Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

J
DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI DI WISMA PROKLAMASI UPTD BALAI
PENYANTUNAN SOSIAL LANJUT USIA TERLANTAR
“SENJA CERAH”

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NURSE
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI HIPERTENSI

I. DEFINISI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2018). Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian / mortalitas (Trianto, 2018). Hipertensi berarti tekanan darah di dalam
pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi yang merupakan pengangkut darah dari
jantung yang memompa darah keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh
(Aryantiningsih & Silaen, 2018).
Hipertensi ialah kondisi yang sering muncul pada pelayanan kesehatan
primer dengan memiliki risiko morbiditas serta mortalitas yang terus
meningkat selaras dengan naiknya tingkatan tekanan sistolik dan diastolik yang
diakibatkan oleh gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi sering
disebut dengan silent killer atau pembunuh diam-diam karena orang yang
mempunyai penyakit hipertensi sering tanpa gejala (P2PTM Kemenkes RI,
2019). Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama
terjadinya penyakit kardiovaskular aterosklerotik, gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal. Hipertensi menimbulkan risiko mortalitas dini, yang meningkat
saat tekanan sistolik dan diastolik meningkat. Peningkatan tekanan darah yang
berkepanjangan merusak pembuh darah di organ jantung, ginjal, otak dan mata
(Brunner & Saddath, 2020).

II. ANATOMI & FISIOLOGI

a. Anatomi Jantung

1) Jantung
System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah
(arteri, vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama system
kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh
tubuh dan memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi
paru untuk dioksigenasi (Aspiani, 2019).
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastunum. Jantung
berbentuk seperti kerucut tumpul dan bagian bawah disebut apeks
terletak lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepi terletak pada ruang
interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis,
bagian atas disebut basis terletak agak ke kanan pada kosta ke III
sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki ukuran panjang sekitar
12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200-425
gram, pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225
gram (Aspiani, 2019).

Jantung adalah organ muscular yang tersusun atas dua atrium


dan dua ventrikel. Jantung dikelilingi oleh kantung pericardium yang
terdiri atas dua lapisan,yakni:

a) Lapisan visceral (sisi dalam )

b) Lapisan perietalis (sisi luar)

Dinding jantung mempunyai tiga lapisan, yaitu:


a) Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki struktur
yang sama dengan pericardium visceral.
b) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas
otot yang berperan dalam menentukan kekuatan konstraksi.
c) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas
jaringan endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan
menutupi katup jantung.

Jantung mempunyai empat katup, yaitu:


a) Trikupidalis

b) Mitralis (katup AV)

c) Pulmonalis (katup semilunaris)

d) Aorta (katup semilunaris)

Jantung memiliki 4 ruang , yaitu atrium kanan, atrium kiri dan


ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah.
Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
Gambar 2.1 :anatomi jantung

2) Pembuluh darah
Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada
keutuhan dan fungsi system vaskuler, karena darah dari jantung akan
dikiri ke setiap sel melalui system tersebut. Sifat structural dari setiap
bagian system sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologinya
dalam integrasi fungsi kardiovaskular. Keseluruhan system peredaran
(system kardiovaskular) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler, venula, dan
vena.(Aspiani, 2019)
a) Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan
(intima,media,adventisia) yang membawa darah yang
mengandung oksigen dari jantung ke jaringan.
b) Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang
mevaskularisasi kapiler.
c) Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula
(pembuluh darah yang lebih besr yang bertekanan lebih rendah
dibandingkan dengan arteriol), dimana zat gizi dan sisa
pembuangan mengalami pertukaran
d) Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena
e) Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan
rendah yang membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke
jantung. (Lyndon, 2020)

b. Fisiologi

1) Siklus jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama
jantung. Dalam bentuk yang pailng sederhana, siklus jantung adalah
kontraksi bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada
detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.
Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi
dan relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole
(saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole (saat ventrikel
relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi
spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan
relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, systole (kontraksi) atrium diikuti sistole
ventrikel sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah
dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium
dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah
melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya.
Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis.
Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri.
Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali
darah ke atrium dan siklus kembali.
a) Sistole atrium

b) Sistole ventrikel

c) Diastole ventrikel

2) Tekanan darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan
oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding
pembuluh darah, timbul dari adanya tekanan pada dinding arteri.
Tekanan arteri terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik, tekanan
pulsasi, tekanan arteri rerata.
Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang
mengalir pada arteri saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya
sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolic yaitu tekanan darah pada
dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90
mmHg. Tekanan pulsasi merupakan
reflek dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya sekitar
40-90 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan gabungan
dari tekanan pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya sama dengan
sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik. Tekanan darah
sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan systole dan tekanan diastole
yang normal berkisar120/80 mmHg. Peningkatan tekanan darah lebih
dari normal disebut hipertensi dan jika kurang normal disebut hipotensi.
Tekanan darah sanagat berkaitan dengan curah jantung, tahanan
pembuluh darah perifer (R). Viskositas dan elastisitas pembuluh darah
(Aspiani, 2019)
III. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya
hipertensi :
a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi
atau transport Na.
b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress karena lingkungan
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah
(Aspiani, 2019)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena
itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita
esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan
ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g
kegemukan atau makan berlebih, stress, merokok, minum
alcohol, minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah
satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal,
yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan
tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila
dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang
terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar
adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung
dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan
peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan
CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui
penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi
oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).

IV. Manifestasi klinis


Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi.
Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio
oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit
jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya
hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi
dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang
berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan
pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah),
penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien
dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke
hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram
otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah
membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder (Adrian, 2019).
tabel 2.1. Anamnesis penderita hipertensi.

Faktor risiko
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal pribadi dan di keluarga

Riwayat faktor risiko pribadi dan di keluarga (contoh: hiperkolesterolemia familial)


Riwayat merokok
Riwayat diet dan konsumsi garam Konsumsi alcohol

Kurang aktivitas fisik/ gaya hidup tidak aktif Riwayat disfungsi ereksi

Riwayat tidur, merokok, sleep apnoea (informasi juga dapat diberikan oleh pasangan)
Riwayat hipertensi pada kehamilan/pre-eklampsia

kemungkinan Hipertensi sekunder

Awitan hipertensi derajat 2 atau 3 usia muda (< 40 tahun), perkembangan hipertensi tiba-
tiba, atau tekanan darah cepat memburuk pada pasien usia tua

Riwayat penyakit ginjal/traktus urinarius

Penggunaan obat/penyalahgunaan zat/terapi lainnya: kortikosteroid, vasokonstriktor


nasal, kemoterapi, yohimbine, liquorice
Episode berulang berkeringat, nyeri kepala, ansietas, atau palpitasi, sugestif
phaeochromocytoma
Riwayat hipokalemia spontan atau terprovokasi diuretik, episode kelemahan otot, dan
tetani (hiperaldosteronisme)

Gejala penyakit tiroid/ hiperparatiroidisme

Riwayat kehamilan saat ini dan/atau penggunaan kontrasepsi oral


Riwayat sleep apnoea

Riwayat dan Gejala Hypertension Mediated Organ Damage (HMOD),


Penyakit kardiovaskuler, Stroke, Penyakit Ginjal
Otak dan mata: Nyeri kepala, vertigo, sinkop, gangguan penglihatan, transient ischemic
attact (TIA), defisit motorik atau sensorik, stroke, revaskulerisasi karotis, gangguan
kognisi, demensia
(pada lanjut usia)
Jantung: Nyeri dada, sesak napas, edema, infark miokard, revaskulerisasi koroner,
sinkop, riwayat berdebar-debar, aritmia (terutama AF), gagal jantung

Ginjal: Haus, poliuria, nokturia, hematuria, infeksi traktus urinarius

Arteri perifer: Ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten, jarak berjalan bebas nyeri,
nyeri saat istirahat, revaskulerisasi perifer

Riwayat Penyakit Ginjal Kronis (contoh: penyakit ginjal polikistik) pribadi atau keluarga

Sumber : (Adrian, 2019)

V. Klasifikasi

Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa


kelompok yaitu:

Table 2.2 Klasifikasi Hipertensi

N o. Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 < 80
2, Normal 120- 129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 ( berat ) 180- 209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Sumber : (Nurarif, 2021)


VI. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang
bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor, seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2019)
VII. Pathway hipertensi

Bagan 2.1 Pathway Hipertensi

(Sumber : ( WOC ) dengan menggunakan Standar Diganosa Keperawatan


Indonesia dalam PPNI,2017)

VIII. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim


ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)

b. EKG

1) Hipertrofi ventrikel kiri

2) Iskemia atau infark miocard

3) Peninggian gelombang P

4) Gangguan konduksi

c. Foto Rontgen

1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.

2) Pembendungan, lebar paru

3) Hipertrofi parenkim ginjal

4) Hipertrofi vascular ginjal

(Aspiani, 2019)

IX. Komplikasi

Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2019):


a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung.

b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus ,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerahdaerah
yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan
arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus
perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer
Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga
memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya
pembuluh darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%)
dan angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena
berbagai hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi
arteriovenous, neoplasma intrakranial, thrombosis atau angioma vena.
Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar
berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi perdarahan,
usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa, Saleh, &
Rahardjo, n.d.)

X. Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan


risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah
140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor
risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan
obat antihipertensi (Aspiani, 2019).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat
atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan
dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara
intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya
dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.

b. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara


menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup.
Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,
penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah.
c. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda


bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol,


penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung. (Aspiani, 2019)
B. KONSEP TEORI PENUAAN

I. Pengertian
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Siti Bandiyah, 2019).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada
kalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami
kekurangan-kekurangan yang menyolok atau diskrepansi (Wahyudi Nugroho,
2020).
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school,
school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara
biologis maupun psikologis (Padila, 2018).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur
60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetpai
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila,
20118).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin buruk, gerakan semakin lambat, dan figure
tubuh yang tidak proposional (Nugroho, W. 2019).

II. Klasifikasi Lanjut Usia

Klasifikasi lanjut usia (Nugroho, W. 2022)


a. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikatakan lanjut usia
tersebut dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1) Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun
2) Usia tua (old) : 75-89 tahun
3) Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun
b. Menurut Dep. Kes. RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia membaginya lanjut usia
menjadi sebagai berikut :
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan
sebagai masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
3) Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai
masa senium.

c. Maryam (2008) mengklasifikasikan lansia antara lain :


1) Pralansia (praselinis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia Risiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2013)
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2013)
5) Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2013).

III. Teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikososial, teori lingkungan (Aspiani, 2019).
a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan
kondisi tingkat structural sel/ organ tubuh, termasuk didalamnya adalah
pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-
determinan yang menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang
dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/ memberi dampak terhadap
organ/ sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan
usia kronologis.

1) Teori “Genetik Clock”


Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya
program jam genetik didalam nuclei. Jam ini akan berputar dalam jangka
waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur menurut teori ini terjadi mutasi progresif pada
DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.

2) Teori error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat
kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi
beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang
merupakan substansi pembangun atau pembentuk sel baru. Peningkatan
usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih
besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.

3) Teori Autoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata
pada Limposit –T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit –B.
perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem immune humoral,
yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk : (a)
menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembanga
kanker. (b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses
dan secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen.
(c) meningkatkan produksi autoantingen, yang berdampak pada
semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang berhubungan
dengan autoimmun.

4) Teori Free Radical


Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi
akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh
adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas merupakan
zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sehingga salah satu hasil kerja
metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses
metabolisme tubuh, tetapi ia dapat tebentuk akibat : (1) proses
oksigenasi lingkungan seperti pengaruh polutan, ozon, dan petisida. (2)
reaksi akibat paparan dengan radiasi. (3) sebagai reaksi berantai dengan
molekul bebas lainnya. Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari
komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat
berupa : superoksida (O2), radikal hidroksil,dan H2O2. Radikal bebas
sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin
banyak terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan harus
terjadi, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
5) Teori Kolagen
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.

6) Wear Teori Biologi


Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan
kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

b. Teori Psikososial

1) Activity Theory (Teori Aktivitas)


Teori ini menyatakan bahwa seseorang individu harus mampu
eksis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan
dalam kehidupan di hari tua. Aktivitas dalam teori ini dipandang
sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa kepuasan
pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi
bahwa : (1) aktif lebih baik daripada pasif. (2) gembira lebih baik
daripada tidak gembira. (3) orang tua merupakan orang yang baik untuk
mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan
bergembira. Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan secara
langsung.

2) Continuitas Theory (Teori Kontinuitas)


Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi
yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi
oleh orang lanjut usia. Adanya suatu kepribadian berlanjut yang
menyebabkan adanya suatu pola perilaku yang meningkatkan stress.

3) Disanggement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat , hubungan dengan individu lain.

4) Teori Stratisfikasi Usia


Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.

5) Teori Kebutuhan Manusia


Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%
dan tidak semua orang mencapai kebutuhan yang sempurna.

6) Jung Theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
7) Course of Human Life Theory
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.

8) Development Task Theory


Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai
dengan usianya.

c. Teori Lingkungan

1) Radiation Theory (Teori Radiasi)


Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karena
sinar ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-gelombang mikro
yang telah menumbuk tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan
perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak dan mati.

2) Stress Theory (Teori Stress)


Stress fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran
neurotransmitter tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi jaringan
menurun sehingga jaringan mengalami gangguan metabolisme sel
sehingga terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan
eksisitas membrane sel.

3) Pollution Theory (Teori Polusi)


Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh mengalami
gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang seterusnya
mempercepat terjadinya proses menua dengan perjalanan yang masih
rumit untuk dipelajari.

4) Exposure Theory (Teori Pemaparan)


Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip
dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susunan DNA
sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa terjadi.

IV. Perubahan-perubahan pada lanjut usia


Menurut Aspiani (2019), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi :

1. Perubahan Fisik

a) Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh
manusia yang memproduksi hormone. Hormone pertumbuhan
berperan sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan,
pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Yang termasuk
hormone kelamin adalah :
• Menurunnya sekresi hormone kelamin seperti progesterone,
estrogen, dan testoteron
• Menurunnya produksi aldosterone
• Produksi hampir dari semua hormone menurun
• Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah
• Pituitary : pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan
hanya didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari
ACTH (Adrenocortikotropic Hormone), TSH (Thyroid
Stimulating Hormone), FSH (Folikel Stimulating Hormone), dan
LH (Leutinezing Hormone).
• Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal
Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat

b) Sel
• Lebih sedikit jumlahnya
• Lebih besar ukurannya
• Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
• Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
• Jumlah sel otak menurun
• Terganggungnya mekanisme perbaikan sel
• Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%

c) Sistem Kardiovaskuler
• Elastisitas dinding aorta menurun
• Katup jantung menebal dan menjadi kaku
• Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
• Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya aktivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,perubahan posisi dan
tidur ke duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan
darah menurun yaitu menjadi 65 mmHg yang dapat
mengakibatkan pusing mendadak.
• Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer : sistolis normal ±170
mmHg, diastolis normal ±90 mmHg.

d) Sistem Pernafasan
• Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
• Menurunnya aktivitas dari silia.
• Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman bernafas menurun.
• Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
• 0ksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
• Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.
• Kemampuan untuk batuk berkurang.
• Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

e) Sistem Persyarafan
• Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
• Cepat menurun hubungan persarafan.
• Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress.
• Mengecilnya saraf panca indra : berkuranganya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan
perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan tehadap dingin.
• Kurang sensitive terhadap sentuhan.

f) Sistem Gastrointestinal
• Kehilangan gigi : penyebab utama adanya Periodontal Disease
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
• Indra pengecap menurun : adanya iritasi yang kronis dan selaput
lender, atropi indra pengecap (± 80 %), hilangnya senstivitas
dari indra pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitivitas dari saraf pengecap terhadap rasa asin,
asam dan pahit.
• Esophagus melebar.
• Lambung : rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun),
asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
• Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
• Fungsi absorpsi melemah (daya absoprsi terganggu).
• Liver (hati) : makin mengecil, dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

g) Sistem Genitourinaria
• Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin, darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan
(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus ). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 % , fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (bisanya ±1) BUN
( Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
• Vesika urinaria (kandung kemih)
Otot-otot menjadi lemah, kapastiasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
• Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65
tahun

h) Sistem Indera : Pendengaran, Penglihatan, Perabaan dll


Organ sesnsori pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba
dan penghirup memungkinkan kita berkomunikasi dengan
lingkungan. Pesan yang diterima dari sekitar kita membuat tetap
mempunyai orientasi, ketertarikan dan pertentangan. Kehilangan
sensorik akibat penuaan merupakan saat dimana lansia menjadi
kurang kinerja fisiknya dan lebih banyak duduk :
a) Sistem Pendengaran
• Presbiakuisis (gangguan pendengaran). Hilangnya
kemampuan/ daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun
• Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis
• Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya kerati
• Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress

b) Sistem Penglihatan
• Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar karena lebih berbentuk sfesis (bola)
• Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak,
jelas menyebababkan gangguan penglihatan
• Meningkatkan ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi
terhadap kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap
• Hilangnya daya akomodasi
• Menruunnya lapang pandang,: berkurangnya luas pandangan
• Menurunnya daya membedakan warna biru/hiijau pada skala

c) Rabaan
Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan
yang paling mudah untuk menterjemahkan. Bila indra lain
hilang, rabaan dapat mengurangi perasaan sejahtera. Meskipun
resptor lain akan menumpul dengan bertambahnya usia, namun
tidak pernah hilang
d) Pengecap dan Penghidu
Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit.
Diantara semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia.
Maka jelas bagi kita mengapa mereka membubuhkan gula
secara berlebihan,. Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan
terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu. Harus
dianjurkan pengunaan rempah, bawang, bawang puti, dan lemon
untuk mengurangi garam dalam menyedapkan masakan

i) Sistem Integumen
Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi, dan
ekskresi. Dengan bertambahnya usia,terjadilah perubahan intrinsic
dan ekstrinsik yang mempengaruhi penampilan kulit :
• Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak
• Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena hilangnya proses
kreatinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis)
• Menurunnya respon terhadap trauma
• Mekanisme proteksi kulit menurun : produksi serum menurun,
penurunan serum menurun, gangguan pigmentasi kulit
• Kulit kepala dan rambut menipis berarna kelabu
• Rambut dalam hidup dan telinga menebal
• Berkurangnya elastisitas akibat dan menurunnya
cairan dan vaskularisasi
• Pertumbuhan kuku lebih lambat
• Kuku jari menjadi keras dan rapih
• Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
• Kelenjar keringat berkurangnya jumlah dan fungsinya
• Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya

j) Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi
sebelum usia 40 tahun :
• Tulang kehilangan denstisy (cairan) dan makin rapuh dan
osteoporosis
• Kifosis
• Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
• Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang)
• Persendian membesar dan menjadi kaku
• Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
• Atrofi serabut oto (otot-otot serabut mengecil) : serabut-
serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor
• Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh

k) Sistem Reproduksi dan Seksualitas


a. Vagina
Orang-orang yang makin menua seksua; intercourse
masih juga membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu.
Fungsi seksual seseorang berhenti, frekuensi seksual
intercourse cenderung menurun dan secara bertahap tiap tahun
tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus
sampai tua. Selaput lendir vagina menurun, permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
b. Menciutnya ovary dan uterus
c. Atrofi payudara
d. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur
e. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik) yaitu :
• Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia
• Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual
• Tidak terlalu cemas karena merupakan perubahan alami

2. Perubahan Kognitif
Keinginan untuk berumur panjang dan ketika meninggal dapat
masuk surga ialah sikap umum lansia yang perlu dipahami oleh perawat.
Perubahan kognitif pada lansia dapat berubah sikap yang semakin
egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Bahkan, lansia cenderung ingin mempertahankan hak dan
hartanya, serta ingin tetap berwibawa,. Mereka mengharapkan tetap
memiliki peranan dalam keluarga ataupun masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif :
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran,
kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia
akan kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Lansia cenderung mengalami demensia. Demensia biasanya
terjadi pada usia lanjut dan Alzheimer merupakan bentuk demensia yang
umum terjadi, yakni mencapai 50 hingga 60 % dari semua kasus
demensia. Sedangkan, bentuk lainnya misalnya karena faktor pembuluh
darah. Demensia terbagi menjadi dua, yakni demensia yang dapat
disembuhkan dan demensia yang sulit disembuhkan. Adapun penyebab
demensia yang dapat disembuhkan antara lain :
1) Tumor otak
2) Hematoma subdural
3) Penyalahgunaan obat terlarang
4) Gangguan kelenjar tiroid
5) Kurangnya vitamin, terutama vitamin B12
6) Hipoglikemia
Sementara itu, demensia yang sulit disembuhkan antara lain disebabkan
oleh:
1) Demensia Alzheimer
2) Demensia vascular
3) Demensia lewy body
4) Demensia frontemporal

3. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia
yang memasuki masamasa pensiun akan mengalami kehilangan-
kehilangan sebagai berikut :
1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2) Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika
masih bekerja dulu
3) Kehilangan kegiatan/ aktivitas. Kehilangan ini erat kaitannya
dengan beberapa hal sebagai berikut :
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan
cara hidup ( memasuki rumah perawatan, pergerakan
lebih sempit)
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari
jabatan. Biaya hidup meningkat padahal penghasilan
yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan
sosial
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan
dan kesulitan
f) Gangguan gizi akibat kehilagan jabatan. Rangkaian
kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan keluarga
g) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri)
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORI HIPERTENSI

1. Pengkajian keperawatan

a. Identities klien

1) Identitas klien, meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis


kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa
medik.
2) Identitas Penanggung Jawab, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien.

b. Keluhan utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,


palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan


memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak
jantung tak teratur, nyeri dada.
d. Riwayat kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit


ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit


metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan
penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
f. Aktivitas / istirahat

1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.


2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

g. Sirkulasi

1) Gejala :

a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup


dan penyakit serebrovaskuler
b) Episode palpitasi
2) Tanda :

a) Peningkatan tekanan darah


b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
c) Murmur stenosis vulvular
d) Distensi vena jugularis
e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda

h. Integritas ego

1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple


(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara.

i. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat


penyakit ginjal pada masa yang lalu.
j. Makanan / cairan

1) Gejala :

a) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,


lemak serta kolesterol
b) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
c) Riwayat penggunaan diuretic

2) Tanda :

a) Berat badan normal atau obesitas


b) Adanya edema
c) Glikosuria
d) Neurosensori

3) Gejala :

a) Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital


(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam)
b) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur, epistakis)

4) Tanda :
a) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi
bicara, efek, proses piker
b) Penurunan kekuatan genggaman tangan

k. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala


l. Pernapasan

1) Gejala :

a) Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea, ortopnea.


Dispnea
b) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
c) Riwayat merokok

2) Tanda :

a) Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan


b) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
c) Sianosis

m. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.


n. Pembelajaran / penyuluhan

Gejala :
1) Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus.
2) Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.

o. Rencana pemulangan

Bantuan dengan pemantau diri tekanan darah/ perubahan dalam terapi


obat.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut
(Nurarif, 2021) dengan hipertensi :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload

b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia

c. Kelebihan volume cairan

d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

e. Ketidakefektifan koping

f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

g. Resiko cedera

h. Defisiensi pengetahuan

i. Ansietas

Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien


dengan hipertensi (Nurarif ,2021 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
a. Nyeri akut ( D.0077 )

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan


kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemia, neoplasma).
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
a) Subjektif : mengeluh nyeri.
b) Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis : waspada,
posisi menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur.

Kriteria Minor :
a) Subjektif : tidak ada
b) Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafus
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis.

Kondisi Klinis Terkait :


a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom koroner akut
e) Glaukoma
b. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat


menggangu metabolisme tubuh Penyebab : peningkatan
tekanan darah.
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subyektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.

Kriteria Minor :
1) Subyektif : parastesia , nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
2) Objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks anklebrachial
<0,90 , bruit femoralis

Kondisi klinis terkait :


1) Tromboflebitis
2) Diabetes mellitus
3) Anemia
4) Gagal jantung kongestif
5) Kelainan jantung congenital
6) Thrombosis arteri
7) Varises
8) Thrombosis vena dalam
9) Sindrom kompartemen

c. Hipervolemia (D.0022)

Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau


intraseluler. Penyebab: gangguan mekanisme regulasi.
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subyektif : ortopnea , dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan
meningkat dalam waktu singkat, jugular venous pressure (JVP)
dan/atau Central Venous pressure (CVP) meningkat , refleks
hepatojugular positif.

Kriteria Minor :
1) Subyektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : Distensi vena jugularis,suara nafas tambahan, hepatomegali,
kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti
paru.

Batasan karakteristik : Kondisi klinis terkait :


1) Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/ kronis, sindrom nefrotik
2) Hipoalbuminemia
3) Gagal jantung kongesif
4) Kelainan hormone
5) Penyakit hati (mis. Sirosis, asietas, kanker hati )
6) Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, thrombus vena, phlebitis)
7) Imobilitas

d. Intoleransi aktivitas (D.0056)

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari


Penyebab : kelemahan.
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subyektif : mengeluh lelah
2) Objektif : frekuensi jantung meningkat >20 % dan kondisi
istirahat
Kriteria Minor :
1) Subyektif : dispnea saat / setelah aktivitas , merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas , merasa lelah.
2) Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
, gambaran EKG menunjukan aritmia
3) Gambaran EKG menunjukan iskemia
4) Sianosis

Kondisi Klinis Terkait


1) Anemia
2) Gagal jantung kongesif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK)
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskeletal
e. Defisit Pengetahuan ( D.0111)

Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan


dengan topic tertentu.
Penyebab : kurang minat dalam belajar
Batasan karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
2) Objektif : menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran , menunjukan
persepsi yang keliru terhadap masalah.

Kriteria Minor :
1) Subjektif : ( tidak tersedia )
2) Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat ,
menunjukan perilaku berlebihan ( mis . apatis, bermusuhan, agitasi,
hysteria )

Kondisi klinis terkait


1) Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis

f. Ansietas ( D.0080)

Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap


objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi.
Batasan Karakteristik :
Kriteria Mayor :
1) Subjektif : merasa bingung , merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi , sulit berkonsentrasi.
2) Objektif : tampak gelisah , tampak tegang , sulit tidur .

Kriteria Minor :
1) Subjektif : mengeluh pusing , Anoreksia , palpitasi ,merasa
tidak berdaya.
2) Objektif : freuensi nafas meningkat , frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat , diaphoresis , tremor , muka
tampak pucat , suara bergetar , kontak mata buruk, sering
berkemih , berorrientasi pada masa lalu.

Kondisi Klinis Terkait :


1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
g. Resiko Penurunan curah Jantung ( D.00 11)

Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat


untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Factor Risiko : Perubahan afterload
Kondisi Klinis Terkait :
1) Gagal jantung kongesif
2) Sindrom koroner akut
3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta,
pulmonalis, trikupidalis , atau mitralis )
4) Atrial/ventricular septal defect
5) Aritmia

h. Resiko Jatuh ( D.0143)

Definisi : Beresiko mengalami keruskan fisik dan gangguan kesehatan


akibat terjatuh.
Faktor Risiko :
1) Usia ≥65 tahun (pada dewasa ) atau ≤ 2 tahun ( Pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4) Penggunaan alat bantu berjalan
5) Penurunan tingkat kesadaran
6) Perubahan fungsi kognitif
7) Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)
8) Kondisi pasca operasi
9) Hipotensi ortostatik
10) Perubahan kadar glukosa darah
11) Anemia
12) Kekuatan otot menurun
13) Gangguan pendengaran
14) Gangguan kesimbangan
15) Gangguan penglihatan (mis. Glaucoma, katarak,ablasio,
retina, neuritis optikus)
16) Neuropati
17) Efek agen farmakologis (mis. Sedasi, alcohol, anastesi umum)

Kondisi klinis terkait :


1) Osteoporosis
2) Kejang
3) Penyakit sebrovaskuler
4) Katarak
5) Glaucoma
6) Demensia
7) Hipotensi
8) Amputasi
9) Intoksikasi
10) Preeklampsi

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh


perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan pada intervensi
keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI,
2018).
Menurut Nurarif & Kusuma (2021) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017):
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri


menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)


1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat/dingin)
5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi


perifer meningkat
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)
1) Nadi perifer teraba kuat
2) Akral teraba hangat
3) Warna kulit tidak pucat

Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )


1) Memonitor tekanan darah
2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
4) Memonitor suhu tubuh
5) Memonitor oksimetri nadi
6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

c. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


keseimbangan cairan meningkat
Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)
1) Terbebas dari edema
2) Haluaran urin meningkat
3) Mampu mengontrol asupan cairan

Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)


1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea,
edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan) 2) Monitor
intake dan output cairan
3) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
4) Batasi asupan cairan dan garam
5) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
6) Ajarkan cara membatasi cairan
7) Kolaborasi pemberian diuretic

d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi


aktivitas meningkat
Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)
1) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
3) Pasien mengatakan keluhan lemah berkurang

Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)


1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
5) Anjurkan tirah baring
6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
8) meningkatkan asupan makanan

e. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat


pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)
1) Pasien melakukan sesuai anjuran
2) Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang
disampaikan
3) Pasien mengajukan pertanyaan

Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)


1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
3) sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
4) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5) berikan kesempatan untuk bertanya
6) jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
7) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8) ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

f. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat


ansietas menurun
Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)
1) Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
2) Pasien tampak tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )


1) identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi,
waktu, stressor)
2) gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
3) informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan , dan prognosis

g. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung


meningkat
Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)
1) Tanda vital dalam rentang normal
2) Nadi teraba kuat
3) Pasien tidak mengeluh lelah

Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)

1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis:


dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung ( mis:
peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3) Monitor tekanan darah
4) Monitor intake dan output cairan
5) Monitor keluhan nyeri dada
6) Berikan diet jantung yang sesuai
7) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu
8) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
9) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
10) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

h. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
jatuh menurun.

Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)


1) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
2) Risiko jatuh saat berjalan menurun
3) Risiko jatuh saat berdiri menurun

Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)


a. Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat
kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
b. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
dengan kebijakan institusi
c. Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh (mis.
Morse scale, humpty dumpty)
d. Pasang handrail tempat tidur
e. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpidah.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam


rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Wartonah, 2020). Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan,
dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya
terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu:
a. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya
sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity
daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi,
pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-kultural, dan lain-lain.
b. Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan
keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian
obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan
lain-lain.
c. Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan
sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai
dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik)
sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil
dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017).
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori) dan perencanaan.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut:
Kartu SOAP (data subjektif, data objektif,
analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk
mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien,
kecuali pada klien yang afasia.
2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3,
yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang
maupun yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan)
dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah
ditentukan.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)


Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon klien dan
keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
layanan.
Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan
pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan perubahan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawatan baru.
DAFTAR PUSTAKA

Rifai, Muchamad, and Diah Safitri. 2022. “EDUKASI PENYAKIT


HIPERTENSI WARGA DUKUH GEBANG RT 04/RW 09 DESA
GIRISUKO KECAMATAN PANGGANG KABUPATEN
GUNUNGKIDUL.” BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN
MASYARAKAT 4, no. 2 (August 25, 2022).
https://doi.org/10.29040/budimas.v4i2.4101.
Sari, Novia Puspita. 2020.“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HIPERTENSI YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT.”
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Samarinda, 2020.
Brunner & Suddarth. (2020). Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. alih
bahasa Yulianti, D & Kimin, A. Jakarta: EGC.
P2PTM Kemenkes RI. (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your
Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK”.
http://p2ptm.kemkes.go.id/.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Asuhan Keperawatan Gerontik

1. Identitas
a. Nama : Tn. Djohns Teintang
b. Tempat /tgl lahir : 69 tahun / 01 Maret 1955
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Perkawinan : Cerai
e. Agama : Kristen Protestan
f. Suku : Minahasa (Tikala Baru)

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : Tidak ada

b. Pekerjaan sebelumnya : Tukang

c. Sumber pendapatan : Keluarga

d. Kecukupan pendapatan : Cukup

3. Lingkungan tempat tinggal

a. Kebersihan dan kerapihan ruangan : Bersih dan Rapih

b. Penerangan : Baik

c. Sirkulasi udara : Baik

d. Keadaan kamar mandi & WC : Baik

e. Pembuangan air kotor: Baik

f. Sumber air minum : Baik


g. Pembuangan sampah : Baik

h. Sumber pencemaran : Baik

4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
P : Nyeri bagian dada
Q: ditusuk-tusuk
R: saat berjalan atau beraktivitas lebih
S: 4-5
T: sesekali -+ muncul setiap 1 jam
2. Upaya mengatasi :

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi, CHF

2. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu dll): Tidak Ada

3. Riwayat kecelakaan : Ya, fraktur kedua kaki di tahun 1975

4. Riwayat pernah dirawat di RS : Ya, Rs Siloam Paal 2

5. Riwayat pemakaian obat : Amlo 10 mg, Cathropil 25 mg, Aspilets (1x1 siang
sesudah makan)

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : CM
b. TTV : TD 170/100 mmHg
c. BB/TB : 69 Kg / 168 cm
d. Kepala, Rambut, Mata, Telinga, Mulut, gigi (terdapat gigi ompong) dan bibir : Baik
e. Dada : Baik
f. Abdomen : Baik
g. Kulit : Timbul Bintik Bintik merah karena faktor penyakit jantung
h. Ekstremitas Atas dan bawah ; baik

6. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen Kesehatan
- Menolak Kondisi Sakit
b. Nutrisi metabolic
- Klien makan 2-3x sehari dengan porsi sedikit
c. Eliminasi
- BAK 6-8x Sehari BAB 1x dalam 3 hari
d. Aktifitas Pola Latihan
- Klien dalam beraktifitas sehari hari untuk berjalan mandiri
- klien tidak boleh beraktivitas lebih karena penyakit jantung
e. Pola istirahat tidur
- Klien memiliki kesulitan dalam tidur sering terbangun pada malam hari dan sulit
untuk kembali tidur
f. Pola Kognitif Persepsi
- Penglihatan kanan sudah tidak bisa melihat dan Pendengaran kurang baik
g. Persepsi diri-Pola konsep diri
- Klien mulai menerima dengan usianya sekarang
h. Pola Peran-Hubungan
- Klien sudah menerima dengan keadaan berpisah dengan istri
i. Sexualitas
- Klien seorang laki-laki
a. Koping-Pola Toleransi Stress
Klien mampu mengatasi stress dan menerima keadaannya
b. Nilai-Pola keyakinan
Klien rajin mengikuti kegiatan religi

7. Pengkajian Khusus (Format Terlampir)


a. KATZ
INDEKS KATZ
Skore KRITER1A
A Kemandirian dalam hal makan, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup schari-hari, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup schari-hari, kecuali mandi,
bcrpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup schari-hari, kecuali mandi,
bcrpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup schari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tcrsebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tctapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G
Hasil : KATZ A
c. SPMSQ
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skorc No Pcrtanyaan Jawaban

+ -
- 1 Tanggal berapa hari ini? Klien tidak tau
- 2 Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, bulan) Klien tidak tau
- 3 Apa nama tempat ini? Klien tidak tau
- 4 Berapa nomor telepon anda? Klien tidak tau
- 4a. Dimana alamat anda ? (tanyakan jika hanya Klien tidak tau
klien tidak mempunyai telepon)
+ 5 Berapa umur anda ? 83 tahun
+ 6 Kapan anda lahir? 28 - 09 - 1940
- 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Klien tidak tau
- 8 Siapa nama presiden sebelumnya? Klien tidak tau
+ 9 Siapa nama kecil ibu anda?
- 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 Klien tidak tau
dari setiap angka baru, semua secara
menurun
3 8 Jumlah total Fungsi Intelektual Berat

Penilaian SPMSQ
(1) Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
(2) Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan
(3) Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
(4) Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat

(a) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya berpendidikan
sekolah dasar
(b) Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan diatas sekolah menengah atas
(c) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam dengan
mcnggunakan kriteria pendidikan yang sama
d. MMSE

Mini Mental State Exam (MMSE)


Nilai max Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 0 Tahun? (sekarang)
Musim ? (sekarang)
Tanggal ? (sekarang)
Hari? (sekarang)
5 5 Dimana kita
Negara bagian ?
Wilayah?
Kota?
Rumah sakit/Panti
Werdha/Desa?
Registrasi
3 0 Sebutkan 3 objek : 1 detik
untuk mengatakan masing-
masing objek tersebut.
Kemudian tanyakan kembali
ke klien ketiga objek
tersebut, beri 1 poin untuk
setiap jawaban yang benar.
Kemudian ulangi sampai
pasien mempelajari
ketiganya.
Perhatian dan kalkulasi
5 0 Seri 7’s contoh :
(1+2+3+4+1+2+3). Berikan
1 poin untuk setiap jawaban
yang benar
Mengingat
3 1 Meminta pasien mengulang
ketiga objek di atas, berikan
1 point untuk setiap jawaban
benar.
Bahasa
2 1 Perlihatkan pasien 2 benda
kemudian minta pasien
menyebutkan nama benda
tersebut
1 1 Mengulang kata tidak ada,
jika, dan, atau, tetapi
Aktivitas
4 1 Berikan sebuah kertas, minta
pasien mengambil dengan
tangan kanan, kemudian lipat
kertas menjadi dua bagian
dan letakkan di lantai
2 2 Berikan sebuah kertas yang
berisi instruksi : ‘tutup mata
anda’. Minta pasien untuk
melakukannya
Nilai total : 11

Skor >25 = "utuh/tidak ada kerusakan"


Skor 21-24 = gangguan kognitif "ringan"
Skor 10-20 = gangguan kognitif "sedang"
e. Skala Depresi
Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia di mana saya tak dapat
menghadapinnya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat kcluar
darinya
1 Saya mcrasa sedih alau galau
0 Saya tidak merasa scdih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
B. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seorang (orang tua,suami,
istri)
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak mcndapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya mcrsa scolah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Mcnyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kescmpatan
2 Saya mempunyai rencana pasiti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
scndiri
H. Menarik Diri Dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit persaaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-Raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mcngambil keputusan
0 Saya mcmbut keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent dalam
2
pcnampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya kliawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari scbelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekcrja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletlhan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Penilaian:
0 - 4 depresi tidak ada atau minimal
5 - 7 depresi ringan
8 - 15 depresi sedang (10)
> 16 depresi berat
Skala Depresi Geriatric Yesavage

1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda ? (ya)


2. Sudahkah anda mengeluarkan aktivitas dan minat anda ? (ya)
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ?(tidak)
4. Apakah anda sering bosan ? (ya)
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu ? (tidak)
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ? (ya)
7. Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu ? (tidak)
8. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, dari pada pergi dan
melakukan sesuatu yang baru ? (tidak)
9. Apakah anda merasa bahwa anda mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan
anda daripada yang lainnya ? (ya)
10. Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini ? (ya)
11. Apakah anda merasa saya sangat tidak bcrguna dengan keadaan anda sekarang ? (tidak)
12. Apakah anda merasa penuh berenergi ? (tidak)
13. Apakah anda berfikir bahwa situasi anda tak ada harapan ? (ya)
14. Apakah anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik dari pada anda ? (ya)
c
APGAR keluarga
APGAR Keluarga
No Fungsi Uralan Skorc
I Adaptasi Saya puas bahwa saya dapal kcmbali pada 2
keluarga (leman-leman) saya untuk
mcmbantu pada waktu sesuatu
mcnyusahknn saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman- 1
tcman) saya mcmbicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya
3 Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (tcman-teman) 1
saya mencrima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan aktivitas atau arah
bam
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (tcman- 1
tcman) saya mengeksprcsikan cfck dan
bcrcspons tcrhadap cmosi-cmosi saya,
sepcrti marah, sedih atau mencintai
5 Pemecahan Saya puas dengan cara tcman-teman saya 2
dan saya menyediakan waktu bersama-
sama
Ket : Selalu : 2
Kadang -Kadang : 1
Hampir Tidak Pernah : 0
Screening Fall
MORSE FALL SCALE (MFS)/
SKALA JATUH DARI MORSE
Nama Lansia : Tn. D
Umur :
Tanggal : 06 Maret 2024
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.
1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 25 Bulan lalu
Ya 25
dalam 3 bulan terakhir?
2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki Tidak 0 0 Tidak
Ya 15
lebih dari satu penyakit?
3. Alat Bantu jalan: 0 Dibantu
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia Tidak 0 0 Tidak
Ya 20
terpasang infus?
5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 10 Lemah
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0
-bergerak sendiri)
Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6. Status Mental 15 Lansia


- Lansia menyadari kondisi dirinya 0 mengalami
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15 keterbatasan
daya ingat

Total Nilai 50 Risiko Rendah


Keterangan:
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan

Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar

Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar

Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi


e. Skala Norton
Skor Norton
(untuk menilai potensi dekubitus)
Nama pasien :Ny R.T
Kondisi Fisik Umum
Baik 4
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat Buruk 1
Kesadaran
Composmentis 4
Apatis 3
Somnolen 2
Coma 1
Aktivitas
Mandiri 4
Mandiri dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
Mobilitas
Bergerak bebas 4
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tidak bisa bergerak 1
Inkontinensia
Tidak 4
Kadang-kadang 3
Sering Inkontinensia Urin 2
Inkotinensia alvi & Urin 1
Kategori skore
15 – 20 Tidak terjadi
12-15 Kemungkinan kecil terjadi
<12 Kemungkinana besar terjadi.
Klasifikasi Data
No. Data Subjektif (DS) Data Objektif (DO)
Klien mengatakan merasa khawatir Ekstermitas bawah klien tampak
untuk mendengar hasil pemeriksaan lemah
kesehatannya. Palpebrae tampak menghitam
Klien mengatakan kesulitan untuk tidur Klien tampak memerlukan bantuan
dan sering terbangun pada malam hari. orang untuk berjalan dalam jarak jauh
Keluarga klien mengatakan klien Klien tampak gelisah
merasa cemas dan menolak untuk Klien tampak tegang
memeriksakan diri ke dokter. KU baik (GCS:15, E:4 M:6 V:5)
Klien mengatakan merasa kehilangan TTV
karena suami dan anaknya telah TD: 183/77 mmHg
meninggal dunia. N: 72x/m
Klien mengatakan dirinya kurang R: 20x/m
dihargai karena usia sudah semakin tua. SB: 36,7c
Keluarga klien mengatakan klien MFS : 50 (Risiko Rendah)
memiliki riwayat jatuh satu bulan yang Skala Depresi : 10 (Depresi Sedang)
lalu. MMSE : 11 (Gangguan Kognitif
Sedang)
Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


I DS: Peningkatan Usia Ansietas
- Klien mengatakan
merasa khawatir Kehilangan
untuk mendengar
hasil pemeriksaan Harga Diri Rendah
Kesehatan Situasional
- Keluarga klien
mengatakan klien Sensitif, Perubahan mood
merasa cemas dan
menolak untuk Hipertensi
memeriksakan diri
ke dokter Krisis Situasional
- Klien mengatakan
merasa kehilangan Ansietas
karena suami dan
anaknya telah
meninggal dunia
- Klien mengatakan
dirinya kurang
dihargai karena
usia sudah
semakin tua
DO:
- Klien tampak
gelisah
- Klien tampak
tegang
- KU baik (GCS:15,
E:4 M:6 V:5)
- TTV
TD: 183/77 mmHg
N: 72x/m
R: 20x/m
SB: 36,7 °C
- Skala Depresi : 10
(Depresi Sedang)
- MMSE : 11
(Gangguan
Kognitif Sedang)
2. DS: Peningkatan Usia Gangguan Pola Tidur
- Klien mengatakan
kesulitan untuk Hipertensi
tidur dan sering
terbangun pada Sensitif, Perubahan mood
malam hari.
DO: Krisis Situasional
- Klien tampak
gelisah Kurang Kontrol Tidur
- Palpebrae tampak
menghitam Gangguan Pola Tidur
- KU baik (GCS:15,
E:4 M:6 V:5)
- TTV
TD: 183/77 mmHg
N: 72x/m
R: 20x/m
SB: 36,7 °C
- Skala Depresi: 10
(Depresi Rendah)
3. DS: Peningkatan Usia Risiko Jatuh
Keluarga klien
mengatakan klien Riwayat Jatuh
memiliki riwayat jatuh
satu bulan yang lalu. Risiko Jatuh
- DO:
- Ekstermitas bawah
klien lemah
- Klien tampak
perlu bantuan
orang untuk
berjalan
- KU baik (GCS:15,
E:4 M:6 V:5)
- TTV
TD: 183/77 mmHg
N: 72x/m
R: 20x/m
SB: 36,7c
- MFS : 50 (Risiko
Rendah)
Diganosa Keperawatan & Prioritas

Tanggal Tangga
No Diagnosa Keperawatan ditemukan l Prioritas
teratasi
1. Ansietas berhubungan dengan krisis Rabu, Belum I
situasional. 01-03-2023 teratasi

2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Rabu, Belum II


kurang kontrol tidur 01-03-2023 teratasi

3. Risiko Jatuh berhubungan dengan usia Rabu, Belum III


01-03-2023 teratasi
INTERVENSI
Nama : Ny. R.T Umur : 83 Tahun Ruangan : Wisma 45
No Hari/tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
.
1 Rabu, Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan OBSERVASI
01-03- Krisis Situasional, ditandai keperawatan selama 1x8 1. Identifikasi hal yang memicu 1. Mengetahui hal-hal
2023 dengan: jam diharapkam tingkat emosi yang dapat memicu
DS: kecemasan berkurang emosi klien
- Klien mengatakan merasa dengan kriteria hasil : TERAPEUTIK 2. Membangun
khawatir untuk mendengar - Klien mengatakan 2. Bina hubungan saling percaya hubungan baik
hasil pemeriksaan cemasnya berkurang 3. Berikan terapi relaksasi untuk dengan klien
Kesehatan - Klien tampak lebih mengurangi kecemasan 3. Relaksasi dapat
- Keluarga klien tenang 4. Lakukan sentuhan untuk mengurangi tingkat
mengatakan klien merasa - Gelisah tampak memberikan dukungan kecemasan klien
cemas dan menolak untuk berkurang 4. Sentuhan dapat
memeriksakan diri ke - Wajah tampak lebih EDUKASI menngurangi
dokter rileks 5. Anjurkan mengungkapkan hal kecemasan klien
- Klien mengatakan merasa - TTV dalam rentang yang dialami 5. Diketahuinya hal
kehilangan karena suami normal yang memicu
dan anaknya telah TD : 120-140/80-90 kecemasan klien
meninggal dunia mmHg
- Klien mengatakan dirinya
kurang dihargai karena N : 60-100 x/m
usia sudah semakin tua R: 16-20 x/m
DO: SB: 36-37,2 c
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak tegang
- KU baik (GCS:15, E:4
M:6 V:5)
- TTV
TD: 183/77 mmHg
N: 72x/m
R: 20x/m
SB: 36,7 °C
- Skala Depresi : 10
(Depresi Sedang)

Gangguan pola tidur


berhubungan dengan control Setelah dilakukan Tindakan OBSERVASI
tidur ditandai dengan : asuhan keperawatan selama 1. Indentifikasi pola aktifitas 1. Mengetahui pola
DS: 1x8 jam, diharapkan pola sebelum tidur aktifitas klien
- Klien mengatakan tidur membaik dengan 2. Identifikasi factor pengganggu sebelum tidur
kesulitan untuk tidur dan 2. Mengetahui
sering terbangun pada kriteria hasil : tidur penyebab
malam hari. terganggunya tidur
DO: - Keluhan kesulitan TERAPEUTIK klien
- Klien tampak gelisah untuk tidur menurun 3. Berikan lingkungan yang 3. Membantu
- Palpebrae tampak - Keluhan terjaga nyaman mencapai kepuasan
menghitam menurun 4. Lakukan prosedur untuk tidur
- KU baik (GCS:15, E:4 - Keluhan meningkatkan kenyamanan 4. Membantu
M:6 V:5) ketidakpuasan tidur 5. Fasilitasi menghilangkan stress mencapai kepuasan
- TTV menurun sebelum tidur tidur
TD: 183/77 mmHg 5. Membantu
N: 72x/m EDUKASI mencapai kepuasan
R: 20x/m 6. Jelaskan pentingnya tidur yang tidur
SB: 36,7 °C cukup 6. Klien dapat
- Skala Depresi : 10 (Depresi mengerti pentingnya
Sedang) tidur yang cukup

Risiko Jatuh berhubungan


dengan usia ditandai dengan :
DS: Setelah dilakukan Tindakan OBSERVASI 1. Mengetahui adanya
Keluarga klien mengatakan asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi gangguan kognitif gangguan pada
klien memiliki riwayat jatuh 1x8 jam, diharapkan tingkat dan fisik yang menjadi kognitif dan fisik
satu bulan yang lalu. jatuh menurun, dengan penyebab risiko jatuh klien yang
- DO: kriteria hasil : menyebabkan risiko
- Ekstermitas bawah klien - Kejadian jatuh tidak TERAPEUTIK jatuh
lemah terjadi 2. Pastikan barang-barang pribadi 2. Menghindari
- Klien tampak perlu mudah untuk dijangkau aktifitas yang
bantuan orang untuk 3. Fasilitasi lingkungan yang berlebihan yang
berjalan aman dan nyaman dapat menyebabkan
- KU baik (GCS:15, E:4 jatuh
M:6 V:5) EDUKASI 3. Menyediakan
- TTV 4. Anjurkan berganti posisi secara lingkungan yang
TD: 183/77 mmHg perlahan dan duduk beberapa mencegah klien
N: 72x/m menit sebelum berdiri jatuh
R: 20x/m 5. Anjurkan keluarga untuk 4. Beraktifitas dengan
SB: 36,7c mendampingi dan memantau tergesa-gesa dapat
MFS : 50 (Risiko Rendah) klien saat melakukan aktifitas menyebabkan risiko
jatuh
5. Membantu
mencegah risiko
jatuh
Implementasi Dan Evaluasi

Nama : Ny. R.T Ruangan : Wisma 45


Umur : 83 Tahun Kamar :

Hari/tgl
No. Dx keperawatan Implementasi Evaluasi
Jam
1 Ansietas berhubungan dengan Rabu, S:
krisis situasional ditandai 01/03-2023 1. Mengidentifikasi hal yang memicu - Klien mengatakan merasa lebih tenang
dengan emosi - Klien mengatakan sudah lebih bisa
DS: Hasil: Klien mengatakan tidak mau menerima keadaannya
- Klien mengatakan merasa mendengar hasil pemeriksaan tekanan - Keluarga klien mengatakan klien
khawatir untuk darah sudah lebih ceria daripada sebelumnya
mendengar hasil 2. Membina hubungan saling percaya O:
pemeriksaan Kesehatan Hasil: Terbangun hubungan saling - Klien tampak lebih tenang
- Keluarga klien percaya antara perawat dan klien - Klien tampak lebih ceria
mengatakan klien merasa 3. Melakukan Teknik relaksasi untuk - KU baik (GCS:15, E:4 M:6 V:5)
cemas dan menolak untuk mengurangi kecemasan - TTV
memeriksakan diri ke Hasil: Klien diberikan terapi relaksasi TD: 140/90 mmHg
dokter napas dalam dan terapi music rohani N: 85x/m
- Klien mengatakan merasa 4. Melakukan sentuhan untuk R: 20x/m
kehilangan karena suami
dan anaknya telah memberikan dukungan SB: 36,5 °C
meninggal dunia Hasil: Diberikan elusan pada - Skala Depresi : 10 (Depresi Sedang)
- Klien mengatakan dirinya punggung klien serta menggenggam A: Ansietas (D.0080)
kurang dihargai karena tangan klien P: Tingkat ansietas menurun (L.09093)
usia sudah semakin tua 5. Menganjurkan mengungkapkan hal I: Dukungan Emosional (I.09256)
DO: yang dialami
- Klien tampak gelisah Hasil: Klien mengungkapkan hal-hal
- Klien tampak tegang yang membuatnya sedih
- KU baik (GCS:15, E:4
M:6 V:5)
- TTV
TD: 183/77 mmHg
N: 72x/m
R: 20x/m
SB: 36,7 °C
- Skala Depresi : 10
(Depresi Sedang)
2. Gangguan Pola Tidur Rabu, S:
berhubungan dengan kurang 1. Mengidentifikasi pola aktifitas - Klien mengatakan masih kesulitan
01/03-2023
kontrol tidur ditandai dengan sebelum tidur untuk tidur dan masih sering
DS: Hasil : klien berdoa dan terbangun pada malam hari.
- Klien mengatakan
kesulitan untuk tidur mendengarkan music sebelum tidur O:
karena sering terbangun 2. Mengidentifikasi factor pengganggu - Palpebrae tampak menghitam
pada malam hari. tidur - KU baik (GCS:15, E:4 M:6 V:5)
DO: Hasil : klien mengatakan sering - TTV
- Klien tampak gelisah terbangun karena teringat masa lalu TD: 140/90 mmHg
- Palpebrae tampak serta mengenai penyakitnya N: 85x/m
menghitam 3. Memberikan lingkungan yang nyaman R: 20x/m
- KU baik (GCS:15, E:4 Hasil : Dianjurkan kepada klien untuk SB: 36,5 °C
M:6 V:5) menjaga situasi kamar agar tetap Skala Depresi : 10 (Depresi sedang)
- TTV nyaman untuk dipakai beristirahat A: Gangguan Pola Tidur (D.0055)
TD: 183/77 mmHg 4. Melakukan prosedur untuk P: Pola tidur membaik (L.05045)
N: 72x/m meningkatkan kenyamanan I: Dukungan tidur (I.05174)
R: 20x/m Hasil : Dianjurkan untuk menarik
SB: 36,7 °C napas dalam dan menenangkan pikiran
- Skala Depresi : 10 sebelum beristirahat
(Depresi Sedang) 5. Memfasilitasi untuk menghilangkan
stress sebelum tidur
Hasil : Dianjurkan untuk
mempertahankan kebiasaan berdoa
dan mendengarkan music rohani
sebelum tidur
6. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
Hasil : Diberikan penjelasan pada
klien mengenai pentingnya istirahat
yang cukup. Klien memberikan respon
dengan menganggukan kepala.

3. Risiko Jatuh berhubungan Rabu, S:


dengan usia ditandai dengan : 01/03-2023 1. Mengidentifikasi gangguan kognitif dan - Keluarga klien mengatakan klien
DS: fisik yang menyebabkan risiko jatuh memiliki riwayat jatuh satu bulan yang
Keluarga klien mengatakan Hasil : Penglihatan dan pendengaran lalu.
klien memiliki riwayat jatuh klien sudah memburuk. Ekstremitas - O:
satu bulan yang lalu. bawah klien tampak lemah. - Ekstermitas bawah klien lemah
- DO: 2. Memastikan barang-barang pribadi - Klien tampak perlu bantuan orang
- Ekstermitas bawah klien mudah untuk dijangkau untuk berjalan
lemah Hasil : Posisi meja makan di depan - KU baik (GCS:15, E:4 M:6 V:5)
- Klien tampak perlu kamar tidur klien, serta posisi tempat - TTV
bantuan orang untuk piring dan gelas di dekat meja makan. TD: 183/77 mmHg
berjalan 3. Memfasilitasi lingkungan yang aman N: 72x/m
- KU baik (GCS:15, E:4 dan nyaman R: 20x/m
M:6 V:5) Hasil : Tersedia kursi di sisi tempat SB: 36,7c
- TTV tidur, serta menyapu dan mengepel MFS : 50 (Risiko Rendah)
lantai apabila basah.
TD: 183/77 mmHg 4. Menganjurkan berganti posisi secara A: Risiko Jatuh (D.0142)
N: 72x/m perlahan dan duduk beberapa menit P: Tingkat Jatuh Menurun (L.14138)
R: 20x/m sebelum berdiri I: Pencegahan Jatuh (I. 12407)
SB: 36,7c Hasil : Diberikan penjelasan pada
MFS : 50 (Risiko Rendah) klien untuk bergerak secara perlahan
dan hati-hati. Klien memberikan
respon dengan menganggukan kepala.
Klien tampak berdiri dengan perlahan-
lahan.
5. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan memantau klien saat
melakukan aktifitas
Hasil : Memberikan penjelasan pada
keluarga klien untuk mengawasi dan
memantau klien agar terhindar dari
risiko jatuh. Keluarga klien
memberikan respon dengan
menganggukan kepala. Klien tampak
meminta bantuan saat ingin berjalan
jauh. Klien tampak memegang kursi
dan meja saat berdiri dan berjalan
perlahan.

BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil data yang ditemukan pada pasien Ny. R.T dengan diagnosa medis Hipertensi di Wisma 45
Badan Penyantunan Sosial Lanjut Usia Terlantar “Senja Cerah”. Pembahasan akan menggunakan format susunan proses asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Dermawan, 2020).
Dalam pengkajian yang dilakukan tanggal 1 Maret 2023 pukul 11.00 WITA pada pasien dengan inisial Ny. R.T yang lahir pada
28/09/1940 didapatkan bahwa Ny. R.T beragama Kristen protestan dan memiliki latar belakang suku Minahasa. Ny. R.T merupakan
pensiunan tenaga kesehatan tepatnya perawat. Lingkungan tempat Ny. R.T tinggal bersih, rapi, memiliki penerangan yang memadai,
tersedia sumber air bersih, dan sampah dibuang dengan teratur. Ny. R.T memiliki riwayat penyakit hipertensi yang juga merupakan riwayat
penyakit keluarga. Untuk pemeriksaan fisik didapati data tekanan darah 183/77mmHg, nadi 72x/menit, dengan KU baik dan hasil penilaian
GCS total 15 (Eye = 4, Verbal = 5, Motorik = 6). Tingkat kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan kiri 5 dan ekstremitas bawah kanan dan
kiri 5. Ny. R.T menjalani kesehariannya secara mandiri kecuali untuk aktivitas yang lumayan berat seperti mencuci baju atau berjalan dalam
jarak jauh Ny. R.T mengandalkan bantuan orang lain. Untuk pengkajian khusus meliputi KATZ, SPMSQ, MMSE, Skala Depresi, APGAR
Keluarga, Screening fall, Skala Norton didapati hasil KATZ = A, SPMSQ = 8 dengan interpretasi fungsi intelektual berat, MMSE = 11 yang
artinya memiliki gangguan kognitif sedang, Skala depresi = 10 yang menandakan depresi sedang, APGAR keluarga baik, screening fall
resiko rendah, dan Skala Norton = 17 yang artinya tidak terjadi.

B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi


1) Ansietas
Ansietas merupakan gangguan kecemasan yang mengakibatkan pasien gelisah, tidak tenang dan berpikir negatif akan suatu hal
sehingga tidak mampu mengontrol keadaan diri dan menyebabkan peningkatan tanda-tanda vital (SDKI, 2017). Menurut beberapa teori,
diagnosa ini memiliki beberapa tanda dan gejala yaitu pasien tampak gelisah, berkeringat dingin atau bahkan sesak (dispnea).
Berdasarkan kasus yang ditemukan ansietas berhubungan dengan krisis situasional yang ditandai dengan pasien tampak gelisah,
mengeluh tentang keadaan dirinya yang semakin menua, mengeluh mengenai pengalaman kehilangan sosok suami dan anak, dan
terkadang merendahkan dirinya.
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan berdasarkan kasus yaitu: berusaha mengkaji dan
memahami lebih dalam mengenai validasi perasaan dari Ny. R.T, berusaha memberikan edukasi dan penguatan terkait krisis situasional
yang dialami meliputi pengalaman kehilangan dan keadaan yang sedang dialami, memberikan terapi aktivitas kelompok yang
menyenangkan dan berusaha memberikan rasa nyaman.

2) Gangguan Pola Tidur


Gangguan pola tidur adalah situasi dimana tingkat kenyamanan dalam proses tidur terganggu dan tidak dapat mencapai kepuasan
tidur (SDKI, 2017). Tanda dan gejala dari kasus ini adalah pasien akan mengeluh sering terbangun di malam hari, gelisah saat tidur,
tidak dapat mencapai kepuasan tidur, palpebra menghitam dan sering menguap.
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan berdasarkan kasus yaitu mengidentifikasi penyebab
gangguan pola tidur, menyarankan untuk melakukan terapi relaksasi sebelum tidur seperti mendengarkan musik rohani, berdoa, dll,
menyediakan lingkungan yang nyaman, dan memberikan edukasi untuk menenangkan pikiran sebelum tidur.

3) Risiko Jatuh
Risiko jatuh merupakan keadaan dimana pasien memiliki kemungkinan untuk jatuh yang dibuktikan dengan pengkajian risiko
jatuh yang sesuai dengan standar (SDKI, 2017). Pasien dikatakan memiliki risiko jatuh apabila memiliki Riwayat jatuh, usia yang
semakin menua, ataupun memiliki penyakit tertentu seperti stroke.
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan berdasarkan kasus yaitu: melakukan pengkajian
resiko jatuh dengan standar screening fall “Morse Fall Scale”, memberikan edukasi kepada keluarga untuk melakukan penjagaan
terhadap pasien, dan memberikan edukasi kepada pasien untuk menghindari aktifitas berat.

Anda mungkin juga menyukai