Anda di halaman 1dari 16

STENOSIS

AORTA
Kelompok VI
Keperawatan Anak II Kelas A1
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Kelompok VI
01 Eka Rahayu Buton (NH0117028)
Elsi Andriani (NH0117029)

02 Ersin (NH0117031)
Fadli Kamil (NH0117032)

03 Fajar Aswad (NH0117033)


Hajar Aswad (NH0117047)

04 Refika Septinia B (NH0116141)


STENOSIS AORTA
DEFINISI
Stenosis Stenosis aorta adalah penyempitan atau penyumbatan pada katup
aorta.Penyempitan pada katup aorta ini mencegah katup aorta
Aorta ? membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah
mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup
aorta terdiri dari tiga kuncup yang akan menutup dan membuka
sehingga darah dapat melewatinya. Pada stenosis katup aorta, biasanya
katup hanya terdiri dari dua kuncup sehingga lubangnya lebih sempit
dan dapat menghambat aliran darah.Akibatnya ventrikel kiri harus
memompa lebih kuat agar darah dapat melewatinya. (Ns. reny Yuli
Aspiani, 2015)

Stenosis aorta menghalangi aliranm darah dari ventrikal kiri ke aorta


pada waktu sistolik ventrikal.Dengan meningkatkan resistensi terhadap
ejeksi ventrikal, maka beban tekanan ventrikal kiri meningkat.Sebagai
akibatnya ventrikal kiri menjadi hipertrofi agar dapat menghasilkan
tekanan yang lebih tinggi untuk mempertahankan perfusi perifer;
timbul selisih tekanan antara ventrikal kiri dan aorta yang mencolok.
Jadi meskipun curah jantung dan volume ventrikel dapat dipertahankan
dalam batas-batas normal, tekanan akhir diastolic ventrikel akan sedikit
meningkat. (Mustakin, 2014)
Get a modern PowerPoint
ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG
Sistem kardiovaskuler merupakan sub sistem sirkulasi yang
bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sistem sirkulasi
limfatik terjadi dari kelenjar limfe, pembuluh limfe dan cairan
limfe.Sistem kardiovaskuler bertugas mengedarkan darah keseluruh
tubuh dimana darah mengandung oksigen dan nutrisi yang
diperlukan sel/jaringan untuk metabolisme. Sistem kardiovaskuler
juga membawa sisa metabolisme untuk dibuang melalui organ-
organ eksresi(Oktavianus & Febriana Sartika Sari, 2015)

Sistem kardiovaskuler mendistribusikan darah ke seluruh tubuh melalui


sistem peredaran darah (sirkulasi darah). Sirkulasi darah terbagi menjadi 2
bagian yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.(Oktavianus & Febriana
Sartika Sari, 2015).
Sirkulasi darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah.Darah dari
ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru kemudian kembali ke jantung dan
diedarkan ke seluruh tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta. Aorta akan
bercabang-cabang menjadi arteri, arteriola dan kapiler. Selanjutnya
dikembalikan ke jantung melalui vena (pembuluh balik)(Oktavianus &
Febriana Sartika Sari, 2015)
Penyebab Stenosis Aorta
Stenosis katup aorta disebabkan oleh kelainan kongenetal,
penumpukan kalsium pada daun katup, dan demam reumatik.
Kelainan kongenatal berupa penyempitan katup aorta tidak banyak
dialami oleh bayi, akan tetapi ada sebagian kecil bayi dilahirkan
dengan katup aorta yang hanya memiliki dua daun. Katup aorta
dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atau gejala
yang berarti hingga dewasa ketika katup mengalami kelemahan
dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis.
Penumpukan kalsium (kalsifikasi) pada daun katup terjadi seiring
denmgan pertambahan usia. Kondisi ini banyak terjadi pada lansia
di atas usia 65 tahun, tetapi gejala baru timbul ketika klien berusia
70 tahun.

Demam reumatik dapat menimbulkan komplikasi berupa sepsis atau


menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh
sehingga menyebabkan kuman tersebut ke jantung.Saat kuman tersebut
mencapai katup aorta maka terjadi kematian jaringan pada katup
aorta.Jaringan mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang
dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik
dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam
berbagai cara. Kerusakan katup jantung dapat berupa ketidakmampuan
katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.(Ns. reny Yuli
Aspiani, 2015)
Patofisiologi Stenosis Aorta
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm. stenosis aorta menyebabkan tahanan dan
perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta.Peningkatan tekanan
ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba
diatasi dengan meningkatnya ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel
kiri).Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard
menurun.Tekanan akhir diastolic ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium
menambah volume darah diastolic ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan
pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan
menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia
miokard timbul-timbul akibat kurangnya aliran darah coroner ke miokard yang
hipertrofi
Gangguan fungsoi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis
aorta yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani, foto toraks dan enongkatan
peptide natriutik. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan kekakuan seluruh dinding
jantung. Deposisi kolagen akan menambah kekakuan miokard dan menyebabkan
gisfungsi diastolic. Setelah penebalan miokard maksimal, maka wali stress tidak lagi
dinomalisasi sehingga terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan
penurunan fraksi ejeksi dan penururnan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi
sistolik
RIWAYAT KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan.
b. Riwayat penyakit dahulu
menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
bentuk dada,simetris,adanya insisi,selang di dada atau penyimpa ngan lain
3. Sistem kardiovaskuler
Tentukan denyut jantung dan iramanya, Kaji bunyi jantung termasuk murmur, Tentukan poin maksimum impuls ( PMI ),poin dimana
bunyi jantung terdengar paling keras.
4. Pengkajian gastrointestinal
Kaji adanya distensi abdomen,meningkatnya lingkar perut,kulit yang terang (bright),adanya eritema dinding abdomen, tampaknya
peristaltik, bentuk usus yang dapat dilihat,status umbilikus
5. Pengkajian genitourinari
Kaji bentuk abnormal dari genitalia,timbang bert badan.
6. Pengkajian neuromuskuloskelet
Kaji gerakan bayi. Kaji sikap dan posisi bayi/anak , observasi reflek moro,sucking,babinski,plantar dan reflek lain yang diharapkan,
Tentukan tingkat respon, Kaji respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya lebih dari 32 minggu.
7. Pengkajian kulit
Kaji beberapa perubahan warna,daerah kemerahan,tanda iritasi,abrasi, khususnya dimana terdapat daerah penekanan oleh infus atau
alat yang lain kontak dengan bayi/anak,juga observasi dan catat bahan yang digunakan untuk perawatan kulit.
Kaji tekstur dan turgor kulit : kering,lembut, dan lain-lain.
Kaji adanya rash,luka kulit atau tanda lahir.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN
DIAGNOSTIK

Rongent dada Elektrokardiogram Ekokardiogram Kateterisasi jantung


(EKG)
• KONSEP KEPERAWATAN TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DIBERIKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Nyeri akut berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.


Intervensi:
1. Kaji nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, awitan,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan factor
presipitasi.
2. Observasi isyarat non-verbal dan ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif.
3. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan
nyerinya.
4. Kaji latar belakang budya klien.
5. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup, seperti pola tidur, nafsu
makan, aktivitas kognisi, mood, hubungan, pekerjaan, tanggung jawab,
peran.
6. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga ,dan nyeri kronis.
7. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga.
8. Berikan informasi nyeri seperti penyebab, berapa lama terjadi, tindakan
pencegahan.
9. Control factor lingkungan ang dapay mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan seperti (temperature ruangan,penyinaran,dll).
10. Anjurkan klien untuk mengobservasi sendiri nyeri
B. Penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,penurunan atau
konstriksi fungsi ventrikel.
• Intervensi:
1. Observasi TTV.
2. Observasi status kardiovaskuler.
3. Observasi disritmia jantung termasuk gangguan irama dan konduksi.
4. Dokumentasikan adanya disritmia jantung.
5. Observasi status respirasi terhadap gejala gagal jantung.
6. Observasi keseimbangan cairan (asupan-keluaran dan berat badan harian).
7. Kenali adanya perubahan tekanan darah.
8. Kenali pengaruh psikologis yang mendasari kondisi klien.
9. Evaluasi respon klien terhadap disritmia.
10. Kolaborasi dalam pemberian terapi antiaritmia sesuai kebutuhan.
11. Observasi respon klien terhadap pemberianterapi antiaritmia.
12. Intruksikan klien dan keluarga tentang pembatasan aktivitas.
13. Tentukanperiode latihan dan istrahan untuk menghindari kelelahan.
14. Observasi toleransi klien terhadap aktivitas.
15. Anjurkan untuk mengurangi stress.
Lanjutan…
C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Intervensi:
1. Tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas.
2. Tentukan penyebab lain kelelahan.
3. Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya.
4. Observasi asupan nutrisi sebagai sumber energy yang adekuat.
5. Observasi respon jantung-paru terhadap aktivitas (mis, takikardia, disritmia, dispnea, diaphoresis,
pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi pernapasan).
6. Batasi stimulus lingkungan (mis, pencahayaan dan kegaduhan)
7. Anjurkan untuk melakukan periode istirahat dan aktivitas.
8. Rencanakan periode aktivitas saat klien mempunyai banyak tenaga.
9. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas harian sesuai sumber energy.
10.Ajarkan klien dan keluarga teknik untuk memenuhu kebutuhan sehari-hari yang dapat meminimalkan
penggunaan oksigen.
Lanjutan…
D. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan.
Intervensi:
1. Kaji tingkat kecemasan klien.
2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang
mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.
3. Berusaha memahami keadaan pasien.
4. Berikan informasi tentang diagnose, prognosi, dan tindakan.
5. Damping klien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
6. Motivasi klien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya.
7. Tenangkan klien.
8. Dengarkan klien dengan penuh perhatian.
9. Ciptakan hubungan saling percaya.
10.Bantu klien menjelaskan keadaan yang dapat menimbulkan kecemasan.
11.Ajarkan pasien teknik relaksasi.
12.Berikan obat yang mengurangi kecemasan.
13.Jelaskan kepada klien tentang pengobatan yang didapatkannya.
14.Libatkan keluarga dalam pengobatan.
CARA MENGEDUKASI ANAK DAN KELUARGA
1. Tahap Sensitasi
Tahap ini digunakan guna 2. Tahap Publisitas
memberikan informasi dan Tahap ini merupakan tahap
kesadaran pada masyarakat tindak lanjut dari pelayanan
terhadap hal-hal penting yang kesehatan seperti di rumah
berkaitan dengan kesehatan sakit atau puskesmas
misalnya, kesadaran terhadap
pencegahan penyakit

3. Tahap Edukasi
4. Tahap Motivasi Tahap ini sebagai kelanjutan
Tahap ini merupakan publisistas, tujuan untuk
kelanjutan dari tahap meningkatkan pengetahuan,
edukasi. Harapannya setelah mengubah sikap dan
masyarakat atau keluarga mengarahkan kepada
mengikuti edukasi pediatric perilaku yang di inginkan
megubah kehidupan sehari- oleh kegiatan tersebut
hari sesuai dengan perilaku misalnya, edukasi pediatric
yang dianjurkan oleh tentang penyakit GEA, Ispa,
petugas kesehatan Thypoid, Penyakit Jantung
.(Setiawan Doni, 2014) Bawaan, dll.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai