Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASKEP PSORIASIS VULGARIS

Untuk memenuhi salah satu matakuliah Keperawatan Medika Bedah III

Oleh :

Kelompok 1

Acep Th C1714201032
Anis Febrianti C1714201067
Eka Hardianti Budiana C1714201040
Gita Fitri Susanti C1714201077
Mukhsin Abdulah C1714201051
Rima Yasika C1714201055
Sani Isaini C1714201089
Wildan Kharisma F C1714201091

3B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN SI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Askep Psoriasis Vulgaris.”

Makalah ini kami susun dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teori dan Filsafat Keperawatan. Selain untuk memenuhi tugas kami juga menjadikan
bahan ajar tentang bagaimana Askep Psoriasis Vulgaris. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya tidak lepas dari bimbingan, arahan, koreksi, saran, dan dkungan dari berbagai
pihak.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat
bermanfaat bagi pembaca serta dapat memberi informasi mengenai Askep Psoriasis
Vulgaris. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih kurang sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat kami perlukan dari Bapak dosen serta dari pembaca
untuk menjadikan makalah ini lebih baik.

Tasikmalaya, 17 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... I

DAFTAR ISI................................................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .............................................................................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ....................................................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................................................. 1
D. Manfaat ........................................................................................................................................................... 2
E. Sistematika penulisan ............................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian ...................................................................................................................................................... 3
B. Etiologi............................................................................................................................................................. 3
C. Klasifikasi ....................................................................................................................................................... 5
D. Manisfestasi klinis ...................................................................................................................................... 6
E. Patofisiologi ................................................................................................................................................... 7
F. Pathway........................................................................................................................................................... 9
G. Pemeriksaan diagnostik ........................................................................................................................... 10
H. Komplikasi ..................................................................................................................................................... 10
I. Penatalaksanaan.......................................................................................................................................... 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ..................................................................................................................................................... 14
B. Diagnosa keperawatan ............................................................................................................................ 15
C. Perencanaan keperawatan ..................................................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami
proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang
untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit
pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat
minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat
yaitu sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang
banyak dan menebal.
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan
(insidens rate)yang berbeda. Segiumur, Psoriasis dapat mengenai semua usia,
namun biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa.
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen
penduduk. Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui.
Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001,
insiden psoriasis mencapai 2,3 persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua
umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya di usia dua puluhan dan lima
puluhan.
Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan
menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang
sama untuk terserang penyakit ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori penyakit psoriasis vulgaris?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien peyakit psoriasis vulgaris?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep teori penyakit psoriasis vulgaris
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien peyakit psoriasis vulgaris

1
D. Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kelompok tentang asuhan
keperawatan pada pasien psoriasis
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi setiap pembaca tentang
asuhan keperawatan pada pasien psoriasis
E. Sistematika penuisan
1. BAB I : Terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan
2. BAB II : Terdiri dari pengertian, etiologi, klsifikasi, manisfestasi klinik,
patofosiologi, pthway, pemeriksan diagnostik, kompikasi, Penatalaksanaan
psoriasis.
3. BAB III : Terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan
evaluasi

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini
secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005)
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak,
bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas.( Price, 1994).
Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan,
ditandai dengan adanya bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar
dan tebal.(httt//www.sinarharapan.co.id)
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel

B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini
diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul
secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus
antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya.Kemungkinan hal
ini merupakan mekanisme fenomena Koebner.Khas pada psoriasis timbul
setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain
dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh
3. Iklim

3
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan
pada musim penghujan akan kambuh.
4. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis
cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap
pengobatan setelah melahirkan.Kadang-kadang psoriasis pustulosa
generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron
dosis tinggi.
5. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis
namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang
timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada
beberapa penderita.
6. Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7. Obat-obatan
a. Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat
memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
b. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek “withdrawal”.
c. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah
diakui sebagai pencetus psoriasis.
d. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
e. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron
dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
8. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat
memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
a. Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat
gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering
pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian
digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
b. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.

4
c. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
d. Emosi tak terkendali.
e. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alcohol.
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain:
a. Psoriasis puncata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier
b. Psoriasis folikularis : Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara
folikel rambut.
c. Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air
d. Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam
e. Psoriasis girata : Lesi sebesar daun
f. Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti cincin karena
adanya involusi dibagian tengahnya
g. Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap
h. Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan
tertutup lembaran-lembaran skuama mirip kulit tiram
i. Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika
2. Tipe-tipe psoriasis. Psoriasis terbagi atas:
a. Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu
disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk
plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.
b. Psoriasis gutata: diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm.
Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya setelah
infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili
(campak), terutama pada anak dan dewasa muda.
c. Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala
umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun.
Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa jam
timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah
tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat
menjadi eritroderma.

5
d. Psoriasis eritrodermis: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang
terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan
kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat
kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya kelainan kulit
psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih
meninggi.
e. Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak
lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita
sulit sembuh.
f. Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi,
sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis seperti gejala
rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendi-
sendinya tidak sampai keropos.
3. Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti:
a. Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
b. Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
c. Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.
d. Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau
lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah
payudara dan lainnya.
e. Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit
kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya
D. Manisfestasi klinis
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat
predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah
lumbosakral.Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi
(plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama
berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Pada
psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih
pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah

6
berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit,
misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan
psoriasis dan disebut kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang
disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Gejala dari psoriasis antara lain:
a. Mengeluh gatal ringan
b. Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
c. Terdapat fenomena tetesan lilin
d. Menyebabkan kelainan kuku.
E. Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya
dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya
3-4 hari sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana
hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik
dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi
lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari
permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju
permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan
bentukan peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan
tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang
bersangkutan.Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih)
merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan
psoriasis, maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe

7
dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic
psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar,
lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang
di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis
menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran
pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas.Jumlah sel-sel basal yang
bermitosis jelas meningkat.Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak
dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal.Proliferasi dan
migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal
dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan
kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar
nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan
guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada
penyakit ini.Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan
plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.

8
F. Pathway

Turmover Genetik biokimia Perubahan

Kecepatan mitosis
sel-sel epidermis

AMP Abnormal Kadar nukleotida GMP Abnormal


abnormal

Prematur sel-sel pada kulit

Piloferasi & migrasi sel-sel ke epidermis (3-4 hari)

Stratum granusolum tidak terbentuk

Interval kreatininasi stratum korneum gagal

Terjadi prakerotis

Suplai pembuluh darah

GG. Integritas
Timbul plaque “merah
kulit
Timbul berwarna putih
Nekrosis sel-sel epidermis
Nekrosis sel-sel epidermis

Nekrosis sel-sel epidermis


GG. Citra tubuh Timbul berwarna putih

Timbul berwarna putih Nekrosis sel-sel epidermis

Nekrosis sel-sel epidermis Gatal & kadang


Nekrosis tidak gatal
9sel-sel epidermis GG. Rasa nyaman
Ansietas
Timbul berwarna putih Timbul berwarna putih
Nekrosis sel-sel epidermis
Timbul berwarna putih
Nekrosis sel-sel epidermis Nekrosis sel-sel epidermis
Nekrosis sel-sel epidermis
G. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis
psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang
menyertai psoriasis perlu dilakukan, seperti pemeriksaan darah rutin,
mencaripenyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit
diabetes mellitus.
Pemeriksaan Histopatologi
Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis ialah
hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum granulosum.
Papilomatosis ini dapat memberi beberapa variasi bentuk seperti gambaran
pemukul bola kasti atau pemukul bola golf.
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan
keratinisasi terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel
tanduk ini masih dapat ditemukan inti-inti sel yang disebut parakeratosis. Di
dalam stratum korneum dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan
sel radang polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada
puncak papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh
sebukan sel-sel radang limfosit dan monosit.
H. Komplikasi
Menurut corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah
1. Infeksi kulit yang parah dapat terjadi
2. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut psoriatika,
timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. bila psioriasis dapat menjadi
penyakit yang melemahkan.
3. Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang menimbulkan
psikologis,ansietas,depresi,dan marah.
I. Penatalaksaan
1. Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan
aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan
lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan

10
kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi
epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
2. Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat
menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik
yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang
dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan
panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).Selama fase terapi ini
pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi
matanya.Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan
losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan
untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai
sikat lunak pada waktu mandi.
3. Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk
mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat
kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
4. Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah
obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran
plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang
bersisik.
5. Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10,
Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang
terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi
lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan obat
ini.
6. Terapi sistemik Metotreksat
bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis
sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun
begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat

11
mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui
pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem
hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani
pengobatan dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar
kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan
cacat fisik janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis
DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal
depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi
organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam
pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi.
Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping
hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin
A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan
dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar
dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan
umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA
meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen)
dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar
ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai
puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya,
namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu
terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA
dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi
ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak
dan penuaan prematur kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2
jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang

12
denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari
spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang gelombang yang
berkisar dari 180 hingga 400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang
menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara
(terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada
terapi PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah
derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan
sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah bandel
dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk
mengobati psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan
fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau
“almost clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau
hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”.Masa remisi fototerapi
tersebut bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan
lainnya.
1) Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi
radiasi ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya
adalah untuk jangka panjang dapat menimbulkan kanker kulit.
2) Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB
broadband dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang
praktis karana pasien harus masuk ke dalam light box.
3) Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL
308 nm) merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir
dengan menggunakan sinar laser narrowband UVB dengan panjang
gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan narrowband UVB, MEL 308
nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis yang
resisten.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pola Persepsi Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.
d. Napsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar
atau perih
3. Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.

14
b. Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder
b. Perasaan terisolasi.
7. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah
9. Pola Sistem Kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b. Agama yang dianut.
10. Pola Persepsi Kognitif
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyakitnya.
11. Pola Hubungan dengan Sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarga
b. Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai
dengan adanya gatal, rasa terbakar pada kulit, ansietas, klien tampak gelisah,
dan gangguan pola tidur.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia, faktor
mekanik, faktor nutrisiditandai dengan kerusakan jaringan kulit (kulit bersisik,
turgor kulit buruk, pecah-pecah, bercak-bercak, gatal).
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, penyakit, dan perseptual
ditandai dengan tidak percaya diri, minder, perasaan terisolasi, interaksi
berkurang.

15
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan
klien gelisah, ketakutan, gangguan tidur, sering berkeringat.
C. Perencanaan keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Gangguan rasa Setelah dilakukan1. Kaji penyebab 1. Sebagai dasar
nyaman tindakan selama gangguan rasa dalam menyusun
berhubungan 1x24 jam klien nyaman rencana intervensi
dengan gejala dapat keperawatan
terkait mempertahankan 2. Rasa gatal dapat
penyakit tingkat 2. Kendalikan faktor- diperburuk oleh
ditandai kenyamanan faktor iritan. panas, kimia dan
dengan selama fisik.
adanya gatal, perawatan
rasa terbakar dengan kriteria 3. Pertahankan 3. Kesejukan
pada kulit, hasil: lingkungan yang mengurangi gatal.
ansietas, klien - klien tampak dingin atau sejuk.
tampak tenang 4. Gunakan sabun 4. Upaya ini mencakup
gelisah, dan - gangguan tidur ringan atau sabun tidak adanya larutan
gangguan pola hilang khusus untuk kulit detergen, zat
tidur - klien menerima sensitif. pewarna atau bahan
akan penyakitnya pengeras.
- gatal dan perih 5. Tindakan ini
hilang 5. Kolaborasi dalam membantu
pemberian terapi meredakan gejala
topical seperti yang
diresepkan dokter.
2. Gangguan Setelah dilakukan1. Kaji atau catat 1. Memberikan
integritas kulit intervensi selama ukuran, warna, informasi dasar
berhubungan 3x24 jam, keadaan luka / tentang penanganan
dengan iritasi diharapkan kondisi sekitar luka. kulit
zat kimia, Kerusakan 2. Lakukan kompres

16
faktor integritas kulit basah dan sejuk atau2. Merupakan tindakan
mekanik, dapat teratasi, terapi rendaman. protektif yang dapat
faktor dengan kriteria 3. Lakukan perawatan mengurangi nyeri.
nutrisiditandai hasil: luka dan hygiene 3. Memungkinkan
dengan - turgor kulit baik sesudah itu pasien lebih bebas
kerusakan - gatal hilang keringkan kulit bergerak dan
jaringan kulit - kulit tidak dengan hati-hati dan meningkatkan
(kulit bersisik, bersisik taburi bedak yang kenyamanan.
turgor kulit - bercak-bercak tidak iritatif.
buruk, pecah- hilang 4. Berikan prioritas
pecah, bercak- untuk meningkatkan
bercak, gatal). kenyamanan dan 4. Mempercepat
kehangatan pasien proses rehabilitasi
5. Kolaborasi dengan pasien
dokter dalam
pemberian obat-
obatan 5. Untuk mempercepat
penyembuhan.
3. Gangguan Setelah dilakukan1. Berikan 1. Klien membutuhkan
citra tubuh tindakan asuhan kesempatan pada pengalaman
berhubungan keperawatan klien untuk didengarkan dan
dengan selama 1X24 jam, mengungkapkan dipahami dalam
biofisik, diharapkan tidak perasaan tentang proses peningkatan
penyakit, dan terjadi gangguan perubahan citra kepercayaan diri.
perseptual body image. tubuh. 2. Memberikan
ditandai Dengan kriteria kesempatan kepada
dengan tidak hasil: 2. Nilai rasa perawat untuk
percaya diri, - Menyatakan keprihatinan dan menetralkan
minder, penerimaan ketakutan klien. kecemasan dan
perasaan situasi diri. memulihkan realitas
terisolasi, - Bicara dengan situasi.

17
interaksi keluarga/orang 3. Kesan seseorang
berkurang terdekat tentang terhadap dirinya
situasi, 3. Bantu klien dalam sangat berpengaruh
perubahan yang mengembangkan dalam pengembalian
terjadi. kemampuan untuk kepercayaan diri.
menilai diri dan
mengenali serta 4. Pendekatan dan
mengatasi masalah. saran yang positif
dapat membantu
4. Mendukung upaya menguatkan usaha
klien untuk dan kepercayaan
memperbaiki citra yang dilaku
diri, mendorong
sosialisasi dengan
orang lain dan
membantu klien ke
arah penerimaan
diri.
4. Ansietas yang Setelah dilakukan1. Kaji tingkat ansietas1. Identifikasi masalah
berhubungan intervensi selama dan diskusikan spesifik akan
dengan 3x24 jam, penyebab bila meningkatkan
perubahan diharapkan mungkin kemampuan individu
status Ansietas dapat untuk
kesehatan diminimalkan menghadapinya
ditandai sampai dengan dengan lebih
dengan klien diatasi, dengan realistis.
gelisah, kriteria hasil : 2. Kaji ulang keadaan 2. Sebagai indikator
ketakutan, - klien tampak umum pasien dan awal dalam
gangguan tenang TTV menentukan
tidur, sering -klien menerima intervensi berikutnya
berkeringat. tentang 3. Agar pasien merasa

18
penyakitnya 3. Berikan waktu diterima
- gangguan tidur pasien untuk
hilang mengungkapkan
- pola berkemih masalahnya dan
normal dorongan ekspresi
yang bebas,
misalnya rasa
marah, takut, ragu 4. Ke tidaktahuan dan
4. Jelaskan semua kurangnya
prosedur dan pemahaman dapat
pengobatan menyebabkan
timbulnya ansietas
5. Mengurangi
5. Diskusikan perilaku kecemasan pasien
koping alternatif dan
tehnik pemecahan
masalah

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini
secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik(Effendy, 2005)
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.Diduga penyakit ini
diwariskan secara poligenik.
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat
predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)
dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-
lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada
goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-
bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya
garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan
disebut kobner. Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas
yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
B. Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa Keperawatan) atau pembaca
disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila
terdapat tanda dan gejala penyakit psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat
melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah
yang lebih buruk. Makalah ini juga dapat dijadikan referensi awal untuk bahan
belajar dan tugas.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&q=asuhan+keperawatan+psoriasis
+vulgaris#d=gs_qabs&u=%23p%3DzcECJeT-T9MJ

http://www.academia.edu/11451247/ASKEP_PSORIASIS

https://id.scribd.com/doc/92310993/Askep-Psoriasis

https://www.academia.edu/12172008/ASKEP_DENGAN_PSORIASIS

21

Anda mungkin juga menyukai