ekstrak daun salam masing-masing
dan dikeringkan dengan cara dianginkan dipipet 0,25 ; 0,5 ; 1 ; 2(mL) dimasukkan
kemudian dilihat penampakan noda pada ke dalam labu ukur 10 mL, volume
lampu sinar UV 254 dan 366 mn. (Lutfitasari, dicukupkan dengan methanol sampai tanda
2016). batas.
Uji Aktivitas Antioksidan : 8. Penentuan Aktivitas Antioksidan
1. Pembuatan Larutan Blanko Dengan Metode DPPH
Larutan blanko yang digunakan adalah Larutan uji sebanyak 1 mL dari
methanol. Pencatatan dilakukan terhadap masing-masing sampel dipipet dan
absorbansi pada panjang gelombang dimasukkan dalam vial, kemudian
maksimum. ditambahkan dengan larutan DPPH
2. Pembuatan DPPH 40 g/mL sebanyak 1,5 mL dan dikocok sampai
Larutan DPPH dibuat dengan homogen, kemudian inkubasi selama 30
melarutkan DPPH dengan konsentrasi 40 menit ditempat yang terlindung dari
g/mL, dalam methanol yang dibuat segar cahaya. Dibaca serapannya pada
serta terlindung dari cahaya. Sebanyak gelombang 517 nm.
10mg DPPH, dilarutkan dengan methanol III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam labu ukur 10mL dan dipipet 4 mL Pada penelitian ini bertujuan untuk
dimasukkan ke labu ukur 100mL, mengetahui ada tidaknya pengaruh aktivitas
ditambahkan methanol sampai batas dan antioksidan dari daun salam (Syzygium

3
polyanthum(Wight) Walp.) dengan metode pada daun salam dapat tersari dengan baik.
maserasi dan perkolasi. Pada penelitian ini Perbandingan serbuk daun salam dengan
dilakukan analisa antioksidan dengan pelarutnya ialah 1:7,5 yang dimasukkan dan
metode spektrofotometri UV-Vis. Alasan disimpan pada wadah yang terlindung dari
menggunakan metode tersebut karena dapat cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang
digunakan secara kualitatif dan kuantitatif dikatalisis oleh cahaya atau perubahan warna.
senyawa dalam campuran dengan waktu Masa penyimpanan selama lima hari dengan
yang singkat, metode tersebut caranya pengadukan selama + 5 menit setiap harinya.
sederhana, dan juga memiliki tingkat Ekstrak yang diperoleh diuapkan diatas api
ketelitian yang baik.Penelitian dilakukan di sedang untuk menghilangkan kandungan
Laboratorium Farmasi Politeknik Harapan etanolnya. Dalam penelitian ini ekstrak
Bersama Tegal. maserasi yang diperoleh daun salam sebanyak
Daun salam diperoleh dari Pasar Pagi 100 gram didapat ekstrak 26,63 gram sehingga
Kota Tegal dengan menggunakan teknik rendemen yang didapat 26,72 %.
simple purposive sampling. Sampel yang Metode perkolasi juga merupakan cara
telah disortir kemudian ditimbang sebanyak ekstraksi dingin namun membutuhkan alat
2000 gram, kemudian daun salam khusus yang disebut perkolator.
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan Keuntungannya metode ini dapat menyari
karena dilihat dari zat aktif berupa flavonoid lebih sempurna dibandingkan metode maserasi
yang akan rusak terhadap suhu tinggi, namun pelarut yang digunakan banyak dan
pengeringan dilakukan untuk mendapatkan waktunya lama.Pada metode perkolasi
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dilakukan dengan cara menimbang serbuk
dapat disimpan dalam waktu yang lebih daun salam sebanyak 50 gram, mengambil
lama. Dari hasil pengeringan diperoleh berat etanol 70% sebanyak 500 mL, kemudian
kering daun salam sebanyak 165,15 gram. memasukkan kapas kedalam perkolator,
Dengan demikian didapatkan prosentase memasukkan serbuk yang telah tercampur
berat basah terhadap berat kering. Hasil dengan etanol kedalam alat perkolator,
pengeringan pada daun salam yaitu 8,25% menambahkan etanol 70% sebanyak 500 mL,
dan dapat dikatakan hasil pengeringan daun kemudian membuka keran atau tutup
salam baik karena nilai % kadar air <10%. perkolator sedikit demi sedikit hingga sampel
Selanjutnya daun salam dihaluskan dengan menetes, menunggu sampai 1 menit
menggunakan blender hingga menjadi meneteskan sebanyak 1 mL. Ekstrak yang
serbuk simplisia tujuannya yaitu untuk diperoleh diuapkan diatas api sedang untuk
memperluas permukaan pada daun salam. menghilangkan kandungan etanolnya. Dalam
Serbuk simplisia daun salam diuji penelitian ini ekstrak perkolasi yang diperoleh
makroskopik dan mikroskopik. Secara dari daun salam sebanyak 50 gram didapat
makroskopik daun salam berbentuk serbuk, ekstrak 8,78 gram sehingga rendemen yang
berwarna hijau, rasa kelat, dan berbau khas didapat 17,58 %.
daun salam. Hasil uji mikroskopik pada daun Untuk pembuktian bahwa ekstrak
salam menurut (Harrizul, 2015) meliputi tersebut telah benar-benar terbebas dari etanol
epidermis atas, berkas pembuluh, hablur maka perlu dilakukan uji bebas etanol dengan
kalsium oksalat, epidermis bawah dengan menggunakan pereaksi H2SO4pekat dan asam
stomata tipe parasitik, serabut sklerenkim, dan asetat dan asam asetat kemudian mengamati
fragmen mesofil. bau yang terjadi, apabila masih berbau ester
Metode yang digunakan untuk (bau khas yang mirip dengan balon) maka
mengambil ekstrak dari daun salam yaitu ekstrak tersebut belum terbebas dari etanol dan
dengan metode maserasi dan perkolasi. dilakukan kembali pemanasan pada ekstrak,
Penggunaan metode maserasi dipilih karena namun jika berbau khas ekstrak berarti ekstrak
merupakan cara mengekstraksi yang paling tersebut sudah terbebas dari etanol.
sederhana, dengan menghaluskan (diserbuk)
daun salam yang telah kering disatukan
dengan pelarut etanol 70%. Penggunaan etanol
sebagai pelarut karena etanol merupakan
pelarut semi polar, sehingga diharapkan
kandungan metabolit sekunder yang terdapat

4
Tabel 1. Uji Bebas Etanol Tabel 3. Penampakan Noda dari KLT pada
panjang gelombang 366 nm
Metode Uji Pustaka Hasil Sampel Rf hRf Standar
Ekstrak tetes Tidak Tidak Maserasi 0,81 81 0,65
Maserasi ekstrak + 2 berbau berbau Perkolasi 0,87 87
Ekstrak tetes ester ester (+)
Perkolasi H2SO4 Nilai Rf standart menurut
pekat + (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
asam 2008) yaitu 0,65. Dari hasil identifikasi KLT
asetat, ekstrak maserasi pada daun salam diperoleh
nilai Rf sebesar 0,81. Sedangkan pada ekstrak
Tabel 2. Uji Kandungan Flavonoid perkolasi pada daun salam diperoleh nilai Rf
sebesar 0,87. Perbedaan nilai Rf dipengaruhi
Sampel Reaksi Hasil Pustaka oleh beberapa faktor seperti pelarut atau fase
Identifikasi gerak, tingkat kejenuhan bejana kromatografi,
Ekstrak ekstrak + Merah Merah jumlah fase gerak yang digunakan, suhu,
Maserasi serbuk Mg (+) keseimbangan dan penotolan sampel (Era
Ekstrak + 2 tetes Sandhi Kusuma Yuda, 2017).
Perkolasi HCl pekat Pengujian aktivitas antioksidan dengan
metode spektrofotometri UV-Vis
Tabel diatas menunjukkan bahwa menggunakan DPPH (2,2-difenil-1-
ekstrak daun salam mengandung senyawa pikrihidrazil).Aktivitas antioksidan ditentukan
flavonoid dilihat dari hasil berwarna merah. dari kemampuan sampel uji untuk merubah
Penambahan HCl bertujuan untuk warna ungu dari DPPH menjadi warna kuning
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikon pada panjang gelombang maksimalnya.
flavonoid dengan cara menghidrolisis aglikon. Metode DPPH dipilih karena metode DPPH
Glikosil yang terhidrolisis ini akan tergantikan merupakan metode yang sederhana, cepat dan
dengan atom H+ dari asam yang memiliki sifat mudah untuk penapisan aktivitas penangkapan
keletronegatifan yang kuat. Serbuk Mg yang radikal beberapa senyawa, selain itu metode
ditambahkan menghasilkan senyawa kompleks ini terbukti akurat, efektif dan praktis
yang berwarna merah. Ion magnesium ini (Yuswantina, 2009). Pembacaan absorbansi
diduga akan berikatan dengan senyawa terhadap perubahan warna dilakukan pada
flavonoid yang terdapat pada ekstrak sehingga waktu tertentu yang memberikan kesempatan
muncul larutan berwarna merah (Latifah, yang cukup untuk berlangsungnya reaksi
2015). antara DPPH dan senyawa radikal atau biasa
Kadar flavonoid ekstrak meserasi daun salam disebut dengan waktu inkubasi.Nilai
diukur menggunakan metode Kromatografi absorbansi DPPH dapat ditentukan dengan
Lapis Tipis (KLT), untuk memastikan bahwa nilai presentasi penghambatan radikal DPPH
ekstrak yang diperoleh mengandung senyawa (persen inhibisi).Dari persen inhibisi dapat
flavonoid sebagai antioksidan. Metode ini ditentukan nilai IC50(inhibitory
digunakan karena perlengkapan yang concentration).Nilai IC50merupakan bilangan
sederhana, memerlukan bahan yang sedikit, yang menunjukkan konsentrasi yang mampu
diperoleh pemisahan yang baik, dan menghambat radikal bebas sebesar
membutuhkan waktu yang singkat untuk 50%.Semakin kecil nilai IC50berarti semakin
pengerjaannya (Era Sandhi Kusuma Yuda, tinggi nilai antioksidannya.Nilai IC50 diperoleh
2017). Fase gerak yang digunakan dalam dari persamaan regresi linier.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah n- Penentuan panjang gelombang
butanol : asam asetat : air dengan maksimum bertujuan untuk mengetahui ketika
perbandingan 4 : 1 : 5. Fase diam yang absorbansi mencapai puncaknya maka
digunakan berupa silika gel absorbansinya pun mencapai maksimum
sehingga meningkatkan proses absorbansi
larutan terhadap sinar. Penentuan panjang
gelombang yang digunakan yaitu 400 nm –
600 nm.

5
Tabel 4. Panjang Gelombang Maksimum Gambar 1. Pengukuran Panjang
DPPH Gelombang Maksimal
Panjang Gelombang Absorbansi
Pengukuran aktivitas antioksidan
400 0.208
410 0.224
sampel dapat dilakukan pada panjang
420 0.241 gelombang 510 nm dengan konsentrasi
430 0.253 DPPH 40 ppm.Antioksidan standar asam
440 0.270 askorbat digunakan sebagai pembanding
450 0.289 dibuat dengan konsentrasi 10, 20, 40, dan
460 0.316 80 ppm.Setelah didapatkan absorbansi
470 0.336 masing-masing konsentrasi kemudian
480 0.369 menghitung % inhibisinya.
490 0.402
500 0.438 Tabel 5. Aktivitas Antioksidan
510 0.471
520 0.445 Sampel Konsentrasi Absorbansi % Inhibisi
530 0.411 (ppm)
540 0.373 50 0,325 30,99
550 0.327 Maserasi 100 0,248 47,34
560 0.289 200 0,203 56,90
570 0.259 400 0,160 66,02
580 0.236 10 0,275 41,61
590 0.218 Vitamin 20 0,229 51,38
600 0.204 C 40 0,180 61,78
Berdasarkan hasil panjang gelombang 80 0,134 71,54
maksimal yang didapat adalah 510 nm 50 0,270 42,67
digunakan untuk pengukuran Perkolasi 100 0,202 57,11
selanjutnya.Alasan digunakan panjang 200 0,162 65,60
gelombang maksimum dalam pengujian
dengan spektrofotometri UV-Vis yaitu panjang
400 0,123 73,88
gelombang maksimum memiliki kepekaan
maksimal karena terjadi perubahan absorbansi
yang paling besar. Panjang gelombang Tabel 6.Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Maserasi Daun Salam Dalam Bentuk Probit
maksimum sendiri dicari untuk mengetahui
seberapa besar energi cahaya tertinggi yang
diserap oleh larutan (Agustina, Handayani, &
Sampel Persamaan Regresi IC50
Nurhamidah, 2017).
Linier
Maserasi
Kurva Hubungan Panjang Gelombang y = 0,911x + 3,066 132,72
dengan Absorbansi R = 0,996
Vitamin C
0,504 y = 0,803x + 3,992 17,9
Absorbansi (A)

0,454 R = 0,999
0,404 Perkolasi
0,354 y = 0,817x + 3,524 64,06
0,304 R = 0,998
0,254
0,204
400
410
420
430
440
450
460
470
480
490
500
510
520
530
540
550
560
570
580
590
600

Hasil penelitian pada ekstrak maserasi


daun salam diperoleh nilai R2 = 0,994 dan
Panjang Gelombang (ppm)
pada ekstrak perkolasi daun salam diperoleh
nilai R2 = 0,998 yang menunjukkan tingkat
akurasi yang cukup pada proses pengukuran

6
absorbansi larutan seri konsentrasi ekstrak Intensitas Nilai IC50(g/mL)
maserasi dan ekstrak perkolasi daun salam
karena harga R2 yang mendekati 1 Sangat Kuat <50
menunjukkan kolerasi atau terdapat pengaruh Kuat 50 – 100
antara konsentrasi dengan absorban dengan
persamaan y = 0,911x + 3,066 Sedang 101 – 150
Nilai IC50 menggambarkan besarnya Lemah >150
konsentrasi senyawa uji yang dapat
menangkap radikal bebas sebesar 50%.Nilai
IC50 diperoleh dengan menggunakan
persamaan regresi linier yang menyatakan 350
hubungan antara konsentrasi sampel (symbol 300
x) dengan aktivitas radikal bebas (symbol y) 250
dari seri replikasi pengukuran.Untuk 200
132,72
150

Nilai IC50
mendapatkan hasil yang baik, maka pada
penelitian ini menggunakan probit.Nilai IC50 100 64,06
50 17,9
ditentukan dengan analisis probit yang
diperoleh dari konversi % Inhibisi kedalam 0
nilai probit, sedangkan nilai konsentrasi Vitamin C Ekstrak Ekstrak
diubah kedalam nilai log konsentrasi.Nilai IC50 Maserasi Perkolasi
merupakan nilai antilog pada nilai probit 50. Sampel
Dari persamaan y = ax + b dapat dihitung
dengan rumus : Gambar 2 Grafik Perbandingan Nilai
Semakin kecil nilai IC50 maka IC50 Vitamin C Dengan Ekstrak
senyawa uji tersebut mempunyai keaktifan Maserasi Daun Salam dan Ekstrak
sebagai penangkap radikal yang lebih baik. Perkolasi Daun Salam
Tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji
menggunakan DPPH dapat digolongkan Berdasarkan gambar dapat dilihat
menurut nilai IC50(Armala, 2009). bahwa standar antioksidan yang digunakan
Dalam penelitian ini hasil antioksidan yaitu vitamin C. Vitamin C merupakan
yang lebih tinggi adalah ekstrak hasil antioksidan yang sering dikonsumsi oleh
perkolasi. Hal ini dikarenakan : masyarakat secara luas. Hasil penelitian
1. Aliran cairan penyari menyebabkan menunjukkan bahwa vitamin C berpotensi
adanya pergantian larutan dengan larutan aktif sebagai antioksidan dengan IC50 sebesar
yang konsentrasinya lebih rendah, 17,9 ppm sedangkan ekstrak perkolasi
sehingga meningkatkan derajat perbedaan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat
konsentrasi (IC50= 64,06 ppm) dibandingkan dengan
2. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia ekstrak maserasi yang memiliki aktivitas
membentuk saluran tempat cairan penyari. antioksidan sedang (IC50= 132,72ppm).
Karena kecilnya saluran kapiler tersebut,
maka kecepatan pelarut cukup untuk IV. KESIMPULAN
mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi Dari hasil penelitian yang teloah
(Depkes RI, 1986). dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
3. Antara pelarut dan sampel yang digunakan berikut ini :
berbeda, seharusnya kondisi sama untuk 1. Ada pengaruh perbedaan metode
maserasi dan perkolasi. ekstraksi terhadap aktivitas
antioksidan pada ekstrak daun salam
2. Kandungan aktivitas antioksidan
pada ekstrak maserasi memiliki IC50
132,72 ppm sedangkan pada
ekstrak perkolasi memiliki IC50
64,06 ppm.

7
V. REFERENSI [11] Munte, L. (2015). Aktivitas Antioksidan
Dari Ekstrak Daun Prasman
[1] Agustina, W., Handayani, D., & (Eupatorium triplinerve Vahl.).
Nurhamidah. (2017). Skrining Pharmacon, 4(3), 41–50.
Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan [12] Mustikaningrum, M. (2015). Aplikasi
Beberapa Fraksi Dari Kulit Batang Metode Spektrofotometri Visibel
Jarak (Ricinus communis L.).Jurnal Genesys-20 Untuk Mengukur Kadar
Pendidikan Dan Ilmu Kimia. Curcuminoid Pada Temulawak
[2] Amelia. (2011). Isolasi, Elusidasi Struktur (Curcuma Xanthorrhiza) (Application
dan Uji Aktivitas Antioksidan Methods Spectrophotometry Visible
Senyawa Kimia dari Daun Garcinia Genesys-20 For Measuring The
Benthami Piere (Tesis). Universitas Content Curcuminoid Ginger
Indonesia, Depok. (Curcuma Xanthorrhiza). Universitas
[3] Anastasia, H., Santi, S. R., & Manurung, Diponegoro, Semarang.
M. (2016). Uji Aktivitas Antioksidan [13] Nugraha, A. T., Firmansyah, M. S., &
Senyawa Flavonoid Pada Kulit Batang Jumaryatno, P. (2017). Profil Senyawa
Tumbuhan Gayam (Inocarpus Dan Aktifitas Antioksidan Daun
fagiferus Fosb.). Jurnal Kimia, 10(1), Yakon (Smallanthus Sonchifolius)
15–22. Dengan Metode Dpph Dan Cuprac.
[4] Armala. (2009). Daya Antioksidan Fraksi Jurnal Ilmiah Farmasi, 13(1).
Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos [14] Rustamsyah, A. (2015). Aktivitas
caudatuc HBK) dan Profil KLT. antioksidan seduhan sepuluh jenis
Universitas Islam Indonesia, mutu teh hitam (Camellia sinensis ( L
Yogyakarta. .) O . Kuntze). J Penel Teh Kina. 95–
[5] Departemen Kesehatan Republik 100.
Indonesia. (2008). Farmakope Herbal [15] Wahyulianingsih, W., Handayani, S., &
Indonesia. Jakarta: Departemen Malik, A. (2016). Penetapan Kadar
Kesehatan Republik Indonesia. Flavonoid Total Ekstrak Daun
[6] Era Sandhi Kusuma Yuda, P. (2017). Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.)
Skrining Fitokimia Dan Analisis Merr & Perry). Jurnal Fitofarmaka
Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Indonesia, 3(2), 188–193.
Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia [16] Yuswantina, R. (2009). Uji Aktivitas
hirta L.). Medicamento, 3. Penangkap Radikal Dari Ekstrak
[7] Harrizul, R. (2015). Pembuatan dan Petroleum Eter, Etil Asetat dan Etanol
Karakterisasi Ekstrak Kering Daun Rhizoma Binahong (Anredera
Salam (Syzigium polyanthum (Wight) cordifolia (Tenore) Steen) Dengan
Walp.). Jurnal Farmasi Higea, 7. Metode DPPH. Fakultas Farmasi,
[8] Kuntorini, E. M., & Astuti, M. D. (2016). UMY., Surakarta.
Penentuan aktivitas antioksidan
ekstrak etanol bulbus bawang dayak
(eleutherine americana merr.). Jurnal
Sains Dan Terapan Kimia, 4(1), 1522.
[9] Latifah. (2015). Daya Antibakteri Ekstrak
Etanol Tunas Bambu Apus Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus Secara In
Vitro. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang.
[10] Mariana, L., Andayani, Y., & Gunawan,
R. (2013). Analisis Senyawa
Flavonoid Hasil Fraksinasi Ekstrak
Diklorometana Daun Keluwih
(Artocarpus camansi). 6(2), 50–55.

Anda mungkin juga menyukai