Anda di halaman 1dari 23

Dosen Mata Kuliah : Merlis Simon,S. Kep.,Ns.,M.

Kes
Mata Kuliah : Maternitas

“SIFILIS”

OLEH :
KELOMPOK: 10
ERNAWATI B: NH01160
EBI SAIFUL: NH01160
FITRIANI: NH0116051
KELAS A1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang konsep medis dan konsep keperawatan dari Sistem
Respirasi. Makalah ini menjelaskan secara terperinci tentang Kanker Paru.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruksif dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini kedepan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kita
selaku Mahasiswa Keperawatan.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. LatarBelakang......................................................................................... 2
B. Tujuan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Pengertian................................................................................................ 3
B. Etiologi.................................................................................................... 3
C. Epidemiologi........................................................................................... 3
D. Etiologi.................................................................................................... 3
E. Faktor Predisposisi..................................................................................... 4
F. Klasifikasi............................................................................................... 4
G. Gejala Klinis............................................................................................ 6
H. Pemeriksaan fisik.................................................................................... 8
I. Pemetiksaan Penunjang........................................................................... 8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................. 13
A. Pengkajian............................................................................................... 13
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 13
C. Intervensi................................................................................................. 14
D. Implementasi........................................................................................... 18
E. Evaluasi................................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 19
B. Saran......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sifilis atau Raja Singa adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum
, yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik . Selama perjalanan penyakit ini dapat
menyerang seluruh organ tubuh. Selain itu penyakit sifilis ini juga bersifat laten dan kronis, juga
dapat kambuh lagi sewaktu-waktu.
Sifilis dimasa lalu, merupakan salah satu penyakit yang dikatakan dalam masyarakat
sebagai penyakit kutukan karena tubuh penderita akan digrogoti oleh kuman sifilis ini dan sulit
untuk dilakukan pengobatan jika sudah terkena. Penyebaran dari penyakit sifilis terjadi dengan
kontak langsung dengan penderita salah satunya adalah dengan seks. Orang-orang yang termasuk
rentan untuk penyakit sifilis adalah para pekerja seks seperti gigolo dan wanita pekerja seks,
namun tidak menutup kemungkinan juga pada orang yang sering bergonta-ganti pasangan.
Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus pada
tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis primer dan
sekunder meningkat pada tahun 2000-2007.Pada tahun 2007, 11.466 kasus dilaporkan kepada US
Centers for Disease Control and Prevention.Sebagian besar dari peningkatan ini terjadi pada pria,
terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain. Keseluruhan kasus yang dilaporkan
pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat.
Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi penurunan selama sepuluh tahun terakhir.
Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis sehingga
penderita sifilis dapat berkurang secara signifikan, namun tidak hilang. Selama penderita
melakukan kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya sifilis tidak dapat dikatakan
sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas maka penulis mencoba memberikan
pemahaman lebih mengenai penyakit sifilis mulai dari definisi, tanda terkena penyakit sifilis
(gejala), diagnosis, dan khususnya cara penularannya yaitu dengan kontak langsung.

1
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan sifilis.?
2.      Bagaimanakah cara sifilis menular.?
3.      Apa saja stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis.?
4.      Bagaimana gejala dari penyakit sifilis.?
5.      Bagaimana cara mencegah penyakit sifilis.?

C.     TUJUAN PENULISAN


1.      Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan penyakit sifilis
2.      Untuk mengetahui cara dan proses penularan dari penyakit sifilis
3.      Untuk mengetahui stadium-stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis
4.      Untuk mengetahui gejala-gejala awal dari penyakit sifilis
5.      Untuk mengetahui cara mencegah penyakit sifilis

2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-
waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah
dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat
memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus
plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. ( Soedarto, 1990 ).
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat
menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
,
2. Epidemiologi
Asal penyakit sifilis ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada
tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan
sifilis melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa. Sesudah tahun
1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat
dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun setelah tahun 1946.Kasus sifilis di
Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis
stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.

3. Etiologi
Etiologi dari Penyakit Sifilis, antara lain: Penyebab sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN
dan HOFMAN ialah Treponema palidum yang termasuk ordo Spirochaetaceae dan genus
Treponema bentuknya spiral panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24
lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka
botol membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.

3
Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan. Diluar badan kuman
tersebut mudah mati sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai 72 jam.
4. Faktor Predisposisi
a. Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun Anogenital).
b. Sering berganti pasangan.
c. Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.
d. Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis.
e. Janin yang orang tuanya menderita sifilis.
f. Kurangnya kebersihan diri .
g. Virulensi kuman yang tinggi.
h. Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

5. Patofisologi
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme
dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa
jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi
sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan
menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan
cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit
ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan
neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang
mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri parenchymatous neurosifilis. Terlepas dari
tahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda- tanda
endotelialarteritis. Endotelialarteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel
endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.

6. Klasifikasi
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain:
a. Sifilis Stadium I : Terjadi efek primer berupa papul, tidak nyeri (indolen). Sekitar 3
minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada alat
4
kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya
pada penularan ekstrakoital.
b. Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeri
pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput lendir, dan
limfadenitis yang generalisata.
c. Sifilis Stadium III : Terjadi guma setelah 3 – 7 tahun setelah infeksi. Guma dapat timbul
pada semua jaringan dan organ, membentuk nekrosis sentral juga ditemukan di organ
dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat berskuma), tidak
nyeri.
d. Sifilis Kongenital :
1) Sifilis Kongenital Dini : Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi
dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret
hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen.
2) Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7 – 9 tahun
dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi Hutchinson,
paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
3) Sifilis Stigmata : Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi
Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal
kepala (frontal bossing).
e. Sifilis Kardiovaskular : Umumnya bermanifestasi selama 10 – 20 tahun setelah infeksi.
Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan ditandai oleh
insufisiensi aorta atau aneureksma, berbentuk kantong pada aorta torakal.
f. Neurosifilis :
1) Neurosifilis asimtomatik. : Pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala kerusakan
susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel,
protein total dan tes serologis reaktif.
2) Neurosifilis meningovaskuler : Adanya tanda kerusakan susunan saraf pusat yakni
kerusakan pembuluh darah serebru, infark dan ensefalomalasia. Pemeriksaan sumsum
tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.
3) Neurosifilis parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis : Gejala dan
tanda paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan
5
parenkimatosa. Gejala tabes dorsalis, yaitu parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan
kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.
7. Gejala Klinis
a. Sifilis primer: Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre
sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri  tampak pada tempat sesudah masuknya
Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri
dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat
ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah
genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre
biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat menular,
chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer.
Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 – 6 minggu dan setelah
sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya
berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
b. Sifilis Sekunder : Terjadi sifilis sekunder, 2–10 minggu setelah chancre sembuh.
Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler
non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan
telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar
anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu–abu putih sampai
eritematosa). Dan plak putih  disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran
mukosa, gejala yang  ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti
demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri
tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada.
Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30%
penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan
protein   serebrospinal (CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala
neurologis sifilis laten.
c. Relapsing sifilis : Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak
tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala – gejala klinik dapat
timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu
dari reaksi STS  (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang
6
timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing
sifilis yang ada terdiri dari :
a) Sifilis laten :Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder
dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak
terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama  disertai sifilis lambat yang tidak mungkin
bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang
sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten
selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
b) Sifilis tersier : Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun – tahun sejak sesudah gejala
sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan
manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi
gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma.
Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat
terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf
pusat (neurosifilis).
c) Sifilis kongenital : Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang
menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan
pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada
bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille
congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah
dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi – lesi mukokutan.
Kondiloma, pelunakan tulang – tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten.
Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan
yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau
tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan,  juga
interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel – nose, saber shin ( tulang kering
terbentuk seperti pedang ) dan kadang – kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai.
Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah
terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan. (Soedarto, 1990).

7
8. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum, Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi,
respirasi.
b. Pemeriksaan sistemik : Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat
perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi),
genitalia, ekstremitas atas dan bawah.

9. Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau
pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). Pada
kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non
protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research Laboratory ( VDRL ).
Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji
kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat
membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi)
dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari
berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma
inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan
(kanker).
a. Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah
rutin)
1) pemeriksaan T Palidum
Cara pemeriksaannya adalah : mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan
pergerakannya dengan microskop lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan 3 hari
berturut-turut jika pada hasil pada hari 1 dan 2 negatif sementara itu lesi dikompres
dengan larutan garam saal bila negative bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis
, mungkin kumannya terlalu sedikit.
2) pemeriksaan TSS
TSS atau serologic test for sifilis . TSS dibagi menjadi 2 :

8
a) Test non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu
kardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu test ini
dsdapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positif (BFP).
Contoh test non treponemal :
(1) Test fiksasi komplemen : Wasseman (WR) kolmer
(2) Test flokulasi : VDRL (Venereal Disease Research Laboratories). Kahn, RPR
(Rapid Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin
Screen Test).
b) Tes treponemal
Test ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstratnya dan
dapat digolongkan menjadi 4 kelompok :
(1) Tes immobilisasi : TPI (Treponemal Pallidium Immbolization Test)
(2) Test Fiksasi Komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test)
(3) Tes Imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent treponemal Antibody Absorption
Test), ada dua : IgM, IgG; FTA-Abs DS (Fluorecent treponemal Antibody –
Absorption Double Staining)
(4) Tes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination
Assay),19S IgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay), HATTS
(Hemagglutination Treponemal Test for Syphilis), MHA-TP
(Microhemagglutination Assay for Antibodies to Treponema pallidum).
b. Pemeriksaan Yang Lain
Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi pada
sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskuler, misalnya untuk melihat aneurisma
aorta. Pada neurosifilis,test koloidal emas sudah tidak dipakai lagi karena tidak khas.
Pemeriksaan jumlah sel dan protein total pada likuor serebrospinalis hanya menunjukan
adanya tanda inflamasi pada susunan saraf pusat dan tidak selalu berarti terdapat
neurosifilis. Harga normal iyalah 0-3 sel/mm3, Jika limfosit melebihi 5/mm3 berarti ada
peradangan. Harga normal protein total ialah 20-40 mg/100 mm3, jika melebihi 40
mg/mm3 berarti terdapat peradangan:
1) Histopatologi

9
Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel endotel terutama terdiri atas
infiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel limpoid dan sel-sel plasma.
2) Imunologi
Pada percobaan kelinci yang disuntik dengan T.Pallidium secara intradermal, yang
sebelumnya telah diberi serum penderita sifilis menunjukan adanya antibody.
Terdapat dua antibody yang khas yaitu terhadap T. Pallidum dan yang tidak khas yaitu
yang ditujukan pada golongan antigen protein Spirochaetales yang pathogen

10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis : Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif).
Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin
4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S
II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas
meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu
90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah golongan
sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi
hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II.
1) Sifilis primer dan sekunder
a) Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1
x seminggu
b) Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari
selama 10 hari.
c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit,
diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.
2) Sifilis laten
a) Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit
b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit
sehari).
c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).
3) Sifilis III
10
a) Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit
b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)
c) Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu)
4) Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan:
a) Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.
b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.
5) Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan:
a) Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari
b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari.
*Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1) Bahaya PMS dan komplikain
2) Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
4) Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindarkan lagi.
5) Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6) Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

11. Program Diet


1) Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum.
2) Ps diberikan porsi makanan kecil tetapi sering.
3) Konsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna.
4) Sayuran dan buah-buah untuk jus.
5) Susu rendah lemak dan sudah dipasteurisasi setiap hari (susu sapi atau kedelai).
6) Hindari makanan di awetkan atau beragi.
7) Makanan bebas dari pestisida atau zat kimia.
8) Rendah serat, makanan lunak atau cair, jika ada gangguan saluran pencernaan.
11
9) Rendah laktosa dan lemak jika ps diare.
10) Hindari rokok, kafein dan alcohol.

12. Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.
Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan
gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa
mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
a. Benjolan kecil atau tumor: Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat
berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten.
Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.
b. Masalah Neurologi: Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa
masalah pada nervous sistem, seperti:
1) Stroke
2) Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord
(meningitis)
3) Koordinasi otot yang buruk
4) Numbness (mati rasa)
5) Paralysis
6) Deafness or visual problems
7) Personality changes
8) Dementia
c. Masalah kardiovaskular: Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan
inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat
menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.
d. Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya
mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap
HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang
sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut :
a. Anamnesa
1) Ps mengeluh nyeri pada tulang.
2) Ps mengeluh tidak nafsu makan.
3) Ps mengeluh nyeri pada kepala.
4) Ps mengeluh kesemutan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Anoreksia dan BB menurun.
2) Demam subfebris.
3) Ulkus merah pada penis dan anus.
4) Arthritis dan paresis.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan sekunder ulkus mole, pasca
drainase.
b. Hipertermi berhubungan dengan respons sistemik ulkus mole
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada genetalia
d. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ulkus merah pada penis dan anus serta demam
subfebris.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara penularan penyak

3. Rencana Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Dx
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tanda- tanda vital (TD, N, RR) 1.
1
keperawatan selama …x… jam, 2. Kaji keluhan, lokasi, intensitas, dapat menunjukan tin
diharapkan nyeri frekuensi dan waktu terjadinya pasien

13
berkurang/hilang, dengan kriteria nyeri (PQRST) 2.
hasil : 3. Lakukan dan awasi latihan kebutuhan untuk interve
 Pasien tidak mengeluh nyeri rentang gerak aktif dan pasif. perkembangan atau reso
 Skala nyeri 0-1 (0-4) 4. Dorong ekspresi, perasaan 3.
 Pasien tidak gelisah tentang nyeri. perhatian terhadap nyer

5. Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, 4.


massage, guiding imajenery. memungkinkan pengun
apat meningkatkan mek
6. Jelaskan dan bantu pasien 5.
dengan tindakan pereda nyeri kembali pehatian, men
nonfarmakologi dan noninvasive dan meningkatkan rasa
menurunkan ketergantu
7. Kolaborasi dengan dokter 6.
pemberian analgesik sesuai dengan menggunaka
indikasi nonfarmakologi lainnya
keefektifan dalam meng
7.
memblok lintasan nyeri
berkurang
2. Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau 1. Suhu 38,9-41derajat C m
keperawatan selama …x… jam, suhu pasien (derajat dan pola) infeksius
diharapkan suhu tubuh dalam 2. Berikan 2. Membantu mengurangi
rentang normal, dengan kriteria kompres hangat 3. Untuk mengganti cairan
hasil : 3. Anjurka akibay evaporasi
 Suhu tubuh normal (36 – n pasien untuk banyak minum 4. Memeberikan rasa ny
37C). 1500-2000 cc/hari yang tipis mudah men
 Kulit tidak pasnas, tidak 4. Anjurka tidak merangsang penin
kemerahan, n pasien untuk menggunakan 5. Pemberian cairan sanga

14
 Turgor kulit elastic pakaian yang tipis dan mudah dengan suhu tubuh yan
 Mukosa bibir lembab menyerap keringat untuk menurunkan pana
5. Kolabor
asi dalam pemberian cairan
intravena dan antipiretik
3. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kerusakan kulit yang terjadi 1. Menjadi data dasar
keperawatan selama …x… jam, pada klien informasi intervensi pe
diharapkan integritas kulit apa yang akan dipakai d
membaik secara optimal, dengan yang akan digunakan.
kriteria hasil : 2. Catat ukuran atau warna, 2. Memberikan informas
 Pertumbuhan jaringan kedalaman luka dan kondisi kebutuhan dan petunjuk
meningkat sekitar luka.
 Keadaan luka membaik 3. Lakukan perawatan luka dengan 3. Perawatan luka dengan
 Luka menutup teknik steril. mengurangi kontaminas
 Mencapai penyembuhan luka area luka.

tepat waktu 4. Bersihkan area perianal dengan 4. Mencegah meserasi da


. membersihkan feses tetap kering.
menggunakan air.
5. Tingkatkan asupan nutrisi 5. Diet TKTP diperlukan u
6. Anjurkan pasien untuk menjaga asupan dari kebutu
kebersihan kulit dengan cara jaringan
mandi sehari 2 kali 6. Menjaga kebersihan k
7. Ubah posisi dengan sering tiap 2 komplikasi
jam 7. Mengurangi tekanan pad
8. Kolaborasi dalam pemberian obat
antibiotika topical
8. Mencegah atau mengon

4. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji TTV terutama suhu. 1. Suhu meningkat menu
keperawatan selama …x… jam, 2. Kaji adanya tanda-tanda infeksi infeksi

15
diharapkan infeksi berkurang atau 3. Observasi daerah kulit yang 2. Untuk mengetahui
hilang teratasi, dengan kriteria mengalami kerusakan, cacat sehingga dapat di tangan
hasil : karakteristik drainase dan adanya 3. Deteksi dini peng
 Tidak ada tanda-tanda inflamasi. memungkinkan mel
infeksi pencegahan komplikasi.
 Tidak ada drainase purulen
 Suhu tubuh normal 4. Berikan perawatan dengan teknik 4. Cuci tangan merupakan
antiseptic dan aseptic, menghindari infeksi noso
Pertahankan teknik cuci tangan
yang efektif.
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Dapat mencegah penye
antibiotic. dari proses infeksi lain.
5. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Memberikan data dasa
keperawatan selama …x… menit, tingkat pemahaman pas
diharapkan terpenuhinya 2. Beritahukan pasien/ orang 2. Informasi dibutuhkan u
pengetahuan pasien tenteng terdekat mengenai dosis, aturan perawatan diri, untuk m
kondisi penyakit, dengan kriteria dan efek efektivitas pengobatan
hasil : komplikasi
 Mengungkapkan pengertian 3. Jelaskan tentang pentingnya 3. Pemberian antibakteri d
tentang proses infeksi, pengobatan antibakteri untuk mengurangi invas
tindakan yang dibutuhkan 4. Beri nasehat kepada pasien untuk 4. Pioderma memerlukan
dengan kemungkinan menjaga agar kulit tetap lembab kulit tetap terjaga. Pen
komplikasi. dan fleksibel dengan pengolesan lotion untuk mencega
 Mengenal perubahan gaya cream atau lotion menjadi kasar, retak dan
hidup/ tingkah laku untuk 5. Memungkinkan pasien
mencegah terjadinya 5. Peragakan penerapan terapi yang kesempatan untuk men
komplikasi. diprogramkan : obat topical tepat untuk melakukan t

4. Implementasi Keperawatan
Disesuaikan dengan intervensi yang ada

16
5. Evaluasi Keperawatan
Dx 1: Pasien tidak mengeluh nyeri, Skala nyeri 0-1 (0-4), Pasien tidak gelisah.
Dx 2: Suhu tubuh normal (36 – 37 oC), Kulit tidak pasnas, tidak kemerahan, Turgor kulit
elastic, Mukosa bibir lembab.
Dx 3: Pertumbuhan jaringan meningkat ,Keadaan luka membaik, Luka menutup, Mencapai
penyembuhan luka tepat waktu.
Dx 4: Tidak ada tanda-tanda infeksi, Tidak ada drainase purulen.
Suhu tubuh normal (35,7 -37. 2oC).
Dx 5: Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan
kemungkinan komplikasi, Mengenal perubahan gaya hidup/ tingkah laku untuk
mencegah terjadinya komplikasi.

BAB IV

17
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Penyakit sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidium,
merupakan penyakit kronis dan laten. Penyakit ini dapat menyerang dan merusak seluruh tubuh
jika tidak ditangani secepatnya. Penyakit sifilis dapat ditularkan melalui banyak cara yaitu
dengan jalan kontak langsung seperti berhubungan seks, menerima donor darah dari orang yang
telah infeksi penyakit ini, dapat juga ditularkan dari ibu kepada bayinya selama didalam
kandungan.
Tidak ada vaksin khusus untuk mencegah penularan penyakit raja singa ini, hanya saja
dapat dilakukan pencegahan dari penularan penyakit ini yaitu dengan setia terhadap satu
pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan.
B.     SARAN
Penyakit sifilis dimasa kini sudah dapat ditangani penyakit ini tetap ada meskipun penyebarannya
sudah dapat ditekan. Setia pada satu pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan adalah salah
satu cara yang efektif untuk mencegah penyakit ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda,Adhi.2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta:FKUI


Doenges,Marilyin E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Mansjoer,Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Medis Aesculapius
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta:EGC.
Price,Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC
Smeltzer,Suzzanne C 2001.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

19
20

Anda mungkin juga menyukai