Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

" HIPERTENSI "

Disusun Oleh :

Nessha Seftiyani Rahayu E.0105.20.028

DIII KEPERAWATAN TK 2/1

STIKes BUDI LUHUR CIMAHI

Jl. Kerkof No.243, Leuwigajah, Kec. Cimahi Sel., Kota Cimahi, Jawa Barat

2020 - 2021
A. DEFINISI HIPERTENSI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian / mortalitas (Trianto, 2014).
B. ETIOLOGI / PENYEBAB HIPERTENSI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa
factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
1. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh
darah
(Aspiani, 2016)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;

1. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh seitar
95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita
esensial.Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
 Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
 Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari
perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum
alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan
ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan
aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung
meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan
sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil
epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan
volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup
akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan
hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder (Aspiani, 2016).
C. ANATOMI FISIOLOGI HIPERTENSI
1. Jantung
System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah (arteri, vena, kapiler) dan
sistem limfatik. Fungsi utama system kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya
oksigen ke seluruh tubuh dan memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi
paru untuk dioksigenasi (Aspiani, 2016).
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan berongga, terletak di
rongga toraks bagian mediastunum. Jantung berbentuk seperti kerucut tumpul dan bagian
bawah disebut apeks terletak lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepi terletak pada ruang
interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis, bagian atas disebut basis
terletak agak ke kanan pada kosta ke III sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki
ukuran panjang sekitar 12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200-425
gram, pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225 gram (Aspiani, 2016).
Jantung adalah organ muscular yang tersusun atas dua atrium dan dua ventrikel. Jantung
dikelilingi oleh kantung pericardium yang terdiri atas dua lapisan,yakni:
a. Lapisan visceral (sisi dalam )
b. Lapisan perietalis ( sisi luar )
Dinding jantung mempunyai tiga lapisan, yaitu:
 Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki struktur yang sama dengan pericardium
visceral.
 Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan dalam
menentukan kekuatan konstraksi.
 Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang melapisi
bagian dalam jantung dan menutupi katup jantung.
Jantung mempunyai empat katup, yaitu:
 Trikupidalis
 Mitralis (katup AV)
 Pulmonalis (katup semilunaris)
 Aorta (katup semilunaris)
Jantung memiliki 4 ruang , yaitu atrium kanan, atrium kiri dan ventrikel kanan. Atrium terletak
diatas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu
arah. Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
2. Pembuluh Darah
Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada keutuhan dan fungsi system
vaskuler, karena darah dari jantung akan dikiri ke setiap sel melalui system tersebut. Sifat
structural dari setiap bagian system sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologinya
dalam integrasi fungsi kardiovaskular. Keseluruhan system peredaran (system
kardiovaskular) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.(Aspiani, 2016).
a. Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan (intima,media,adventisia)
yang membawa darah yang mengandung oksigen dari jantung ke jaringan.
b. Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang mevaskularisasi kapiler.
c. Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula (pembuluh darah yang lebih
besr yang bertekanan lebih rendah dibandingkan dengan arteriol), dimana zat gizi dan
sisa pembuangan mengalami pertukaran
d. Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena
e. Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan rendah yang
membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke jantung.
(Lyndon, 2014)
D. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI
Gejala dan Tanda (Data Mayor dan Minor) menurut PPNI, T. P. (2017) :
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
E. FISIOLOGI HIPERTENSI
1. Siklus jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung. Dalam bentuk yang
pailng sederhana, siklus jantung adalah kontraksi bersamaan kedua atrium, yang mengikuti
suatu fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.
Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi. Satu kali siklus
jantung sama dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan satu periode
diastole (saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi
spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, systole (kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel sehingga ada
perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium
akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan
darah melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah
juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel melanjutkan
kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan
pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus kembali.
 Sistole atrium
 Sistole ventrikel
 Diastole ventrikel
2. Tekanan darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati
setiap unit atau daerah dari dinding pembuluh darah, timbul dari adanya tekanan pada
dinding arteri. Tekanan arteri terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik, tekanan pulsasi,
tekanan arteri rerata.
Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri saat
ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolic yaitu
tekanan darah pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90
mmHg. Tekanan pulsasi merupakan reflek dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya
sekitar 40-90 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan gabungan dari tekanan
pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya sama dengan sepertiga tekanan pulsasi
ditambah tekanan diastolik. Tekanan darah sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan
systole dan tekanan diastole yang normal berkisar120/80 mmHg. Peningkatan tekanan
darah lebih dari normal disebut hipertensi dan jika kurang normal disebut hipotensi.
Tekanan darah sanagat berkaitan dengan curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer
( R ). Viskositas dan elastisitas pembuluh darah (Aspiani, 2016)
F. KLASIFIKASI HIPERTENSI
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dibagi
menjadi empat klasifikasi.

Kategori Tekanan darah sistolik ( mmHg ) Tekanan darah diastolik


( mmHg )

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Prahipertensi 120 - 139 mmHg 80 - 89 mmHg

Stadium 1 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg

Stadium 2 160 mmHg 100 mmHg

Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa menurut
Triyanto (2014).

Kategori Tekanan darah sistolik ( mmHg ) Tekanan darah diastolik ( mmHg


)

Normal <130 mmHg < 85 mmHg

Normal Tinggi 130 - 139 mmHg 85 - 89 mmHg

Stadium 1 ( ringan ) 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg

Stadium 2 ( sedang ) 160 - 179 mmHg 100 - 109 mmHg

Stadium 3 ( berat ) 180 - 209 mmHg 110 - 119 mmHg

Stadium 4 ( maligna ) 210 mmHg 120 mmHg


G. PATHWAYS HIPERTENSI

(Sumber : ( WOC ) dengan menggunakan Standar Diganosa Keperawatan Indonesia dalam


PPNI,2017)

H. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui mempunyai
tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan
mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita
hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada
wanita setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).
2. Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-40
tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin
bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang lansia
cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan diusia muda (Endang
Triyanto, 2014).
3. Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah menderita
hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan
dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman,
2010).
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah. Tingginya
resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan
dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku
atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin R., 2007).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikontrol
1. Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan aktivitas
sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi
peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara,
F.H.D., & N. Prayitno, 2013).
2. Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi peningkatan
tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot
jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu.
3. Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam kandungan
nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
4. Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi peningkatan
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-2015).
5. Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan darah di otak
tersumbat dan menyebabkan stroke.
6. Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir kopi dapat
meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg.
7. Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan frekuensi
jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan
tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg.
Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi
pada dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh akan
semakin cepat.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIPERTENSI
a. Laboratorium
1. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan
gagal ginjal akut.
3. Darah perifer lengkap
4. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1. Hipertrofi ventrikel kiri
2. Iskemia atau infark miocard
3. Peninggian gelombang P
4. Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2. Pembendungan, lebar paru
3. Hipertrofi parenkim ginjal
4. Hipertrofi vascular ginjal
(Aspiani, 2016)
J. PENATALAKSANAAN KLINIS HIPERTENSI
a. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani, 2014)
1. Pengaturan diet
 Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram
garam per hari.
 Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum
jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya dimediasi oleh oksidanitat pada dinding vaskular.
 Diet kaya buah sayur.
 Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat
badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas
mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
3. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung. Olahraga isotonik dapat
juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin
plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka oanjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
1. Terapi oksigen
2. Pemantauan hemodinamik
3. Pemantauan jantung
4. Obat-obatan :
 Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic bekerja
melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong
ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat
menurunkan TPR. Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat enzim yang
diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi ini
menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak
langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya meningkatkan
pengeluaran natrium.
K. KOMPLIKASI
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
1. Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah
sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis
dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambataliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan
hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler glomerulus.
Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu,
dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein
keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga
terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
4. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami
kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang
membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium
diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan
kematian.
L. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang
kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit kepala , pusing,
penglihatan buram, mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
d. Riwayat Psikososial
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi
sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, marah, ketergantungan, depresi,
dan penerimaan realistis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama dan karakter denyut apikal
dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung dan pembuluh darah perifer
(Smeltzer &Bare, 2013).
a. Pemeriksaan head to toe
 Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
 Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta perspirasi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnostik). Hipotensi postural mungkin
berhubungan dengan regimen obat.
Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut seperti
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakhialis,
denyut (popliteal, tibialis posterior, dan pedalis) tidak teraba atau lemah.
Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/irama : Takikardia, sebagai disritmia.
Bunyi jantung : Terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini), S4 (pengerasan ventrikel
kiri/hipertropi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular.Desiran vaskular terdengar
diatas karotis, femoralis, atau epigastrium (stenosis arteri). DVJ (distensi vena
jugularis dan kongesti vena).
Ekstremitas : Perubahan warna kulit. Suhu dingin (vasokontriksi periver), pengisian
kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokontriksi).
 Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stres meliputi
(hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, dan peningkatan pola bicara.
 Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu).
 Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori.
- Mual dan muntah.
- Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun).
- Riwayat penggunaan obat diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu), kongesti vena, DVJ, dan glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik).
 Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner atau keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas
bawah). Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen atau massa.
 Pernapasan
Secara umum gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal tahap lanjut
dari hipertensi menetap atau berat.
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal paroksismal. Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan.bBunyi napas
tambahan (krakles/mengi), sianosis.
 Keamanan
Keluhan : Gangguan koordinasi atau cara belajar.
Gejala : Episode parestesia unilateral transient. Hipotensi potural.
 Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala :Faktor-faktor resiko keluarga seperti hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus, dan penyakit serebrovaskular atau ginjal. Penggunaan pil
KB atau hormon lain dan penggunaan obat atau alkohol.
3. Analisa Data
Menurut PPNI, T. P. (2017) :

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : - Pembuluh darah ke otak Nyeri akut


Do : Tekanan darah meningkat, pola meningkat
napas berubah, nafsu makan berubah, ⬇️
proses berpikir terganggu, menarik diri, Suplai O2 menurun
berfokus pada diri sendiri, diaforesis ⬇️
Nyeri akut

2. Ds : - Vasokontriksi pembuluh Hipervolemia


Do : Distensi vena jugularis, terdengar darah
suara napas tambahan, hepatomegali, ⬇️
kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih Rangsang aldosteron
banyak dari output, kongesti paru ⬇️
Kelebihan volume cairan

3. Ds : - Pembuluh darah Risiko penurunan


Do : - ⬇️ curah jantung
Vasokontriksi
⬇️
Afterload meningkat
⬇️
Risiko penurunan curah
jantung

4. Ds : Dipsnea saat/setelah aktivitas, Afterload meningkat Intoleransi aktivitas


merasa tidak nyaman setelah ⬇️
beraktivitas, merasa lemah Fatique
Do : Tekanan darah berubah >20% dari ⬇️
kondisi istirahat, gambaran EKG Intolorensi aktivitas
menunjukan aritmia saat/setelah
aktifitas, gambaran EKG menunjukan
iskemia, sianosis

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d pembuluh darah ke otak meningkat d.d tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis.
2. Hipervolemia b.d vasokontriksi pembuluh darah d.d distensi vena jugularis, terdengar suara
napas tambahan, hepatomegali, kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari
output, kongesti paru.
3. Risiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload.
4. Intoleransi aktivitas b.d fatique b.b dipsnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktifitas, gambaran EKG menunjukan
iskemia, sianosis.
N. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut PPNI, T.P ( 2018 )

No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan

1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI UTAMA


pembuluh darah ke tindakan keperawatan a. Manajemen Nyeri a. Manajemen Nyeri
otak meningkat d.d selama 1 x 24 jam  Observasi  Observasi
tekanan darah maka tingkat nyeri
meningkat, pola menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui
napas berubah, kriteria hasil : karakteristik, durasi, tindakan apa yang
nafsu makan 1. Keluhan nyeri frekuensi, kualitas, harus dilakukan
intersitas nyeri.
berubah, proses menurun  Terapeutik  Terapeutik
berpikir terganggu, 2. Meringis menurun
menarik diri, 3. Menarik diri 1. Berikan teknik 1. Untuk mengurangi
berfokus pada diri menurun nonfarmakologis rasa nyeri
sendiri, diaforesis. 4. Berfokus pada diri 2. Kontrol lingkungan 2. Memberikan rasa
sendiri menurun yang memperberat rasa aman nyaman
5. Diaforesis menurun nyeri
6. Frekuensi nadi  Edukasi
membaik  Edukasi
1. Melatih kemandian
7. Tekanan darah
1. Ajarkan teknik dalam program
membaik
nonfarmakologis untuk pengobatan
8. Nafsu makan
mengurangi rasa nyeri
membaik  Kolaborasi
9. Pola tidur membaik  Kolaborasi
1. Membantu
1. Kolaborasi pemberian mengurangi rasa nyeri
analgetik
INTERVENSI
INTERVENSI PENDUKUNG
PENDUKUNG a. Pemberian obat
a. Pemberian obat  Observasi
 Observasi
1. Mencegah terjadinya
1. Identifikasi efek samping
kemungkinan alergi,
2. Mencegah terjadinya
interaksi, dan
kontraindikasi obat cedera

2. Monitor tanda vital  Terapeutik


dan nilai laboratorium 1. Mencegah terjadinya
sebelum pemberian cedera
obat
2. Mengetahui status
 Terapeutik perkembangan
1. Lakukan prinsip enam kesehatan
benar

2. Dokumentasikan
pemberian obat dan
respons terhadap obat

2. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI UTAMA


vasokontriksi tindakan keperawatan a. Manajemen a. Manajemen
pembuluh darah d.d selama 1 x 24 jam Hipervolemia Hipervolemia
distensi vena maka keseimbangan  Observasi  Observasi
jugularis, terdengar cairan meningkat
suara napas dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan 1. Memperkuat
tambahan, 1. Tekanan darah gejala hipervolemia diagnosa
hepatomegali, membaik 2. Identifikasi penyebab 2. Mengetahui
kadar Hb/Ht turun, 2. Denyut nadi radial hipervolemia tindakan yang harus
oliguria, intake lebih membaik diberikan
banyak dari output, 3. Tekanan arteri rata 3. Monitor status
kongesti paru. - rata membaik hemodinamika 3. Mencegah terjadinya
komplikasi
4. Monitor intake dan
output cairan 4. Mengetahui status
perkembangan
 Terapeutik kesehatan
1. Batasi asupan cairan  Terapeutik
dan garam
1. Mengurasi kelebihan
 Kolaborasi volume cairan
1. Kolaborasi pemberian  Kolaborasi
diuretik
1. Mengurangi
INTERVENSI hipervolemia
PENDUKUNG
a. Manajemen cairan INTERVENSI
 Observasi PENDUKUNG
a. Manajemen Cairan
1. Monitor tanda - tanda  Observasi
vital
1. Mengetahui status
 Terapeutik kesehatan
1. Dokumentasikan hasil  Terapeutik
pemantauan
1. Mengetahui status
perkembangan
kesehatan

3. Risiko penurunan Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA INTERVENSI UTAMA


curah jantung d.d tindakan keperawatan a. Perawatan jantung a. Perawatan jantung
perubahan selama 1 x 24 jam  Observasi  Observasi
afterload. maka curah jantung
meningkat dengan 1. Periksa tekanan darah 1. Mengetahui status
kriteria hasil : dan frekuensi nadi perkembangan
1. Kekuatan nadi sebelum dan sesudah kesehatan
ferifer meningkat aktifitas
2. Palpitasi menurun  Terapeutik
3. Oliguria menurun  Terapeutik
1. Pengobatan
4. Murmur jantung 1. Berikan terapi nonfarmakologis
menurun relaksasi untuk
5. Tekanan darah mengurangi stress  Edukasi
membaik
 Edukasi 1. Mengurangi
terjadinya komplikasi
1. Anjurkan berhenti
INTERVENSI
merokok
PENDUKUNG
INTERVENSI a. Pemantauan tanda
PENDUKUNG vital
a. Pemantauan tanda  Observasi
vital
 Observasi 1. Mengetahui status
kesehatan
1. Monitor Tanda vital
 Terapeutik
 Terapeutik
1. Mengetahui status
1. Dokumentasikan hasil perkembangan
pemantauan kesehatan

4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan INTERVENSI UTAMA IBTERVENSI UTAMA


b.d fatique b.b tindakan keperawatan a. Manajemen energi a. Manajemen energi
dipsnea selama 1 x 24 jam  Observasi  Observasi
saat/setelah maka toleransi
aktivitas, merasa aktifitas meningkat 1. Monitor lokasi dan 1. Mengetahui
tidak nyaman dengan kriteria hasil : ketidaknyamanan penyebab dari masalah
setelah beraktivitas, 1. Dipsnea selama melakukan yang muncul
merasa lemah, setelah/saat aktivitas aktifitas
 Terapeutik
tekanan darah menurun  Terapeutik
berubah >20% dari 2. Perasaan lemah 1. Memberikan rasa
kondisi istirahat, menurun 1. Sediakan lingkungan aman nyaman
gambaran EKG 3. Tekanan darah nyaman dan rendah
menunjukan aritmia membaik stimulus  Edukasi
saat/setelah 4. Sianosis menurun 1. Melatih disiplin
aktifitas, gambaran 5. EKG iskemia  Edukasi
dalam program
EKG menunjukan membaik 1. Anjurkan melakukan pengobatan
iskemia, sianosis.
aktivitas secara INTERVENSI
bertahap PENDUKUNG
a. Terapi Aktifitas
INTERVENSI
 Observasi
PENDUKUNG
a. Terapi aktifitas 1. Mengetahui
 Observasi kesanggupan untuk
melakukan tindakan
1. Monitor respons
emosional, fisik, sosial,  Terapeutik
dan spiritual terhadap
aktifikas 1. Mencegah terjadinya
kaku sendi dan otot
 Terapeutik

1. Fasilitasi aktivitas fisik


rutin

O. DAFTAR PUSTAKA
Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan Konsumsi
Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota Manado.
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi SecaraTerpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood pressure
or contain the according to national circumstances
Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa, 46(3),
172–178.
Aspiani, R. yuli. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-dan-
Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Misbach, J. (2013). Aspek diagnostik, Patofisiolofi, Managemen.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Nurariif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan kepeawatan berdasarkan diagnosa medis & Nanda Jilid 2.
Trianto,(2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi Aksara.
PPNI ,T. P. (2016).Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator
Diagnostik,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
World Health Organization. (2010). SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME (10th ed.). World
Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai