Anda di halaman 1dari 9

AKTIVITAS ANTIKOSIDAN FLAVONOID DALAM DAUN PEGAGA (Centella asiatica

(Linn.)) SEBAGAI OBAT TRADISIONAL


Ni Made Willy Larashati Anastasia dan I Nyoman Tika
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
ABSTRAK
Antioksidan adalah pembersih radikal bebas yang memberikan perlindungan bagi organisme hidup dari
kerusakan yang disebabkan oleh spesies oksigen reaktif (ROS). Radikal bebas dalam tubuh manusia memiliki efek
buruk pada sistem kekebalan tubuh manusia. Konsumsi oksidan alami sebagai pembersih radikal bebas mungkin
diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan. Antioksidan alami dapat diperoleh melalui makanan yang
mengandung klorofil, flavonoid, vitamin C, selenium dan lycopene. Dalam Pegaga Centella asiatica
(Linn.) banyak mengandung antioksidan alami, salah satunya yaitu flavonoid. Flavonoid merupakan elemen yang
tak terpisahkan dari makanan manusia. Flavonoid tergolong kelas senyawa polifenol yang biasa ditemukan pada
tumbuhan. Pemanfaatan pegaga Centella asiatica (Linn) umumnya ditemukan sebagai obat tradisional untuk
manusia. Objek dalam makalah ini adalah flavonoid dalam daun pegaga. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antioksidan flavonoid dalam daun pegaga Centella asiatica (Linn.) sebagai obat tradisional. Adapun
metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi literatur. Hasil yang didapatkan yakni
bahwa total kandungan flavonoid dalam daun pegaga sebesar 3,816 mg/mL. Flavonoid sebagai antioksidan dan anti
radikal bebas dapat menghambat atau mencegah timbulnya lebih dari 50 penyakit degeneratif termasuk kanker.

Kata-kata kunci : Antioksidan, Flavonoid, Pegaga Centella asiatica (Linn.)


BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring dengan bertambahnya usia, ancaman penyakit degeneratif seperti kanker dan
penyakit lainnya akan semakin besar. Hal ini terkait dengan pola makan kita, kecenderungan
menkonsumsi makanan cepat saji dan junk food atau makanan yang digoreng dengan minyak
yang sudah digunakan berkali-kali akan semakin menyebabkan peningkatan radikal bebas dalam
tubuh kita. Radikal bebas merupakan penyebab beberapa gangguan dalam tubuh manusia. Proses
oksidasi adalah salah satu penyebab munculnya radikal bebas dalam makanan, obat, dan bahkan
dalam sistem kehidupan (Somasundran et al., 2012).
Radikal bebas dalam tubuh manusia memiliki efek buruk pada sistem kekebalan tubuh.
Molekul radikal bebas akan menyerang sel-sel dalam tubuh, menyebabkan kerusakan berbagai
sistem sel. Untuk mencegah kerusakan pada sel-sel, dibutuhkan senyawa antioksidan untuk
menetralkan radikal bebas. Dilaporkan bahwa konstituen antioksidan dari bahan-bahan tanaman
memberikan perlindungan dari penyakit jantung koroner dan kanker serta melindungi tubuh dari
kerusakan yang disebabkan oleh oksidasi radikal bebas (Upadhyaya, 2011).

Antioksidan adalah pembersih radikal bebas yang memberikan perlindungan bagi


organisme hidup dari kerusakan yang disebabkan oleh spesies oksigen reaktif (ROS). Meskipun
hampir semua organisme memiliki antioksidan pertahanan dan perbaikan sistem, tetapi sistem ini
tidak cukup untuk mengatasi seluruh kerusakan yang disebabkan radikal bebas. Jadi, suplemen
antioksidan pada makanan rata-rata menjanjikan untuk memperkuat pertahanan dan perbaikan
sistem antioksidan (Basuniaet al., 2013).
Sifat antioksidan pada tanaman berasal dari kandungan kimia pada tanaman seperti
fenolat, anthocyanin dan kandungan flavonoid lainnya (Somasundran et al., 2012). Flavonoid
didistribusikan secara luas dalam kelompok metabolit sekunder pada tanaman. (Majewska et
al., 2011).
Pegaga atau Centella asiatica L. adalah salah satu sumber antioksidan alami sejak adanya
flavonod di dalamnya. Umumnya, bahan aktif yang ditemukan di pegaga (Centella asiatica (L.)
meliputi: 1) saponin triterpenoid, 2) triterpenoid genin, 3) minyak esensial, 4) flavonoid, 5)
pitosterol, dan bahan aktif lainnya (Basunia et al., 2013).
Centella asiatica merupakan tanaman obat yang telah digunakan sejak zaman prasejarah.
Berbeda dengan tanaman obat lainnya, C. asiatica telah diteliti secara menyeluruh (Brinkhaus et
al, 2000;. Supaporn et al, 2010.), terutama dalam pengobatan kusta dan penyembuhan luka yang
telah menunjukkan hasil yang menggembirakan (Somasundran et al., 2012). C. asiatica secara
efektif digunakan dalam pengobatan demam, sakit kuning, disentri, diare, penyakit mental dalam
kerangka obat tradisional dari Bangladesh (Basunia et al., 2013)
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mengkaji Aktivitas Antioksidan Flavonoid
dalam Pegaga Centella Asiatica (Linn.) sebagai Obat Tradisional untuk mengetahui aktivitas
antioksidan flavonoid dalam pegaga Centella asiatica (Linn.) sebagai obat tradisional.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana aktivitas antioksidan flavonoid dalam Pegaga Centella asiatica


(Linn.)sebagai obat tradisional?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui aktivitas antioksidan flavonoid dalam Pegaga Centella asiatica (Linn.)sebagai
obat tradisional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Antioksidan

Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi dari molekul


lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang mentransfer elektron atau hidrogen dari suatu zat ke agen
pengoksidasi. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas.Pada umumnya, radikal bebas
ini dapat memulai reaksi berantai. Ketika reaksi berantai terjadi dalam sel, dapat menyebabkan
kerusakan atau kematian sel. Antioksidan menghentikan reaksi berantai ini dengan menghapus
radikal bebas intermediet dan menghambat reaksi oksidasi lainnya (Somasundran et al.,
2012). Antioksidan banyak digunakan dalam suplemen makanan dan telah diteliti untuk
pencegahan penyakit seperti kanker dan penyakit jantung koroner(Upadhyaya, 2011). Meskipun
studi awal menunjukkan bahwa suplemen antioksidan mungkin meningkatkan kesehatan,
kemudian uji klinis dengan sejumlah besar antioksidan dideteksi sangat bermanfaat namun
kelebihan suplementasi dengan antioksidan tertentu diduga berbahaya (Basuni et al., 2013).
Antioksidan mampu menstabilkan atau menonaktifkan radikal bebas sebelum menyerang
sel-sel. Antioksidan mutlak penting untuk menjaga kesehatan sel.Fungsi utama antioksidan
adalah memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya
proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan,
meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya
kualitas sensori dan nutrisi (Apriandi, 2011). Antioksidan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi
dua macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik.
a. Antioksidan Alami
Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diperoleh dari bahan alam. Senyawa antioksidan
yang termasuk ke dalam antioksidan alami salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid merupakan
salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyakterdapat pada jaringan tanaman. Flavonoid
dapat berperan sebagai antioksidan.Aktivitas antioksidatif flavonoid bersumber pada
kemampuan mendonasikan atomhidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam.
Berbagai hasilpenelitian menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mempunyai aktivitas
antioksidanyang beragam pada berbagai jenis sereal, sayuran dan buah-buahan (Arsyad,2014).
Berikut merupakan strukturflavonoid :

