,Ns
KELOMPOK 4
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
1
KATA PENGANTAR
KELOMPOK 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..…4
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………….…4
1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………..
………5
2.2 Etiologi…………………………………………………………………….6
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………….7
2.4 Klasifikasi…………………………………………………………………8
2.6 Komplikasi……………………………………………………………….10
2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………….11
3.1 Pengkajian………………………………………………………………..13
3.2 Diagnosa………………………………………………………………….27
3.3 Intervensi…………………………………………………………………28
3.4 Implementasi……………………………………………………………..32
BAB IV PENUTUP…………………………………………………….………37
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………37
4.2 Saran……………………………………………………………...………37
3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..38
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui dan memahami konsep medis dan asuhan keperawatan
tentang trauma kepala.
b. Untuk mengetahui dan memahami Pengkajian Kegawatdaruratan pada
pasien yang mengalami trauma kepala.
c. Untuk mengetahui dan memahami Diagnosa terkait dengan trauma
kepala.
d. Untuk mengetahui dan memahami Intervensi terkait dengan pasien trauma
kepala
e. Untuk mengetahui dan memahami Implementasi terkait dengan pasien
trauma kepala
f. Untuk mengetahui dan memahami evalusia terkait dengan trauma kepala.
5
BAB II
KONSEP MEDIS
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa perdarahan interstial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Wijaya, 2013). Kerusakan neurologis yang
diakibatkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yang menenmbus atau
merobek suatu jaringan otak oleh suatu pengaruh kekuatan atau energy yang
diteruskan ke otak dan akhirnya oleh efek percepatan perlambatan pada otak
yang terbatas pada kompartemen yang kaku (Wijaya, 2013).
2.2 Etiologi
a. Trauma Tajam
b. Trauma Tumpul
6
kecil multiple pada otak, koma terjadi karena cedera menyebar pada
hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya (A. S. W. & Y. M. Putri,
2013).
2.3 Patofisiologi
Kebanyakan cedera otak bukan berasal dari cedera langsung terhadap otak,
tetapi terjadi akibat benturan terhadap tulang tengkorak atau akibat gerakan
otak di dalam tengkorak. Pada trauma jenis deselerasi biasanya kepala
mengenai obyek, misalnya kaca depan mobil. Menyebabkan gerakan
perlambatan yang tiba-tiba dari tengkorak, sementara itu otak bergerak ke
depan, dan benturan pertama terjadi dengan tulang sisi yang berlawanan di
permukaan dalam dari tengkorak. Sehingga cedera otak dapat terjadi pada otak
dia area/ tempat trauma itu sendiri (coup), atau pada sisi yang berlawanan
(“Countrecoup”) dan trauma (Intang et al., 2014).
Usaha yang cepat untuk menurunkan vasodilatasi pada daerah trauma otak
dapat menyelamatkan nyawa. Kadar CO2 dalam darah sangat berpengaruh
pada pembuluh darah otak. Kadar normal CO2 adalah 40 mmHg. Peningkatan
kadar CO2 menyebabkan vasodilatasi dan memperburuk edema otak, dan
karena itu meningkatkan tekanan intracranial. Sebaliknya hiperventilasi (RR>
7
24x/menit) dapat menurunkan kadar CO2 sampai kira-kira 25 mmHg, dan
menyebabkan vasokontriksi serebral yang cepat (Saleh, 2014).
2.4 Klasifikasi
GCS 3-8
Hilang kesadaran > 24 jam
Adanya Kontusio serebri, laserasi/hematoma intracranial
8
b. Menurut jenis cedera
2). Cedera kepala tertutup dapat disamakan dengan keluhan geger otak
ringan dan oedem serebral yang luas. (Wijaya, 2013).
Disorientasi ringan
Amnesia post traumatic
Hilang memori sesaat
Sakit kepala
Mual dan muntah
Vertigo dalam perubahan posisi
Gangguan pendengaran
Oedema pulmonal
Kejang
Infeksi
Tanda herniasi otak
Hemiparese
Gangguan akibat saraf kranial
(Wijaya, 2013)
9
2.6 Komplikasi
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa
waktu setelah otak mengalami cedera karena benturan di kepala. Kejang
bisa saja baru terjadi beberapa tahun kemudian setelah terjadinya cedera
(Wijaya, 2013).
b. Afasia
c. Apraksia
d. Agnosia
e. Amnesia
10
berlalu. Penyebabnya masih belum dapat sepenuhnya dimengerti (Wijaya,
2013).
2.7 Penatalaksanaan
b. Bebaskan jalan napas, stabilisasi tulang leher dan nilai tingkat kesadaran.
c. Nilai pernapasan.
- Tanda vital
- Riwayat
11
BAB III
Contoh Kasus
12
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn.A
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Nama : Ny.B
Umur : 60 tahun
13
Pendidikan : SMA
A. PRIMARY SURVEY :
Airway : Hidung / Mulut
- Bebas √ Tersumbat
- Sputum √ Adanya Darah
- Spasme - Benda Asing
- Pangkal lidah jatuh -
Suara Napas
- Normal √ Stridor
√ Gurgling - Wheezhing
- Ronchi - Lain-lain
Masalah Keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
- Normal √ Stridor
√ Gurgling - Wheezhing
- Ronchi - Lain
-lain
Masalah Keperawatan:
14
Ketidakefektifan pola nafas
Circulation : √ Pucat - Sianosis
- Perdarahan - Luka Bakar
- Jumlah: cc - Lokasi:
Grade :
Nadi
Masalah Keperawatan:
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Disability : Tingkat Kesadaran:
GCS: 3
Pupil
- Isokor - Miosis
√ Anisokor - Midriasis
- Muntah Proyektil - Riwayat kejang
Fungsi Bicara
- Normal - Afasia
- Pelo - Mulut Mencong
Kekutan otot
15
0 0
0 0
Ket:
0: Tidak dapat berkontraksi
1: Hanya dapat berkontraksi
2: Ada pergerakan tidak mamu melawan gaya gravitasi
3: Adapergerakan hanya dapat mengatasi gaya gravitasi
4: Mampu melawan gaya gravitasi dan melawan sedikit
tahanan
5: Mampu melawan gravitasi dan melawan tahanan yang
maksimal
Sensabilitas
Masalah Keperawatan:
Kedalaman :-
B. SECONDARY SURVEY
a. Wawancara
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran post KLL
16
Sekarang diri ± 2 jam sebelum masuk rumah sakit karena
kecelakaan lalu lintas ditabrak oleh motor di jalan
raya, keluarga mengatakan keadaan klien muntah-
muntah dengan mengeluarkan cairan darah
konsistensi cair pekat. Lalu klien segera dibawa ke
RSUD Haji Makassar untuk mendapatkan
pertolongan. Sesampainya di RSUD klien dengan
penurunan kesadaran GCS 3 (E1M1V1) langsung
masuk ke ruangan perawatan Prioritas 1 (Triage
Merah) dan dilakukan tindakan membersihkan
jalan nafas dan memasang ETT serta alat bantu
nafas ventilator pada tanggal 29 Februari 2020 jam
09.00 WIB. Pada tanggal 29 Februari 2020 pukul
09:30 di lakukan pengkajian kasus keperawatan
dan didapatkan hasil klien mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS 3 (E1V1M1), terpasang
ventilator, terpasang monitor EKG, terpasang
IVFD Ringerfundin gtt 20x/menit, terpasang
kateter, TD= 100/60 mmHg , RR= 30x/menit,
T= 37,50C, HR= 65x/menit, adanya jejas di daerah
mata, pipi, luka di bagian kepala belakang sebelah
kanan berukuran 3cm dan terdapat darah dari
mulut.
Riwayat Penyakit : Keluarga mengatakan Klien dulunya belum pernah
Dahulu mengalami kecelakaan berat seperti sekarang ini
dan juga tidak ada riwayat penyakit kronis dan
akut sebelumnya seperti hipertensi dan DM
Riwayat Keluarga : Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit berbahaya di keluarganya.
Riwayat Alergi : Tidak ada
Riwayat Merokok : Keluarga klien mengatakan klien perokok aktif
17
b. Pemeriksaan Fisik
3 Kepala
4 Mata
- RC - Midriasis - Miosis
5 Telinga
- Lecet/kemerahan/laserasi
18
- Lain-lain : -
6 Hidung
√ Lecet/kemerahan/laserasi
- Lain-lain : -
7 Leher
Kebiruan sekitar
- Bengkak - leher
Lain-lain: -
- Krepitasi
8 Dada/Paru
19
RR: 30 x/menit Tidak teratur
Nyeri dada
Skala nyeri: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
- Lain-lain : ……………………
9 Abdomen
- Perdarahan/bengkak √ Laserasi/jejas/lecet
Lain-lain : ……………………
10 Genetalia
√ Simetris - Asimetris
- Lain-lain : -
11 Ekstremitas
20
√ Jejas/luka/laserasi, Lokasi: ekstremitas sebelah kanan
- Fraktur, Lokasi: -
- Nyeri, Skala: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Lain-lain : -
12 Kulit
√ Echymosis - Ptechie
- Gatal-gatal/pruritus
Nyeri, Skala: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
21
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium Kimia darah
Tanggal pemeriksaan 29 Februari 2020
Tabel 3.2
Hasil Pemeriksaan Kimia Darah
5. PENGOBATAN
Tabel 3.3
Terapi obat
Cara
No Nama Terapi Dosis Golongan Obat
Pemberian
1 Ceftriaxone 2x1 Gr I.V Antibiotik
6. ANALISA DATA
22
Tabel 3.4
Analisa Data Keperawatan
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : tidak dapat dinilai Ketidakefektifan
Cidera kepala
DO : bersihan jalan
nafas
1. Ku:penurunan Cidera otak primer
kesadaran
2. Kesadaran: coma Kerusakan Sel otak
3. Terpasang
Ventilator, rangsangan simpatis
4. RR: 30x/m,
N : 65x/M tahanan vaskuler
T : 37,50C Sistemik & TD
TD: 100/60 mmHg
5. Terdapat secret di tek. Pemb.darah
Pulmonal
selang ETT dan
mulut
tek. Hidrostatik
6. Suara nafas
tambahan stridor
kebocoran cairan kapiler
oedema paru
Penumpukan cairan/secret
Difusi O2 terhambat
Ketidakefektif bersihan
jalan napas
Cidera kepala 24
25
26
3.2 Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5
Rencana Tindakan Keperawatan
27
6. Terdapat secret di selang pernafasan dan nasotrakea
ETT dan mulut Indikator: 7. kelola nebulizer ultrasonik
7. Suara nafas stridor 1. Sangat berat 8. posisikan untuk meringankan sesak napas
2. berat 9. auskultasi suara nafas, catat area yang
3. sedang ventilasinya menurun atau tidak ada dan
4. ringan adanya suara tambahan
5. tidak ada 10. Edukasi keluarga klien tentang keadaan
klien.
11. Kolaborasi dengan tim dokter dala
pemberian obat
2 Ketidakefektifan pola nafas b/d NOC: Status Pernapasan: Kepatenan NIC: manajemen jalan napas
gangguan neurologis ditandai jalan nafas
1. Monitor status pernafasan dan oksigenisasi
dengan Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24
2. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
DS : tidak dapat dinilai jam status pernafasan klien tidak
atau jaw thrust
DO : terganggu dengan kriteria hasil:
3. Identifikasi kebutuhan aktual/ potensial
1. Ku: Penurunan kesadaran untuk memasukkan alat membuka jalan
No Skala Awal Akhir
2. Kesadaran: coma 1 Suara nafas 2 4 nafas
28
3. GCS: E1V1M1, tambahan 4. Masukkan alat nasopharingeal airway
4. Terpasang Ventlator, 2 Pernapasan cuping 4 5 (NPA) atau oropharingeal airway (OPA)
5. RR: 30x/m, hidung 5. Posisikan klien untuk memaksimalkan
3 Akumulasi 3 5
N : 65x/M ventilasi
sputum
T : 37,50C 4 Freuensi 3 5 6. Lakukan penyedotan melalui endotrakea
TD: 100/60 mmHg pernafasan dan nasotrakea
6. Terdapat secret di selang Indikator: 7. kelola nebulizer ultrasonik
ETT dan mulut 1. Sangat berat 8. posisikan untuk meringankan sesak napas
7. Suara nafas stridor 2. berat 9. auskultasi suara nafas, catat area yang
3. sedang ventilasinya menurun atau tidak ada dan
4. ringan adnaya suara tambahan
5. tidak ada 10. Edukasi keluarga klien tentang keadaan
klien.
11. Kolaborasi dengan timdokter dala
pemberian obat
3 Ketidakefektian perfusi jaringan NOC: perfusi jaringan: cerebral NIC: Monitor tekanan intra kranial
serebral b/d trauma Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 1. Monitor status neorologis
29
DS : tidak dapat dinilai jam perfusi jaringan serebral klien tidak 2. Monitor intake dan ouput
DO : ada masalah dengan kriteria hasil: 3. Monitor tekanan aliran darah ke otak
No Skala Awal Akhir 4. Monitor tingkat CO2 dan pertahankan
1. Ku: penurunan kesadaran 1 Muntah 4 5 dalam parameter yang ditentukan
2. Kesadaran: coma 2 Demam 4 5
3 Kognisi terganggu 1 5 5. Periksa klien terkait adanya tanda kaku
3. GCS: E1V1M1,
4 Penurunan tingkat 1 5 kuduk
4. Terpasang Ventilator,
kesadaran 6. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk
5. RR: 30x/m, 5 Refleks saraf 1 5
mengoptimalkan perfusi jaringan serebral
N : 65x/M terganggu
Indikator: 7. Berikan informasi kepada keluarga/
T : 37,50C
1. Berat orang penting lainnya
TD: 100/60 mmHg
2. Besar 8. Beritahu dokter untuk peningkatan TIK
6. Pupil anisokor
3. Sedang yang tidak bereaksi sesuai peraturan
7. Kebiruan sekitar mata
4. Ringan perawatan.
(jejas)
5. Tidak ada 9. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
8. Kepala bengkak dan
pemberian obat
asimetris
30
Tabel 3.7
Tindakan keperawatan (Implementasi Keperawatan)
31
T : 37,50C 09:55
5. Mengauskultasi suara nafas, catat area yang
TD:100/60mmHg Wib
ventilasinya menurun atau tidak ada dan
6. Terdapat secret
adanya suara tambahan
ditenggorokan dan
R/: suara nafas tambahan stridor
mulut
6. Mengedukasi keluarga klien tentang keadaan
7. Suara nafas 09: 57
klien.
gargling Wib
R/: keluarga klien menerima keadaan apapun
yang terjadi pada klien karena klien sudah
kritis
7. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian obat
10:00
a) Ceftriaxone
Wib
b) Omeprazole
c) Paracetamol
d) Ringer Fundin
e) Dobutamin
32
nafas b/d gangguan 29-02- S: -
1. Memonitor status pernafasan dan
neurologis ditandai 2020 O:
oksigenisasi
dengan 10.05 1. Ku: Penurunan Keasadaran
R/: Respirasi : 28x/menit Spo2 : 80%
DS : tidak dapat dinilai Wib 2. Kesadaran: Coma
2. Memposisikan klien untuk memaksimalkan
DO : 3. GCS: E1V1M1
ventilasi
4. Terpasang Ventilator
1. Ku: Penurunan R/: Posisi klien semi fowler
10.10 5. RR: 30 x/m,
kesadaran 3. Mengauskultasi suara nafas, catat area yang
Wib N : 65 x/M
2. Kesadaran: coma ventilasinya menurun atau tidak ada dan
T : 37,50C
3. GCS: E1V1M1, adanya suara tambahan
TD: 100/60 mmHg
4. Terpasang R/: suara nafas tambahan stridor
10.15 A: Ketidakefektifan pola nafas belum
Ventilator, 4. Mengedukasi keluarga klien tentang keadaan
Wib teratasi
5. RR: 30x/m, klien.
P: Intervensi di lanjutkan
N : 65x/M R/: keluarga klien menerima keadaan apapun
T : 37,50C yang terjadi pada klien karena klien sudah
TD: 100/60 mmHg kritis
10:20
6. Terdapat secret di 5. Berkolaborasi dengan tim dokter dalam
Wib
selang ETT dan pemberian obat
mulut f) Ceftriaxone
33
7. Suara nafas stridor g) Omeprazole
h) Paracetamol
i) Ringe Fundin
j) Dobutamin
34
N : 65x/M a) Ceftriaxone
T : 37,50C b) Omperazole
TD: 100/60 mmHg c) Paracetamol
6. Pupil anisokor d) Ringe Fundin
7. Kebiruan sekitar e) Dobutamin
mata (jejas)
8. Kepala bengkak
dan asimetris
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Trauma Tajam
b. Trauma Tumpul
4.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Intang, A., Bahar, B., & Nani Hasanuddin Makassar, S. (2014). Gambaran
Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Penanganan Pasien Trauma Kapitis
Di Ruang Instalasi Gawat Darurat Rsud H Padjonga Daeng Ngalle
Kabupaten Takalar. 5, 2302–1721.
Irawan, H., Setiawan, F., Dewi, & Dewanto, G. (2010). Perbandingan Glasgow
Coma Scale dan Revised Trauma Score dalam Memprediksi Disabilitas
Pasien Trauma Kepala di Rumah Sakit Atma Jaya. Majalah Kedokteran
Indonesia, 60(10), 437–442.
Putri, D., & Fitria, C. N. (2018). University Research Colloqium 2018 STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta Ketepatan dan Kecepatan Terhadap Life
Saving Pasien Trauma Kepala. STIKES PKU Muhammadyiyah Surakarta,
846–855.
Saleh, M. N. M. & K. (2014). Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Support
(BTCLS). Public Safety Center.
Wijaya, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (pertama). Nuha
Medika
37
38