Disusun oleh :
i
BAB I
1. DEFINISI
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak
terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup kejaringan di sekitarnya
(invasive) dan terus menyebar ke jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ
penting serta safar tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah
diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan
normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan, 2003).
Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbukan jaringan yang tidak
terkendali karena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga pertumbuhan menjadi
tidak normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh. Baik pada
orang dewaa maupun anak-anak. Akan tetapi, lebih sering menyerang orang yang
berusia 40 tahun (Uripi, 2007).
2. PERKEMBANGAN PENYAKIT
Menurut Frank L, M dan Teich N, M (1998), sel kanker itu timbul dari sel normal
tubuh sendiri yang mengalmi transformasi menjadi ganas, karena adanya mutasi
spontan atau induksi karsinogen (bahan atau agen penetus terjadinya kanker). Pada
umumnya mulai tumbuh dari satu sel kanker pada sauatu tempat dalam organ tubuh (
unicentris ). Jarang yang mulai daro beberaa organ ( multicentris ), baik dalam kurun
waktu bersamaan ataupun berbeda. Kanker yang timbul multicentris umumnya
terdapat pada penderita yang mengalmi kelainan genetikatau mengidap
imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh).
Sel-sel kanker membentuk suatu masa dari jaringan ganas yang kemudian masuk
ke jaringan didekatnya dan menyebar keseluruh tubuh. Sel-sel kanker sebenarnya
dibentuk dari sel normal melalui proses transformasi terdiri dari dua tahap yaitu tahap
iniasi dan promosi. Tahap inisiasi, pada tahap ini perubahan bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan sel genetis disebabkan unsur pemicu kanker
1
2
yang terkandung dalam bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar matahari. Pada tahap
promosi, sel menjadi ganas disebabkan gangguan antara sel yang peka dengan
karsinogen. Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh berusaha merusak
sebelum sel berlipat ganda dan berkembang menjadi kanker. Sistem kekebalan tubuh
yang tidak berfungsi normal, menjadikan tubuh rentan terhadap kanker (Sunaryati,
2011) .
1. Translokasi : gen berpindah ke lokus yang baru, dibawah kontrol promotor yang
baru. Perubahan ini dapat menyebabkan produksi protein penstimulan
pertumbuhan berlebih.
2. Amplifikasi gen : gen disalin hingga belipat ganda dalam genom. Hasilnya serupa
dengan translokasi.
3. Mutasi titik dalam gen : hasilnya berupa protein penstimulasi pertumbuhan yang
bekerja hperaktif atau resisten degradasi.
Selain ketiga mutasi genetik pada gn protein stimulan ini, terdapat mekanisme
lain yang menyebabkan sel menjadi ganas, yaitu perubahan genetik pada gen
penghambat pertumbuhan dan perkembangan. Gen-gen ini disebut supresor-tumor
karena dalam fungsi normalnya, gen-gen ini menega sel tumbuh diluar batas. Ketika
terjadi mutasi pada gen pengkode protein ini sehingga kerjanya terhambat, butasi
akan terakumulasi dalam sel dan menimbulkan kanker.
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker baru tumbuh. Sel kanker ini berada di tempat
pertama kali tumbuh atau belum menyebar ke jaringan-jaringan tubuh lain
3
sekitarnya. Kanker pada stadium ini bisa diatasi melalui oprasi pengngkatan
jaringan sel kanker, dan memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang cukup
tinggi.
2. Stadium I
Pada stadium I, jarigan asih berupa kanker brukuran kecil, sehingga disebut
sebagai kanker stadium awal. Kanker pada stadium awal sringkali tidak
memberikan gejala yang khas, sehingga banyak orang tidak mengetahui bahwa
mereka mengalami kanker. Sel kanker juga belum tumbuh serta belum menyebar
ke bagian tubh lainya. Ada beberapa pilihan pengobatan untuk kanker stadium I.
Misalnya penderita kanker payudara stadium I, pengobatan bisa dilakukan melalui
operasi, radioterapi, kemoterapi, atau terapi hormon.
3. Stadium II
Pada stadium II sel kanker sudah berkembang dan tumbuh lebih besar
dibanding engan stadium I. Sel kaker pada stadium ini masih bertahan di tempat
awal muncul dan belum menyebar ke bagian tubh lainya.
4. Stadium III
Pada stadium III kondisi kanker hampir sama dengan kondisi kanker stadium
II. Namun, selsel tersebut sudah tumbuh lebih dalam ke bagian tubuh. Ada yang
sudah mulai menyebar k kelenjar getah bening di sekitarnya. Meskipun demikian,
sel kanker belum menyebar ke bagian tubh lainya.
5. Stadium IV
Pada tadium ini, sel kanker yang semula berada di suatu tempat sudah
menyebar, setidaknya ampai ke satu jaringan orgn tubuh lain. Penyebaran sel
kanekr ini dikenal dengan istilah metatstasis sel kanker. Ketika kanker sudah
menyebar, maka akan semakin sulit untuk mengendalikannya. Tujuan utama
penatalaksanaan bagi kanker stadium IV, umumnya adalah untuk menghentikan,
setidaknya menghambat pertumbuhan sel kanker, dan mengurangi keluhan yang
diderita.
4
3. SIKLUS HIDUP
Hubungan siklus sel dengan kanker cukup jelas, dimana tahapan-tahapan siklus
sel mengendalikan proliferasi sel, sedangkan kanker merupakan penyakit kelainan
proliferasi sel. Mutasi terutama terjadi pada dua gen yaitu proto-oncogen dan tumor
suppressor gen (Franks L, 1998). Pada sel normal, produk dari proto-oncogenberperan
pada beragai fase dalam siklus sel. Inaktivasi tumor suppressor gen seperti p53
disebabkan karena disfungsi protein yang normalnya menghambat siklus sel.
Penyimpagan siklus sel berhbungan dengan kejadian kanker melalui mutasi protein-
protein penting dan berbagai fase dalam siklus sel (Stump, 1992).
Pada golongan produk bahan alam terdapat sub golongan penghambat enzim
topoisomerase, yang dapat menyebabkan leukimia, utamanya yaitu Acute
Myelogenous Leukimia (AML). Leukimia berkembang lebih cepat pada pengobatan
dengan penggunaan golongan ini apabila dibandingkan dengan golongan agen
pengalkilasi (Stump, 1992).
Terdapat beberapa obat yang berasal dari bahan alam yang dapat mengikat
DNA dengan proses interkalasi sehingga dapat menyebabkan kerusakn pada
kromosom sel kanker serta penghambat pembelahan sel kanker. Beberapa contoh
obatnya yaitu, vincristine, vincristine sulfat, vinblastine, vinorelbine, paclitaxel,
docetaxel trihidrat (Franks L, 1998).
Salah satu pengobatan kanker yaitu dengan terapi hormon. Terapi hormon ini
bkerja dengan mempengaruhi kinerja sistem endokrin yang dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker. Pengobatan hormon dilakukan dengan
mengatur prosuksi hormon esterogen dan progesteron, sehingga resiko kanker
dapat dikendalikan (Mayo, 2018)
6
Golongan ibat ini bekerja melawan se kanker dengan menargentakn pada gen
atau protein tertentu. Vemurafenib dan Dirafenib adalah obat yang menargetkan
protein BRAF. orang yang menggunakan obat ini memiliki resiko yang lebih tinggi
terhadap karsinogenik sel skuamosa pada kulit (Mayo, 2018)
Golongan obat ini digunakak dalam pengobatan kanker, mekansme keja obat
ini masih belum bisa dijelaskan secara rinci. Akan tetapi obat golongan ini sudah
lama digunakan dan terbukti mengobati kanker selama beberapa dekade ini.
Porfimer sodium merupakan saah satu bagian dari golongan obat lain-lain ini.
Pofimer sodium biasanya digunakan untuk terapi Billiary Tract Carninoma (BTC).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa obat ini aman digunakan, namun untuk
efek karsinogen masih belum ada data penelitian terkait karsinogenitas pada
pofimer sodium Pereira (Mayo, 2018)
5. TATALAKSANA PENGOBATAN
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, terapi kanker telah mengalami perkembangan
yang pesat. Tatalaksana kanker saat ini merupakan kombinasi berbagai modalitas
terapi seperti pembedahan, radioterapi, kemoterapi, terapi target dan imunoterapi.
Tatalaksana multimodalitas ini meningkatkan kontrol lokal dan regional kenker serta
mencegah terjadinya penyebaran jauh pada beberapa kanker, juga memungkinkan
untukmeminimalisir kerusakan yang mungkin terjadi apabila hanya dikerjakan dengan
hanya satu modalitas terapi. Hal ini juga berdampak pada prognosis yag lebih baik
serta angka frekuensi dan kematian yang disebabkan kanker menjadi lebih rendah.
Dengan adanya kelebihan terapi multimodalitas, penelitian terus dikambangkan untuk
memaksimalkan manfaat dari kombinasi terapi ini.
8
9
Interaksi Obat
Berinteraksi dengan obat Appidenix 1 : afatinib
Mekanisme
Menyebabkan cross-linking untaian DNA dengan mengikat asam
nukleat dan struktur intraseular lainya : menghambat sintesis protein dan
sintesis DNA
Interaksi Obat
- Induser CYP2A6 (kuat) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat
CYP2A6. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibitor CYP2A6 (sedang) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat
CYP2A6. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibtor CYP2A6 (kuat) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat
CYP2A6. Risiko D : Pertimbangan modifikasi terapi
- Induser CYP2A19 (kuat) : Dapat meningkatkan metabolisme substrat
CYP2A19. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibitor CYP2A19 (sedang) : Dapat menurunkan metabolisme substrat
CYP2A19. Risiko C : monitoring terapi
- Inhibitor CYP2A19 (kuat) : Dapat menurunkan metabolisme substrat
CYP2A19. Risiko D : Pertimbangan modifikasi terapi
12
Durasi :
Obat ini lalu di berikan bersamaan dengan 500 mg infus sodium
klorida atau 5% dekstrosa. Obat dapat langsung bekerja setelah 15 hingga
30 menit setelah penyuntikan.
Pencegahan dan Kontraindikasi
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap carmustine
Mekanisme
Cara kerjanya adalah dengan memperlambat atau mnghentikan
pertumbuhan sel kanker dengan mengganggu struktur DNA sel kanker
Interaksi Obat
Carmustine berinteraksi dengan cimetidine
CELDAZ 200mg/vial
Mekanisme
Agen alkilasi untuk membentuk ion metilkarbonium yang menyerang
gugus nukleofilik dalam DNA : untaian cross-link DNA yang menghasilkan
penghambatan sintesis DNA, RNA, dan protein, mekanisme aksi yang tepat
masih belum jelas. Siklus sel ion spesifik : alkilasi DNA & RNA : menyebabkan
terputusya DNA double trand dan apoptosis
Interaksi Obat
- Echinacea : dapat mengurangi efek teurapeutik immunosuppresan. Risiko
D : pertimbangan modifikasi terapi
- Natalizumab : immunosuppresan dapat meningkatkan efek merugikan
/toksik Natalizumab. Risiko infeksi konkurer dapat meningkatkan. Risiko X
: Hindari Kombinasi
- Sorafenib : dapat menurunkan konsentrasi serum Diacarbazine. Sorafenib
juga dapat meningkatkan konsentrasi metabolit aktif diacarbazie. Risiko C :
monitor terapi
- Transzumab : dapat meningkatkan efek neotropen dari imminosuppresan.
Risiko C : monotor terapi
16
Ibu hamil :
Interaksi Obat
- Echinacea : dapat mengurangi efek teurapeutik immunosuppresan
- Natalizumab : dapat meningkatkan efek yang tidak diinginkan/toksik.
- Trastazumab : dapat meningkatkan efek neutropen dari
immunosuppresan
Melphalan tab
Efek Teurapetik :
Multiple myeloma Polycythaemia veraMelanoma maligna lokal pada
ekstremitas Sarkoma jaringan lunak lokal pada ekstremitas
Dosis:
Dosis:
Multiple myeloma:
-Oral:
- 6 mg per hariuntuk 2-3 minggu, ikutipengobatanlebihdari 4 minggu,
lalu Maintenece untuk dose 2 mg sehari sebagai hematologik recovery
- 10 mg sehariselama 7-10 hari; berikan 2 mg sehariuntuk maintenance
dose setelah WBC >4000 cells/mm3 dan platelets >100,000
cells/mm3(~4-8minggu)
-I.V. :
-16 mg/m2 pemberianpadajarak 2-minggu untuk 4 doses, lalu
pemberian pada jarak 4-minggu setelah hematologik recovery.
Ovarian carcinoma:
-Oral: 0.2 mg/kg/hariuntuk 5 hari, ulangisetiap 4-5 minggu (DIH
17ed,2009)
Durasi :
Kontraindikasi
Kontraindikasi :
Melphalan tidak boleh digunakan pada pasien yang penyakitnya telah
menujukan resistensi sebelumnya terhadap obat ini. Pasien yang telah
menujukan hipersentivitas tehadap Melpalan sebaiknya tidak diberi obat.
Interaksi Obat
- Cimetidine
- Cyclosporin
- Interferon alfa
Hycamtin, postascol
Durasi :
Obat dapat langsung bekerja setelah kurang lebih 20 detik - 5 menit
setelah penyuntikan intravena.
Mekanisme
Obat ini mmiliki mekanisme yang sama dengan iriocetan, yaitu
menghambat aksi topoisomerase I, enzim yang menghasilkan pemecahan
untaian tunggal reversibel dalam DNA selama replika DNA. Untaia tunggal
memutus uantai torsional dan memungkinkan replika DNA berlanjut.
Topotecan mengikat kompleks DNA-1 toposomerase dan mencegah relokasi
untai DNA, menghasilkan kerusakan DNA untai ganda dan kematian sel.
Interaksi Obat
Meningkatkan klirens dengan fenitoin. G-CGF diberikan 24 jam setelah
selesai pengobatan dengan topotecan kerena pemberian bersamaa dapat
memperpanjang durasi neutropenia. Peningkatan supresi sumsum tulang
dengan obat sitotosik lainya (misalnya cisplatin) sehingga pengurangan dosis
mungkin diperlukan.
Kontraindikasi :
Asparaginase dikontraindikasikan dengan pasien yang memiliki riwayat
alergi terhadap asparaginase, atau asparaginase dari E-coli, riwayat
trombosit serius, karena terapi dengan Asparaginase, riwaya pankreatitis
terapi Asparaginase, hemoragi karena teraapi Asparaginase.
Mekanisme
Asparaginase menghambat sintesis protein dengan menghidrolisis
asparagine menjadi asam aspartat dan amnina. Sel leukimia, terutama
limfoblas memerluka asparaina eksogen, sedagna sel normal dapat mensitesis
asparagina. Asparaginase bekerja spesifik pada fase G1.
Interaksi Obat
- Echinacea : dapat menyebabkan kehilangan efek immunosupresan
- Natalizumab : immunosuppresan dapat meningkatkan efek toksik
natalizumab. Resiko infeksi akan meningkat
- Trastuzumab : meningkatkan efek neutropenik dari immunosuppresan
24
alkilator/alkilasi/alkil sulfonat
Penggunaan ibu hamil :
Farmakokinetik Absorbtion, Distribusi, Metabolisme, Eksresi
Absorbsi :
Cepat diserap di saluran pencernaan (oral)
Distribusi :
Penghalang darah keotak, konsentrasi di CSF sama dengan konsentrasi
plasma. Pengikatan protein plasma -+ 30% (ireversibel), terutama pada
albumin.
Metabolisme :
Metabolisme di hati ekstensi terutama melalui konjugasi dengan
glutation, baik secara spontan atau dimediasi oleh enzim glutathione-S
transferase
Eksresi :
Diekskresikan melalui urin, 25-60% sebagai metabolit, -+ 1% sebagai obat
tidak berubah.
Mekanisme
Bisulfan bereaksi dengan guanosin N-7 dan mengganggu replikasi DNA
dan transkripsi RNA dengan cara alkilasi dan cross-link untai DNA.
Interaksi Obat
Additive myelosuppresan dengan agen myelosupresan lainya. Agen
sitotoksik dapat meningkat resiko toksisitas paru. Dapat mengurangi respn
terhadap vaksin, kemungkinan infeksi umum dengan vaksin hidup.
Meningkatnya resiko efek samping jika diberikan bersama atau segera setelah
radioterapi. Berkurangnya clearance saat digunakan dengan siklofosfamid,
itraknazol, atau paracetaml. Kombinasi dengan thioguanine dapat
menyebabkan varises esofagus.
Nama dagang :
VELDACE 3,5mg/vial
Waktu paruh: 9-15 jam (dosis tunggal IV); 40-193 (beberapa dosis 1 mg /
m²); 76-108 jam (beberapa dosis 1,3 mg / m²)
Mekanisme
Bortezomid menghambat proteason, enzim kompleks yang mengatur
homeostatis protein di dalam sel. Secara khusus, secara reversibel
menghambat aktivitas seperti ehcymotrypsin pada proteasom 269, yang
menyebabkan aktivasi kaskadek sinyal, penangkapan sel-siklus, dan
apoptosin.
Interaksi Obat
Memiliki interaksi dengan obat 413 obat yang dibagi menjadi interaksi
mayor, sedang, dan minor. Borteozomid berinteraksi dengan alkohol dan
makanan (multivitamin dengan mineral) yang mersifat moderate, sedangkan
dengan penyakit borteozomib juga memiliki interaksi diantaranya penyakit
toksisitas kardiak, diabetes, hepatoksisitas, hipertensi, neuropati periferal dan
toksisitas pulmonar.
28
Daftar Pustaka
Corwin, E. (2007). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mangan, Y. (2009). Solusi Sehat Mencegah Kanker dan Mengatasi Kanker. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka.