Anda di halaman 1dari 22

Tugas : Makalah

Dosen : Dr. Yusran Haskas, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes

KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

(MANAJEMEN PENGENDALIAN DIABETES TERKAIT


PERENCANAAN MAKANAN)

OLEH KELOMPOK I

Abdul Asis (NH0117002) Febryani Mahadjani (NH0117040)

Anugrah Saputri (NH0117012) Fenska M. Siahaya (NH0117042)

Ashar HM (NH0117013) Huriyah (NH0117050)

Delvia (NH0116022) Indah Mayasari (NH0117052)

Fauzia Intan (NH0117037) Hajar Aswad (NH0117047)

Fajrianti Hasmi (NH0117034) Ade Irma Suryani (NH0117003)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT.Karena dengan


rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan
untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Manajemen
Pengendalian Diabetes Terkait Perencanaan Makanan”, makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Diabetes Melitus.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami
bapak Dr. Yusran Haskas, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak kami harapkan.

Makassar, Oktober 2019

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I LATAR BELAKANG ................................................................................4

A. PENDAHULUAN .......................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................5
C. TUJUAN ......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................6

A. PENGELOLAAN PENYAKIT DIABETES MELITUS .............................6

B. PERENCANAAN MAKANAN ................................................................14

C. TUJUAN ............................................................................................................ 15

D. KOMPOSISI MAKANAN YANG DIA ANJURKAN .............................16

E. PENGATURAN MAKANAN ...................................................................18

BAB III PENUTUP ..............................................................................................21

A. KESIMPULAN ..........................................................................................21

B. SARAN ......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar di Indonesia pada saat ini. Hal ini ditandai
dengan adanya pergeseran pola penyakit secara epidemiologi dari penyakit
menular yang cenderung menurun ke penyakit tidak menular yang secara
global meningkat di dunia, dan secara nasional telah menduduki sepuluh
besar penyakit penyebab kematian dan kasus terbanyak, yang diantaranya
adalah penyakit diabetes melitus (DM) dan penyakit metabolik (PM)
(Depkes, 2008). (Diabetes et al., 2015)
Diabetes melitus atau kencing manis adalah suatu gangguan kesehatan
berupa kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin ataupun
resistensi insulin dan gangguan metabolik pada umumnya. Pada
perjalanannya, penyakit diabetes akan menimbulkan berbagai komplikasi
baik yang akut maupun yang kronis atau menahun apabila tidak dikendalikan
dengan baik. Diabetes merupakan salah satu penyakit degeneratif yang tidak
dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan atau dikelola, artinya apabila
seseorang sudah didiagnosis DM, maka seumur hidupnya akan bergaul
dengannya (Isniati, 2007). (Diabetes et al., 2015)
Diabetes melitus lebih dikenal sebagai penyakit yang membunuh
manusia secara diam- diam atau “Silent killer”. Diabetes juga dikenal sebagai
“Mother of Disease” karena merupakan induk dari penyakit - penyakit
lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal
ginjal, dan kebutaan. Penyakit DM dapat menyerang semua lapisan umur dan
sosial ekonomi (Anani, 2012; Depkes, 2008). (Diabetes et al., 2015)

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengelolaan Penyakit Diabetes Melitus
2. Perencanaan Makanan
3. Tujuan Perencanaan Makanan
4. Komposisi Makanan Yang Di Anjurkan
5. Pengaturan Makanan

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengelolaan Penyakit Diabetes Melitus
2. Untuk Mengetahui Perencanaan Makanan
3. Untuk Mengetahui Tujuan Perencanaan Makanan
4. Untuk Mengetahui Komposisi Makanan Yang Di Anjurkan
5. Untuk Mengetahui Pengaturan Makanan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGELOLAAN PENYAKIT DIABETES MELITUS


1. Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar


glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah
pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah
vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya
glukosuria. (Solelistijo Adi, 2015)
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM.
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
seperti:
a. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Kriteria Diagnosis DM
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa
adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban
glukosa 75 gram.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik.

6
Atau

Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode


yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP). (Solelistijo Adi, 2015)

Catatan: Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia


memenuhi standard NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat
interpretasi terhadap hasil pemeriksaan HbA1c. Pada kondisi tertentu
seperti: anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3 bulan
terakhir, kondisi- kondisi yang mempengaruhi umur eritrosit dan
gangguan fungsi ginjal maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat
diagnosis maupun evaluasi. (Solelistijo Adi, 2015)

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau


kriteria DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang
meliputi: toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa
terganggu (GDPT).
a. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO
glukosa plasma 2-jam <140 mg/dl;
b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa
plasma 2 -jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa
plasma puasa <100 mg/dl
c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%. (Solelistijo
Adi, 2015)

7
Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis daibetes dan
prediabetes. (Solelistijo Adi, 2015)

HbA1c (%) Glukosa Glukosa plasma 2


darah puasa jam setelah TTGO
(mg/dL) (mg/dL)
Diabetes > 6,5 > 126 mg/dL > 200 mg/dL

Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199

Normal < 5,7 < 100 < 140

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994): (Solelistijo Adi, 2015)

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan


(dengan karbohidrat
yang cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti
kebiasaan sehari-hari.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari)
sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan .
3. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75
gram/kgBB (anak-
anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam
waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 (dua) jam
sesudah beban
glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap
istirahat dan tidak merokok.

8
Pemeriksaan Penyaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis
Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT2) dan prediabetes pada kelompok risiko
tinggi yang tidak menunjukkan gejala klasik DM yaitu:

a. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT]


≥23 kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai
berikut:
1) Aktivitas fisik yang kurang.
2) First-degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam
keluarga).
3) Kelompok ras/etnis tertentu.
4) Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL
>4 kg atau mempunyai riwayat diabetes melitus gestasional
(DMG).
5) Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk
hipertensi).
6) HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.
7) Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
8) Riwayat prediabetes.
9) Obesitas berat, akantosis nigrikans.
10) Riwayat penyakit kardiovaskular. (Solelistijo Adi, 2015)

b. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas. Catatan:


Kelompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa
plasma normal sebaiknya diulang setiap 3 tahun, kecuali pada
kelompok prediabetes pemeriksaan diulang tiap 1 tahun.

Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia


fasilitas pemeriksaan TTGO, maka pemeriksaan penyaring dengan
mengunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler, diperbolehkan untuk
patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya
perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosa
darah kapiler seperti pada tabel-6 di bawah ini.

9
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis DM (mg/dl) (Solelistijo Adi, 2015)

Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar Plasma vena <100 100-199 ≥ 200
glukosa darah Darah kapiler <90 90-199 ≥ 200
sewaktu
(mg/dl)
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-125 ≥126
darah Darah kapiler <90 90-99 ≥100
puasa
(mg/dl)

2. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan
meliputi:
a. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi
akut.
b. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM. (Solelistijo Adi, 2015)

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian


glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara komprehensif.
a. Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum
Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan
pertama, yang meliputi:
1) Riwayat Penyakit
a) Usia dan karakteristik saat onset diabetes.
b) Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan riwayat
perubahan berat badan.
c) Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.

10
d) Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara
lengkap, termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan yang
telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri.
e) Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang
digunakan, perencanaan makan dan program latihan
jasmani.
f) Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik,
g) hiperosmolar hiperglikemia, hipoglikemia).
h) Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi,
dan traktus urogenital.
i) Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada
ginjal, mata, jantung dan pembuluh darah, kaki, saluran
pencernaan, dll.
j) Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap
glukosa darah.
k) Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit
jantung koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga
(termasuk penyakit DM dan endokrin lain).
l) Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM.
m) Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan status
ekonomi. (Solelistijo Adi, 2015)
2) Pemeriksaan Fisik
a) Pengukuran tinggi dan berat badan.
b) Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan
darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik.
c) Pemeriksaan funduskopi.
d) Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
e) Pemeriksaan jantung.
f) Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan
stetoskop.

11
g) Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan
vaskular, neuropati, dan adanya deformitas).
h) Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,
hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering,
dan bekas lokasi penyuntikan insulin).
i) Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM
tipe lain. (Solelistijo Adi, 2015)

3) Evaluasi Laboratorium
a) Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2jam setelah
TTGO.
b) Pemeriksaan kadar HbA1c (Solelistijo Adi, 2015)
4) Penapisan Komplikasi
Penapisan komplikasi harus dilakukan pada setiap penderita
yang baru terdiagnosis DMT2 melalui pemeriksaan:
a) Profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, High
Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein
(LDL), dan trigliserida.
b) Tes fungsi hati
c) Tes fungsi ginjal: Kreatinin serum dan estimasi-GFR
d) Tes urin rutin
e) Albumin urin kuantitatif
f) Rasio albumin-kreatinin sewaktu.
g) Elektrokardiogram.
h) Foto Rontgen thoraks (bila ada indikasi: TBC, penyakit
jantung kongestif).
i) Pemeriksaan kaki secara komprehensif. (Solelistijo Adi,
2015)

Penapisan komplikasi dilakukan di Pelayanan Kesehatan


Primer. Bila fasilitas belum tersedia, penderita dirujuk ke
Pelayanan Kesehatan Sekunder dan/atau Tersier.

12
b. Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup
sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan
intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara
oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat
diberikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan
emergensi dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya:
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
atau adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan
Kesehatan Sekunder atau Tersier. (Solelistijo Adi, 2015)
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala
hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada
pasien. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tersebut dapat
dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus.
Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu
dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan
bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik.
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi
edukasi tingkat lanjutan. (Solelistijo Adi, 2015)
1) Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di
Pelayanan Kesehatan Primer yang meliputi:
a) Materi tentang perjalanan penyakit DM.
b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
secara berkelanjutan.
c) Penyulit DM dan risikonya.
d) Intervensi non - farmakologis dan farmakologis serta
target pengobatan.
e) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.

13
f) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil
glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan
glukosa darah mandiri tidak tersedia).
g) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
h) Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
i) Pentingnya perawatan kaki.
j) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
(Solelistijo Adi, 2015)

2) Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan


Kesehatan Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi:
a) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
b) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
c) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit
lain.
d) Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga
prestasi).
e) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-
hari sakit).

f) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi


mutakhir tentang DM. (Solelistijo Adi, 2015)

B. PERENCANAAN MAKANAN

Perencanaan makan merupakan salah satu pilar utama penanganan


diabetes untuk mengontrol kadar gula darah. Ke-empat pilar tersebut adalah :
1. Edukasi berkelanjutan
2. Perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi obat
Perencanaan makan merupakan penanganan diabetes yang dianjurkan
oleh dokter untuk mengendalikan kadar gula darah. Bila pelaksanaannya
setelah 4-8 minggu pelaksanaannya ternyata gula darah belum terkendali

14
dengan baik, baru diberikan obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan
insulin sesuai deangan indikasi. (Kartini S., 2000)
Pengelolaan diabetes harus dilaksanakan secara mandiri holistic dan
pemeliharaan mandiri seumur hidup karena diabetes mellitus merupakan
penyakit metabolisme kronik. Bila hal ini dapat dikelola dengan baik oleh
diabetes maka kualitas hidupnya akan terpelihara secara optimal dan terhindar
dari berbagai komplikasi kronik diabetes. Akan tetapi, walaupun diabetes
telah mendapat penyuluhan dan konsultasi tentang perencanna makan, lebih
dari 50% pasien tidak melaksanakannya. http://rsupsoeradji.id/

C. TUJUAN
Tujuan perencanaan makan dan prinsip 3 J, perencanaan makan pada diabetes
bertujuan untuk :
1. Mempertahankan kadar gula dan lipid dalam batas normal.
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
3. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
4. Meningkatkan kualitas hidup. (Kartini S., 2000)

Agar mencapai tujuan sesuai dengan harapan, maka pelaksanaan pengaturan


makan harus berpedoman pada prinsip 3 J :
1. Tepat Jumlah
Artinya asupan makan harus sesuai dengan kebutuhan untuk aktivitas
fisik dan psikis. Dokter dan ahli gizi akan membantu anda
menghitungkan kebutuhan energi anda.
2. Tepat Jadwal
Dianjurkan untuk makan secara teratur 5-6 kali/hari yang terdiri dari 3x
makan besar dan 2-3 kali makan kecil/selingan.
3. Tepat Jenis
Dianjurkan untuk memilih makanan yang sehat (makanan sumber lemak
yang baik, protein nabati, karbohidrat kompleks dan serat). (Kartini S.,
2000)

15
D. KOMPOSISI MAKANAN YANG DIANJURKAN
Makanan yang dianjurkan bagi diabetes adalah hidangan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal persentase karbohidrat, protein, lemak dan serat.
1. Karbohidrat
Komposisi karbohidrat 60-70% dari kebutuhan energi total
dianjurkan konsumsi karbohidrat kompleks yaitu sumber karbohidrat
yang mengandung serat tinggi serta membatasi konsumsi karbohidrat
sederhana (gula pasir, madu, dll) dan karbohidrat jenis “Refined
Carbohydrate” yang terdapat pada produk bakery seperti cake, roti halus,
dan lain-lain. Kedua jenis korbahidrat ini memiliki indek glikemik tinggi
sehingga cepat diserap dan dapat meningkatkan kadar gula darah.
(Kartini S., 2000)
2. Protein
Berkurangnya aktivitas insulin pada diabetes menghambat sintesis
protein. Asupan protein 10-20% dari kebutuhan energi total. Sumber
protein yang dianjurkan adalah ikan, daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, kacang-kacangan, tempe, tahu dan produk susu rendah lemak.

3. Lemak
Komposisi lemak 20-25% dari kebutuhan energi total.
Peningkatan kadar lemak merupakan faktor risiko terjadinya
ateroklerosis, oleh karena itu diet rendah lemak sangat baik bagi diabetes.
Anjuran ADA (American Diabetes Association) maupun EASD
(Europen Association for Study of Diabetes) asupan lemak <30% energi
total dimana PUFA 10% dan lemak jenuh < 10%, kolestrol < 300 mg/
hari. Disarankan untuk mengkonsumsi ikan 2-3 kali/minggu dan
meminimalkan konsumsi lemak trans. (Kartini S., 2000)
4. Serat
Dalam konsesus PERKENI dianjurkan agar asupan serat 25
gr/hari. Sumber serat yang dianjurkan bagi diabetes adalah buah-buahan,
sayur-sayuran, kacang-kacangan dan sumber karbohidrat kompleks

16
karena selain mengandung serat juga mengandung vitamin, mineral dan
zat lain yang baik untuk kesehatan. (Kartini S., 2000)
5. Natrium
Asupan natrium pada diabetes dianjurkan tidak lebih dari 3000
mg/hari (setara 1 sendok the garam dapur). Sumber natrium di antaranya
adalah garam dapur, vetsin, kecap, soda kue dan bahkan pengawet
makanan (misal : natrium nitrit pada corned beff, dan lain-lain).
6. Sukrosa
Dipasaran sukrosa beredar dalam gula pasir dan gula merah.
Sukrosa merupakan karbohidrat murni yang diyakini dapat diabsorbsi
oleh saluran cerna dan langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga
kadar gula darah meningkat cepat dan dikwatirkan akan memperburuk
pengendalian gula darah. Akan tetapi beberapa penilitian menunjukan
bahwa pendapat tersebut kurang tepat. Penggunaan sukrosa sebagai
bagian perencanaan makan tidak memperburuk pengendalian gula darah
pada pasien DM Type 1 dan DM Type 2. Penggunaan sukrosa juga tidak
mempengaruhi kadar HDL, LDL, kolesterol total dan trigliserid.
Jumlah sukrosa yang dianjurkan tidak lebih dari 5% kebutuhan
energi total. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa apabila
dikonsumsi harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan
lain, bukan sekedar menambahkannya pada perencanaan makanan.
Sebagai gambaran 1 penukar gula (1 sendok makan) dapat menggantikan
1 penukar buah (+/-buah pisang ambon). Sedikit gula untuk bumbu
diperbolehkan. (Kartini S., 2000)
7. Buah-Buahan
Semua jenis buah boleh dikonsumsi oleh pasien diabetes
walaupun rasanya manis dengan jumlah sesuai anjuran (4-5 penukar
sehari). Buah-buahan dianjurkan untuk dikonsumsi karena memiliki
indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan dengan sukrosa.
Pemanis buatan dan gula alternatif. Ada 2 jenis gula alternatif
yang beredar dipasaran yaitu berkalori (seperti fruktosa, sorbitol,

17
dan xylitol) dan yang tidak berkalori (seperti sakarin dan aspartame).
Fruktosa menaikan gula darah plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
karbohidrat jenis tepung-tepungan. Pemakaian fruktosa lebih dari 20%
dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kadar kolestrol dan LDL.
Sehingga sebaiknya pada orang dengan disiplidemia tidak mengkonsumsi
fruktosa secara berlebihan. Tetapi fruktosa alami yang terdapat pada
buah dan sayuran tetap aman dikonsumsi. Pemanis alternatif tidak
berkalori sebaiknya dikonsumsi untuk memberi rasa manis pada
minuman. Bila menggunakan pemanis ini untuk produk makanan
sebaiknya memperhitungkan jumlah maksimal penggunaan dalam porsi
makanan pemanis alternatif ini aman dikonsumsi selama tidak melebihi
batas aman. (Kartini S., 2000)
E. PENGATURAN MAKANAN
1. Contoh pengaturan makanan untuk diabetes (Diet DM 1700 Kalori)
Pagi :
Jenis makanan Nasi / Penukar (1 ½ p), 1 gelas; Lauk Hewani (1p); Lauk
Nabati (1p); Sayuran (bebas); Minyak (2p). Contoh menu : Nasi, Telur
dadar, Oseng tempe, Sup oyong + wortel.
a. Pukul 10.00 WITA :
Buah (1p), 1 potong sedang, contoh : pepaya.
Siang :
Jenis Makanan Nasi (2p), 1 ½ gelas; Lauk hewani (1p), 1 potong
sedang; Lauk nabati (1p), 2 potong sedang; Sayuran (bebas); Buah
(1p), 1 buah; Minyak (2p), 1 sdm. Contoh menu : Nasi, Ikan bakar,
Tempe goring, Sayur asem, Jeruk manis.
b. Pukul 16.00 WITA :
Buah (1p); 1 buah, contoh : pisang rebus.
Malam :
Jenis Makanan Nasi (2p), 1 ½ gelas; Lauk hewani (1p) 1 potong
sedang; Lauk nabati (1p), 1 potong sedang; Sayuran (bebas); Buah
(1p), 1 buah; Minyak (2p), 1 sdm. Contoh menu : Nasi, Ayam rica-

18
rica, Tahu goring, Cap cay sayuran, Pisang Ambon.
http://rsupsoeradji.id/
2. Indeks Glikemik Beberapa Bahan Makanan :
a. Sumber Karbohidrat : Beras ketan (87,06); Beras merah (70,20);
Beras giling (51,8 – 52,84); Kentang (40-67,71); Roti (67,25);
Singkong (94,46).
b. Sumber Protein : Kacang tanah (7,9 – 8,46); Kacang hijau (28,87);
Tempe (-3); Tahu (-2).
c. Buah-buahan : Pisang raja (57,10); Pepaya (37); Sawo (43,86),
Nangka (63,97); Nanas (61,61); Jeruk pontianak (40,32).
Keterangan :
1) Indeks glikemik rendah : < 70
2) Indeks glikemik sedang : 70 – 90
3) Indeks glikemik tinggi : > 90 http://rsupsoeradji.id/
3. Suplemen untuk Diabetisi :
a. Makanan sumber kromium (untuk memperbaiki kerja insulin)
merica, apel, brokoli, udang (beserta kulit), kacang-kacangan.
b. Makanan sumber antioksidan
1) Tomat, kacang-kacangan, wortel
2) Papaya, jeruk, kurma, apel
3) Brokoli, kol / kubis http://rsupsoeradji.id/

Nama Berat
Waktu Menu Bahan (Gr) Energi(Kal) Kh(Gr) Protein(Gr) Lemak(Gr)
Nasi
Pagi Campur Nasi 100 175 40 4
Tempe 15 55 3 5
Daun Pepaya 40 50 10 3
Susu sapi 200 125 10 7 6

19
Minyak 3 3 30
Lauk Hewani

Snack Pepaya 400 100 24,5

Nasi
Siang Campur Nasi 150 350 45 8
Telur Ayam 55 75 5 5
Kacang
merah 35 75 7 5
Daging
Ayam 40 150 7 13
Susu Sapi 100 125 10 7 6
Minyak 3 3 30

Snack Jagung segar 125 175 30 4

Nasi
Malam Campur Nasi 80 175 40 8
Tahu 110 75 7 5
Nangka muda 36 80 10 3
Hati ayam 80 150 10 10
Susu kerbau 200 300 20 10 20
Minyak 3 3 30

Total 1775 2250 337,5 84,37 62,5

(Kartini S., 2000)

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perencanaan makan merupakan penanganan diabetes yang dianjurkan
oleh dokter untuk mengendalikan kadar gula darah. Bila pelaksanaannya
setelah 4-8 minggu pelaksanaannya ternyata gula darah belum terkendali
dengan baik, baru diberikan obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan
insulin sesuai deangan indikasi. Makanan yang dianjurkan bagi diabetes
adalah hidangan dengan komposisi yang seimbang dalam hal persentase
karbohidrat, protein, lemak dan serat.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karna itu kelompok meminta kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Diabetes, P. et al. (2015) ‘Unnes Journal of Public Health’, 4(2), pp. 153–161.
http://rsupsoeradji.id/perencanaan-makan-pada-diabetes-mellitus/

Kartini S., S. W. (2000) Daftar Bahan Makanan Penukar Petunjuk Praktis


Sistematik dan Lengkap untuk perencanaan makan. Subbag Metabolik-
Endokrin. 1st edn. Jakarta: FKUI & Instansi Gizi RSCM.

Solelistijo Adi, S. dkk (2015) PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES


MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA 2015. 1st edn. Jakarta: PB. Perkeni.

22

Anda mungkin juga menyukai