J
DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI DI WISMA PROKLAMASI UPTD BALAI
PENYANTUNAN SOSIAL LANJUT USIA TERLANTAR
“SENJA CERAH”
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NURSE
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I. DEFINISI
a. Anatomi Jantung
1) Jantung
System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah
(arteri, vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama system
kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh
tubuh dan memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi
paru untuk dioksigenasi (Aspiani, 2019).
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastunum. Jantung
berbentuk seperti kerucut tumpul dan bagian bawah disebut apeks
terletak lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepi terletak pada ruang
interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis,
bagian atas disebut basis terletak agak ke kanan pada kosta ke III
sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki ukuran panjang sekitar
12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200-425
gram, pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225
gram (Aspiani, 2019).
2) Pembuluh darah
Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada
keutuhan dan fungsi system vaskuler, karena darah dari jantung akan
dikiri ke setiap sel melalui system tersebut. Sifat structural dari setiap
bagian system sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologinya
dalam integrasi fungsi kardiovaskular. Keseluruhan system peredaran
(system kardiovaskular) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler, venula, dan
vena.(Aspiani, 2019)
a) Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan
(intima,media,adventisia) yang membawa darah yang
mengandung oksigen dari jantung ke jaringan.
b) Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang
mevaskularisasi kapiler.
c) Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula
(pembuluh darah yang lebih besr yang bertekanan lebih rendah
dibandingkan dengan arteriol), dimana zat gizi dan sisa
pembuangan mengalami pertukaran
d) Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena
e) Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan
rendah yang membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke
jantung. (Lyndon, 2020)
b. Fisiologi
1) Siklus jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama
jantung. Dalam bentuk yang pailng sederhana, siklus jantung adalah
kontraksi bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada
detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.
Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi
dan relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole
(saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole (saat ventrikel
relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan depolarisasi
spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan
relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, systole (kontraksi) atrium diikuti sistole
ventrikel sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah
dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium
dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah
melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya.
Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis.
Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri.
Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali
darah ke atrium dan siklus kembali.
a) Sistole atrium
b) Sistole ventrikel
c) Diastole ventrikel
2) Tekanan darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan
oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding
pembuluh darah, timbul dari adanya tekanan pada dinding arteri.
Tekanan arteri terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik, tekanan
pulsasi, tekanan arteri rerata.
Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang
mengalir pada arteri saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya
sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolic yaitu tekanan darah pada
dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90
mmHg. Tekanan pulsasi merupakan
reflek dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya sekitar
40-90 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan gabungan
dari tekanan pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya sama dengan
sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik. Tekanan darah
sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan systole dan tekanan diastole
yang normal berkisar120/80 mmHg. Peningkatan tekanan darah lebih
dari normal disebut hipertensi dan jika kurang normal disebut hipotensi.
Tekanan darah sanagat berkaitan dengan curah jantung, tahanan
pembuluh darah perifer (R). Viskositas dan elastisitas pembuluh darah
(Aspiani, 2019)
III. Etiologi
Faktor risiko
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal pribadi dan di keluarga
Kurang aktivitas fisik/ gaya hidup tidak aktif Riwayat disfungsi ereksi
Riwayat tidur, merokok, sleep apnoea (informasi juga dapat diberikan oleh pasangan)
Riwayat hipertensi pada kehamilan/pre-eklampsia
Awitan hipertensi derajat 2 atau 3 usia muda (< 40 tahun), perkembangan hipertensi tiba-
tiba, atau tekanan darah cepat memburuk pada pasien usia tua
Arteri perifer: Ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten, jarak berjalan bebas nyeri,
nyeri saat istirahat, revaskulerisasi perifer
Riwayat Penyakit Ginjal Kronis (contoh: penyakit ginjal polikistik) pribadi atau keluarga
V. Klasifikasi
a. Laboratorium
b. EKG
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
(Aspiani, 2019)
IX. Komplikasi
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus ,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerahdaerah
yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan
arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa kasus
perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer
Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga
memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya
pembuluh darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%)
dan angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena
berbagai hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi
arteriovenous, neoplasma intrakranial, thrombosis atau angioma vena.
Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar
berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi perdarahan,
usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa, Saleh, &
Rahardjo, n.d.)
X. Penatalaksanaan
I. Pengertian
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Siti Bandiyah, 2019).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua makhluk hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada
kalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi mengalami
kekurangan-kekurangan yang menyolok atau diskrepansi (Wahyudi Nugroho,
2020).
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra school,
school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara
biologis maupun psikologis (Padila, 2018).
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur
60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetpai
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila,
20118).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan semakin buruk, gerakan semakin lambat, dan figure
tubuh yang tidak proposional (Nugroho, W. 2019).
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikososial, teori lingkungan (Aspiani, 2019).
a. Teori Biologi
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih menekankan pada perubahan
kondisi tingkat structural sel/ organ tubuh, termasuk didalamnya adalah
pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-
determinan yang menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang
dalam konteks sistemik, dapat mempengaruhi/ memberi dampak terhadap
organ/ sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan
usia kronologis.
2) Teori error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat
kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi
beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang
merupakan substansi pembangun atau pembentuk sel baru. Peningkatan
usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih
besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA.
3) Teori Autoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata
pada Limposit –T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit –B.
perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem immune humoral,
yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk : (a)
menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembanga
kanker. (b) menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses
dan secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen.
(c) meningkatkan produksi autoantingen, yang berdampak pada
semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang berhubungan
dengan autoimmun.
b. Teori Psikososial
3) Disanggement Theory
Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan
masyarakat , hubungan dengan individu lain.
6) Jung Theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
7) Course of Human Life Theory
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
c. Teori Lingkungan
1. Perubahan Fisik
a) Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh
manusia yang memproduksi hormone. Hormone pertumbuhan
berperan sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan,
pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh. Yang termasuk
hormone kelamin adalah :
• Menurunnya sekresi hormone kelamin seperti progesterone,
estrogen, dan testoteron
• Menurunnya produksi aldosterone
• Produksi hampir dari semua hormone menurun
• Fungsi parathyroid dan sekresinya tidak berubah
• Pituitary : pertumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan
hanya didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari
ACTH (Adrenocortikotropic Hormone), TSH (Thyroid
Stimulating Hormone), FSH (Folikel Stimulating Hormone), dan
LH (Leutinezing Hormone).
• Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal
Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat
b) Sel
• Lebih sedikit jumlahnya
• Lebih besar ukurannya
• Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
• Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
• Jumlah sel otak menurun
• Terganggungnya mekanisme perbaikan sel
• Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%
c) Sistem Kardiovaskuler
• Elastisitas dinding aorta menurun
• Katup jantung menebal dan menjadi kaku
• Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
• Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya aktivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,perubahan posisi dan
tidur ke duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan
darah menurun yaitu menjadi 65 mmHg yang dapat
mengakibatkan pusing mendadak.
• Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer : sistolis normal ±170
mmHg, diastolis normal ±90 mmHg.
d) Sistem Pernafasan
• Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
• Menurunnya aktivitas dari silia.
• Paru-paru kehilangan elastisitas : kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman bernafas menurun.
• Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
• 0ksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
• Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.
• Kemampuan untuk batuk berkurang.
• Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
e) Sistem Persyarafan
• Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
• Cepat menurun hubungan persarafan.
• Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress.
• Mengecilnya saraf panca indra : berkuranganya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan
perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan tehadap dingin.
• Kurang sensitive terhadap sentuhan.
f) Sistem Gastrointestinal
• Kehilangan gigi : penyebab utama adanya Periodontal Disease
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
• Indra pengecap menurun : adanya iritasi yang kronis dan selaput
lender, atropi indra pengecap (± 80 %), hilangnya senstivitas
dari indra pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitivitas dari saraf pengecap terhadap rasa asin,
asam dan pahit.
• Esophagus melebar.
• Lambung : rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun),
asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
• Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
• Fungsi absorpsi melemah (daya absoprsi terganggu).
• Liver (hati) : makin mengecil, dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
g) Sistem Genitourinaria
• Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin, darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan
(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus ). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 % , fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urin, berat jenis urin menurun proteinuria (bisanya ±1) BUN
( Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
• Vesika urinaria (kandung kemih)
Otot-otot menjadi lemah, kapastiasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika
urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
• Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65
tahun
b) Sistem Penglihatan
• Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar karena lebih berbentuk sfesis (bola)
• Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak,
jelas menyebababkan gangguan penglihatan
• Meningkatkan ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi
terhadap kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap
• Hilangnya daya akomodasi
• Menruunnya lapang pandang,: berkurangnya luas pandangan
• Menurunnya daya membedakan warna biru/hiijau pada skala
c) Rabaan
Indera peraba memberikan pesan yang paling intim dan
yang paling mudah untuk menterjemahkan. Bila indra lain
hilang, rabaan dapat mengurangi perasaan sejahtera. Meskipun
resptor lain akan menumpul dengan bertambahnya usia, namun
tidak pernah hilang
d) Pengecap dan Penghidu
Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit.
Diantara semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia.
Maka jelas bagi kita mengapa mereka membubuhkan gula
secara berlebihan,. Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan
terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu. Harus
dianjurkan pengunaan rempah, bawang, bawang puti, dan lemon
untuk mengurangi garam dalam menyedapkan masakan
i) Sistem Integumen
Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi, dan
ekskresi. Dengan bertambahnya usia,terjadilah perubahan intrinsic
dan ekstrinsik yang mempengaruhi penampilan kulit :
• Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak
• Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena hilangnya proses
kreatinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel
epidermis)
• Menurunnya respon terhadap trauma
• Mekanisme proteksi kulit menurun : produksi serum menurun,
penurunan serum menurun, gangguan pigmentasi kulit
• Kulit kepala dan rambut menipis berarna kelabu
• Rambut dalam hidup dan telinga menebal
• Berkurangnya elastisitas akibat dan menurunnya
cairan dan vaskularisasi
• Pertumbuhan kuku lebih lambat
• Kuku jari menjadi keras dan rapih
• Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
• Kelenjar keringat berkurangnya jumlah dan fungsinya
• Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya
j) Sistem Muskuloskeletal
Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi
sebelum usia 40 tahun :
• Tulang kehilangan denstisy (cairan) dan makin rapuh dan
osteoporosis
• Kifosis
• Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
• Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang)
• Persendian membesar dan menjadi kaku
• Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
• Atrofi serabut oto (otot-otot serabut mengecil) : serabut-
serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor
• Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
2. Perubahan Kognitif
Keinginan untuk berumur panjang dan ketika meninggal dapat
masuk surga ialah sikap umum lansia yang perlu dipahami oleh perawat.
Perubahan kognitif pada lansia dapat berubah sikap yang semakin
egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Bahkan, lansia cenderung ingin mempertahankan hak dan
hartanya, serta ingin tetap berwibawa,. Mereka mengharapkan tetap
memiliki peranan dalam keluarga ataupun masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif :
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran,
kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia
akan kehilangan kemampuan dan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Lansia cenderung mengalami demensia. Demensia biasanya
terjadi pada usia lanjut dan Alzheimer merupakan bentuk demensia yang
umum terjadi, yakni mencapai 50 hingga 60 % dari semua kasus
demensia. Sedangkan, bentuk lainnya misalnya karena faktor pembuluh
darah. Demensia terbagi menjadi dua, yakni demensia yang dapat
disembuhkan dan demensia yang sulit disembuhkan. Adapun penyebab
demensia yang dapat disembuhkan antara lain :
1) Tumor otak
2) Hematoma subdural
3) Penyalahgunaan obat terlarang
4) Gangguan kelenjar tiroid
5) Kurangnya vitamin, terutama vitamin B12
6) Hipoglikemia
Sementara itu, demensia yang sulit disembuhkan antara lain disebabkan
oleh:
1) Demensia Alzheimer
2) Demensia vascular
3) Demensia lewy body
4) Demensia frontemporal
3. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia
yang memasuki masamasa pensiun akan mengalami kehilangan-
kehilangan sebagai berikut :
1) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2) Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika
masih bekerja dulu
3) Kehilangan kegiatan/ aktivitas. Kehilangan ini erat kaitannya
dengan beberapa hal sebagai berikut :
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan
cara hidup ( memasuki rumah perawatan, pergerakan
lebih sempit)
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari
jabatan. Biaya hidup meningkat padahal penghasilan
yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan
sosial
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan
dan kesulitan
f) Gangguan gizi akibat kehilagan jabatan. Rangkaian
kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan keluarga
g) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri)
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORI HIPERTENSI
1. Pengkajian keperawatan
a. Identities klien
b. Keluhan utama
g. Sirkulasi
1) Gejala :
h. Integritas ego
i. Eliminasi
1) Gejala :
2) Tanda :
3) Gejala :
4) Tanda :
a) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi
bicara, efek, proses piker
b) Penurunan kekuatan genggaman tangan
k. Nyeri / ketidaknyamanan
1) Gejala :
2) Tanda :
m. Keamanan
Gejala :
1) Factor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus.
2) Factor lain, seperti orang afrika-amerika, asia tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan
alcohol/obat.
o. Rencana pemulangan
2. Diagnosa keperawatan
e. Ketidakefektifan koping
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas
Kriteria Minor :
a) Subjektif : tidak ada
b) Objektif : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafus
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, diaforesis.
Kriteria Minor :
1) Subyektif : parastesia , nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
2) Objektif : edema, penyembuhan luka lambat, indeks anklebrachial
<0,90 , bruit femoralis
c. Hipervolemia (D.0022)
Kriteria Minor :
1) Subyektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : Distensi vena jugularis,suara nafas tambahan, hepatomegali,
kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti
paru.
Kriteria Minor :
1) Subjektif : ( tidak tersedia )
2) Objektif : menjalani pemeriksaan yang tidak tepat ,
menunjukan perilaku berlebihan ( mis . apatis, bermusuhan, agitasi,
hysteria )
f. Ansietas ( D.0080)
Kriteria Minor :
1) Subjektif : mengeluh pusing , Anoreksia , palpitasi ,merasa
tidak berdaya.
2) Objektif : freuensi nafas meningkat , frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat , diaphoresis , tremor , muka
tampak pucat , suara bergetar , kontak mata buruk, sering
berkemih , berorrientasi pada masa lalu.
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan
menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil
dari penilaian keperawatan tersebut digunakan untuk bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017).
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori) dan perencanaan.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut:
Kartu SOAP (data subjektif, data objektif,
analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk
mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien,
kecuali pada klien yang afasia.
2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3,
yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4) P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang
maupun yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan)
dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah
ditentukan.
1. Identitas
a. Nama : Tn. Djohns Teintang
b. Tempat /tgl lahir : 69 tahun / 01 Maret 1955
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Perkawinan : Cerai
e. Agama : Kristen Protestan
f. Suku : Minahasa (Tikala Baru)
b. Penerangan : Baik
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
P : Nyeri bagian dada
Q: ditusuk-tusuk
R: saat berjalan atau beraktivitas lebih
S: 4-5
T: sesekali -+ muncul setiap 1 jam
2. Upaya mengatasi :
5. Riwayat pemakaian obat : Amlo 10 mg, Cathropil 25 mg, Aspilets (1x1 siang
sesudah makan)
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : CM
b. TTV : TD 170/100 mmHg
c. BB/TB : 69 Kg / 168 cm
d. Kepala, Rambut, Mata, Telinga, Mulut, gigi (terdapat gigi ompong) dan bibir : Baik
e. Dada : Baik
f. Abdomen : Baik
g. Kulit : Timbul Bintik Bintik merah karena faktor penyakit jantung
h. Ekstremitas Atas dan bawah ; baik
6. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen Kesehatan
- Menolak Kondisi Sakit
b. Nutrisi metabolic
- Klien makan 2-3x sehari dengan porsi sedikit
c. Eliminasi
- BAK 6-8x Sehari BAB 1x dalam 3 hari
d. Aktifitas Pola Latihan
- Klien dalam beraktifitas sehari hari untuk berjalan mandiri
- klien tidak boleh beraktivitas lebih karena penyakit jantung
e. Pola istirahat tidur
- Klien memiliki kesulitan dalam tidur sering terbangun pada malam hari dan sulit
untuk kembali tidur
f. Pola Kognitif Persepsi
- Penglihatan kanan sudah tidak bisa melihat dan Pendengaran kurang baik
g. Persepsi diri-Pola konsep diri
- Klien mulai menerima dengan usianya sekarang
h. Pola Peran-Hubungan
- Klien sudah menerima dengan keadaan berpisah dengan istri
i. Sexualitas
- Klien seorang laki-laki
a. Koping-Pola Toleransi Stress
Klien mampu mengatasi stress dan menerima keadaannya
b. Nilai-Pola keyakinan
Klien rajin mengikuti kegiatan religi
+ -
- 1 Tanggal berapa hari ini? Klien tidak tau
- 2 Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, bulan) Klien tidak tau
- 3 Apa nama tempat ini? Klien tidak tau
- 4 Berapa nomor telepon anda? Klien tidak tau
- 4a. Dimana alamat anda ? (tanyakan jika hanya Klien tidak tau
klien tidak mempunyai telepon)
+ 5 Berapa umur anda ? 83 tahun
+ 6 Kapan anda lahir? 28 - 09 - 1940
- 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Klien tidak tau
- 8 Siapa nama presiden sebelumnya? Klien tidak tau
+ 9 Siapa nama kecil ibu anda?
- 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 Klien tidak tau
dari setiap angka baru, semua secara
menurun
3 8 Jumlah total Fungsi Intelektual Berat
Penilaian SPMSQ
(1) Kesalahan 0-2 fungsi intelektual utuh
(2) Kesalahan 3-4 fungsi intelektual ringan
(3) Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
(4) Kesalahan 8-10 fungsi intelektual berat
(a) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya berpendidikan
sekolah dasar
(b) Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan diatas sekolah menengah atas
(c) Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan untuk subjek kulit hitam dengan
mcnggunakan kriteria pendidikan yang sama
d. MMSE
Tanggal Tangga
No Diagnosa Keperawatan ditemukan l Prioritas
teratasi
1. Ansietas berhubungan dengan krisis Rabu, Belum I
situasional. 01-03-2023 teratasi
Hari/tgl
No. Dx keperawatan Implementasi Evaluasi
Jam
1 Ansietas berhubungan dengan Rabu, S:
krisis situasional ditandai 01/03-2023 1. Mengidentifikasi hal yang memicu - Klien mengatakan merasa lebih tenang
dengan emosi - Klien mengatakan sudah lebih bisa
DS: Hasil: Klien mengatakan tidak mau menerima keadaannya
- Klien mengatakan merasa mendengar hasil pemeriksaan tekanan - Keluarga klien mengatakan klien
khawatir untuk darah sudah lebih ceria daripada sebelumnya
mendengar hasil 2. Membina hubungan saling percaya O:
pemeriksaan Kesehatan Hasil: Terbangun hubungan saling - Klien tampak lebih tenang
- Keluarga klien percaya antara perawat dan klien - Klien tampak lebih ceria
mengatakan klien merasa 3. Melakukan Teknik relaksasi untuk - KU baik (GCS:15, E:4 M:6 V:5)
cemas dan menolak untuk mengurangi kecemasan - TTV
memeriksakan diri ke Hasil: Klien diberikan terapi relaksasi TD: 140/90 mmHg
dokter napas dalam dan terapi music rohani N: 85x/m
- Klien mengatakan merasa 4. Melakukan sentuhan untuk R: 20x/m
kehilangan karena suami
dan anaknya telah memberikan dukungan SB: 36,5 °C
meninggal dunia Hasil: Diberikan elusan pada - Skala Depresi : 10 (Depresi Sedang)
- Klien mengatakan dirinya punggung klien serta menggenggam A: Ansietas (D.0080)
kurang dihargai karena tangan klien P: Tingkat ansietas menurun (L.09093)
usia sudah semakin tua 5. Menganjurkan mengungkapkan hal I: Dukungan Emosional (I.09256)
DO: yang dialami
- Klien tampak gelisah Hasil: Klien mengungkapkan hal-hal
- Klien tampak tegang yang membuatnya sedih
- KU baik (GCS:15, E:4
M:6 V:5)
- TTV
TD: 183/77 mmHg
N: 72x/m
R: 20x/m
SB: 36,7 °C
- Skala Depresi : 10
(Depresi Sedang)
2. Gangguan Pola Tidur Rabu, S:
berhubungan dengan kurang 1. Mengidentifikasi pola aktifitas - Klien mengatakan masih kesulitan
01/03-2023
kontrol tidur ditandai dengan sebelum tidur untuk tidur dan masih sering
DS: Hasil : klien berdoa dan terbangun pada malam hari.
- Klien mengatakan
kesulitan untuk tidur mendengarkan music sebelum tidur O:
karena sering terbangun 2. Mengidentifikasi factor pengganggu - Palpebrae tampak menghitam
pada malam hari. tidur - KU baik (GCS:15, E:4 M:6 V:5)
DO: Hasil : klien mengatakan sering - TTV
- Klien tampak gelisah terbangun karena teringat masa lalu TD: 140/90 mmHg
- Palpebrae tampak serta mengenai penyakitnya N: 85x/m
menghitam 3. Memberikan lingkungan yang nyaman R: 20x/m
- KU baik (GCS:15, E:4 Hasil : Dianjurkan kepada klien untuk SB: 36,5 °C
M:6 V:5) menjaga situasi kamar agar tetap Skala Depresi : 10 (Depresi sedang)
- TTV nyaman untuk dipakai beristirahat A: Gangguan Pola Tidur (D.0055)
TD: 183/77 mmHg 4. Melakukan prosedur untuk P: Pola tidur membaik (L.05045)
N: 72x/m meningkatkan kenyamanan I: Dukungan tidur (I.05174)
R: 20x/m Hasil : Dianjurkan untuk menarik
SB: 36,7 °C napas dalam dan menenangkan pikiran
- Skala Depresi : 10 sebelum beristirahat
(Depresi Sedang) 5. Memfasilitasi untuk menghilangkan
stress sebelum tidur
Hasil : Dianjurkan untuk
mempertahankan kebiasaan berdoa
dan mendengarkan music rohani
sebelum tidur
6. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
Hasil : Diberikan penjelasan pada
klien mengenai pentingnya istirahat
yang cukup. Klien memberikan respon
dengan menganggukan kepala.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil data yang ditemukan pada pasien Ny. R.T dengan diagnosa medis Hipertensi di Wisma 45
Badan Penyantunan Sosial Lanjut Usia Terlantar “Senja Cerah”. Pembahasan akan menggunakan format susunan proses asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Dermawan, 2020).
Dalam pengkajian yang dilakukan tanggal 1 Maret 2023 pukul 11.00 WITA pada pasien dengan inisial Ny. R.T yang lahir pada
28/09/1940 didapatkan bahwa Ny. R.T beragama Kristen protestan dan memiliki latar belakang suku Minahasa. Ny. R.T merupakan
pensiunan tenaga kesehatan tepatnya perawat. Lingkungan tempat Ny. R.T tinggal bersih, rapi, memiliki penerangan yang memadai,
tersedia sumber air bersih, dan sampah dibuang dengan teratur. Ny. R.T memiliki riwayat penyakit hipertensi yang juga merupakan riwayat
penyakit keluarga. Untuk pemeriksaan fisik didapati data tekanan darah 183/77mmHg, nadi 72x/menit, dengan KU baik dan hasil penilaian
GCS total 15 (Eye = 4, Verbal = 5, Motorik = 6). Tingkat kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan kiri 5 dan ekstremitas bawah kanan dan
kiri 5. Ny. R.T menjalani kesehariannya secara mandiri kecuali untuk aktivitas yang lumayan berat seperti mencuci baju atau berjalan dalam
jarak jauh Ny. R.T mengandalkan bantuan orang lain. Untuk pengkajian khusus meliputi KATZ, SPMSQ, MMSE, Skala Depresi, APGAR
Keluarga, Screening fall, Skala Norton didapati hasil KATZ = A, SPMSQ = 8 dengan interpretasi fungsi intelektual berat, MMSE = 11 yang
artinya memiliki gangguan kognitif sedang, Skala depresi = 10 yang menandakan depresi sedang, APGAR keluarga baik, screening fall
resiko rendah, dan Skala Norton = 17 yang artinya tidak terjadi.
3) Risiko Jatuh
Risiko jatuh merupakan keadaan dimana pasien memiliki kemungkinan untuk jatuh yang dibuktikan dengan pengkajian risiko
jatuh yang sesuai dengan standar (SDKI, 2017). Pasien dikatakan memiliki risiko jatuh apabila memiliki Riwayat jatuh, usia yang
semakin menua, ataupun memiliki penyakit tertentu seperti stroke.
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan berdasarkan kasus yaitu: melakukan pengkajian
resiko jatuh dengan standar screening fall “Morse Fall Scale”, memberikan edukasi kepada keluarga untuk melakukan penjagaan
terhadap pasien, dan memberikan edukasi kepada pasien untuk menghindari aktifitas berat.