Anda di halaman 1dari 30

TUGAS FARMAKOLOGI

MAKALAH ANTI KANKER

Disusun oleh :

1. Annisa Vieren Elistha. A 12171003


2. Harry Supriyanto 12171008
3. NW Tino Karno Putro 12171012
4. Rijalul Muttaqin Tsani 12171016
5. Shofya Justitia PA 12171020

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG


PROGRAM STUDI STRATA FARMASI
3 FA-5 NONREG
BANDUNG, 2019
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka ........................................................................................................................................ 1
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
1. DEFINISI ....................................................................................................................................... 1
2. PERKEMBANGAN PENYAKIT ....................................................................................................... 1
3. SIKLUS HIDUP .............................................................................................................................. 4
4. PENGGOLONGAN OBAT DAN MEKANISME KERJA .................................................................... 4
1.4.1 Golongan Pengalkilasi .................................................................................................... 4
1.4.2 Golongan Antimetabolit ................................................................................................. 5
1.4.3 Golongan Produk Bahan Alam ....................................................................................... 5
1.4.4 Golongan Hormon .......................................................................................................... 5
1.4.5 Golongan target Molekular ............................................................................................ 6
1.4.6 Golongan Lain-Lain ......................................................................................................... 6
5. TATALAKSANA PENGOBATAN .................................................................................................... 6
BAB II ....................................................................................................................................................... 1
2.1 CONTOH OBAT-OBAT ............................................................................................................. 1
2.1.1 AFATINIB (BNF, 941) ....................................................................................................... 1
2.1.2 IFOSFAMID (BNF, 872) .................................................................................................. 10
2.1.3 CARMUSTINE (BNF, 870) .............................................................................................. 12
2.1.4 DACARBAZINE (BNF, 872) ............................................................................................. 13
2.1.5 KLORAMBUSIL (BNF, 870)............................................................................................. 16
2.1.6 MELFALAN (BNF, 873) .................................................................................................. 18
2.1.7 TOPOTEKAN (BNF, 903) ................................................................................................ 20
2.1.8 ASPARAGINASE (BNF, 908) ........................................................................................... 22
2.1.9 BUSULFAN (BNF, 869) ................................................................................................... 24
2.1.10 BORTEZOMIB (BNF, 938) .............................................................................................. 25
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 28

i
BAB I
1. DEFINISI
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak
terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup kejaringan di sekitarnya
(invasive) dan terus menyebar ke jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ
penting serta safar tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah
diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan
normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan, 2003).

Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbukan jaringan yang tidak
terkendali karena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga pertumbuhan menjadi
tidak normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh. Baik pada
orang dewaa maupun anak-anak. Akan tetapi, lebih sering menyerang orang yang
berusia 40 tahun (Uripi, 2007).

2. PERKEMBANGAN PENYAKIT

Menurut Frank L, M dan Teich N, M (1998), sel kanker itu timbul dari sel normal
tubuh sendiri yang mengalmi transformasi menjadi ganas, karena adanya mutasi
spontan atau induksi karsinogen (bahan atau agen penetus terjadinya kanker). Pada
umumnya mulai tumbuh dari satu sel kanker pada sauatu tempat dalam organ tubuh (
unicentris ). Jarang yang mulai daro beberaa organ ( multicentris ), baik dalam kurun
waktu bersamaan ataupun berbeda. Kanker yang timbul multicentris umumnya
terdapat pada penderita yang mengalmi kelainan genetikatau mengidap
imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh).

Sel-sel kanker membentuk suatu masa dari jaringan ganas yang kemudian masuk
ke jaringan didekatnya dan menyebar keseluruh tubuh. Sel-sel kanker sebenarnya
dibentuk dari sel normal melalui proses transformasi terdiri dari dua tahap yaitu tahap
iniasi dan promosi. Tahap inisiasi, pada tahap ini perubahan bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan sel genetis disebabkan unsur pemicu kanker
1
2

yang terkandung dalam bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar matahari. Pada tahap
promosi, sel menjadi ganas disebabkan gangguan antara sel yang peka dengan
karsinogen. Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh berusaha merusak
sebelum sel berlipat ganda dan berkembang menjadi kanker. Sistem kekebalan tubuh
yang tidak berfungsi normal, menjadikan tubuh rentan terhadap kanker (Sunaryati,
2011) .

Ilmuan telah menemukan gen-gen yang menjadi penyebabkanker pada retrivirus


tertentu, gen ini disebut dengan onkogen. Gen-gen ini berasal dari gen yang mirip yang
berada dalam sel normal, yantu proto-onkogen. Sebagai proto-onkogen, gen ini
memiliki fungsi esensial yaitu mengkode protein penstimulasi dan pembelahan sel.

Proto-onkogen berubah menjadi onkogen melalui perubahan genetik, baik


perubahan kuantitas protein yang dihasilkan maupun perubahan kualitas. Terdapat
tiga kategori perubahan genetik proto-onkogen menjadi onkogen :

1. Translokasi : gen berpindah ke lokus yang baru, dibawah kontrol promotor yang
baru. Perubahan ini dapat menyebabkan produksi protein penstimulan
pertumbuhan berlebih.
2. Amplifikasi gen : gen disalin hingga belipat ganda dalam genom. Hasilnya serupa
dengan translokasi.
3. Mutasi titik dalam gen : hasilnya berupa protein penstimulasi pertumbuhan yang
bekerja hperaktif atau resisten degradasi.

Selain ketiga mutasi genetik pada gn protein stimulan ini, terdapat mekanisme
lain yang menyebabkan sel menjadi ganas, yaitu perubahan genetik pada gen
penghambat pertumbuhan dan perkembangan. Gen-gen ini disebut supresor-tumor
karena dalam fungsi normalnya, gen-gen ini menega sel tumbuh diluar batas. Ketika
terjadi mutasi pada gen pengkode protein ini sehingga kerjanya terhambat, butasi
akan terakumulasi dalam sel dan menimbulkan kanker.

Kondisi sel kanker berdasarkan stadium :

1. Stadium 0

Pada stadium 0, kanker baru tumbuh. Sel kanker ini berada di tempat
pertama kali tumbuh atau belum menyebar ke jaringan-jaringan tubuh lain
3

sekitarnya. Kanker pada stadium ini bisa diatasi melalui oprasi pengngkatan
jaringan sel kanker, dan memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang cukup
tinggi.

2. Stadium I

Pada stadium I, jarigan asih berupa kanker brukuran kecil, sehingga disebut
sebagai kanker stadium awal. Kanker pada stadium awal sringkali tidak
memberikan gejala yang khas, sehingga banyak orang tidak mengetahui bahwa
mereka mengalami kanker. Sel kanker juga belum tumbuh serta belum menyebar
ke bagian tubh lainya. Ada beberapa pilihan pengobatan untuk kanker stadium I.
Misalnya penderita kanker payudara stadium I, pengobatan bisa dilakukan melalui
operasi, radioterapi, kemoterapi, atau terapi hormon.

3. Stadium II

Pada stadium II sel kanker sudah berkembang dan tumbuh lebih besar
dibanding engan stadium I. Sel kaker pada stadium ini masih bertahan di tempat
awal muncul dan belum menyebar ke bagian tubh lainya.

4. Stadium III

Pada stadium III kondisi kanker hampir sama dengan kondisi kanker stadium
II. Namun, selsel tersebut sudah tumbuh lebih dalam ke bagian tubuh. Ada yang
sudah mulai menyebar k kelenjar getah bening di sekitarnya. Meskipun demikian,
sel kanker belum menyebar ke bagian tubh lainya.

5. Stadium IV

Pada tadium ini, sel kanker yang semula berada di suatu tempat sudah
menyebar, setidaknya ampai ke satu jaringan orgn tubuh lain. Penyebaran sel
kanekr ini dikenal dengan istilah metatstasis sel kanker. Ketika kanker sudah
menyebar, maka akan semakin sulit untuk mengendalikannya. Tujuan utama
penatalaksanaan bagi kanker stadium IV, umumnya adalah untuk menghentikan,
setidaknya menghambat pertumbuhan sel kanker, dan mengurangi keluhan yang
diderita.
4

3. SIKLUS HIDUP

Kanker adalah suatu penyakit dimana regulasi siklus sel mengalami


penyimpangan dan sel kehilangan sifat normal. Siklus sel meruakan proses vital dalam
kehidupan setiap organisme (Mangan, Solusi Sehat Mencegah Kanker dan Mengatasi
Kanker, 2009). Secara normal, siklus sel menghasilkan pembelahan sel. Pembelahan sel
terdiri dari dua proses utama, yaitu replikasi DNA dan pembelahan kromosom yang
telah digandakan ke dua sel anak. Untuk menjamin bahwa DNA berduplikasi dengn
akurat dan pemisahan kromosim terjadi engan benar, mak siklus sel melakukan
mekanisme checkpoint. Checkpoint bertugas mendeteksi kerusakan DNA. Apabila
terdapat kerusakan DNA, chekpoint akan memacu cell cycle arrest sementara peraikan
DNA atau cell cycle arrest permanen sehingga sel memasuki fase penuaan. Bila
mekanisme cell yle arrest tidak cukup menjamin DNA yang rusak dipublikasi, maka sel
akan dieliminasi denan cara apoptosis (WHO, 2010).

Hubungan siklus sel dengan kanker cukup jelas, dimana tahapan-tahapan siklus
sel mengendalikan proliferasi sel, sedangkan kanker merupakan penyakit kelainan
proliferasi sel. Mutasi terutama terjadi pada dua gen yaitu proto-oncogen dan tumor
suppressor gen (Franks L, 1998). Pada sel normal, produk dari proto-oncogenberperan
pada beragai fase dalam siklus sel. Inaktivasi tumor suppressor gen seperti p53
disebabkan karena disfungsi protein yang normalnya menghambat siklus sel.
Penyimpagan siklus sel berhbungan dengan kejadian kanker melalui mutasi protein-
protein penting dan berbagai fase dalam siklus sel (Stump, 1992).

4. PENGGOLONGAN OBAT DAN MEKANISME KERJA

1.4.1 Golongan Pengalkilasi


Agen pengalkilasi merupakan salah sati golongan bat antikanker yang bekerja
dengan membentuk senyawa kationik yang diikuti pemecahan cincin membentuk
io kerbonium reaktif, ion ini bereaksi melalui reaksi alkilasi, membentuk ikatan
kovalen dengan gugus pendonor elektron yang terdapat pada struktur asam amino.
Reaksi ini membentuk cross lingking antara dua rangkaian DNA dan mecegan
mitosis. Sehingga proses pembentuka sel terganggu dan terjadi hambatan
pertumbuhan sel kanker (Siswono, 2005).
5

Terdapat beberapa toksisitas yang mampu terjadi ketika menggunakan


golongan obat ini anatara lain yaitu, neurotoksisitas, oral toksisitas, toksisitas pada
rambut, toksisitas pada hematologi, kosisitas gastrointestinal, toksisitas pulmo
(Remesh, 2003)

1.4.2 Golongan Antimetabolit

Antimetabolit merupakan obat antikanker yang bekerja menghambat enzim-


enzim yang diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan prnyusun
DNA (Cheung-Ong 2013). Antimetabolit dan juga asam folat dapat mencegah
terjadinya pembelahan pada sel kanker. Obat ini juga memiliki toksisitas yang
hampir sama dengan golongan agen pengalkilasi yaitu, neurotoksisitas, oral
toksisitas, toksisitas pada rambut, toksisitas pada hematologi, kosisitas
gastrointestinal, toksisitas pulmo (Siswono, 2005)

1.4.3 Golongan Produk Bahan Alam

Pada golongan produk bahan alam terdapat sub golongan penghambat enzim
topoisomerase, yang dapat menyebabkan leukimia, utamanya yaitu Acute
Myelogenous Leukimia (AML). Leukimia berkembang lebih cepat pada pengobatan
dengan penggunaan golongan ini apabila dibandingkan dengan golongan agen
pengalkilasi (Stump, 1992).

Terdapat beberapa obat yang berasal dari bahan alam yang dapat mengikat
DNA dengan proses interkalasi sehingga dapat menyebabkan kerusakn pada
kromosom sel kanker serta penghambat pembelahan sel kanker. Beberapa contoh
obatnya yaitu, vincristine, vincristine sulfat, vinblastine, vinorelbine, paclitaxel,
docetaxel trihidrat (Franks L, 1998).

1.4.4 Golongan Hormon

Salah satu pengobatan kanker yaitu dengan terapi hormon. Terapi hormon ini
bkerja dengan mempengaruhi kinerja sistem endokrin yang dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker. Pengobatan hormon dilakukan dengan
mengatur prosuksi hormon esterogen dan progesteron, sehingga resiko kanker
dapat dikendalikan (Mayo, 2018)
6

1.4.5 Golongan target Molekular

Golongan ibat ini bekerja melawan se kanker dengan menargentakn pada gen
atau protein tertentu. Vemurafenib dan Dirafenib adalah obat yang menargetkan
protein BRAF. orang yang menggunakan obat ini memiliki resiko yang lebih tinggi
terhadap karsinogenik sel skuamosa pada kulit (Mayo, 2018)

1.4.6 Golongan Lain-Lain

Golongan obat ini digunakak dalam pengobatan kanker, mekansme keja obat
ini masih belum bisa dijelaskan secara rinci. Akan tetapi obat golongan ini sudah
lama digunakan dan terbukti mengobati kanker selama beberapa dekade ini.
Porfimer sodium merupakan saah satu bagian dari golongan obat lain-lain ini.
Pofimer sodium biasanya digunakan untuk terapi Billiary Tract Carninoma (BTC).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa obat ini aman digunakan, namun untuk
efek karsinogen masih belum ada data penelitian terkait karsinogenitas pada
pofimer sodium Pereira (Mayo, 2018)

5. TATALAKSANA PENGOBATAN

Dalam beberapa puluh tahun terakhir, terapi kanker telah mengalami perkembangan
yang pesat. Tatalaksana kanker saat ini merupakan kombinasi berbagai modalitas
terapi seperti pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi target dan imunoterapi.
Tatalaksana multimodalitas ini meningkatkan kontrol lokal dan regional kenker serta
mencegah terjadinya penyebaran jauh pada beberapa kanker, juga memungkinkan
untukmeminimalisir kerusakan yang mungkin terjadi apabila hanya dikerjakan dengan
hanya satu modalitas terapi. Hal ini juga berdampak pada prognosis yag lebih baik
serta angka frekuensi dan kematian yang disebabkan kanker menjadi lebih rendah.
Dengan adanya kelebihan terapi multimodalitas, penelitian terus dikambangkan untuk
memaksimalkan manfaat dari kombinasi terapi ini.

Radioterapi merupakan salahsatu modalitas terapi dalan penatalaksanaan kanker.


Radioterapi mampu menurunkan angka kekambuhan dan meningkatkan angka
kesintasan hidup pada penderita kanker. Sekitar 50-60% kasus kanker membutuhkan
radioterapi sebagai bagian dari keseluruhan tatalaksana. Perkembangan teknologi dan
teknik radiasisendiri semakin meningkat peran radioterapi dalam terapi kanker.
7

Radioterapi meripakan modalitas klinis yag menggunakan radiasi pengion untuk


tatalaksana penyakit keganasan dan beberapa penyakit non-keganasan. Radioterapi
dapat membunuh atau memperlambat pertubuhan sel kanker melalui pemberian
dosisi yang terukur pada target yang dituju dengan tetap meminimalkan efek radiasi
pada jaringan sehat sekitar tumor. Terapi kanker mengunakan radioterapi memiliki
berbagai tujuan, antara lain radioterapi dapat diberikan sebelum oprasi dengan tujuan
mengecikan tumor, radioterapi setelah oprasi (tarapi adjuvan) untuk memberihkan
sisa-sisa kanker sehingga tidak kambuh dikemudian hari, radioterapi sebagai terapi
utama (definitif), misalnya pada kanker kanker yang sangat sensitif pada radiasi, atau
pada beberapa jenis kanker yang sulit untuk dilanjutkan oprasi, radio terapi dapat
menjadi pilihan karena mampu mempertahankan fungsi organ. Kemoterapi dapat
diberikan bersama dengan radiasi sebagai radiosensitister yang membuat sel menjadi
lebih sensitif taerhadap radiasi. Pada kanker stadium lanjut, kanker sdah menyebar
terlalu jauh sehingga sulit dicapai suatu kesembuhan, radioterapi paliatif datap
berperan dalam menghilangkan atau megurangikeluhan keluhan mengganggu aktivias
sehari-hari, seperti nyeri, kesulitan menelan dan sesak nafas yang diakibatkan oleh
kanker.
BAB II

2.1 CONTOH OBAT-OBAT


2.1.1 AFATINIB (BNF, 941)
 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang
 Bentuk sediaan : Tablet
 Nama dagang : Giotfir

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


 Efek Teurapeutik :
Sesuai namanya, obat kategori targeted therapy bekerja pada sebuah
target khusus di sel kanker. Biasa berupa molekul yang berperan dalam
pembelahan dan pertumbuhan sel kanker, membantu mengecilkan sel
kanker, menghentikan pertumbuhannya, sert menurunkan keparahan
gejala yang timbul.
 Dosis :
Dosis awal yang di rekomendasikan 40 mg sekali pada saat perut kosong
seurang-kurangnya 1 jam sebelum atau 3 jam sesudah sesudah makan.
 Durasi Obat : 8 jam dalam tubuh
 Kontraindikasi
 Kontraindikasi :
Obat ini tidak dianjurkan untuk penggunaan selama kehamilan, hal ini
bisa membahayakan bayi yang belum lahir. Penting untuk mencegah
kehamilan saat minum obat ini dan paling tidak 2 minggu setelah
perawatan. Oleh karena itu, pasien wanita harus menggunakan formulir
kontrol kelahiran yang dapat diandalkan (seperti kondom, pil KB) selama
perwatan da paling sedikit dua minggu setelah akhi pengobatan. Jika
anda hamil atau mengira anda hamil, segera beritahu dokter anda. Tidak
diketahui apakah Anfitinib masuk kedalam ASI atau juka bisa
membahayakan bayi yang sedang menyusi. Jangan meyusui saat
mengguakan obat ini dan selama 2 minggu seteah dosisi terakhir.

8
9

 Toksisitas dan Efek Samping


 Efek samping :
Nafsu makan menurun, sistitis, dehidrasi, diare, mata kering,
dispepsia, epistaksis, peradanga mata, demam, hipokalemia, kejang otot,
mual, gangguan mulut, paronchia, gangguan ginjal, rhinorrhoea, reaksi
kulit (ruam), muntah, berad badan menurun.

 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil


 Golongan Obat :
Protein Kinase Inhibitor
 Ibu Hamil :
Kareba obat ini diabsorbsi melalui kulit dan paru-paru dan dapat
mempengaruhi janin belum lahir, maka sebaiknya tidak mengkonsumsi
obat ini atau menghirup debu dari tablet ini.

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksrkesi


 Absorbsi : absorbsi dikurangi secara signifikan oleh asupan maanan
secara bersamaan
 Distribusi : dstribusi secara invitro, mengikat protein dalam plasma
manusia adalah sekitar 95%
 Metabolisme : Reaksi metabolisme yang dikatalis oleh enzim memainkan
peran yangd apat dabaikan untk afitinib in vivo, aduk protein kovalen
merupakan metabolit utama afatinib yang bersirkulasi
 Ekskresi : diekskreikan sebagian besar dalam feses
Dikeluarkan dalam bentuk urin
 Mekanisme
Afatinib adalah inhibitor kinase ireversibel dan mengikat dominan
kinase EGFR (ErbB1), HER2 (ErbB2), dan HER4 (ErbB4) untuk menghambat
autofosforilasi tirosin kinase. Hal ini menyebabkan downregulasipensinyalan
ErbB dan penghambatan selanjutnya dari proliferasi sel yang
mengeksspresikan EGFR tipe liar, memilih pelepasan delesi EGRF exon 19,
atau ekson 21 mutasi L858R. Hal ini juga menghambat proliferasi sel invitro
10

dari sel yang mengekspresikan HER2 secara berlebihan. Secara keseluruhan,


pertumbuhan tumor terhambat.

 Interaksi Obat
Berinteraksi dengan obat Appidenix 1 : afatinib

2.1.2 IFOSFAMID (BNF, 872)


 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang
 Bentuk sediaan :
Injeksi
 Nama dagang :
Holoxan

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


 Efek teurapeutik :
Mengobati sejumlah penyakit kanker, termasuk kanker testis.
Memperlambat atau menghentikan perkembangan sel kanker
 Dosis :
- Regimen I : 8-12 g/ m2 terbagi dalam 3-5 hari, ulangi regimen tiap 2-4
minggu
- Regimen II : 6 g/ m2 terbagi dalam 5 hari, regimen diulangi tiap 3
minggu
- Regimen III : 5-6 g / m2 (maksimal 10 g) berikan sebagai dosis tunggal
dalam infus selama 24 jam dan diulangi tiap 3-4 minggu
 Durasi :
Laju lambat dalam 30 menit.
 Pencegahan dan Kontraindikasi
 Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap ifosfamid atau komponen formulasi,
pasien dengan fungsi sumsum tulang tertekan berat.

 Toksisitas dan Efek Samping


 Toksisitas :
 Efek samping :
11

Alopecia/rambut rontok, mual, muntah, flebitis , depresi, halusinasi.


Penyembuhan luka mungkin terganggu selama penggunaan ifosfamide.
Berpotensi Fatal: myelosupresi parah, sistitis hemoragik, nefrotoksisitas,

 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil


 Golongan obat :
Alkilating Agent
 Penggunan ibu hamil :
Dapat terserap kedalam asi, tidak boleh digunakan selama menyusui

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi


 Absorbsi : diabsorbsi sekitar 90-100% dalam tubuh
 Distribusi : didistribusikan dalam plasma protein binding 6-49
 Metabolisme :
 Ekskresi : dieksresikan sebagian besar dalam urin dan keringat

 Mekanisme
Menyebabkan cross-linking untaian DNA dengan mengikat asam
nukleat dan struktur intraseular lainya : menghambat sintesis protein dan
sintesis DNA

 Interaksi Obat
- Induser CYP2A6 (kuat) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat
CYP2A6. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibitor CYP2A6 (sedang) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat
CYP2A6. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibtor CYP2A6 (kuat) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat
CYP2A6. Risiko D : Pertimbangan modifikasi terapi
- Induser CYP2A19 (kuat) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat
CYP2A19. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibitor CYP2A19 (sedang) : Dapat menurunkan metabolisme substrat
CYP2A19. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibitor CYP2A19 (kuat) : Dapat menurunkan metabolisme substrat
CYP2A19. Risiko D : Pertimbangan modifikasi terapi
12

- Induser CYP3A4 (kuat) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat


CYP3A4. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibitor CYP3A4 (sedang) : Dapat menurunkan metabolisme substrat
CYP3A4. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibitor CYP3A4 (kuat) : Dapat menurunkan substrat substrat CYP3A4.
Risiko C : pertimbangan modifikasi terapi.

2.1.3 CARMUSTINE (BNF, 870)


 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang
 Bentuk sediaan :
Injeksi
 Nama dagang :
BICNU 100 mg/vial

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


 Efek teurapeutik :
Carmustein digunakan dalam perawatan,control, pencegahan dan
perbaikan penyakit kondisi dan gejala berikut ini :
1. Tumor otak
2. Imunosupresan untuk tranplantasi sumsum tulang
 Dosis :
Dosis yang di berikan pada penderita kangker otak yaitu 150 mg
sampai 200 mg mg/m2 yang di berikan selama 6 minggu.

