Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN AKIBAT NEOPLASMA (TUMOR KOLON)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :

1. ASYIFAH NUR FAUZIAH


2. AYU DIANA
3. BERLIAN SETIA ANANDA
4. DYA ULLAYA FADILAH
5. DIKA SETIO AJI
6. DIYANA
7. DITA PRADILA MELINIA
8. DWI FAMILY RAHMAWATI
9. DWI WAHYULITA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU (UMPRI)
LAMPUNG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Neoplasma (Tumor Kolon)”
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi........................................................................................................ 3
B. Etiologi......................................................................................................... 3
C. Patofisiologi................................................................................................. 5
D. Manifestasi klinik........................................................................................ 7
E. Komplikasi................................................................................................... 7
F. Pemeriksaan diagnostic................................................................................ 7
G. Penatalaksanaan........................................................................................... 8
H. Konsep Dasar Keperawatan......................................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................. 17
B. Saran............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel


yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan
biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Gale & Charette, 2000)
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa
abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker,
2001)
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh
pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000)
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di
dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Defenisi Tumor Colon?
2. Bagaimana Etiologi Tumor Colon?
3. Bagaiman Patofisiologi Tumor Colon?
4. Apa sajakah Manifestasi klinik Tumor Colon?
5. Bagaimana Komplikasi Tumor Colon?
6. Bagaimana Pemeriksaan diagnostic Tumor Colon?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Tumor Colon?
8. Bagaiana Konsep Dasar Keperawatan Tumor Colon?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Defenisi Tumor Colon
2. Mengetahui Etiologi Tumor Colon
3. Mengetahui Patofisiologi Tumor Colon
4. Mengetahui Manifestasi klinik Tumor Colon
5. Mengetahui Komplikasi Tumor Colon
6. Mengetahui Pemeriksaan diagnostic Tumor Colon
7. Mengetahui Penatalaksanaan Tumor Colon
8. Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Tumor Colon

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Tumor (berasal dari bahasa latin, yang berarti "bengkak"), merupakan
salah satu dari lima karakteristik inflamasi. Namun, istilah ini sekarang
digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak
normal. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau
jinak (benign) (Brooker,2001). Tumor adalah suatu benjolan atau struktur
yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang
dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268). Kanker adalah sebuah
penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak
teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital
yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177) .
Tumor kolon adalah tumor yang berada di dalam kolon.

B. Etiologi
1. Kelainankogenital
Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,
benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul
pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa.
Pada kelainan ini ,benjolan yang paling sering terletak di leher samping
bagian kiri atau kanan di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah
dagu. Ukuran benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar
seperti bola tenis. Kelainan kongenital yang sering terjadi di daerah leher
antara lain adalah :
a. hygroma colli, kista branchial, kista ductusthyroglosus.
b. Genetik
c. Gender/jenis kelamin

3
d. Usia
e. Rangsangan fisik berulang
Gesekan atau benturan pada salah satu bagian tubuh yang berulang
dalam waktu yang lama merupakan rangsangan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker pada bagian tubuh tersebut, karena luka atau cedera pada
tempat tersebut tidak sempat sembuh dengan sempurna.

2. Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya
adalah mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Pada
beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis
kanker seperti :
a. Payudara
b. Rahim
c. Indung telur dan prostat (kelenjar kelaminpria).

3. Karsinogenik (bahankimia, virus, radiasi)


Zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan kanker paru
pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja
menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama.
Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon
dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita
kanker.
Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel
kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus
onkogenik. Sinar ultra-violet yang berasal dari matahari dapat
menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau
sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia.

4
C. Patofisiologi
Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan
fisik berulang, Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia,
virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel
tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas). Sel tumor
pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus
yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai
maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel
tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan
sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-
kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker
dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh
dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan
tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker kejaringan sehat
pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat
tersebut menjadi terganggu. Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai
dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk
menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang
jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk
RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi
kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase
istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

5
6
D. Manifestasi klinik
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling
umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui
penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang
sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen
dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan
lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen
dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah
segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah
evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian serta feses berdarah. gejala yang perlu diperhatikan dan
diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya
kanker, yaitu : Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau
gangguan.

E. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan
mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok.

F. Pemeriksaan diagnostik
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik
paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema
barium, proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus
kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsy
atau apusan sitologi.

7
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan,
meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat
dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi
menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat
dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA
yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA
pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup
bermakna, terpai komponen darah dapat diberikan.Pengobatan tergantung
pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi,
ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan
kanker kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang dapat
digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:
a. Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa
b. Kelas B – penetrasi melalui dinding usus
c. Kelas C – Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
d. Kelas D – metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk


pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain
pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi atau
imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan
kanker kolon kelas C adalah program 5-FU/ Levamesole. Pasien dengan
kanker rektal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis
tinggi radiasi pelvis.Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode
praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor,
mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan untuk mengurangi

8
resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau tidak dapat
disekresi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala secara bermakna.
Alat radiasi intrakavitas yang dapat diimplantasikan dapat digunakan. Data
paling baru menunjukkan adanya pelambatan periode kekambuhan tumor
dan peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapat
beberapa bentuk terapi ajuran.

2. Penatalaksanaan medik
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebnayakan kanker kolon
dan rektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang
terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi
laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus.
Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam menbuat keputusan di
kolon; massa tumor kemudian di eksisi. Laser Nd: YAG telah terbukti
efektif pada beberapa lesi. Reseksi usus diindikasikan ntuk kebanyakan
lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang
dianjurkan untuk mengatasi kanker koon kelas D. Tujuan pembedahan
dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah menyebar dan
mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993):
a. Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisis pertumbuhan, pembuluh darah dan noduslimfatik)
b. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta
sfingteranal

9
H. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Pasien dengan tumor kolon biasanya merasakan tidak nyaman
pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh sehingga perlu
dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyari dada pada pergerakan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada tekanan darah
c. IntegritasEgo.
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stress misalnya merokok, minum alcohol, menunda menceri
pengobatan, kenyakinan religius/spiritual. Masalah tentang perubahan
dalam penampilan misalnya alopesia, lesi, cacat dan pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak merasakan rasa bersalah, kehilangan.
Tanda : Kontrol, depresi, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada
defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana
kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan
cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah
keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama
dengan di rumah.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat di lakukan pemeriksaan
fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat
timbunan faeces.
Massa tumor diabdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites,
pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra
klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, linkar perut, dan
colok dubur.

10
e. Makanan/Cairan
Gejala : Kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa
banyak dan komposisi setiap kali makan, adakah pantangan terhadap
suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah),
muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema
f. Neurosensori
Gejala: Pusing, sinkope karena pasien kurang beraktivitas, banyak
tidur sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan
proses penyakit)
h. Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang
perokok). Pemajanan abses
i. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan
matahari lama/berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan perubahan
pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun.
Multigraviada, pasangan seka multiple, aktivitas seksual dini, herpes
genital.
k. Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/ kelemahan sistem pendukung. Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan dirumah, dukungan atau
bantuan).

11
2. Diagnosa Kepawatan Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b/d distraksi jaringan syaraf
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
c. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menangulangi masalah keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan.
a. Nyeri b/d distraksi jaringan syaraf
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan
kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras
nyeri
Intervensi
Rasional
1) Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2) Jelaskan pada klien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri
3) Atur posisi klien senyaman mungkin sesuai keninginan pasien
4) Ciptakan lingkungan yang tenang
5) Observasi TTV tiap 24 jam
6) Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7) Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
a) Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
b) Pemahaman klien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketengangan klien dan memudahkan klien untuk
diajak kerjasama dalam melakukan tindakan
c) Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan
pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin

12
d) Ranggsangan yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri
e) Sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi berikutnya
f) Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
g) Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama
dengan intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak


setelah makan, anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang
yang diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman
kebutuhan nutrisi.
Intervensi
Rasional
1) Pantau dan dokumentasikan dan kaluaran tiap jam secara adekuat
2) Timbang BB klien
3) Berikan makanan sedikit tapi sering
4) Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus,
riwayat mual/rnuntah atau diare.
5) Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
6) Monitor intake dan output secara periodik.
7) Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume,
konsistensi Buang Air Besar (BAB).
a) Untuk mengidentifikasi indikasi / perkembangan dari hasil
yang diharapkan
b) Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
c) Meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi gaster

13
d) Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi
yang tepat Berguna dalam pengawasan kefektifan obat,
kemajuan penyembuhan
e) Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan
intake diet klien.
f) Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
g) Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan
masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


adanya mual, muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang
perlu untuk memperbaiki defisit cairan, dengan kriteria
mempertahankan/menunjukkan perubaan keseimbangan cairan,
dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi
Rasional
1) Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran
mukosa, turgor kulit
2) Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan
akurat
3) Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretic
4) Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan
5) Berikan/awasi hiperalimentasi IV
a) Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan hidrasi
seluler

14
b) Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali mengakibatkan
dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yang
berdampak pada keseimbangan elektrolit
c) Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan
atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan
lanjut
d) Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki
keseimbangan untuk berhasil
e) Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan
elektroli

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya


Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan
penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman
tentang penyakitnya.
Intervensi
Rasional
1) Kaji tingkat kecemasan
2) Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan
pikiran dan dengarkan semua keluhannya
3) Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
4) Berikan dorongan spiritual
a) Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh
klien sehingga memudahkan dlam tindakan selanjutnya
b) Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa
aman dalam segala hal tundakan yang diberikan
c) Klien memahami dan mengerti tentang prosedur sehingga mau
bekejasama dalam perawatannya.
d) Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa
menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

15
4. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak
berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu
panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumor (berasal dari bahasa latin, yang berarti "bengkak"), merupakan
salah satu dari lima karakteristik inflamasi. Namun, istilah ini sekarang
digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak
normal. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau
jinak (benign) (Brooker,2001). Tumor adalah suatu benjolan atau struktur
yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang
dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268).
Kelainan kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir, benjolannya
dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau timbul pada usia kanak-
kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa. Pada kelainan ini
,benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian kiri atau kanan
di sebelah atas , dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan
bisa kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis

B. Saran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu dan
mengerti memahami tentang tumor kolon dan dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC, Jakarta

Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2),


EGC, Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan,


(Edisi III), EGC, Jakarta.

FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta

Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta

Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta

Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta

Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai