Anda di halaman 1dari 37

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI

OLEH
KELAS C TINGKAT IV

NI NYOMAN SRI WINDARI (16C11858)


GUSTI AYU KERVINA SARI (15C11503)

SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019

1
A. Tinjauan Teori
1. Definisi hipertensi
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun
diastolik yang naik diatas tekana darah normal.Tekanan darah sistolik
adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluar melalui arteri.Tekanan darah diastolik diambil
tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah
kembali.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut
darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).Hal
ini terjadi bila arteriol– arteriol konstriksi.Konstriksi arterioli membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding
arteri.Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah
(Udjianti, 2010).Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan
dimanatekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009)
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung,
vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik.Fungsi utama sisitem
kardiovaskuler adalah menghantarkan darah yang kaya oksigen
keseluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan)
ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi.

2
1) Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot
dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum,
diantara dua paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul,
pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis
medial, bagian tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira
9 cm dari kiri linea medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya
disebut basis terletak agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1
cm dari tepi lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira panjangnya
12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya sekitar 200 sampai
425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada perempuan
sekitar 225 gram.
2) Pembuluh darah
Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen
dikelilinggi oleh dinding yang terdiri atas tiga lapisan :
a) Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan
langsung dengan darah. Terdiri atas lapisan dalam endotelium
yang dikelilingi berbagai jaringan ikat.
b) Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot
polos dengan berbagai serat elastik.
c) Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas
jaringan ikat.
Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam
pembuluh darah yang membentuk sistem jalur-jalur tertutup :
a) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung.
1) Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan
cabang-cabang terdekatnya. Mengandung banyak jaringan
ikat.

3
2) Arteri muskular bercabang dari arteri elastik dan
mendistribusikan darah ke berbagai bagian tubuh.
3) Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil.
Sebagian besar arteriol mempunyai tiga tunika pada
dindingnya, dengan jumlah otot polos yang memadai pada
tunika medika.
b) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai
dinding sangat tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada
dinding ini. Sebagian dindingnya hanya mengandung satu
lapisan endotelium.
c) Vena mengangkut darah kembali ke jantung.
1) Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-
pori, tetapi mempunyai serat otot polos yang menyebar
pada tunika media.
2) Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu.
Dinding venula yang lebih besar berlapis tiga.
3) Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika
intima dan tunika medianya jauh lebih tipis daripada arteri
yang berukuran serupa.
b. Fisiologi
Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai
sistim regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon
seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme
meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapatterpenuhi,
pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-
organ vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi
organ tersebut.

4
1) Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam
sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg
berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah
tersebut sekitar 55% merupakan plasma, volume komponen darah
harus memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal
agar system kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2) Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi
yang digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke
jaringan yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung
(cardiac output) pengaturan curah jantung bergantung pada hasil
perkalian denyut jantung (heart rate) dengan volume sekuncup
(stroke volume). Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8
liter permenit, peningkatan curah jantung terjadi karena adanya
peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup.
3) Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut
jantung ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise
regulasi nodus SA dan system purkinje.Dalam keadaan normal,
regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf
parasimpatis melalui sistim saraf otonom.Empat reflek utama yang
menjadi media system saraf otonom dalam meregulasi denyut
jantung adalah refleks baroreseptor, refleks kemoreseptor, refleks
Bainbrige, refleks pernapasan.
4) Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient,
ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120

5
mmHg pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic.
Tekanan ini akan menurun bersamaan dengan pergerakan darah
keluar menuju arteri, kapiler, venula. Sistem vena mempunyai
daya kapasitasnsi yang sangat besar dan berpengaruh terhadap
perubahan tekanan yang kecil. Adanya kapasitansi dan banyaknya
system saraf simpatis akan mengubah tekanan vena dalam
mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang disebabkan
oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan
meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik
ke jantung.
5) Ruang jantung
a) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi
sebagai tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari
vena-vena sirkulasi sistemis ke dalam ventrikel kanan dan
kemudian ke paru-paru .darah yang berasal dari pembulu vena
ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena cava superior,
inferior dan sinus koronarius.
b) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit
yang berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan
rendah, yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri
pulmonaris. Sirkulasi pulmunar merupakan sistim aliran darah
bertekanan rendah, dengan resitensi yang jauh lebih kecil
terhadap aliran darah yang berasal dari ventrikel kanan. Oleh
karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan
dari pada ventrikel kiri.
c) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari
paru-paru melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati
antara vena pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah

6
akan mengalir kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat
perubahan tekanan dalam atrium kiri (retrograde).
d) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi
untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan
mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan perifer.
6) Katup jantung
a) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel,
mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup
trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri
dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup yang
disebut katup mitral.
b) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar
pulmonary dan katup semilunar aorta. Katup semilunar
pulmonary terletak pada arteri pulmonaris, memisahkan arteri
pulmonaris dengan ventrikel kanan.katup semilunar aorta
terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat
klasifikasi (Smeltzer, 2012), yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg


Prahipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Stadium I 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Sumber: Smeltzer, 2012

7
Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang
dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang
Dewasa
Kategori TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal < 130 mmHg < 85 mmHg


Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (Ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (Sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Satdium 3 (Berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (Maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
Sumber: Triyanto, 2014
4. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin
penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses
labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan 50-an dan secara
bertahap “menetap” pada suatu saat dapat juga terjadi mendadak dan
berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer
atau esensial adalah gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart,
2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa faktor yang
berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh
genetik dan pengaruh lingkungan seperti :stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder

8
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &
Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya& Putri (2013), penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,
diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya
seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian
obat-obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid.
5. Faktor – Faktor Risiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut:
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat
menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien
dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko
hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah
sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena merupakan
predictor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa
depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan
penyakit ginjal.

9
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita
hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko lebih
besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar
rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan
menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan
persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan
banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya
jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,
dihubungkan dengan pengembangan hipertensi.Kombinasi
obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi

10
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi
pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
menigkatkan tekanan darah.Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupandiet rendah kalsium, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko
hipertensi.pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta
obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah
secara langsung.
6. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan perifer. Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah
perubahan tekanan darah secara akut.Sistem tersebut ada yang bereaksi
ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah secara akut.Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi
lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular
melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf
pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot
polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah
melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan
vasopresor. Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis
yang merupakan bentuk dari arterioklerosis (pengerasan
arteri).Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif
pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung,

11
karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak,
maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri
sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan
hipertensi.Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan
beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk
hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik
karenagangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.(Hull, 1996; dalam
Bustan 2007).Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat
disimpulkan bahwa hipertensi dimulai adanya pengerasan
arteri.Penimbunan lemak terdapat pada dinding arteri yang mengakibatkan
berkurangnya volume cairan darah ke jantung.Penimbunan itu membentuk
plak yang kemudian terjadi penyempitan dan penurunan elastisitas arteri
sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung
bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang mengakibatkan
peningkatan tekanan darah.
7. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
optikus ) (Brunner & Suddart, 2015). Individu yang menderita hipertensi
kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun – tahun.Gejala, bila
ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan angina
adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri
terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa
berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila jantung

12
tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi
gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015). Crowin (2000) dalam
Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin/hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler)

13
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer (penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat
digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang
timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar
renin dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013)

9. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang

14
mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat
terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai
berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit
jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,
yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu
memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun
jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila
tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat
lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan
dapat menimbulkan kebutaan.
10. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan
dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).

15
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi
obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jikaberhasil
menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik
dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan
konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan
tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak
2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alcohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi
alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai
resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada
mereka yang tidak meminum berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan
diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi
diet tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk,
apel, kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan

16
menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium
dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-
buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yamg cukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok
memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi
pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat
tinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya
pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur
energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain
maka risiko hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam
tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

17
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-
obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat
angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan
mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung
(kontraktilitas) akan terhambat.
B. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 76
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Cerai mati
Pekerjaan : Pensiunan PNS

18
Alamat rumah : Jalan Noja no. 3 Denpasar
I. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan sering pusing dan sulit tidur
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan yang dirasakan saat ini
Pasien mengatakan mengalami rematik sejak 5 tahun yang lalu.
b. Masalah kesehatan keluarga/ keturunan
Pasien mengatakan tidak memiliki keluarga yang menderita hipertensi.

Genogram

Keterangan Laki-laki

Perempuan

19
Hubungan

Klien/ pasien
.......... Tinggal dalam satu rumah

III. KEBIASAAN SEHARI HARI


a. Biologis
1. Pola makan
Sebelum pengkajian : klien mengatakan makan 3 kali sehari menu
berbeda setiap harinya (tempe, ayam, sayur).
Saat pengkajian : klien mengatakan makan 2 kali sehari dengan tempe,
sayur dan ayam.
2. Pola minum
Sebelum pengkajian : klien mengatakan minum air putih 1500cc perhari.
Saat pengkajian :klien mengatakan sangat kuat minum air putih dan bisa
menghabiskan 2000 cc perhari.
3. Pola tidur
Sebelum pengkajian :klien mengatakan biasa tidur antara pukul 9-11
malam.
Saat pengkajian :klien mengatakan biasa tidur 7 jam dalam sehari, dengan
tidur siang 1 jam setiap harinya.
4. Pola eliminasi (BAB/BAK)
Sebelum pengkajian :klienmengatakan BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lembek bau khas feses. Paien mengatakan BAK 5 kali dalam
sehari.
Saat pengkajian :klienmengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lembek bau khas feses.
5. Aktivitas sehari – hari

20
Aktivitas (ADL) 0 1 2 3 4

Makan √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi ditempat tidur √

Mobilisasi berpindah √

Berias √

ROM √

Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Membutuhkan alat bantu
2 : Membutuhkan pengawasan orang
3 : membutuhkan bantuan orang lain
4 : Ketergantungan total
Jadi dari pemeriksaan aktivitas sehari-hari klien masih bisa melakukan
aktivitas secara mandiri.
6. Rekreasi
Sebelum pengkajian : klien mengatakan biasanya jalan-jalan bersama
keluarga
Saat pengkajian : pasien mengatakan sangat suka pantai, biasanya rutin
pergi ke pantai dengan keluarga dan cucunya, 3x seminggu.

7. Indeks KATZ :
Indek Keterangan
A Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan

21
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi.
B Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
C Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
D Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
E Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain.
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
– lain diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G
Klien termasuk kedalam kategori A : yaitu mandiri dalam makan, kontinensia
(BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
b. Psikologis
Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)

Skore
N0 Pertanyaan
+ -

√ 1. Tanggal berapa hari ini?

√ 2. Hari apa sekarang ini?

√ 3. Apa nama tempat ini?

√ 4. Berapa nomer telepon anda?

√ 4a. Dimana alamat anda? Tanyakan hanya klien tidak


mempunyai telepon

√ 5 Berapa umur anda?

√ 6 Kapan anda lahir?

√ 7 Siapa presiden indonesia sekarang?

√ 8 Siapa presiden sebelumnya?

√ 9 Siapa nama kecil ibu anda?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dam tetap pengurangan 3 dari setiap


angka baru, semua secara menurun

22
Jumlah kesalahan total

1. Mental (SPMSQ/ MMSE)


Penilaian SPMSQ :

 Kesalahan 8 - 10 fungsi intelektual berat


 Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang
 Kesalahan 3 - 4 fungsi intelektual ringan
 Kesalahan 0 - 2 fungsi intelektual utuh
 Penilaian skor klien 8 = fungsi intelektual berat
Fungsi intelektual klien tergolong utuh karena tidak ada kesalahan dari 10
pertanyaan.

Depresi (Beek/ Yesavage)

Penilaian dengan menggunakan skala Depresi Beck

No Uraian Depresi Beck Skore

A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya

2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
keluar darinya

1 Saya merasa sedih atau galau

0 Saya tidak merasa sedih 0

B. Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan


sesuatu tidak dapat membaik

2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang


kedepan

23
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan

0 Saya tidak begitu pasimis atau kecil hati tentang masa depan 0

C.Rasa kegagalan

3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagi seseorang (orang


tua, suami, Istri)

2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat


saya lihat hanya kegagalan

1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya

0 Saya tidak merasa gagal 0

D. Ketidakpuasan

3 Saya tidak puas dengan segalanya

2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0 Saya tidak merasa tidak puas 0

E. Rasa Bersalah

3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga

2 Saya merasa sangat bersalah

1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari


waktu yang baik

0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah 0

F. Tidak Menyukai Diri Sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri

2 Saya muak dengan diri saya sendiri

1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai 0

24
membahayakan diri sendiri

G. Membahayakan Diri Sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai


kesempatan

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1 Saya merasa lebih baik mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai 0


membahayakan diri sendiri

H. Menarik Diri dari Sosial

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak perduli pada mereka semua

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak sedikit perasaan pada mereka

1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya

0 Saya tidak kehilangan minta pada orang lain 0

I. Keragu-raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

1 Saya berusaha mengambil keputusan

0 Saya membuat keputusan yang baik 0

J. Perubahan Gambaran Diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan

2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanet


dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik

1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik

0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada 0

25
sebelumnya

K. Kesulitan Kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk


melakukan sesuatu

1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan 1


sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya

L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu

1 Saya lelah lebih dari yang biasanya 1

0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya

M. Anoreksia

3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang

1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya 0

Penilaian:

 0-4 = Derpresi tidak ada atau minimal


 5-7= Depresi ringan
 8-15= Depresi sedang
 >15 =depresi berat
Klien mendapatkan skore 2 yaitu depresi tidak ada atau minimal.
2. Keadaan emosi

26
Saat pengkajian klien tampak tenang dan pasien mengatakan masih
mampu untuk mengontrol emosinya.
3. Konsep diri
a. Identitas diri :
Klien mengatakan dirinya bernama Ny.K berasal dari Jalan Noja,
tinggal bersama dengan keluarga dan cucunya.

b. Gambaran diri :
Klien mengatakan sangat bahagia dengan kondisinya saat ini karena 2
anaknya sudah menjadi PNS dan nyaman dengan kehidupannya.

c. Ideal diri :
Klien mengatakan saat ini diusianya yang tua pasien masih dapat
melakukan kegiatan/aktivitasnya secara mandiri.

d. Peran diri :
Klien mengatakan dirinya adalah seorang ibu dari anak-anaknya dan
nenek dari cucu-cucunya.
e. Harga diri :
Klien mengatakan bersyukur dengan kondisinya saat ini, hidup
berkecukupan, dan memiliki keluarga yang peduli dengannya.

4. APGAR Gerontik
APGAR Gerontik

No Fungsi Uraian Skor

1 Saya puas bahwa dapat kembali pada Gerontik 2


Adaptasi saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2 Saya puas dengan cara Gerontik saya 2


Hubungan membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya

3 Pertumbuhan Saya puas bahwa Gerontik saya menerima dan 2


mendukung keinginan saya untuk melakukan

27
aktivitas atau arah baru.

4 Saya puas dengan cara Gerontik saya 2


mengespresikan afek dan berespon terhadap
Afeksi
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai.

5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan 2


Pemecahan
saya menyediakan waktu bersama-sama

Keterangan :

Skor 2 jika selalu

Skor 1 jika kadang-kadang

Skor 0 jika hampir tidak pernah

Penjelasan :
Dari hasil pemeriksaan pada adaptasi, hubungan, pertumbuhan, afeksi dan
pemecahan klien mendapatkan skore 2 dia merasa puas.
c. Sosial
1. Dukungan Keluarga
Klien mengatakan selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya,
terlebih saat dia sakit, keluarga mau mengantarkannya ke rumah sakit.
2. Hubungan dengan Gerontik
Klien mengatakan hubungan dengan gerontik lain tidak begitu baik,
karena klien lebih senang tinggal di rumah daripada bertemu dengan
gerontik yang ada di posyandu.
3. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan hubungan dengan orang lain baik seperti tetangga tidak
begitu baik karena lebih nyaman tinggal di rumah. Klien merasa malas
untuk berbincang-bincang dengan orang lain kecuali keluarga.
d. Spiritual

28
1. Pelaksanaan ibadah
Klien mengatakan ia beragama hindu. Setiap pagi dan sore selalu
mengaturkan canang dan sembahyang
2. Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan saat sakit akan berobat ke dokter. Klien tidak percaya
dengan dukun yang bisa menyembuhkan penyakitnya.

Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umun : Baik
2. GCS : V5 M6 E4
3. Tingkat kesedaran : Compos mentis
4. Suhu : 36oC Nadi : 90 x/menit
Tekanan Darah : 160/90mmHg RR : 20 x/menit
Tinggi Badan : 160 cm BB : 63 Kg
5. Kepala (rambut)
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau pembesaran yang
abnormal.
6. Mata, telinga, hidung dan mulut
Bentuk mata simetris, tidak terdapat ikterus, tidak ada nyeri tekan, telinga
simetris dan tidak ada nyeri tekan, pandangan mata kabur.Hidung tidak
ada pembengkakan, pada mulut tidak ada luka atau sariawan.
Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, klien dapat menggerakkan
leher tanpa ada keluhan.
7. Dada dan punggung
Dada : bentuk dada simetris, tidak ada sesak, tidak ada nyeri tekan, suara
paru-paru sonor, tidak ada suara nafas tambahan.

29
Jantung : bentuk dada simetris, tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri
tekan.
8. Abdomen
Tidak dapat pembesaran perut, tidak ada benjolan dan nyeri tekan, suara
timfani.
9. Ekstrimitas atas dan bawah
Atas : klien dapat menggerakkan ektremitas atas dengan baik tanpa
gangguan.
Bawah : klien dapat menggerakkan ekstremitas bawah dengan baik, lutut
sesekali terasa sakit tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas sehar-hari.
10. Kulit
Kulit sawo matang, keriput, tidak ada lesi, turgor kulit menurun.
11. Genitalia
Tidak terkaji
e. Keadaan lingkungan
Lingkungan rumah klien tampak bersih dan rapi.

IV. INFORMASI/DATA PENUNJANG


a) Laboratorium : -
b) Radiologi : -
c) Diagnosa medis : Hipertensi
d) Terapi medis (obat,dll) : klien mengatakan mengkonsumsi obat yang
diberikan oleh dokter secara rutin.

ANALISA DATA
Nama : Ny. S Umur : 76 tahun
N Hari/Tgl/Jam Data Fokus Problem Etiologi Ttd
O
1 DS : klien Resiko Tinggi Peningkatan

30
mengeluh penurunan beban kerja
pusing, merasa curah jantung
tegang pada
punggung dan
leher
DO : TD:
160/110
mmHg
2 DS : klien Ganguan pola Pola tidur
mengatakan tidur tidak
malam terakhir menyehatkan
sulit tidur ,
tidur tidak
nyenyak tidur
hanya 4-5 jam
DO :
Konjungtiva
pucat, ada
kantong mata
tampak sayu,
klien terlihat
lemah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
beban kerja jantung

31
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
beban kerja jantung
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan

RENCANA KEPERAWATAN
No.D Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
x

32
1 Setelah dilakukan 1.observasi TTV setiap 1.perbandingan
kunjungan 3x pada Ny.S hari terutama tekanan dari tekanan yang
diharapkan tidak terjadi darah meningkat adalah
penurunan curah jantung 2.observasi warna kulit, gambaran dari
dengan criteria hasil : kelembaban dan suhu keterlibatan
1.klien beristirahat 3.berikan posisi yang vascular
dengan tenang nyaman 2.untuk
2.irama dan frekuensi 4.ajarkan teknik mengidentifikasi
jantung stabil dalam relaksasi nafas dalam penurunan curah
batas normal (80- 5.kolaborasi dengan jantung
100x/menit) regular dokter pemberian 3.penurunan
3.tekanan darah dalam diuretic dan ahli gizi diet resikopeningkatan
batas normal TD < nya intracranial
140/80 mmHg, N : 4.memberikan
80x/menit, RR : 16- kenyamanan dan
20x/menit, Suhu : 36,50c memaksimalkan
ekspansi paru
5.menguragi
beban jantung

33
2 Setelah dilakukan Sleep enchancement 1.Agar pola tidur pasien tetap stabil
kunjungan 3x pada 1.jelaskan pentingnya tidur 2.Untuk mengetahui pola tidur pasien
Ny.S diharapkan yang adekuat 3.Untuk mengetahui klien tidur dalam
tidak terjadi ganguan 2.intruksikan untuk memonitor satu hari beberapa jam
pola tidur dengan tidur pasien 4.Untuk mencegah gangguan tidur
criteria hasil: 3.monitor/catat kebutuhan tidur
1.jumlah jam tidur pasien setiap hari dan jam
dalam batas normal 4.kolaborasi pemberian obat
6-8jam/hari tidur jika perlu
2.pola tidur, kualitas
dalam batas normal
3.perasaan segar
sesudah tidur atau
istirahat
4. mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan tidur
3 Setelah dilakukan 1.jelaskan cara membuat jus 1.memiliki kandungan apigen yang
kunjungan 3x pada seledri bermanfaat untuk mencegah
Ny.S diharapkan penyempitan pembuluh darah dan
tidak terjadi tekanan darah
penyempitan
pembuluh darah dan
peningkatan tekanan
darah dengan criteria
hasil :
1.mencegah

34
penyempitan
pembuluh darah dan
tekanan darah tinggi

V.PEMBAHASAN
3.1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
beban kerja jantung
Intervensi mandiri yang diberikan kepada lansia dengan resiko tinggi
penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja
jantung yaitu dengan pantau tekanan darah, ukur tangan/paha untuk evaluasi
awal, catat keberadaan kualitas denyut jantung sentral dan perifer, amati
warna kulit, kelembaban suhu, berikan lingkungan yang tenang nyaman
kurangi aktivitas /keributan lingkungan, anjurkan teknik relaksasi. Kolaborasi
yang dilakukan yaitu : berikan obatan sesuai indikasi dokter. Rasionalnya:
perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
bidang masalah vascular, denyutan karotis jugularis radialis dan femoralis
mungkin teramati/terpalpasi, adanya pucat, dingin kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi, membantu
menurunkan rangsangan simpatis meningkatkan relaksasi, rasional
kolaborasinya : karena efek kerja obat bervariasi waktupun secara umumdapat
menurunkan tekanan darah.
3.2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
Intervensi yang diberikan. jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, intruksi
untuk memonitor tidur pasien, monitor atau catat kebutuhan tidur pasien setiap
hari dan jam, kolaborasi pemberian obat tidur jika perlu. Rasionalnya agar
tidur pasien tetap stabil, untuk mengetahui pola tidur pasien, untuk mengetahui
klien tidur dalam satu hari berapa jam, dan untuk mencegah gangguan tidur.

V. PENUTUP

35
Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.S mengeluh pusing dan kepala terasa
tegang, dan mengatakan tidurnya tidak nyenyak karena sering terbangun.
Lansia mengatakan makannya 3x sehari makan dengan lauk dan sayur. Lansia
mengatakan tidak ada riwayat hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah
160/90 mmHg, N : 84x/menit dari data diatas maka di dapatkan 2 diagnosa
keperawatan yaitu Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan beban kerja jantung, Gangguan pola tidur berhubungan dengan
pola tidur tidak menyehatkan. Tindakan yang diberikan kepada lansia dengan
resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban
kerja jantung yaitu dengan pantau tekanan darah, ukur tangan/paha untuk
evaluasi awal, catat keberadaan kualitas denyut jantung sentral dan perifer,
amati warna kulit, kelembaban suhu, berikan lingkungan yang tenang nyaman
kurangi aktivitas /keributan lingkungan, anjurkan teknik relaksasi. Tindakan
yang dapat diberikan pada diagnose Gangguan pola tidur berhubungan dengan
pola tidur tidak menyehatkan jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, intruksi
untuk memonitor tidur pasien, monitor atau catat kebutuhan tidur pasien setiap
hari dan jam, kolaborasi pemberian obat tidur jika perlu.

36
DAFTAR PUSTAKA

Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of


Medicine.University of Lampung.

Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


&NANDA NIC-NOC.Jogjakarta : MediAction

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

37

Anda mungkin juga menyukai