Gambar 1. Struktur Dasar Senyawa Flavonoid(Sumber : Arsyad, 2014)


b. Antioksidan Sintetik
Winarno dalam Triyem (2010) mengatakan bahwa antioksidan sintetik yang sering digunakan
adalah Butylated
hydroxyanisole(BHA), Butylated
hidroxytoluene (BHT), Propylgalate (PG), Tert-Butyl
Hydroquinone (TBHQ)
dan Nordihydroquaretic Acid(NDGA). Antioksidan sintetik tersebut biasa ditambahkan ke dalam
lemak atau bahan pangan dengan tujuan untuk mencegah ketengikan. BHA biasanya digunakan
sebagai antioksidan dalam bahan pangan. BHA ini sangat mudah mengalami degradasi oleh
panas dan irradiasi oleh sinar UV. BHT biasanya ditambahkan pada bahan pangan dengan tujuan
mencegah terjadinya proses autooksidasi. BHT ini merupakan salah satu antioksidan

monofenolik. Sedangkan Tert-Butyl Hydroquinone (TBHQ) merupakan antioksidan difenolik


yang biasa ditambahkan pada makanan. Struktur dari BHA, BHT dan TBHQ sebagai berikut :
Gambar 2. Struktur dari BHA, BHT dan TBHQ (Sumber : Triyem, 2010)
2.2 Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia tumbuhan.
Flavonoid tersebar luas di tanaman mempunyai banyak fungsi. Flavonoid adalah pigmen tanaman untuk
memproduksi warna bunga merah atau biru pigmentasi kuning pada kelopak yang digunakan untuk menarik hewan
penyerbuk. Flavonoid hampir terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk buah, akar, daun dan kulit luar batang
(Mirna, dkk., 2013). Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin
C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik (Somasundran, et al., 2012). Menurut penelitian
Kurniasari dalam Mirna, dkk., (2013) menyatakan bahwa sejumlah tanaman obat yang mengandung flavanoid telah
di laporkan telah memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antielergi dan antikanker.
Flavonoid merupakan suatu kelompok senyawa fenolik yang terkandung di alam. Senyawa ini bertanggung
jawab untuk pewarna merah, ungu, biru dan kuning di sebagian besar tanaman. Sebagian besar flavonoid ini di
tanaman terikat dengan molekul gula glukosida. Flavonoid pada tanaman memiliki empat fungsi seperti: 1) sebagai
pigmen warna, 2) fungsi fisiologi dan patologi, 3) aktivitas farmakologi, terutama yang berhubungan dengan sistem
kerja pembuluh darah dan 4) sebagai flavonoid tambahan dalam makanan (Maung, 2013).
Flavonoid sendiri merupakan polifenol. Polifenol dibagi menjadi dua kelompok, yang bernama flavonoid
dan non flavonoid (polifenol non-flavonoid). Mekanisme kerja polifenol sebagai antioksidan dan anti-radikal bebas
diwakili oleh golongan flavonoid (Maziah, et al, 2010).
Flavonoid (baik flavonols dan flavanol) yang paling umum dikenal untuk aktivitas antioksidan in
vitro. Pada konsentrasi eksperimental tinggi yang tidak akan ada di vivo, kemampuan antioksidan flavonoid in vitro
mungkin lebih kuat daripada vitamin C dan E, tergantung konsentrasi yang diuji(Somasundran et al., 2012).
2.2.1 Uji Flavonoid
Sebanyak 1 g ekstrak daun pegaga ditambahkan etanol 95%. Kemudian dilakukan pemanasan.
Lapisan atas dipipet dan ditambahkan dengan HCl pekat 2 N dan serbuk Mg. Flavonoid diidentifikasi
dengan munculnya warna merah (Mirna, dkk., 2013).
2.2.2 Penentuan Kandungan Total Flavonoid

Sebanyak 0,25 g stok ekstrak daun pegaga ditambahkan dengan 1 mL AlCl 3 yang
telah dilarutkan dengan etanol 80%, kemudian dikocok selama 20 detik kemudian
absorbansinya diukur pada panjang gelombang 415 nm. Penentuan flavonoid
dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin dalam mg/kg ekstrak. Kurva kalibrasi
dipersiapkan pada cara yang sama menggunakan kuersetin sebagai standar (Mirna,
dkk., 2013)
2.3. "Pegaga" atau Centella asiatica L.

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Umbillales
Famili
: Umbilliferae (Apiaceae)
Genus
: Centella
Gambar 3. Daun Pegaga (Centella asiatica (Linn.))
Spesies

: Centellaasiatica

Centella asiatica (juga dikenal sebagai pegagan dan Hydrocotyle asiatica) adalah
tanaman abadi, menjalar dengan daun kidneyshaped, ditemukan di India, Sri Lanka, Madagaskar,
Afrika Selatan, Australia, China, dan Jepang. Centella lebih suka tumbuh di daerah teduh,
lembab, atau berawa. Centella mengandung beberapa unsur aktif, yang paling penting seperti
saponin triterpenoid, termasuk asiaticoside, centelloside, madecassoside, dan asam
Asiatik. Selain itu, Centella mengandung komponen lain, termasuk minyak atsiri, flavonoid,
tanin, pitosterol, asam amino, dan gula (Basunia et al., 2013).
Centella memiliki beberapa aktivitas farmakologis, terutama didasarkan pada eksperimen
in vivo. Setelah pemberian oral dan topikal pada tikus, terjadi peningkatan t hiperplasia seluler
dan produksi kolagen pada lokasi cedera yang diukur dengan peningkatan tingkat jaringan
granulasi dari DNA, protein, jumlah kolagen, dan hexosamine. Penyembuhan lebih cepat dan
silang kolagen terlihat pada hewan yang diberi ekstrak herbal, terbukti dengan stabilitas tinggi
kolagen acidsoluble dan peningkatan konten aldehida dan kekuatan tarik. Dibandingkan dengan
luka kontrol, tikus yang diobati dengan pegagan memiliki tingkat kontraksi luka lebih cepat.
Selain meningkatkan penyembuhan luka, Centella juga mungkin memiliki efek pada jaringan
ikat dari varises. Setelah menerima total 30 mg fraksi triterpenoid dari Centella asiatica
(TTFCA) dua kali sehari selama tiga bulan, individu dengan varises telah secara signifikan
mengurangi enzim serum yang terlibat dalam metabolisme mukopolisakarida
(betaglucuronidase, beta-N-asetil, dan arylsulfatase) dibandingkan dengan nilai-nilai dasar (p
<0,01) (Maziah, et al, 2010).
Kapasitas untuk regenerasi akson merupakan komponen penting dari penyembuhan
kerusakan saraf. Tikus yang diberikan ekstrak Centella dalam air minum mereka, pulih lebih
cepat setelah kerusakan saraf dibandingkan dengan tikus kontrol, dengan peningkatan regenerasi
aksonal dan pemulihan fungsional lebih cepat. Ekstrak jus segar pegagan pada 200 dan 600 mg /
kg dua kali per hari telah terbukti menjadi pelindung terhadap ulkus lambung aspirin dan etanoldiinduksi, 8,9 dengan efek yang sama sebagai sukralfat obat (Maziah, et al, 2010).
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Antioksidan Alami yang Terkandung dalam "Pegaga" atau Centella asiatica L.

Tanaman merupakan sumber potensi antioksidan alami. Antioksidan alami atau


antioksidan fitokimia adalah metabolit sekunder dari tanaman. Karotenoid, flavonoid, asam
sinamat, asam benzoat, asam folat, asam askorbat, tokoferol, tokotrienol,dan lain-lainadalah
beberapa antioksidan yang dihasilkan oleh tanaman(Upadhyaya, 2011).
Tanaman obat ini telah memainkan peran penting pada kesehatan manusia dan
penyembuhan sejak turun dari peradaban manusia. Meskipun pembangunan yang luar biasa di
bidang obat-obatan allopathic selama abad ke-20, tanaman masih tetap menjadi salah satu
sumber utama dari obat tradisional serta dalam sistem obat modern. Tanaman obat adalah sumber
dari molekul bioaktif tertentu yang bertindak sebagai antioksidan dan antimikroba. Ada
meningkatnya permintaan bahan tanaman yang mengandung fenolat karena dapat menghambat
degradasi oksidatif lipid dan dengan demikian meningkatkan kualitas dan nilai gizi dari
makanan(Upadhyaya, 2011).
Centella asiatica merupakan tanaman obat yang telah digunakan sejak zaman
prasejarah. Berbeda dengan tanaman obat lainnya, C. asiatica telah mengalami penyelidikan
eksperimental dan klinis cukup luas (Maziah, et al, 2010).
Gambar 4. Pegaga (Centella asiaticaL. ) (Sumber : Malherbologie dalam Fitriyah,2009)
Secara umum bahan aktif yang ditemukan di pegaga (Centella asiatica (L.)) meliputi: 1)
saponin triterpenoid, 2) triterpenoid genin, 3) minyak esensial, 4) flavonoid, 5) fitosterol, dan
bahan aktif lainnya (Basunia et al., 2013). Menurut Dasuki (1991), bahan aktif biasanya
ditemukan di organ tepatnya daun pada jaringan palisade parenkim. Dalam hal ini, difokuskan
pada flavonoid yang terkandung dalam Centella asiatica (L.).
3.2 Flavonoid dalam "Pegaga" atau Centella Asiatica L. Sebagai Antioksidan
3.2.1 Uji Kandungan Flavonoid
Menurut penelitian Mirna, dkk. (2013), hasil uji skrining flavonoid dari enam ekstrak yang diperoleh
menunjukan bahwa ekstrak daun pegagan positif mengandung flavonoid dengan indikasi adanya perubahan
warna dari kuning kecoklatan menjadi merah setelah ditambahkan beberapa pereaksi flavonoid .
3.2.2 Uji Total Flavonoid
Analisis kandungan total flavonoid dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kandungan flavonoid
yang terdapat pada ekstrak daun pegagan. Penentuan kandungan total flavonoid dinyatakan sebagai kuersetin
mg/mL. Menurut penelitian Mirna, dkk (2013) didapatkan bahwa total kandungan flavonoid dalam daun
pegaga sebesar 3,816 mg/mL.
3.2.3 Analisis Flavonoid Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
Menurut penelitian Mirna, dkk. (2013), analisis kandungan total flavanoid dari ekstrak daun pegagan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 205 nm.

Gambar 5. Analisis Spektrum UV-Vis pada Daun Pegaga (Sumber : Mirna, dkk., 2013)

Berdasarkan analisis spektra dapat dilihat bahwa pada kurva pada pita I 310 nm dan pita II
265 nm daun pegaga positif mengandung flavonol.
Sebagai anti-oksidan dan anti-radikal bebas, flavonoid dapat menghambat atau mencegah timbulnya tidak
kurang dari 50 penyakit degeneratif termasuk kanker (Somasundran et al., 2012).

Mekanisme antitumor atau aktivitas antikanker dapat dilakukan melalui 3 cara: (1)
Menghambat karsinogenesis bioktifikasi; (2) Tutup pembentukan garis sel ganas (blocking agen)
oleh antioksidan; dan (3) Menekan dan memanipulasi hormon (Upadhyaya, 2011). Dalam hal ini
aktivitas antioksidan, selain mencegah autooxidationt yang menghasilkan radikal bebas juga
dapat menekan proliferasi (perbanyakan) sel kanker.
Untuk melindungi sel-sel dan sistem organ tubuh terhadap spesies oksigen reaktif. Manusia
telah merevolusi sistem perlindungan antioksidan yang sangat canggih dan kompleks. Ini
melibatkan berbagai komponen, baik berasal berasal dari endogen dan eksogen, fungsi yang
interaktif dan sinergis untuk menetralisir radikal bebas. Komponen ini meliputi (Basuni et al.,
2013) :

Nutrisi yang diturunkan antioksidan seperti asam askorbat (vitamin C), tokoferol dan
tokotrienol (vitamin E), karotenoid, dan senyawa dengan berat molekul rendah lainnya
seperti glutathione dan asam lipoic.

Enzim antioksidan, misalnya, superoksida dismutase, glutation peroksidase, dan


glutation reduktase, yang mengkatalisis reaksi pendinginan radikal bebas.

Pengikat logam protein, seperti feritin, laktoferin, albumin, dan ceruloplasmin yang
menyerap zat besi dan tembaga bebas ion yang mampu mengkatalis reaksi oksidatif.

Banyak fitonutrien antioksidan lain yang hadir dalam berbagai macam tanaman pangan.

BAB IV. PENUTUP


4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
Ekstrak daun pegagan positif mengandung flavonoid dengan indikasi adanya perubahan warna dari kuning
kecoklatan menjadi merah setelah ditambahkan beberapa pereaksi flavonoid . Total kandungan flavonoid dalam
daun pegaga sebesar 3,816 mg/mL. Sebagai anti-oksidan dan anti-radikal bebas, flavonoid dapat menghambat atau
mencegah timbulnya tidak kurang dari 50 penyakit degeneratif termasuk kanker.

4.2. Saran

Pembaca diharapkan memilih gaya hidup yang baik terutama dalam memilih makanan
sehingga tidak memicu timbulnya penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Selain itu.
penulis juga mengharapkan bahwa masyarakat lebih memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai
sumber antioksidan.
REFERENSI
Apriandi, Azwin. 2011 Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Keong Ipong-Ipong (Fasciolaria
salmo). Bogor : Institut Pertanian Bogor
Arsyad, AB. 2014. Aktivitas Antioksidan pada Kangkung Air(Ipomoea aquatica Forsk). Bogor: Departemen
Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Fitriyah. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urban)
terhadap Perkembangan Folikel Ovarium Mencit (Mus Musculus).Minithesis (not
published). Malang : Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam
Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim
L.R.Saikia and Sristisri Upadhyaya. 2011. Antioxidant Activity, Phenol And Flavonoid Content
Of Some Less Known Medicinal Plants Of Assam.India : International Journal of Pharma
and Bio Sciences. Dibrugarh University
Mijanur Rahman, Shahdat Hossain, Asiqur Rahaman, Nusrat Fatima, Taslima Nahar, Borhan
Uddin and Mafroz Ahmed Basunia. 2013. Antioxidant Activity of Centella
asiatica (Linn.) Urban: Impact of Extraction Solvent Polarity.Bangladesh : Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. Jahangirnagar University
Mirna Lumbessy, Jemmy Abidjulu, Jessy J.E. Paendong. 2013. Uji Total Flavonoid Pada Beberapa Tanaman Obat
Tradisional Di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku
Utara

Monika Majewska, Michal Skrzycki, MalGorzta Podsiad and Hanna Czeczot. 2011. Evaluation
Of Antioxidant Potential Of Flavonoids: An In Vitro Study. Polandia : Polish
Pharmaceutical Society. Medical University of Warsaw
Pyie Phyo Maung. 2013. Determination Of Flavonoids And Antioxidant Activity In Laphet
Laboratory Process And Tea (Camellia Sinensis) Products Between China And
Myanmar. International journal of Engineering Science and Technology. China : Jiangnan
University
Seow Mun Hue, Amru Nasrulhaq Boyce and Chandran Somasundran. 2012. Antioxidant
activity, phenolic and flavonoid contents in the leaves of different varieties of sweet
potato (Ipomoea batatas). Kuala Lumpur : Australian Journal of Crop Sciences
University of Malaysia
Suat Hian Tan, Radzali Musa, Arbakariya Ariff and 1Mahmood Maziah. 2010. Effect of Plant
Growth Regulators on Callus, Cell Suspension and Cell Line Selection for Flavonoid
Production from Pegaga (centella asiatica L. urban).Malaysia : American Journal of
Biochemistry and Biotechnology

Triyem. 2010. Aktivitas Antioksidan dari Kulit Batang Manggis Hutan(Garcinia Cf.
Bancana Miq). Depok : Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai