Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PEREKEMIHAN


CA SALURAN KEMIH
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikah Bedah II

Oleh :
Kelas 2B
Kelompok 2
1. Acep Tohir C1714201032
2. Eka Hardianti Budiana C1714201040
3. Eva Sophia C1714201041
4. Maulana Ahmad M C1714201048
5. Mukhsin Abdulah C1714201051
6. Soni Santana C1714201059
7. Vina Alawiyah C1714201061

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
T.A 2018/2019
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Rahmah, atas segala rahmatnya yang telah
diberikan kepada hambanya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami berterimakasih kepada semua pihak yang ikut mensupport penyusunan
makalah ini, baik dukungan moriel maupun materiel.
Besar harapan, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca
sehingga bisa di implementasikan dan bermanfaat bagi masyarakat. Karena keterbatasan
pengetahuan yang kami miliki, kami menyadari masih banyak kekurangan dari
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 10 Mei 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 3
A. Pengertian ................................................................................................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis ...................................................................................................................... 5
D. Patofisiologi................................................................................................................................. 5
E. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................................... 8
F. Pengobatan ................................................................................................................................ 10
G. Pengkajian keperawatan......................................................................................................15
H. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................16
I. Perencanaan Keperawatan .................................................................................................16
J. Evaluasi Keperawatan ..........................................................................................................24
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 25

A. Simpulan .....................................................................................................................................25
B. Saran.............................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTKA

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut National Cancer Institute (2010), kandung kemih adalah organ berongga di
abdomen bagian bawah. Kandung kemih menyimpan urin; cairan limbah yang dihasilkan oleh
ginjal. Kandung kemih adalah bagian dari saluran kencing. Urin lewat dari setiap ginjal menuju
ke kandung kemih melalui selang panjang yang disebut ureter. Urin meninggalkan kandung
kemih melalui uretra untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh. Dinding kandung kemih memiliki
tiga lapisan jaringan, yakni inner, middle, dan outer. Sel-sel lapisan kandung kemih dapat
berkembang abnormal dan menyebabkan kanker kandung kemih. Kanker dimulai dari sel dan
menghambat penyusunan jaringan, dimana jaringan menyusun kandung kemih dan organ lain
di dalam tubuh. Sel-sel normal tumbuh dan terbagi untuk membentuk sel-sel baru sebagaimana
diperlukan tubuh. Saat sel normal menua atau rusak lalu mati, sel-sel baru akan menggantikan.
Saat terjadi tumor, sel-sel baru terbentuk saat tubuh tidak membutuhkannya dan sel-sel tua
atau rusak tidak akan mati. Tumor pada kandung kemih dapat berupa tumor jinak dan tumor
ganas (kanker). Kanker inilah yang dapat menjadi ancaman untuk hidup, biasanya dapat
dihilangkan tetapi dapat tumbuh kembali, dapat menjalar atau merusak jaringan atau organ di
sekitarnya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Diperkirakan sekitar 386.300 kasus
baru dan 150.200 kematian akibat kanker kandung kemih muncul di tahun 2008 di seluruh
dunia (Jema, et al. 2011 dalam Rouissi, et al. 2011).
Terdapat sekitar 70.530 baru terdiagnosa kasus kanker kandung kemih (5.760 pada pria dan
17.770 pada wanita) dan sekitar 14.680 terkait kematian (10.410 pada pria dan 4.270 pada
wanita) di USA di 2010 (Jemal, et al. 2010 dalam Rouissi, et al. 2011). Angka kejadian
paling tinggi rata-rata terjadi di Eropa, Amerika Utara, dan Afrika Utara. Sedangkan angka yang
terendah ditemukan di Melanesia dan Afrika Tengah (Jemal, et al. 2011 dalam Rouissi, et al.
2011).
Dari National Cancer Institute (2010), baik tumor jinak maupun tumor ganas dapat
terbentuk di permukaan dinding kandung kemih atau di dalam dindingnya sendiri dan dengan
cepat menyebar ke otot di bawahnya. Sekitar
90% kanker kandung kemih merupakan transisi dari sel karsinoma yang muncul dari
transisi epithelium dari membran mukosa. Kanker ini terkadang juga merupakan transisi dari
tumor jinak. Dalam jumlah yang lebih sedikit, kanker kandung kemih melingkupi
adenokarsinoma dan karsinona sel skuamosa. Pasien dengan kanker kandung kemih dapat
ditangani dengan jalan operasi, kemoterapi, terapi biologi, dan terapi radiasi. Terkadang
seroang pasien dapat menerima lebih dari satu penanganan, tergantung dari lokasi dari kanker
kandung kemihnya, apakah kanker telah menyebar ke lapisan otot atau lapisan luar kandung

1
kemih, apakah kanker telah menyebar ke organ tubuh lain, stadium dari kanker, dan usia dan
kondisi umum pasien.
Setiap pasien sebaiknya memiliki tim atau spesialis yang mampu membantu perencanaan
penyembuhan, termasuk melibatkan seorang perawat onkologi. Perawat di sini akan
membantu pasien yang mendapatkan penanganan dalam bentuk operasi untuk melakukan
perawatan luka, ostomi, kontinensia. Seorang pasien juga berhak mendapatkan penjelasan
dari pilihan penanganan, hasil yang diharapkan, dan efek samping yang ditimbulkan dari
penanganan. Setelah mendapatkan penanganan, pasien akan lebih baik jika melakukan follow
up misalnya setiap tiga atau enam bulan sekali. Follow up dan checkup ini akan
membantu memastikan bahwa tidak ada perubahan kondisi kesehatan dan akan dapat segera
dilakukan penanganan jika terdapat masalah kesehatan, karena pada dasarnya kanker
kandung kemih memiliki kemungkinan untuk muncul kembali. Tenanga kesehatan akan
melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, sitoskopi, atau CT scans untuk memastikan
munculnya kembali kanker kandung kemih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari kanker saluran kemih ?
2. Bagaimana Etiologi kanker saluran kemih ?
3. Bagaimana Manifestasi klinis penyakit kanker saluran kemih ?
4. Bagaimana Patofisiologi dari kanker saluran kemih ?
5. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penyakit kanker saluran kemih
?
6. Bagaimana Pengobatan untuk kanker saluran kemih ?
7. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien kanker saluran kemih ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kanker kandung kemih adalah kanker nonagresif yang muncul pada lapisan sel transisional
kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang lebih sedikit, kanker kandung
kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan kandung kemih. Dalam kasus
ini, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat, tekstil), riwayat
penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan resiko kanker kandung kemih
(DiGiulio, et al. 2007).
Kebanyakan kanker kandung kemih merupakan pertumbuhan papiloma di urotelium
kandung kemih, meskipun pertumbuhan ini dapat menyebar ke dinding kandung kemih. Kanker
kandung kemih adalah neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih, dilaporkan
mendekati angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker ini paling
sering muncul pada orang-orang di usia 40 – 60 tahun. Kanker kandung kemih juga muncul 2–
3 kali lebih sering pada pria daripada wanita meskipun angka kejadian pada wanita juga
meningkat. Kanker ini sekarang menjadi urutan nomor 5 dari kanker yang paling sering terjadi
pada pria dan menjadi urutan 10 dari kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Kanker
ini juga lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam dan lebih
sering muncul di daerah perkotaan dan di daerah industri bagian utara (Coleman, et al. 1997)
B. Etiologi
Menurut Coleman, et al, (1997), proses penyakit dari kanker kandung kemih memiliki
beberapa kemungkinan penyebab. Diperkirakan terdapat korelasi yang sangat kuat antara
merokok dengan kejadian kanker kandung kemih. Paparan industri terhadap zat-zat dan
kondisi tertentu juga dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Periode laten dari paparan
industri dapat terjadi hingga 20–45 tahun. Percobaan untuk menghubungkan konsumsi kopi
dan kanker kandung kemih menghasilkan penemuan yang berlawanan. Kontroversi lain
menghubungkan pemanis buatan dengan kejadian kanker kandung kemih meskipun penelitian
terbaru tidak menemukan peningkatan secara signifikan.
Sebagian ahli percaya bahwa klien yang mengalami kekambuhan kanker kandung kemih harus
menghindari pemanis buatan karena dapat memicu agen peKanker kandung kemih memiliki
beberapa faktor etiologi termasuk interaksi antara latar belakang genetik dan faktor lingkungan
dan merokok adalah faktor resiko utama pemicu kanker kandung kemih (Cohen, et al. 2000
dalam Rouissi, et al. 2011), dan bertanggung jawab atas 50% kasus pada pria dan 35% pada
wanita (Zeegers, et al. 2000 dalam Rouissi, et al. 2011). Asap rokok mengandung sejumlah
xenobiotics termasuk oksidan dan radikal bebas, sehingga asap rokok dapat menurunkan
serum dan folat sel darah merah dalam darah dan antioksidan vitamin B12 (Maninno, et al.

3
2003; Tungtrongchitr, et al. 2003 dalam Rouissi, et al. 2011). Sebagai tambahan laporan
mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma homocysteine lebih tinggi pada perokok
daripada non perokok (Lwin, et al. 2002; Saw, et al. 2001 dalam Rouissi. et al. 2011). Penemuan-
penemuan ini menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat dalam metabolisme
folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan penting dalam
perkembangan karsinogenesis kanker.
Bagaimana pun juga, peneliti yakin bahwa orang-orang dengan faktor resiko tertentu akan
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terpapar kanker kandung kemih. Penelitian
menemukan bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap munculnya kaner kandung kemih
(National Cancer Institute 2010):
1. Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih. Merokok
merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung kemih. Orang yang
merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak
merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang pendek.
2. Bahan-bahan kimia di tempat kerja
Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia penyebab
kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri pewarnaan, karet, kimia, logam,
tekstil, dan bulu, akan memiliki resiko terkena kanker kandung kemih. Resiko lain juga
muncul pada piñata rambut, masinis, pekerja printer, pengecat, dan supir truk.
3. Riwayat kanker kandung kemih
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki kemungkinan untuk
kembali memiliki penyakit yang sama.
4. Pengobatan kanker tertentu
Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang yang
pernah mendapatkan terapi hadradiasi di abdomen atau panggul akan memiliki resiko
5. Arsenik
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkannyebab kanker. kanker
kandung kemih. Di beberapa bagian dunia, kadar arsenik mungkin ditemukan tinggi pada
air minum.
6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker
kandung kemih
7. Infeksi

4
Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit S. haematobium juga
dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya pada karsinoma
sel skuamosa. Inflamasi kronis juga diperkirakan memainkan peran penting pada proses
karsinogenesis pada kasus ini.
Faktor resiko lain yang menyebabkan kanker kandung kemih menurut Wein, AJ (2012):
1. Pada karsinoma urothelial kandung kemih
a. Merokok
b. Paparan industri
c. Paparan zat kimia
d. Paparan cyclophosphamide
2. Pada karsinoma sel skuamosa kandung kemih:
a. Schistosomiasis, merupakan sebuah infeksi dari Schistosoma haematobium
b. Batu pada saluran kemih, jika terjadi bertahu-tahun Penggunaan kateter selama
bertahun- tahun d) Divertikula kandung kemih
3. Pada adenokarsinoma kandung kemih:
a. Sisa dari tindakan urachal
b. Neurogenic bladder
c. Metastasis dari malignansi primer
d. Ekstropi kandung kemih
e. Invasi tumor/kanker dari organ lain seperti kolon dan ginjal
4. Penyebab lain yang jarang terjadi: Penggunaan analgesik yang mengandung
phenacetin.
C. Manifestasi klinis
Kanker kandung kemih dapat menyebabkan beberapa gejala seperti berikut: (National Cancer
Institute 2010)
1. Terdapat darah dalam urin (urine terlihat seperti berkarat atau merah gelap).
2. Adanya dorongan mendesak untuk mengosongkan kandung kemih.
3. Harus mengosongkan kandung kemih lebih sering dari biasanya
4. Adanya dorongan untuk mengosongkan kandung kemih tanpa ada hasil.
5. Merasa perlu berusaha keras saat mengosongkan kandung kemih.
6. Merasa nyeri saat mengosongkan kandung kemih.
D. Patofisiologi
Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang pada sel epitel
transisional kandung kemih (Monahan, et al, 2007).
Perubahan (mutasi gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat dari
lingkungan seperti tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang mempengaruhi

5
proses pertumbuhan sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik dan riwayat
penyakit kandung kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui
aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen supresor tumor yang termasuk fosfatase dan
tensin homolog (PTEN) dan p53. Akibat dari mutasi ini terdapat delesi dari kromosom 9
atau mengaktifkan mutasi dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR 3) (Ching &
Hansel 2010).
Karsinoma kandung yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor ini
lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propia, otot dan lemak perivesika
yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Hematuria yang disertai nyeri
merupakan gejala awal kanker pada kebanyakan pasien (Nursalam & Batticaca 2006).

6
PATHWAY Radiasi, infeksi parasit, merokok

Metabolisme Karsinogen

Mutasi sel

Pertumbuhan sel tidak terkontrol

Metabolisme Karsinogen

Papiloma/tumor

Maligna/ganas

Infiltrasi Kanker Kandung Obstruksi


kesaluran kemih Kemih saluran kemih

Luka Insisi Resiko infeksi


Mengenai lapisan
mukosa luar Aliran urine
terhambat Post op Penekanan
jaringan syaraf
Pre Op
Retensi urine Terpapar
lingkungan Rangsangan
Perubahan stt
Bph
kes
Gg. Eliminasi
Invasi
urine
mikroorganisme Afferent
Informasi tdk
adekuat Metabolisme
lesi Medula
terganggu
spinalis
Krisis situasi
Nutrisi tdk adekuat hematuria
thalamus
takut
Ruptur
Per. Nutrisi kurang Korteks cerebri
jaringan
Beban dari keb tubuh
psikologis
Resiko Inkontinuitas efferent
kerusakan jaringan
7
Ansietas integrita kulit Nyeri
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium (Purnomo 2011)
a. Urinalisis
Pemeriksaan ini meliputi:
1) Maskroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine.
2) Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan gula dalam
urine.
3) Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau bentukan
lain di dalam urine.
Pada analisis mikoskopik urine, ditemukannya sel–sel darah merah secara signifikan
(lebih dari 2 per lapang pandang) menunjukkan adanya cedera pada sistem saluran
kemih dan didapatkannya leukositoria (>5/lpb) menunjukkan adanya proses inflamasi

b. Pemeriksaan Darah
1) Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglo bin, leukosit,
laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.

2) Faal ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin,
kadar ureum atau BUN (Blood Urea Nitrogen), dan klirens kreatinin. Sayangnya
kedua uji ini baru menunjukkan kelainan, pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari
fungsinya. Pemeriksaan klirens kreatinin untuk menguji rerata laju filtrasi
glomerulus atau glomurular filtration rate (GFR).

3) Faal Hepar
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis suatu
keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara umum

4) β - Human Chorionic Gonadotropin


β – HCG digunakan untuk menunjukkan adanya peningkatan metastase tumor
kandung kemih (Oliver, et.al. 1989)

5) Cell survey antigen study


Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap kanker, bahan
yang digunakan adalah darah vena (Nursalam & Batticaca 2009).

8
c. Kultur urine
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih.
d. Histopatologi
Pemeriksaan patologi anatomik adalah pemeriksaan histopatologis yang diambil
melalui biopsi jaringan ataupun melalui operasi. Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan
suatu jaringan normal, mengalami proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi
maligna. Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.

e. Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine (biasanya nilai negative
palsu tinggi). Sample urine sebaiknya diambil setelah pasien melakukan aktivitas
(loncat-loncat atau lari di tempat) dengan harapan lebih banyak sel urotelium yang
terlepas di urine. Derajat perubahan sel diklasifikasikan dalam lima kelas mulai dari;
normal, sel yang mengalam i peradangan, sel atipik, disuga menjadi sel ganas, dan sel
yang sudah mengalami perubahan morfologi menjadi sel ganas.pada saluran kemih.

2. Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Polos Abdomen (BOF; BNO; KUB)
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrining untuk
pemeriksaan kelainan urologi (Purnomo 2011).
b. USG
Sebelum pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di usus yang dapat
menghalangi pemeriksaan. Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang tidak
invasive yang dapat menilai bentuk dan kelainan dari buli (Muttaqin 2011)
c. Sitoskopi
Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra dan kandung
kemih dengan menggunakan alat sitoskopi (meruapakan suat alat yang
mempunyai lensa optik pada ujungnya sehingga dapat dengan leluasa melihat
langsung). Sitoskop juga memungkinkan ahli urologi untuk mendapatkan spesimen
urine dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal (Muttaqin 2011).

d. Flow Cytometri (Nursalam 2009)


e. Pielogram Intravena / IVP
Prosedur yang lazim pada IVP adalah foto polos radiografi abdomen yang kemudian
dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras intravena. Jika BUN >70 (azotemia
berat) maka tidak dilakukan pemeriksaan IVP karena GFR-nya rendah. Dengan
demikian, zat warna tidak dapat diekskresi dan pielogram sulit dilihat. IVP dapat

9
memastikan keberadaan posisi ginjal, serta menilai ukuran dan bentuk ginjal. Efek
berbagai pemyakit terhadap kemampuan ginjal untuk memekatkan dan
mengekskresi zat warna juga dapat dinilai (Price dan Wilson 2005).

f. Arteriogram ginjal
Tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis dan aorta abdominlis sampai
setinggi arteri renalis selanjutnya media kontas disuntikkan. Tindakan ini untuk dapat
sipakai untuk melihat pembuluh darah pada neoplasma (Price dan Wilson 2005).

3. Biopsi
Jika pada test pencitraan dicurigai kanker telah menyebar, biopsi dapat digunakan untuk
memastikan penyebaran kanker ke luar kandung kemih seperti jaringan sekitar kandung
kemih, kelenjar limfa, atau organ tubuh lain (American Cancer Society 2012).

Secara umum peran perawat dalam menjalaka pengkajian diagnostik meliputi: (Muttaqin
2011)

a. Memenuhi informasi umum tentang prosedur diagnostik yang akan dilaksankan.


b. Memberikan informasi waktu dan jadwal yang tepat kapan prosedur diagnostik
akan dilaksanakan
c. Memberikan informasi tentang aktivitas yang diperlukan pasien memberikan
instruksi tentang perawata pascaprosedur, pembatasan diet, dan aktivitas.
d. Memberikan informasi tentang nutrien khusus yang diberikan setelah diagnosis.
e. Memberikan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat kecemasan.
f. Mengajarkan menurunkan teknik distraksi dan rekasasi untuk ketidanyamanan
g. Mendorong anggota keluaraga dan orang terdekat, untuk memberikan dukungan
emosi pada pasien selama tes diagnostik.

F. Pengobatan
1. Tindakan konservatif
Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih dengan cairan yang
mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk memepertahankan kepatenan kandung kemih,
membuang atau meminimalkan obstruksi seperti bekuan dan plug mucus dalam kandung
kemih, mencegah atau mengatasi inflamasi atau infeksi kandung kemih dan untuk
memasukkan obat untuk pengobatan kandung kemih lokal (Johnson 2005).
Irigasi dilakuakan dengan instilasi formalin, fenol atau perak nitrat untuk mencapai
penghilangan hematuri dan strangulasi (pengeluaran urine yang lambat dan menyakitkan)
(Baughman 2000).

10
2. Tindakan invasive minimal
Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker kandung kemih adalah dengan
TURB. setelah itu dilanjutkan dengan irigasi atau diversi urine baik secara sementara
ataupun permanen.
Transurethral reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau disebut dengan "reseksi
transurethral dari tumor kandung kemih", umum untuk kanker kandung kemih tahap
awal, atau mereka yang terbatas pada lapisan superfisial dari dinding kandung kemih.
Operasi kanker kandung kemih ini dilakukan dengan melewatkan instrumen melalui
uretra, yang menghindari memotong melalui perut.
Instrumen bedah yang digunakan untuk operasi ini disebut resectoscope. Sebuah loop
kawat di salah satu ujung resectoscope digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal
atau tumor. Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat membantu
memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa dihancurkan. Atau laser energi tinggi
dapat digunakan. Dan cytoscope digunakan untuk melihat bagian dalam kandung kemih
selama prosedur.
3. Pembedahan untuk kanker kandung kemih (Cancer Treatment Cancer of America 2013)
Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap awal kanker kandung
kemih karena tumor memiliki kemungkinan tidak menyebar ke area lain dari tubuh.
Prosedur pembedahan kanker kandung kemih adalah Cystectomy, pembedahan ini
bisa digunakan untuk menghapus baik seluruh atau sebagian dari kandung kemih.
Kadang-kadang, kandung kemih dapat diakses melalui sayatan di perut. Hal ini juga
mungkin untuk melakukan operasi laparoskopi.Operasi laparoskopi, juga disebut operasi
lubang kunci, dapat mengurangi rasa sakit dan mempersingkat waktu pemulihan.

Ada dua jenis cystectomi :

a. Cystectomi parsial: Jika kanker telah menyerang lapisan otot dinding kandung
kemih, tetapi tidak besar dan terpusat di satu daerah kandung kemih, maka
dimungkinkan untuk mengobati kanker dengan menghapus hanya sebagian dari
kandung kemih. Dengan prosedur ini, bagian dari kandung kemih di mana ada
kanker dihapus, dan lubang di dinding kandung kemih kemudian ditutup.
b. Cystectomi radikal: Jika kanker lebih besar dalam ukuran atau di lebih dari satu
daerah kandung kemih, maka seluruh kandung kemih mungkin perlu dihapus.
Dengan cystectomi radikal, kelenjar getah bening di dekatnya juga dapat dihapus,

11
bersama dengan prostat ( untuk pria ), dan bagi perempuan, ovarium, tuba falopi,
rahim, dan sebagian kecil dari vagina. Jenis operasi kanker kandung kemih
merupakan prosedur yang luas, tetapi dapat membantu memastikan bahwa semua
sel kanker dikeluarkan dari tubuh dan mengurangi kemungkinan penyakit berulang.
4. Diversi Urine (NKUDIC 2013)
Prosedur ini untuk mengalihkan urine yang diperlukan dalam menangani kegasanan pada
system perkemihan.Ketika urin tidak dapat mengalir keluar dari tubuh , dapat menumpuk
di kandung kemih, ureter, dan ginjal. Akibatnya, limbah tubuh dan air tambahan tidak
kosong dari tubuh, berpotensi mengakibatkan rasa sakit, infeksi saluran kemih, gagal ginjal,
atau jika tidak diobati dapat menimbulkan kematian. Diversi urin dapat bersifat
sementara atau permanen, tergantung pada alasan untuk prosedur ini.

Diversi urin sementara mengalirkan urine selama beberapa hari atau minggu. Diversi urin
sementara mengalirkan urin hingga penyebab penyumbatan diatasi atau setelah operasi
saluran kemih dilakukan. Jenis diversi urin sementara ini termasuk nefrostomi dan
kateterisasi urin.

Sebuah nefrostomi mengggunakan tabung kecil yang dimasukkan melalui kulit langsung ke
ginjal. Tabung nefrostomi mengalirkan urin dari ginjal ke dalam kantong drainase
eksternal. Seseorang perlu nefrostomi jika terjadi penyempitan, penyumbatan, atau
peradangan pada ureter. Dalam keadaan ini, nefrostomi dapat digunakan selama beberapa
minggu sampai masalah teratasi.

Kateterisasi urin menggunakan selang fleksibel (kateter) ke dalam kandung kemih untuk
mengalirkan urin. Dua metode kateterisasi urin meliputi penyisipan kateter melalui
uretra atau melalui insisi di kulit. Untuk metode pertama, tipe khusus dari kateter, yang
disebut kateter Foley, dimasukkan melalui uretra. Sebuah kateter Foley memiliki balon
berisi air sebagai kunci di dalam kandung kemih untuk menjaga kateter di tempat. Untuk
metode kedua, disebut kateterisasi suprapubik, kateter dimasukkan melalui sayatan di
kulit di bawah pusar langsung ke dalam kandung kemih. Kateter urin mungkin tetap di
tempat selama beberapa hari atau minggu.

Sedangkan untuk diversi urin permanen membutuhkan pembedahan untuk mengalihkan


aliran urine ke kantong eksternal melalui sebuah lubang di dinding perut, yang disebut
stoma, atau reservoir internal yang dibuat pembedahan. Stoma berkisar dari tiga perempat
inci sampai 3 inci. Ahli bedah melakukan diversi urin permanen ketika pasien memiliki
kandung kemih yang rusak atau tidak lagi memiliki kandung kemih. Kanker kandung
kemih merupakan kasus yang paling umum untuk dilakukannya diversi urin permanen.

12
Kerusakan kandung kemih dapat terjadi akibat kerusakan saraf, cacat lahir, peradangan
yang lama atau kronis, suatu kondisi yang menyebabkan kandung kemih menjadi
bengkak dan iritasi, menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang. Retensi urin
adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.

Dua jenis diversi urin permanen meliputi urostomy dan illeal conduit. Urostomy juga
disebut diversi urin noncontinent, membutuhkan kantong eksternal (kantong plastik
sekali pakai yang menempel pada kulit perut ). Ileal conduit melibatkan penciptaan
reservoir internal dengan segmen usus kecil maupun usus besar.

Urostomy (non continent) adalah stoma yang terhubung ke saluran kemih dan
memungkinkan urin mengalir keluar dari tubuh saat buang air kecil biasa tidak dapat
terjadi. Stoma tidak memiliki otot, sehingga tidak bisa mengendalikan aliran urin,
menyebabkan aliran kontinu. Sebuah kantong eksternal mengumpulkan urin mengalir
melalui stoma. Saluran ileum dan ureterostomi kulit adalah dua jenis utama urostomy.

Sedangkan ileal conduit (continen) adalah sebuah saluran ileum yang menggunakan bagian
dari usus - usus kecil, pembedahan dari saluran pencernaan dan reposisi saluranuntuk
urin dari ureter ke stoma. Salah satu ujung saluran menempel pada ureter, ujung lainnya
menempel pada stoma. Akan tetapi, seorang ahli bedah akan melakukan ureterostomi kulit
ketika usus tidak dapat digunakan untuk membuat stoma karena penyakit dan kondisi atau
paparan radiasi dengan dosisyang tinggi.

Setelah operasi diversi urin, luka, ostomy, dan kontinensia, perawat atau terapis
enterostomal membantu pasien belajar bagaimana mengurus pengalihan kemih permanen
mereka.Perawat dan terapis enterostomal mengkhususkan diri dalam perawatan ostomy
dan rehabilitasi.

Daily care adalah sebagai berikut :

a. Menyeka lendir ekstra. Untuk membersihkan lendir ini, pasien mungkin perlu
untuk mengairi, atau flush, reservoir menggunakan jarum suntik dengan air steril
atau normal saline.
b. Mencuci stoma dan kulit di sekitarnya dengan sabun ringan dan air
c. Membilas stoma secara menyeluruh d. Pengeringan stoma sepenuhnya
d. Pasien harus memeriksa stoma dan kulit mereka dan memberitahu penyedia
layanan kesehatan mereka setiap perubahan, khususnya bukti kerusakan
kulit, biasanya di daerah di mana kebocoran urin antara kantong dan stoma.

13
5. Radiasi dan Kemoterapi intrabladder atau intrabuli (Singhealth 2013)
Terapi radiasi dapat menjadi alternatif untuk operasi untuk penyakit lokal. Hal ini juga
dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit lain yang mencegah operasi. Atau, dapat
digunakan setelah operasi untuk mencoba untuk mengurangi kemungkinan kanker
berulang. Radiasi melibatkan berkonsentrasi sinar berenergi tinggi ke suatu daerah di
mana kan Efek samping, yang bersifat sementara , termasuk kemerahan pada kulit, nyeri
buang air kecil, melewati sejumlah kecil urin sering, dan kerugian sementara rambut di
lokasi radiasi

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan yang membunuh kanker. Beberapa obat


kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung kemih untuk pasien dengan
kanker kandung kemih awal, untuk mencegah kambuhnya kanker. Obat Kemoterapi juga
bisa disuntikkan ke pembuluh darah di tangan untuk membunuh sel-sel kanker kandung
kemih yang telah menyebar ke seluruh tubuh, untuk memperlambat pertumbuhan kanker.

Dengan kemoterapi intravesical, obat antikanker yang secara langsung membunuh sel
kanker aktif dimasukkan langsung ke dalam kandung kemih melalui kateter. Pendekatan
ini membantu menghindari banyak efek samping yang keras yang terjadi sebagai akibat
dari obat merugikan sel normal. Obat-obatan yang paling umum digunakan dalam
kemoterapi intravesical adalah mitomycin dan thiotepa. Obat lainnya yang digunakan
dalam pendekatan ini termasuk valrubicin, doxorubucin dan gemcitabine. Kadang-kadang,
mitomycin diberikan sebagai "terapi mitomycin elektro"yang berarti bahwa kandung
kemih dipanaskan sementara obat dimasukkan. (Cancer Treatment Cancer of America
2013)

Efek samping dari kemoterapi disuntikkan di pembuluh darah tangan termasuk mual
sementara dan muntah, sariawan, rambut rontok, kehilangan nafsu makan dan kelelahan.

6. Immunoterapi Intravesical (Cancer Treatment Cancer of America 2013)


Ada beberapa jenis imunoterapi intravesical :

a. Terapi Bacillus Calmette-Guerin ( BCG ) : BCG adalah jenis imunoterapi


intravesical, dan dapat menjadi cara yang tepat untuk mengobati stadium awal
kanker kandung kemih. BCG adalah bakteri yang tidak menyebabkan penyakit serius,
tetapi berhubungan dengan kuman yang menyebabkan tuberkulosis. Untuk
pengobatan kanker kandung kemih, BCG dimasukkan ke dalam kandung kemih

14
melalui kateter. Sistem kekebalan tubuh alami menjadi diaktifkan oleh kehadiran
bakteri asing, yang kemudian mempengaruhi sel-sel kanker kandung kemih. BCG
biasanya diberikan selama 1 sampai 6 minggu, dan dapat diberikan bersama
reseksi transurethral. Kurang umum, BCG diberikan sebagai pengobatan
pemeliharaan jangka panjang.
b. Interferon: Beberapa jenis sel dalam tubuh menghasilkan zat yang disebut
interferon, yang membantu merangsang sistem kekebalan tubuh. Bahan kimia
alami juga dapat direkayasa untuk digunakan sebagai obat untuk mengobati
berbagai penyakit. Salah satu aplikasi dari disintesis interferon sebagai
pengobatan imunoterapi intravesica l untuk tahap awal kanker kandung kemih.

G. Pengkajian keperawatan
1. Anamnesa
a. Identitas pasien
(data demografi) Data demografi pasien meliputi: nama, alamat, jenis kelamin, usia,
pekerjaan, dst. Pajanan okupasional dengan zat – zat karsinogen khususnya bahan
pewarna dan pelarut yang digunakan dalam indutri dapat menjadi faktor resiko.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling lazim didapatkan adalah adanya darah pada urin (hematuria).
Hematuria mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang (gross), tetapi mungkin
pula hanya terlihat dengan bantuan mikroskop (mikroskopis). Hematuria biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit. Keluhan lainnya meliputi sering BAK dan nyeri saat
BAK (diuria). Pasien dengan penyakit lanjut dapat hadir dengan nyeri panggul atau
tulang, edema ekstremitas bawah dari kompresi korpus iliaka, atau nyeri panggul
dari obstruksi saluran kemih. Superfisial kanker kandung kemih jarang ditemukan
selama pemeriksaan fisik. Kadang – kadang, massa abdomen atau pelvis dapat
teraba. Periksa untuk limfadenopati.
c. Riwayat penyakit sekarang
Mendiskripsikan secara kronologis tentang perjalanan penyakit pasien mulai dari
awal mula sakit sampai dibawa ke rumah sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu Pasien memiliki riwayat kesehatan seperti infeksi atau
iritasi saluran kemih atau gangguan berkemih seperti hematuria dan disuria.
e. Riwayat penyakit keluarga Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga
seperti kanker prostat, kanker ginjal, dan lainlain.

15
f. Riwayat penggunaan obat-obatan Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan
seperti siklofosfamid (cytoxan) yang menjadi faktor penyebab.
g. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan. Misalnya kebiasaan merokok.
Panjanan lingkungan dengan zat karsinogen seperti 2-naftilamin, senyawa nitrat.
2. Pemeriksan Fisik
a. Keadaan umum pasien (tanda-tanda vital) pasien
b. Kesadaran
Pemeriksaan Head to Toes
1) Kepala: normal
2) Mata: inspeksi: konjungtiva anemis
3) Hidung: normal
4) Dada & axila: normal
5) Pernafasan: normal
6) Sirkulasi jantung: terjadi peningkatan aliran darah ke kandung kemih
karena proliferasi sel meningkat
7) Abdomen: inspeksi: distensi abdomen palpasi: nyeri tekan pada abdomen
8) Genitouary: inspeksi: hematuria palpasi: teraba ada massa pada daerah
suprasimfisis, abdomen kuadran bawah.
9) Ekstremitas (integumen & muskuluskletal): inspeksi: kemerahan/iritasi pada
daerah genitalia. palpasi: tugor kulit jelek. Kulit tampak pucat.
H. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan eliminasi urine b.d retensi urine, diuria, nokturia
2. Nyeri b.d supresi sel saraf akibat pembesaran karsinoma pada kandung kemih
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
5. Cemas b.d situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan
fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai
dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran,
perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

I. Perencanaan keperawatan

N PERENCANAAN
DX
O INTERVENSI RASIONAL
TUJUAN &

16
KH

Setelah 1. Lakukan dan 1. Pasca bedah


dilakukn ajarkan cara dengan
tindakan perawatan nefrostomi
keperawat nefrostomi tube tube yang
an selama ada, maka
3x24 pasien atau
eliminasi keluarga
urine perlu diajak
dapat dalam
optimal berpartisipas
sesuai i agar
toleransi kemandirian
individu meningkat.
Kriteria 2. Mengembang
Gangguan
evaluasi : 2. Pantau proses kan
eliminasi
Secara penyembuhan luka intervensi
urine b.d
1. subjektif insisi pada sekitar dini terhadap
retensi
pasien nefrostomi tube. kemungkinan
urine,
tidak komplikasi
diuria,
mengeluh 3. Menurunkan
nokturia
mengalami kecemasan
gangguan 3. Anjurkan klien dan
eliminasi mengunjungi ketakutan
urine, seorang yang telah terhadap
Secara mengalami kemampuan
objektif nefrostomi tube beradaptasi
berpartisip 4. Menurunkan
asi dalam resiko infeksi
aktivitas 4. Sarankan klien
yang untuk mencegah
berhubung kontak urine
an dengan dengan kulit, untuk
perawatan mencegah iritasi
nefrostomi kulit akibat diversi

17
tube urine
5. Nilai kemampuan 5. Sebagai
partisipasi pasien pegangan
dan keluarga informasi
1. Menentukan

Setelah keparahan nyeri

dilakukan 1. Perhatikan lokasi,


tindakan intensitas, dan
keperawat durasi nyeri 2. Menurunkan

an selama 2. Berikan rasa tegangan otot

Nyeri b.d 3x24 jam, nyaman (perubahan

supresi sel klie posisi, kompres


diharapka hangat) 3. Meningkatkan
saraf
n skala 3. Dorong kemampuan koping
akibat
pembesara nyeri menggunakan teknik
2.
n menurun relaksasi (nafas

karsinoma Kriteria dalam, imaginary,

pada evaluasi : atau visualisasi)

kandung Secara 4. Kolaborasi

kemih objektif pemberian obat 4. Menurunkan nyeri


klien analgesik, dang meningkatkan
tampak kortikosteroid, relaksasi otot
lebih antispasmodik
nyaman 5. Pantau skala nyeri 5. Menetukan
penurunan skala
nyeri

Stelah 1. Monitor intake 1. Memberikan


dilakukan makanan setiap hari, informasi tentang
Nutrisi tindakan apakah klien makan status gizi klien.
kurang dari keperawat sesuai dengan
3. kebutuhan an selama kebutuhannya. 2. Memberikan
b.d mual 2x 24 jam 2. Timbang dan ukur informasi tentang
muntah klien di berat badan, ukuran penambahan dan
harapkan triceps serta amati penurunan berat
kebutuhan penurunan berat badan klien.

18
nutrisi badan. 3. Menunjukkan
teratasi 3. Kaji pucat, keadaan gizi klien
dengan penyembuhan luka sangat buruk.
kriteria yang lambat dan
hasil : pembesaran kelenjar
1. Adnya parotis. 4. Kalori merupakan
peningkata 4. Anjurkan klien sumber energi.
n BB sesuai untuk
tujuan mengkonsumsi
2. tidak makanan tinggi
ada tanda- kalori dengan intake
tanda cairan yang adekuat.
malnutrisi Anjurkan pula 5. Mencegah mual
3. tidak makanan kecil untuk muntah, distensi
terjadi klien. berlebihan, dispepsia
penrunan 5. Kontrol faktor yang menyebabkan
BB yang lingkungan seperti penurunan nafsu
berarti. bau busuk atau makan serta
bising. Hindarkan mengurangi stimulus
makanan yang berbahaya yang
terlalu manis, dapat meningkatkan
berlemak dan pedas. ansietas.
6. Agar klien merasa
6. Ciptakan suasana seperti berada
makan yang dirumah sendiri.
menyenangkan
misalnya makan
bersama teman atau
keluarga. 7. Untuk menimbulkan
7. Anjurkan tehnik perasaan ingin
relaksasi, visualisasi, makan/membangkit
latihan moderate kan selera makan.
sebelum makan. 8. Agar dapat diatasi
8. Anjurkan secara bersama-
komunikasi terbuka sama (dengan ahli
tentang problem gizi, perawat dan

19
anoreksia yang klien).
dialami klien. 9. Untuk
9. Amati studi mengetahui/menega
laboratorium seperti kkan terjadinya
total limposit, serum gangguan nutrisi
transferin dan sebagi akibat
albumin perjalanan penyakit,
10. Berikan pengobatan pengobatan dan
sesuai perawatan terhadap
indikasiPhenotiazine klien.
,antidopaminergic, 10. Membantu
corticosteroids, menghilangkan
vitamins khususnya gejala penyakit, efek
A,D,E dan B6, samping dan
antacid meningkatkan status
11. Pasang pipa kesehatan klien.
nasogastrik untuk
memberikan 11. Mempermudah
makanan secara intake makanan dan
enteral, imbangi minuman dengan
dengan infus. hasil yang maksimal
dan tepat sesuai
kebutuhan.

Resiko Setelah 1. Kaji integritas kulit


tinggi dilakukan untuk melihat
kerusakan tindakan adanya efek samping
integritas keperawst therapi kanker,
1. Memberikan
kulit aan selama amati penyembuhan
informasi untuk
berhubung Dalam luka.
4. perencanaan asuhan
an dengan waktu 2 x 2. Anjurkan klien
dan
efek radiasi 24 jam, untuk tidak
mengembangkan
dan pasien menggaruk bagian
identifikasi awal
kemothera menunjukk yang gatal.
terhadap perubahan
pi, deficit an 3. Ubah posisi klien

20
imunologik toleransi secara teratur. integritas kulit.
, terhadap 4. Berikan advise pada 2. Menghindari
penurunan aktivitas. klien untuk perlukaan yang
intake Kriteria : menghindari dapat menimbulkan
nutrisi dan 1. Klien pemakaian cream infeksi.
anemia. dapat kulit, minyak, bedak 3. Menghindari
mengidenti tanpa rekomendasi penekanan yang
fikasi dokter. terus menerus pada
intervensi suatu daerah
yang tertentu.
berhubung 4. Mencegah trauma
an dengan berlanjut pada kulit
kondisi dan produk yang
spesifik kontra indikatif

2.
Berpartisip
asi dalam
pencegaha
1.
n
komplikasi
dan
percepatan
penyembu
han

Cemas b.d Tsetelah 1. Tentukan 1. Data-data mengenai


situasi dilakukan pengalaman klien pengalaman klien
krisis tindakan sebelumnya sebelumnya akan
(kanker), keperawat terhadap penyakit memberikan dasar

5. perubahan an selama yang dideritanya. untuk penyuluhan


kesehatan, dalam 2. Berikan informasi dan menghindari
sosio waktu 2 x tentang prognosis adanya duplikasi.
ekonomi, 24 jam, secara akurat. 2. Pemberian informasi
peran dan kilien 3. Beri kesempatan dapat membantu
fungsi, diharapka pada klien untuk klien dalam

21
bentuk cemas mengekspresikan memahami proses
interaksi, berkurang rasa marah, takut, penyakitnya.
persiapan atau konfrontasi. Beri 3. Dapat menurunkan
kematian, bahkan informasi dengan kecemasan klien.
pemisahan teratasi emosi wajar dan 4. Membantu klien
dengan dengan ekspresi yang sesuai. dalam memahami
keluarga kriteria 4. Jelaskan kebutuhan untuk
ditandai hasil pengobatan, tujuan pengobatan dan efek
dengan 1. klien dan efek samping. sampingnya.
peningkata tampa Bantu klien 5. Mengetahui dan
n tegangan, k mempersiapkan diri menggali pola koping
kelelahan, rileks dalam pengobatan. klien serta
mengekspr 2. TTV 5. Catat koping yang mengatasinya/memb
esikan Norma tidak efektif seperti erikan solusi dalam
kecanggun l kurang interaksi upaya meningkatkan
gan peran, 3. Klien sosial, ketidak kekuatan dalam
perasaan tampa berdayaan dll. mengatasi
tergantung, k 6. Anjurkan untuk kecemasan.
tidak rileks mengembangkan 6. Agar klien
adekuat 4. Menun interaksi dengan memperoleh
kemampua jukan support system. dukungan dari orang
n kpong 7. Berikan lingkungan yang
menolong yang yang tenang dan terdekat/keluarga.
diri, efektif nyaman. 7. Memberikan
stimulasi serta 8. Pertahankan kontak kesempatan pada
simpatetik. mamp dengan klien, bicara klien untuk
u dan sentuhlah berpikir/merenung/i
betpar dengan wajar. stirahat.
tisipas 8. Klien mendapatkan
i kepercayaan diri dan
dalam keyakinan bahwa dia
pengo benar-benar
batan ditolong.
9.

6. Kurangnya Tujuan : 1. Ajarkan klien dan 1. Meningkatkan


pengetahu Dalam keluarga prosedur pemahaman dan

22
an b.d waktu 1 x dan tujuan terapi menurunkan
informasi 24 jam, 2. Lakukan ansietas.
yang terpenuhin pemberian 2. Mencegah infeksi.
kurang ya kemoterapi Meningkatkan
tentang informasi intravesika: retensi obat.
tindakan yang  Gunakan Meningkatkan
diagnostik dibutuhka teknik lapisan bagian
invasif, n pasien. steril dalam kandung
intervensi Kriteria dalam kemih dengan obat-
kemoterapi evaluasi : kateterisasi. obatan. Memberikan
, radiasi Pasien  Intruksikan kontak yang besar
dan teradaptasi klien untuk dari obat dengan
pembedah dengan berkemih permukaan
an, kondisi sebelum kandung kemih.
adanya yang obat Mencegah
stoma, dialami, dimasukkan. pemajanan pada
perencanaa Pasien  Intruksikan kemoterapi dan
n pasien mampu untuk selalu imunoterapi yang
pulang. mengungk mengubah dikeluarkan melalui
apkan posisi. urine
jadwal  Intruksikan 3. Meningkatkan
pengobata untuk kemandirian.
n dan menunggu
tujuannya berkemih
selama
beberapa
jam.
 Intruksikan
klien untuk
toileting hati
– hati.
3. Ajarkan perawatan
nefrostomi tube selama di
rumah.

23
J. Evaluasi keperawatan
1. Eliminasi urine dapat optimal sesuai toleransi individu
2. Penurunan skala nyeri
3. Perfusi jaringan ginjal adekuat
4. Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
5. Klien tampak rileks dan dapat berpartisipasi dalam pengobatan.
6. Informasi kesehatan terpenuhi

24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Vesica urinaria terletak tepat di belakang os pubis di dalam rongga pelvis. Pada orang dewasa,
kapasitas maksimum vesika urinaria sekitar 500 ml. Miksi merupakan refleks sederhana dan
terjadi bila vesica urinaria mengalami peregangan. Pada orang dewasa peregangan sederhana
ini dihambat oleh aktivitas cortex cerebri sampai waktu dan tempat untuk miksi tersedia.
Kanker kandung kemih mengacu pada tumor ganas dari mukosa kandung kemih, merupakan
tumor ganas yang paling sering terjadi. Faktor resiko dari kanker kandung kemih antara lain
faktor keturunan, merokok, dan faktor lingkungan seperti paparan radiasi dan zat kimia.
Secara umum, karsinogenesis dapat terjadi melalui aktivasi proto- onkogen dan
rusaknya gen supresor tumor yang termasuk fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53.
Manifestasi yang muncul berupa nyeri saat berkemih dan adanya darah pada urin. Tindakan
pertama adalah reseksi kandung kemih transuretra atau TUR kandung kemih.Intervensi
ini berguna untuk menentukan luas infiltrate tumor.

B. Saran

Diharapkan melalui makalah ini pembaca mampu mengerti tentang definisi, etilologi,
patofisiologi, komplikasi serta asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker Kandung Kemih.
Berdasarkan materi yang telah dijelaskan dalam makalah ini, maka perawat seyogyanya
mengerti dan memahami akan medikasi. Sehingga perawat dapat mengimplementasikannya
dalam proses penanganan terhadap pasien. Maka asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien akan berjalan dengan baik dan maksimal.

25
DAFTAR PUSTAKA

Docshare03.docshare.tips>files.PDF

Gale Danile & Jane Charette. 2000.”Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi”. Jakarta: EGC

Otto E. Shirley.2005.”Keperawatan Onkologi”. Jakarta : EGC.

Baughman C. Diane.2000.”Keperawatan Medikal-Bedah”. Jakarta : EGC.

Smeltzer C. Susan. 204.”Keperawatan Medikal Bedah”. Jakarta EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai