Anda di halaman 1dari 16

Tugas : Makalah

Dosen : Dr. Suarnianti. SKM., S.Kep., Ns., M.Kes

KEPERAWATAN KELUARGA

(TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN)

OLEH KELOMPOK IV

Febryani Mahadjani (NH0117040) Hajar Aswad (NH0117047)

Feiby Bidiastuti (NH0116041) Hania (NH0117048)

Fenska M. Siahaya (NH0117042) Hardiansyah (NH0117049)

Fitri S. Ningsih (NH0117043) Huriyah (NH0117050)

Fransiska Reanita (NH0117044) Iga Juwita Pratiwi (NH0117051)

Gamar H. Kadir (NH0117045) Indah Mayasari (NH0117052)

Gretzia Heatubun (NH0117046)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT.Karena dengan


rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih diberi kesempatan
untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Trend dan Issue
Keperawatan”, makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas Keluarga.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami
ibu Dr. Suarnianti, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak kami harapkan.

Makassar, Maret 2020

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 4
B. TUJUAN 5
C. MANFAAT 5

BAB II PEMBAHASAN 7

A. PENGERTIAN TREND DAN ISSUE 6

B. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA 6


C. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN INDONESIA/ NASIONAL
7
D. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN SECARA GLOBAL 11
E. CONTOH KASUS TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN 12
BAB III PENUTUP 15

A. KESIMPULAN 15
B. SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara
terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup
masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan dengan
perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan
memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara
keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun sakit serta
dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik keperawatan
meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki
kemandirian yang lebih besar. (Berger, 2010)
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial dari individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari
pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama
(Friedman, 1998). (Mlisin, 2012)
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga
individu, dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari
identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing
anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan
masyarakat. Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di Eropa yang
merupakan praktek keperawatan termodern saat ini adalah promoting and
protecting people health merupakan perubahan paradigma dari cure menjadi
care melalui tindakan preventif dan mengurangi kejadian dan penderitaan
akibat penyakit. (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012)

4
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi
dan tugas kesehatan, Friedmen menyatakan bahwa keluarga diharapkan
mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya fungsi
afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga.
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang
sehat. (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012)

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu trend dan issue keperawatan
2. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan keluarga
3. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan nasional
4. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan global

5. Untuk menetahui contoh kasus dalam trend dan isu keperawatan

C. MANFAAT
1. Untuk mengetahui apa itu trend dan issue keperawatan
2. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan keluarga
3. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan di Indonesia
4. Untuk mengetahui trend dan issue keperawatan global
5. Untuk menetahui contoh kasus dalam trend dan issue keperawatan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TREND DAN ISU


Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana
alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. (Dochterman, 2011)

Trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,


actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang
lingkup keperawatan keluarga. (Berger, 2010)

B. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KELUARGA


1. Global
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola
perilaku keluarga. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin
global sehingga penyebarannya semakin meluas.
b. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat
mobilisasi penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran
yang berpengaruh terhadap interaksi keluarga yang berubah.
c. Standarkualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan
yang ketat serta menumbuhkan munculnya sekolah - sekolah yang
mengutamakan kualitas pendidikan.
d. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta
pelayanan kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan
yang tinggi.
e. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat
system yang belum berkembang.

6
f. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES
sudah menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan
model keperawatan keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan.
g. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
h. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
i. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
j. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
(Dochterman, 2011)
2. Pelayanan
a. SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada
perawat keluarga.
b. Penghargaan / reward rendah.
c. Bersikap pasif.
d. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
e. Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
3. Pendidikan
a. Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung
“mudah”
b. Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
c. Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
d. Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
e. Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
4. Profesi
a. Standar kompetensi belum disosialisasikan.
b. Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
c. Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
d. Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
e. Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
f. Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik
keperawatan. (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012)

C. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN DI INDONESIA/NASIONAL

7
Perkembangan keperawatan di Indonesia sejak tahun 1983 sangat pesat,
di tandai dengan bukanya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di
Universitas Indonesia Jakarta sejak tahun 1985 dan tahun 1985 telah menjadi
fakultas keperawatan, kemudian disusul PSIK di Universitas Padjadjaran
Bandung, berkembang lagi di 7 Universitas Negeri di Indonesia pada tahun
1999, serta mulai berkembang pada sekolah tinggi ilmu kesehatan dengan
jurusan keperawatan yang pengelolaannya dimiliki oleh masyarakat.
Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen Kesehatan
pada tahun 90-an dengan program pokok Perawatan Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas yang sasarannya adalah keluarga. Namun, perkembangan jumlah
keluarga yang menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang rawan
kesehatan (risiko), keperawatan komunitas mungkin tidak dapat menjangkau
meskipun salah satu sasarannya adalah keluarga yang rawan
(berisiko).Dengan keadaan demikian keperawatan komunitas (masyarakat)
memfragmentasi menjadi keperawatan yang spesifik diantaranya keperawatan
keluarga.Akibatnya, jelas sekali bahwa keperawatan keluarga menjadi sasaran
yang spesifik dengan masalah keperawatan (kesehatan) yang spesifik pula.
(Andarmoyo dan Sulistyo, 2012)
Sesuai dengan perkembangan terjadi pula perubahan yang di motori
oleh Dirtjen Dikti Pendidikan Nasional dengan Konsorsium Ilmu Kesehatan
yang menyajikan secara tersendiri mata kuliah perawatan keluarga pada
kurikulum D-3 keperawatan dan pendidikan ners di Indonesia sejak tahun
1999. Tuntutan professional yang tinggi sebenarnya tidak berlebihan, keadaan
ini sesuai tuntutan pemerintah di bindang kesehatan untuk membangun
“Indonesia Sehat 2010” dengan strategi :
1. Pembangunan berwawasan kesehatan
2. Desentralisasi
3. Profesionalisme
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
Asuhan keperawatan keluarga dapat segera dilakuakan oleh perawat dengan
berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :

8
1. Telah menyelesaikan pendidikan formal Ners (perawat) yang diakui.
Pendidikan formal di Indonesia adalah D-3 keperawatan yang
menghasilkan perawat professional “pemula” dan PSIK yang
menghasilkan Ners, yang memiliki kemampuan professional yang tinggi,
yaitu (1) keterampilan intelektual, (2) keterampilan teknis, dan (3)
keterampilan interpersonal dengan berlandaskan etik dan melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar praktik keperawatan.
2. Telah melakukan proses registrasi sebagai ners (perawat). Perawat yang
telah menyelesaikan secara formal pendidikannya harus melalui proses
legislasi sebagai ners (perawat) dengan tahap :
a. Registrasi adalah proses pendaftaran seorang ners (perawat) yang
telah lulus pendidikan formal di dinas kesehatan provinsi, sesuai
dengan keputusan Menkes No 1239 tahun 2001.
b. Sertifikasi adalah proses penilaian terhadap kemampuan seorang
ners (perawat)untuk dinyatakan cakap melaksanakan kewenangan
(kompetensi) yang dimiliki. Namun, belum dilalui sehingga setelah
tahap registrasi seorang ners (perawat) akan memperoleh lisensi.
c. Lisensi adalah proses pembelian bukti tertulis setelah seorang ners
(perawat) dinyatakan cakap untuk dapat melaksanakan
kewenangannya. Di Indonesia disebut dengan surat izin perawat
(SIP). (Andarmoyo dan Sulistyo, 2012)
3. Memiliki institusi yang mempunyai kewenangan untuk memberikan
asuhan keperawatan keluarga. Meskipun telah mempunyai SIP, kegiatan
keperawatan keluarga yang diberikan kepada kliennya harus mempunyai
institusi berbadan hukum yang secara legal bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan keperawatan, mutu asuhan yang diberikan, dan untuk
meningkatkan kepercayaan publik, serta dapat dilakukan upaya tanggung
gugat oleh klien bila tidak sesuai standar asuhan.
4. Mematuhi standar praktik dan etik profesi yang ditetapkan oleh PPNI
atau pemerintah. Standar praktik yang ada bertujuan agar asuhan yang
diberikan ners (perawat) mempunyai mutu sesuai dengan kaidah profesi.

9
Etik profesi yang dapat mengendalikan bagaimana seorang ners
(perawat) berperilaku yang santun kepada klien dan tidak merugikan
klien atau publik.

Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat keluarga adalah


perawatan kesehatan dirumah. Agar mempunyai arah yang pasti terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga, Departemen Kesehatan telah
menerbitkan surat keputusan No. HK.00.06.5.1.311 bulan januari 2012
tentang penerapan pedoman perawatan kesehatan dirumah.
Dengan gambaran situasi diatas, kesempatan sangat besar dimiliki oleh
seorang ners (perawat) untuk mewujudkannya, dan hal ini merupakan
tantangan yang cukup berat bila seorang professional tidak mampu
mewujudkannya.Karena bagaimanapun juga tidak ada alasan bahwa tidak
mendapat dukungan secara profesi dan pemerintah. Beberapa permasalahan
mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang muncul di Indonesia :
1. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global
serta belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.
2. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
4. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
5. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
6. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
7. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system
yang belum berkembang.
8. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun
telah disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan
secara umum.
9. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan
fasilitas transportasi yang cukup.
10. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.

10
11. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
12. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga
terbatas.
13. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
14. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.
Trend dan Isu Nasional :
1. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
2. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
3. Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.
4. Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta
asuransi kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu.
(Andarmoyo dan Sulistyo, 2012)

D. TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN SECARA GLOBAL


Isu praktik : globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan
kesempatan baru yang menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin
kecilnya dunia akibat proses yang dikenal sebagai globalisasi, perawat
keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan menarik untuk belajar
mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh negara lain
guna memberikan perawatan yang lebh baik bagi keluarga. Globalisasi adalah
proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis dan
profesional, globalisasi mempunyai damfak negatif yang bermakna bagi
kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti human
imunodeficiency virus/ aquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS)
menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang
diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia melalui konferensi
internasional, perjalanan dan membaca literatur kesehatan internasional
memberikan pemahaman yang sangat bermanfaat.Sebagai contoh, di jepang,
pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan. Disana, perawat
telah mengembangkan kurikulum keperawatan keluarga disekolah
keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan yang berfokus pada

11
keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks jepang. Keperawatan keluarga
mengalami pertumbuhan yang pesat di jepang yang ditandai dengan publikasi
dan upaya penelitian yang dilakukan di jepang (sugisita,1999). Negara lain,
seperti denmark, swedia, israel, korea, chili, meksiko, skotlandia dan inggris
juga mengalami kemajuan bermakna dibidang kesehatan keluarga dan
keperawatan keluarga. Kita mesti banyak berbagi dan belajar dari perawat di
beberapa negara ini. (Dochterman, 2011)

E. CONTOH KASUS TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN


Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan
legal yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada
beragam jenisnya. (Prihastuti, 2018)
Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh
publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan.
Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu
yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang
definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan
hal tersebut terjadi. (Prihastuti, 2018)
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara
tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan
untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri
hidupnya. Ada empat metode euthanasia:
1. Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar
menginginkan kematian.
2. Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk
menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan
minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).
3. Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat
dapat ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus
serupa dapat terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan
ditolak.

12
4. Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk
euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi
dan wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat
dilibatkan, namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika
dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai ‘bunuh
diri atas pertolongan dokter’. Di Amerika Serikat, kasus ini pernah
dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian. (Prihastuti, 2018)
Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:
1. Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan
dengan tujuan untuk menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini
adalah memberikan suntik mati. Hal ini ilegal di Britania Raya dan
Indonesia.
2. Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh
penghentian tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian
pemberian nutrisi, air, dan ventilator. (Prihastuti, 2018)
Belgia salah satu negara yang mengakui dan melegalkan euthanasia.
Pengakuan hukum terhadap euthanasia malah sudah lebih dahulu di Belanda.
Namun sebagian besar negara tak mengakui dan membenarkan tindakan
euthanasia. Indonesia termasuk yang tak mengakui hak untuk mengakhiri
hidup semacam itu. Ahli hukum tata negara, Jimly Asshiddiqie, berpendapat
jika hak untuk mati diakui seperti halnya hak untuk hidup, risikonya besar.
Sama saja memberikan legalisasi pada orang yang ingin melakukan bom
bunuh diri dengan alasan pengakuan right to die. (Prihastuti, 2018)
Jejak perdebatan kontemporer tentang euthanasia di Indonesia selalu
merujuk pada dua kisah. Pertama, kisah Hasan Kusuma. Pada 22 Oktober
2004, Hasan Kusuma mengajukan permohonan izin ke Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat agar isterinya, Again Isna Nauli, diberi tindakan euthanasia.
Sang isteri sudah tergolek dalam keadaan koma selama dua bulan, plus
kesulitan yang dialami untuk membayar perawatan medis. Namun hal ini
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak permohonan euthanasia tersebut.

13
Kisah kedua merujuk pada Ignatius Ryan Tumiwa. Lulusan
pascasarjana dari salah satu universitas terkemuka ini ingin mengakhiri
hidupnya dengan cara suntik mati. Tetapi permohonannya terhalang Pasal
344 KUH Pidana, yang mengancam dokter atau tenaga medis lain yang
membantu seorang pasien mengakhiri hidup. (Prihastuti, 2018)
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), M. Choirul
Anam, mengatakan euthanasia juga menjadi perdebatan di dunia
internasional. Dalam perkembangannya, ada yang mengarah pada legalisasi
dengan catatan penting. Pertama, euthanasia dibenarkan karena cukup alasan
yang sangat kuat, misalnya kesehatan yang memburuk dan sulit disembuhkan.
Kedua, pengakhiran hidup pasien dilakukan oleh orang yang profesional dan
bertanggung jawab. Ketiga, dilakukan melalui prosedur yang ketat.
(Prihastuti, 2018)

14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming,
actual, dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang
lingkup keperawatan keluarga.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo dan Sulistyo (2012) Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses
dan Praktek Keperawatan. 1st edn. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Berger, J. K. and W. (2010) Fundamental Of Nursing. 5th edn. USA: Prenticehall.
Dochterman, J. M. (2011) Current Issue in Nursing. 10th edn. USA: Mosby Inc.
Mlisin, A. (2012) Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Prihastuti, I. (2018) ‘Euthanasia dalam Pandangan Etika secara Agama Islam ,
Medis dan Aspek Yuridis di Indonesia’, 1(2), pp. 85–90.

16

Anda mungkin juga menyukai