 Durasi :
Obat ini lalu di berikan bersamaan dengan 500 mg infus sodium
klorida atau 5% dekstrosa. Obat dapat langsung bekerja setelah 15 hingga
30 menit setelah penyuntikan.
 Pencegahan dan Kontraindikasi
 Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap carmustine

 Toksisitas dan Efek Samping


 Efek samping :
13

kejang, hipertensi intrakranial, gangguan penyembuhan luka bedah


syaraf, radang selaput, toksisitas paru-paru, mual, muntah.

 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil


 Golongan obat :
Alkilator
 Penggunaan Ibu hamil :
Obat hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh melebihi
besarnya resiko yang mungkin timbul pada janin.

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi


 Absorbsi : dapat diabsorsi selama 15 menit setelah pemakaian
 Distribusi :
Carmustine melintasi penghalang darah otak. Tingkat radioaktivitas dalam
CSF lebih besar atau sama dengan 50% dari yang di ukur bersamaan
dalam plasma
 Metabolisme :
Carmustin dapat di inaktivasi melalui reaksi denitrosasi yang dikatalis oleh
enzim sitosol dan microsomal, termasuk NADPH dan glutathione
 Eksresi :
Sekitar 60% hingga 70% dari dosis total di ekskresikan dalam urin dalam
96 jam. Sekitar 10% dihilangkan sebagai C02 perpanasan.

 Mekanisme
Cara kerjanya adalah dengan memperlambat atau mnghentikan
pertumbuhan sel kanker dengan mengganggu struktur DNA sel kanker

 Interaksi Obat
Carmustine berinteraksi dengan cimetidine

2.1.4 DACARBAZINE (BNF, 872)


 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang
 Bentuk sediaan :
Injeksi
 Nama dagang :
14

CELDAZ 200mg/vial

 Efek Teurapeutik, Dosis, DurasiTerapi penggunaan :


Digunakan untuk mengobati jenis kanker tertentu, seperti kanker kulit
yang telah menyebar (metastasis melanoma maligna) dan penyakit
Hodgkin. Obat ini adalah obat kemoterapi untuk kanker yang digunakan
tunggal atau dengan obat lain untuk memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan sel kanker.
 Dosis :
Gunakan sebanyak 2-4,5 mg / kg IV sekali sehari selama 10 hari, diulang
setiap 4 minggu atau 250 mg / m² IV sekali sehari selama 5 hari, diulang
setiap 3 minggu.
 Durasi :
Diberikan selama 5 sampai 10 hari rutin selama 4 minggu.

 Pencegahan dan Kontraindikasi


 Kontraindikasi :
kontraindikasi untuk pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap
dacarbazine atau komponen lain dalam formulasi.

 Toksisitas dan Efek Samping


 Efek samping :
Anoreksia, Mual, Muntah, Ruam

 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil


 Golongan obat : Alkilating agent
 Penggunaan ibu hamil :
Tidak dianjurkan untuk ibu hamil da menyusui.

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi


 Absorbsi :
Dacarbazine-LENS setelah injeksi ke pembuluh darah menunjukkan ikatan
yang cukup rendah dengan protein (sekitar 5%). Konsentrasi tertinggi
dalam darah diamati setelah diperkenalkannya vena.
 Distribusi :
15

Obat ini mampu menembus melalui penghalang fisiologis antara sistem


saraf pusat dan sistem peredaran darah dalam dosis kecil. Tidak ada data
tentang kemampuan obat untuk melewati penghalang plasenta dan
menembus ke dalam ASI.
 Metabolisme :
Penghapusan obat terjadi dalam dua periode, pertama - sekitar 20 menit
setelah pemberian, kedua - setelah sekitar 5 jam. Jika pekerjaan ginjal
atau hati rusak, maka periode penarikan meningkat (awal - 55 menit dan
jam akhir -7). Di hati dengan bantuan enzim mikrosomal, obat tersebut
diubah menjadi karbon dioksida, yang kemudian dihembuskan dan
aminoimidazolecarboxamide, yang
 Ekskresi :
Diekskresikan dalam urin. Sekitar 40% obat diekskresikan oleh ginjal tidak
berubah.

 Mekanisme
Agen alkilasi untuk membentuk ion metilkarbonium yang menyerang
gugus nukleofilik dalam DNA : untaian cross-link DNA yang menghasilkan
penghambatan sintesis DNA, RNA, dan protein, mekanisme aksi yang tepat
masih belum jelas. Siklus sel ion spesifik : alkilasi DNA & RNA : menyebabkan
terputusya DNA double trand dan apoptosis

 Interaksi Obat
- Echinacea : dapat mengurangi efek teurapeutik immunosuppresan. Risiko
D : pertimbangan modifikasi terapi
- Natalizumab : immunosuppresan dapat meningkatkan efek merugikan
/toksik Natalizumab. Risiko infeksi konkurer dapat meningkatkan. Risiko X
: Hindari Kombinasi
- Sorafenib : dapat menurunkan konsentrasi serum Diacarbazine. Sorafenib
juga dapat meningkatkan konsentrasi metabolit aktif diacarbazie. Risiko C :
monitor terapi
- Transzumab : dapat meningkatkan efek neotropen dari imminosuppresan.
Risiko C : monotor terapi
16

- Vaksin (inaktivasi) : immunosupresan dapat megurangi efek teurapeutik


vaksin (inaktivasi). Risiko C : Mnitor terapi.

2.1.5 KLORAMBUSIL (BNF, 870)


 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang
 Bentuk Sediaan :
Tablet 2 mg
 Nama Dagang :
Leukeran

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


 EfekTeurapetik :
 Dosis :
- General short courses oral : 0,1-0,2 mg/kg/hariselama 3-6
mingguatauterapi
- pemeliharaan: 0,03-0,1 mg/kg/hari.
- Sindromnefrotik: Oral: 0,1-0,2 mg / kg / harisetiaphariselama 8-12
minggu
- denganprednisondosisrendah.
- Leukemia limfositikkronis (CLL): regimen duaminggu: awal: 0,4
- mg/kg/dosissetiap 2 minggu; dosisditingkatkansebesar 0,1 mg/kg
setiap 2
- minggusampaiterjadirespondanatauterjadimyelosuppression.
Regimen
- bulanan: Awal: 0,4 mg / kg, dosismeningkatsebesar 0,1 mg / kg setiap
4
- minggusampaiterjadiresponsdan / ataumyelosupresi .
- MalignanLimfoma; Limfoma non Hodgkin: 0,1 mg/kg/hari; Limfoma
- Hodgkin: 0,2 mg/kg/hari (Drug Information Handbook 17th Edition)
 Durasi :
Waktu total dalam plasma 1,5 jam

 Pencegahan dan Kontraindikasi


 Kontraindikasi :
17

Hpersensitivitas terhadap klorambusil atau komponen lain yang serupa ;


hipersensitivitas terhadap agen alkilasi lainya (mungkin terjadi
hipersensitivitas silang) : Kehamilan.

 Toksisitas dan Efek Samping


 Efek Samping :
Umum atau sangat umum Anemia. Gangguan sumsum tulang . diare .
gangguan pencernaan. leukopenia. mual . neoplasma. neutropenia.
ulserasi oral. kejang. trombositopenia. Muntah Luar biasa reaksi kulit.
Langka atau sangat jarang Sistitis. demam. gangguan hati. gangguan gerak
.muscle berkedut. neuropati perifer. gangguan pernafasan . Reaksi yang
merugikan kulit yang parah (bekas luka). Getaran Frekuensi tidak
diketahui Amenorea. Azoospermia (British National Formulary)
 Toksisitas:
DalamCLL, klorambusil dapat diberikan secara oral selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun, mencapai efek secara bertahap dansering tanpa
toksisitas yang signifikan ke sumsum tulang dikompromikan. Meskipun
dimungkinkan untuk menginduksi hypoplasia ditandai dari sumsum
tulang dengan dosis berlebihan klorambusil selama jangka waktu,
tindakan myelosuppressive yang biasanya adalah moderat, bertahap, dan
cepat reversibel. GI ketidaknyamanan, azoospermia, amenore, fibrosis
paru, kejang, dermatitis, dan hepatotoksisitas mungkin jarang ditemui.
Sebuah peningkatan yang ditandai dalam kejadian leukemia akut
myelocytic (AML) dan tumor lainnya tercatat dalam studi terkontrol besar
penggunaannya untuk pengobatan polisitemia vera dan pada pasien
dengan kanker payudara menerima klorambusil sebagai adjuvant
kemoterapi. (Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology And
Therapeutics).

 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil


 Golongan obat :
Antineoplastis dan alkylating
18

 Ibu hamil :

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi


 Absorbsi :
 Distribusi :
 Metabolisme :
Obat dimatabolisme dalam hati
 Ekskresi :
Di ekskresikan dalam urin (20-60% metabolit).
 Mekanisme
Mengganggu replika DNA dan transkrip RNA dengan alkilasi dan cross-
linking DNA (DIH,17th). Obat alkilator memiliki gugus aikator yang aktif, dalam
kondisi fisiologi dapat membentu gugus elektrolit dari ion positif karbon,
untuk menyerang lokus kaya elektron dari makrmolekul biologis. Akibatnya
dengan berbagai gugus nukleofilik termasuk gugus yang secara biologi penting
seperti gugus fosfat, atau amino, tiol, dan imidazol, dll membentuk ikatan
slang secara langsung dengan N7 radika basa guanin atau N3 adnin dari
molekul DNA atau pembentukn ikatan silang antara mlekul DNA dan protein,
hingga struktur sel rusak dan sel mati.

 Interaksi Obat
- Echinacea : dapat mengurangi efek teurapeutik immunosuppresan
- Natalizumab : dapat meningkatkan efek yang tidak diinginkan/toksik.
- Trastazumab : dapat meningkatkan efek neutropen dari
immunosuppresan

2.1.6 MELFALAN (BNF, 873)


 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang :
 Bentu sediaan :
Tablet
 Nama dagang :

Melphalan tab

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


19

 Efek Teurapetik :
Multiple myeloma Polycythaemia veraMelanoma maligna lokal pada
ekstremitas Sarkoma jaringan lunak lokal pada ekstremitas
 Dosis:
 Dosis:
Multiple myeloma:
-Oral:
- 6 mg per hariuntuk 2-3 minggu, ikutipengobatanlebihdari 4 minggu,
lalu Maintenece untuk dose 2 mg sehari sebagai hematologik recovery
- 10 mg sehariselama 7-10 hari; berikan 2 mg sehariuntuk maintenance
dose setelah WBC >4000 cells/mm3 dan platelets >100,000
cells/mm3(~4-8minggu)
-I.V. :
-16 mg/m2 pemberianpadajarak 2-minggu untuk 4 doses, lalu
pemberian pada jarak 4-minggu setelah hematologik recovery.
Ovarian carcinoma:
-Oral: 0.2 mg/kg/hariuntuk 5 hari, ulangisetiap 4-5 minggu (DIH
17ed,2009)
 Durasi :
 Kontraindikasi
 Kontraindikasi :
Melphalan tidak boleh digunakan pada pasien yang penyakitnya telah
menujukan resistensi sebelumnya terhadap obat ini. Pasien yang telah
menujukan hipersentivitas tehadap Melpalan sebaiknya tidak diberi obat.

 Toksisitas dan Efek Samping


 Efek samping :
Denyut jantung cepat, demam atau menggigil, punggung sakit, buang air
kecil yang sulit, ruam pada kulit, sesak nafas, diare, kesulitan menelan.

 Golongan Obat dan Kategori untuk Ibu Hamil


 Golingan obat :
Alkilator
20

 Penggunaan ibu hamil :

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi


Ketika diberikan secara oral, penyerapan melphalan tidak lengkap dan
variabel, serta 20-50% dari obat ini pulih dalam tinja. Obat memiliki di ½
dalam plasma ~ 45-90 menit, dan 10-15% dari dosis tidak di ekskresikan tidak
berubah dalam urine.
 Mekanisme
Melphalan adalah agen alkilasi dari jenis bischoloroethylamine. Sebagai
hasil, sitotoksitasnya tampak berkait dengan sejauh mana cross-linking agar
untaian dengan DNA, yaitu engan mengikat posisi N7 guanin pada DNA.
Seperti agen alylating bifungsional lainya. Ia aktif melawan sel-sel tumor yang
vakum dan yag cepet membelah

 Interaksi Obat
- Cimetidine
- Cyclosporin
- Interferon alfa

2.1.7 TOPOTEKAN (BNF, 903)

 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang


 Bentuk sediaan :
Larutan infus, serbuk, kapsul
 Nama dagang :

Hycamtin, postascol

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


 Efek teurapeuik :
Untuk sementara obat ini hanya di registrasi dan digunakan terhadap
kanker ovarium, yang dari semua kanker ginekologis menunjukan
prognosis terburuk. Topotecan sangat ampuh terhadap a.l. kanker paru-
paru (sel kecil), leukemia, rahim, serviks dll mampu memperpanjang
penderita dengan k.l. 15 bulan
 Dosis :
21

Kanker Ovarium, kanker paru-paru non-sel kecil - / Di infus untuk 30 min


dosis 1,5 mg / m2 per hari 5 hari berturut-turut; lagi dengan istirahat di
21 hari.

Sel Kanker Paru - 1,5-2 mg / m2 hari / di infus untuk 30 m 5 hari berturut-


turut; berulang kali dengan selang waktu 21 hari. Durasi terapi untuk
setidaknya 4 tarif.

 Durasi :
Obat dapat langsung bekerja setelah kurang lebih 20 detik - 5 menit
setelah penyuntikan intravena.

 Pencegahan dan Kontraindikasi


 Pecegahan :
 Kontaindikasi :
Depresi sumsum tulang yang parah (misalnya, jumlah neutrofil dasar –
1500 dan jumalah trombosit <1000.000 / mm3). Kehamilan, laktasi,
gangguan gijal atau hati parah.

 Toksisitas dan Efek Samping


 Toksisitas :
 Efek samping
- Hiperbilirubinemia.
- Penyakit venookulsif hepatik.
- Displasia bronkopulmonari yang diikuti dengan fibrosis paru-paru
interstisial.
 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil
 Golongan obat :
Topoisomerase 1 inhbotor
 Penggunaan ibu hamil :

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi


 Absorpsi :
Absorpsi oral 30-40% diserap.
 Distribusi :
22

Terdistribusi secara merata antara sel darah dan plasma, didistribusikan


secara luas ke dalam jaringan.
 Metabolisme :
Mengalami metabolisme reversibel yang bergantung pH dari gugus lakton
aktif menjadi tida aktif.
 Eksresi :
Ekskresi bilier dan ginjal, tingkat empedu tidak di tentukan.

 Mekanisme
Obat ini mmiliki mekanisme yang sama dengan iriocetan, yaitu
menghambat aksi topoisomerase I, enzim yang menghasilkan pemecahan
untaian tunggal reversibel dalam DNA selama replika DNA. Untaia tunggal
memutus uantai torsional dan memungkinkan replika DNA berlanjut.
Topotecan mengikat kompleks DNA-1 toposomerase dan mencegah relokasi
untai DNA, menghasilkan kerusakan DNA untai ganda dan kematian sel.

 Interaksi Obat
Meningkatkan klirens dengan fenitoin. G-CGF diberikan 24 jam setelah
selesai pengobatan dengan topotecan kerena pemberian bersamaa dapat
memperpanjang durasi neutropenia. Peningkatan supresi sumsum tulang
dengan obat sitotosik lainya (misalnya cisplatin) sehingga pengurangan dosis
mungkin diperlukan.

2.1.8 ASPARAGINASE (BNF, 908)


 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang
 Bentuk sediaan : cairan invus
 Nama dagang : spectrila

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


 Efek teurapeutik :
 Dosis : 5000 unit/m setiap 3 hari
 Durasi : -

 Pencegahan dan Kontraindikasi


 Pencegahan :
23

 Kontraindikasi :
Asparaginase dikontraindikasikan dengan pasien yang memiliki riwayat
alergi terhadap asparaginase, atau asparaginase dari E-coli, riwayat
trombosit serius, karena terapi dengan Asparaginase, riwaya pankreatitis
terapi Asparaginase, hemoragi karena teraapi Asparaginase.

 Toksisitas dan Efek Samping


 Toksisitas :
 Efek samping :
Pada sistem syaraf pusat (lemas, demam, depresi, kejang, kebingungan,
koma). Pada metabolik dan sistem endokrin (hiperglikemik). GIT (mual,
muntah, kram perut, pankreatitis akut)

 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil


 Golongan obat :
Golongan agen antineoplasma lain.

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi


 Absorbsi :
 Distribusi :
 Metabolisme :
 Ekskresi :

 Mekanisme
Asparaginase menghambat sintesis protein dengan menghidrolisis
asparagine menjadi asam aspartat dan amnina. Sel leukimia, terutama
limfoblas memerluka asparaina eksogen, sedagna sel normal dapat mensitesis
asparagina. Asparaginase bekerja spesifik pada fase G1.

 Interaksi Obat
- Echinacea : dapat menyebabkan kehilangan efek immunosupresan
- Natalizumab : immunosuppresan dapat meningkatkan efek toksik
natalizumab. Resiko infeksi akan meningkat
- Trastuzumab : meningkatkan efek neutropenik dari immunosuppresan
24

2.1.9 BUSULFAN (BNF, 869)


 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang
 Bentuik sediaan :
Injeksi dan oral
 Nama dagang :
Myleran /Busulfex

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


 Efek teurapeutik :
 Dosis :
Dewasa: 60 mikrogram / kg setiap hari (maks. Per dosis 4 mg);
pemeliharaan 0,5-2 mg perawatan pengkondisian harian sebelum
transplantasi sel progenitor hematokimia. Oral atau melalui infus
intravena.
Dewasa: DOSIS PADA EKSTRIM BADAN-BERAT
Dosis mungkin perlu dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh atau
disesuaikan berat badan ideal pada pasien obesitas- lihat literatur produk.
 Durasi : sekitar 2-3 jam
 Kontraindikasi
 Kontraindikasi :
Pasien dengan leukimia mylogenous kronis yang penyakitnya resisten
terhadap terapi obat sebelumnya. Diagnosis definitif leukimia
myelogenous krois dan belum diketahui secara pasti.

 Toksisitas dan Efek Samping


 Efek samping :
Depresi (penekanan) sumsum tulang yang mengakibatkan terjadinya
leukopenia (penurunan jumlah sel darah putih), trombositopenia, dan
anemia.
Gangguan sistem saraf pusat, termasuk kejang-kejang, jika dikonsumsi
pada dosis tinggi.

 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil


 Golongan obat :
25

alkilator/alkilasi/alkil sulfonat
 Penggunaan ibu hamil :
 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi
 Absorbsi :
Cepat diserap di saluran pencernaan (oral)
 Distribusi :
Penghalang darah keotak, konsentrasi di CSF sama dengan konsentrasi
plasma. Pengikatan protein plasma -+ 30% (ireversibel), terutama pada
albumin.
 Metabolisme :
Metabolisme di hati ekstensi terutama melalui konjugasi dengan
glutation, baik secara spontan atau dimediasi oleh enzim glutathione-S
transferase
 Eksresi :
Diekskresikan melalui urin, 25-60% sebagai metabolit, -+ 1% sebagai obat
tidak berubah.

 Mekanisme
Bisulfan bereaksi dengan guanosin N-7 dan mengganggu replikasi DNA
dan transkripsi RNA dengan cara alkilasi dan cross-link untai DNA.

 Interaksi Obat
Additive myelosuppresan dengan agen myelosupresan lainya. Agen
sitotoksik dapat meningkat resiko toksisitas paru. Dapat mengurangi respn
terhadap vaksin, kemungkinan infeksi umum dengan vaksin hidup.
Meningkatnya resiko efek samping jika diberikan bersama atau segera setelah
radioterapi. Berkurangnya clearance saat digunakan dengan siklofosfamid,
itraknazol, atau paracetaml. Kombinasi dengan thioguanine dapat
menyebabkan varises esofagus.

2.1.10 BORTEZOMIB (BNF, 938)


 Bentuk Sediaan dan Nama Dagang
 Bentuk sediaan :
Injeksi
26

 Nama dagang :
VELDACE 3,5mg/vial

 Efek Teurapeutik, Dosis, Durasi


 Efek teurapeutik :
Untuk pengobatan multipel myeloma dan limfoma sel mantel.
 Dosis :
- Pada multipel myeloma
Dosis awal : 1,3 mg/m2 LPT, diberikan selama 3-5 detik melalui suntik
ke pembuluh darah atau ke lemak.
- Limfoma sel mantel
Dosis awal : 1,3 mg/m2 LPT, 2 kali seminggu, selama 2 minggu (hari
ke-1, 4, 8, 11), dengan periode istirahat selama 10 hari (hari ke-12
hingga 21). Pengobatan dikombinasikan dengan rituximab,
cyclophosphamide, doxorubicin, dan prednison.
 Durasi :
 Pencegahan dan Kontraindikasi
 Pencegahan :
 Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap boteozomid, boron, manitol, atau kmponen
formulasi lainya.

 Toksisitas dan Efek Samping


 Efekk samping :
Gangguan hematologik (trombositopenia, neutropenia, anemia,
leukopenia, limfopenia)
Sangat jarang: progresif multilokal leukoensefalopati, sindroma Stevens-
Johnson, nekrolisis epidermal toksik.

 Golongan Obat dan Kategori untu Ibu Hamil


 Golongan obat :
Antineoplastik lain
 Penggunaan ibu hamil : Toksisitas
27

 Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi


 Absorbsi :
Level plasma pleak: 509 ng / mL
 Distribusi :
Bortezomid d distribusikan dalam jaringan perifer
 Metabolisme :
Di metabolisme dalam hati
 Eliminasi

Waktu paruh: 9-15 jam (dosis tunggal IV); 40-193 (beberapa dosis 1 mg /
m²); 76-108 jam (beberapa dosis 1,3 mg / m²)

 Mekanisme
Bortezomid menghambat proteason, enzim kompleks yang mengatur
homeostatis protein di dalam sel. Secara khusus, secara reversibel
menghambat aktivitas seperti ehcymotrypsin pada proteasom 269, yang
menyebabkan aktivasi kaskadek sinyal, penangkapan sel-siklus, dan
apoptosin.

 Interaksi Obat
Memiliki interaksi dengan obat 413 obat yang dibagi menjadi interaksi
mayor, sedang, dan minor. Borteozomid berinteraksi dengan alkohol dan
makanan (multivitamin dengan mineral) yang mersifat moderate, sedangkan
dengan penyakit borteozomib juga memiliki interaksi diantaranya penyakit
toksisitas kardiak, diabetes, hepatoksisitas, hipertensi, neuropati periferal dan
toksisitas pulmonar.
28

Daftar Pustaka
Corwin, E. (2007). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mangan, Y. (2003). Cara Bijak Menaklukan Kanker . Jakarta: PT. Agromedia.

Mangan, Y. (2009). Solusi Sehat Mencegah Kanker dan Mengatasi Kanker. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka.

Mayo, C. (2018). Hormone Theray for Breast Cancer.

Siswono. (2005, November 3). LITBANGKES. p. http://www.depkes.go.id.

Stump, E. (1992). Nutrition and Diagnosis. USA: Lea and Febige.

Sunaryati. (2011). Onkologi Klinik. Surbaya: Airangga University Press.

Uripi, V. (2007). Menu Untuk Penderita Kanker . Jakarta: Puspa Swara.

WHO. (2010). Word Cancer Report. France: WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai