Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN PADA SISTEM KARDIOVASKULER

DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI DI RUANG ZAAL DALAM RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH SUMBAWA PADA TANGGAL 17 OKTOBER
2023

OLEH:

RIZKY SETIANTO MAWARDI


P07120122043

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KONSEP SISTEM KARDIOVASKULER

A. Definisi
Sistem kardiovaskuler pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh darah dan saluran
limfe. Sistem ini berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi dan zat-zat lain untuk
didistribusikan ke seluruh bagian tubuh serta membawa bahan-bahan hasil akhir
metabolism untuk dikeluarkan dari tubuh.
B. Komponen Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler merupakan suatu sistem transport tertutup yang terdiri atas:
1. Jantung, sebagai organ pemompa
2. Komponen darah, sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi.
3. Pebuluh darah, sebagai media yang mengalirkan komponen darah.
Ketiga komponen tersebut harus brfungsi baik agar seluruh jaringan dan organ tubuh
menerima suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat. Semua komponen tersebut bekerja
bersama-sama dan mempengaruhi denyutan, tekanan, dan volume pompa darah untuk
menyuplai aliran darah ke seluruh jaringan yang diperlukan oleh tubuh.
1. Jantung
Jantung terletak pada mediastinum, yaitu kompartemen pada bagian tengah rongga
thoraks diantara dua rongga paru. Posisi jantung berada di belakang sternum pada
rongga mediastinum, diantara costa kedua dan keenam. Ukuran jantung sedikit lebih
besar dari satu kepalan tangan dengan berat pada rentang 7-15 ons (200-450 gram).
Dalam setiap harinya jantung mmapu memompa sampai dengan 100.000 kali dan
memompa darah sampai dengan 7571 liter.
Jantung terbagi menjadi empat ruang yaitu dua atrium dan dua ventrikel. Jantung
dibagi secara vertikal oleh septum. Septum interatrial membagi atrium kanan dan kiri,
sptum interventikular membagi ventrikel kanan dan kiri. Atrium kanan menerima
darah terdeoksigenasi (kurang oksigen) dari seluruh tubuh. Darah mengalir ke
ventrikel kanan, yang kemudian memompa darah melawan resistensi rendah ke paru-
paru. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari paru- paru. Darah mengalir
ke ventrikel kiri, yang kemudian memompa darah melawan resistensi tinggi ke
sirkulasi sistemik. Ketebalan dinding setiap bilik berbeda. Miokardium atrium lebih
tipis daripada ventrikel, dan dinding ventrikel kiri dua atau tiga kali lebih tebal dari
dinding ventrikel kanan. Ventrikel kiri harus tebal untuk menghasilkan tenaga yang
diperlukan untuk memompa darah ke dalam sirkulasi sistemik.
Jantung terbuat dari jaringan otot khusus yang tidak terdapat dimanapun di seluruh
tubuh. Jaringan khusus ini disebut otot jantung dan mempunyai tiga lapisan utama.
apisan pertama otot jantung disebut endokardium dan berfungsi sebagai lapisan dalam
jantung, lapisan kedua otot jantung disebut miokardium. Lapisan ini adalah otot
utama jantung dan melaksanakan pemompaan untuk mensirkulasikan darah dan
Epikardium, lapisan ketiga otot jantung, tipis merupakan membran protektif yang
menutup sebelah luar jantung.
Jantung dibungkus kantong yang melekat longgar yang disebut pericardium, atau
kantong perikard. Di dalam sela antara epikardiurn dan pericardium ada sedikit
cairan. Cairan ini berperan sebagai pelumas, sehingga memungkinkan jantung
bergerak di dalam kantong tersebut ketika berdenyut. Radang pericardium disebut
perikarditis.
Jantung mempunyai empat katup utama yang terbuat dari jaringan endokardium,
Katup merupakan bangunan mirip penutup yang membuka dan menutup sebagai
respon terhadap pemompaan jantung. Dengan membuka dan menutup, katup
memungkinkan darah bergerak ke depan ke seluruh jantung dan paru dan mencegah
aliran darah kembali.
 Katup trikuspidal: Antara atrium kanan dan ventrikel kanan
 Katup pulmonal: Antara ventrikel kanan dan arterial pulmonalis
 Katup mitral: Antara atrium kiri dan ventrikel kiri
 Katup aorta: Antara ventrikel kiri dan aorta, arteri utama dalam tubuh.
2. Komponen darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistem kardiovaskular.
Secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seorang laki-laki
dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. Dari
jumlah tersebut sekitar 55% merupakan plasma. Volume komponen darah harus
memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar sistem kardiovaskular
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Pembuluh darah
Komponen ketiga sistem transpor kardiovaskular adalah pembuluh darah yang terdiri
atas arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena. Masing-masing memiliki struktur yang
berbeda sesuai dengan ukuran dan otot yang melapisi dinding pembuluh darah
tersebut. Aorta dan arterisirteri besar memfasilitasi keluaran darah yang berasal
darijantung. Tekanan dan elastisitas dinding pembuluh darah berfluktuasi sesuai
dengan tekanan aliran menuju ke jaringan
C. Fungsi Sistem Kardiovaskuler
Secara ringkas fungsi isteni kardiovaskular meliputi:
1. Transportasi oksigen, nutrisi, hormon, dan sisa metabolisme
Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah memenuhi kebutuhan sistem kapiler dan
mikrosirkulasi. Komponen darah akan membawa oksigen, glukosa, asam amino,
asam lemak. hormon, dan elektrolit ke sel dan kemudian mengangkut karbon
dioksida, urea, asam laktat, dan ssa metabolisine Lainnya dari sel tersebut.
2. Transportasi dan distribusi panas tubuh
Sistem kardiovaskular membantu meregulasi panas tubuh melalui serangkaian
pengiriman panas oleh komponen darah dari jaringan yang aktif seperti pengiriman
panas dari jaringan otot menuju ke kulit dan disebarkan ke lingkungan luar. Aliran
darah jaringan yang aktif diregulasi oleh pengatur suhu tubuh di medula spinalis
setelah menerima pesan dari pusat pengatur suhu tubuh di hipotalamus. Sistem
kardiovaskular menerima pesan dari hipotalamus kemudian meregulasi aliran darah
ke jaringan perifer sehingga menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah di kulit. Dengan demikian jamas tubuh akan keluar melalui kulit.
3. Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
Sistem kardiovaskular berfungsi sebagai media penyimpanan serta transpor cairan
tubuh dan elektrolit. Kedua substansi ini dikirim ke salsellubah melalui cairan
intertestial dengan proses filtras, difusi, dan reabsorpsi Sistem kardiovaskular
memompa 1700 liter darah menuju ginjal setiap harinya agar sel-sel fubuh memiliki
cairan dan elektrolit yang seimbang. Jumlah cairan dan elektrolit akan disesuaikan
dan dipelihara melalui mekanisme penyangga (buffer mechanism) dengan
mempertahankan pll yang optimal sekitar 7,35-7,45. Hemoglobin dan protein plasma
menjadi komponen utama dalam mekanisme penyangga ini.
D. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
1. Siklus jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung. Dalam bentuk
yang pailng sederhan adalah kontraksi bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu
fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.
Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi. Satu kali
siklus jantung sama dengan satu periode sistol (saat ventrikel kontraksi) dan satu
periode diastol (saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan
depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan
relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, systole (kontraksi) atrium diikuti sistol ventrikel sehingga ada
perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke arteri. Kontraksi
atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi
ventrikel menekan darah melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan
menutupnya. Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis.
Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel
kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus
kembali.
a. Sistol atrium
b. Sistol ventrikel
c. Diastol ventrikel
2. Tekanan darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk
melewati setiap unit atau daerah dari dinding pembuluh darah, timbul dari adanya
tekanan pada dinding arteri. Tekanan arteri terdiri atas tekanan sistolik, tekanan
diastolik, tekanan pulsasi, tekanan arteri rerata.
Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri saat
ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolic
yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi, besarnya sekitar
60-90 mmHg. Tekanan pulsasi merupakan reflek dari stroke volume dan elastisitas
arteri, besarnya sekitar 40-90 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan
gabungan dari tekanan pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya sama dengan
sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik. Tekanan darah sesungguhnya
adalah ekspresi dari tekanan systole dan tekanan diastole yang normal berkisar120/80
mmHg. Peningkatan tekanan darah lebih dari normal disebut hipertensi dan jika
kurang normal disebut hipotensi. Tekanan darah sanagat berkaitan dengan curah
jantung, tahanan pembuluh darah perifer ( R ). Viskositas dan elastisitas pembuluh
darah.
KONSEP TEORI HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian / mortalitas.
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi,
ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
1. Genetik : Respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.
2. Obesitas : Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh
seitar 95% orang. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi
penderita esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi
dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih,stress,
merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan
perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah
akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan
denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan
peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron
tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral
juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder.
C. Menifestasi Klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang
dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan
kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada
hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari.
Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi,
komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk
mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan
berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian
dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia
tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah
ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot,
kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan
berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah
memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi
pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder.
D. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 110-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut
cenderung menyebabkan hipertensi.
F. Pathway
G. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):
1. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
2. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke
unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan
kematian. Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.
3. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang diperdarahi berkurang.
4. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
5. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau
yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh
darah). Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif
sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya
pembuluh darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan
angiopathy amyloid.
Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai hal
yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma
intrakranial, thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan
oleh berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial,
luas dan lokasi perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
dengan gagal ginjal akut.
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miocard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto Rontgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
b. Pembendungan, lebar paru
c. Hipertrofi parenkim ginjal
d. Hipertrofi vascular ginjal
I. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik
dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi
gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara non-
farmakologis, antara lain:
1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-obatan
yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi
ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan:
a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien
hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi
system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam per hari.
b. Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum
jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur
d. Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung
dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
3. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek
jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi:
a. Identitas klien
Meliputi: Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor register, dan diagnosa medik.
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien
2. Keluhan utama
Klien dengan masalah kardiovaskuler biasanya memiliki keluhan yang khas, seperti
nyeri dada, rahang, lengan, atau leher; detak jantung tidak teratur atau palpitasi; sesak
saat aktivitas dan atau saat istirahat dan atau saat malam hari; bauk; sianosis/ pucat;
kelemahan; fatique; perubahan berat badan yang tidak tidak diketahui penyebabnya;
bengkak pada ekstremitas; pusing; tekanan darah tinggi/ rendah. Klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler mungkin juga melaporkan adanya perubahan kulit
perifer seperti penurunan distribusi rambut, perubahan warna kulit, kulit terlihat
mengkilat; dan nyeri di ekstremitas seperti kram atau nyeri kaki.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan kepada klien tentang gejala yang dirasakan meliputi kapan gejala muncul,
tanda dan gejala yang berkaitan, lokasi, penyebaran/radiasi, intensitas, durasi,
frekuensi, factor presipitasi/ pencetus, dan kondisi yang menurunkan keluhan; Jika
keluhannya adalah nyeri, tanyakan skala nyeri dengan meminta klien memperkirakan
pada skor berapa dari 0-10 (0 adalah tidak nyeri sampai 10 adalah nyeri berat)
Tanyakan klien obat yang telah dikonsumsi baik obat dari dokter maupun obat yang
dibeli klien sendiri termasuk obat herbal, vitamin dan supplemen nutrisi, dan
pengobatan alternatif yang digunakan.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan kepada klien tentang gangguan jantung yang lain dan gangguan yang
terkait, seperti hipertensi, diabetes mellitus, hyperlipidemia, stroke, scarlet fever,
demam rematik, radang tenggorokan, anemia; pingsan, dan penyakit jantung bawaan.
Tanyakan klien tentang pengggunaan obat kontrasepsi oral maupun hormonal dan
apakah klien dalam fase premenopouse atau post menopause.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan penyakit yang dimiliki anggota keluarga seperti hipertensi, penyakit
jantung coroner, penyakit vaskuler, penyakit jantung bawaan, atau hyperlipidemia,
dan diabetes mellitus.
6. Pola fungsi kesehatan
Pola Gordon
a. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Meliputi:
 Persepsi Terhadap Penyakit
 Kebiasaan hidup sebelum dan saat sakit
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Yaitu asupan nutrisi pasien sebelum dan saat sakit, alergi, fluktuasi BB selama 6
bulan terakhir, kesulitan dalam proses pemenuhan nutrusi (kesulitan menelan,
keadaan gigi) serta istruksi diet yang pernah/sedang dijalankan
c. Pola eliminasi
Yakni pengeluaran urin dan fekal yang meliputi frekuensi, warna, konsistensi dan
waktu.
d. Pola aktivitas dan latihan
Yakni kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas dan latihannya, kemapuan
ROM, kekuatan otot dan keluhan saat beraktivitas.
e. Pola istirahat dan tidur
Meliputi waktu tidur, lama waktu tidur, kebiasaan sebelum tidur serta gangguan
tidur yang dialami pasien.
f. Pola kognitif dan persepsi
Termasuk kemampuan orientasi pasien.
g. Persepsi dan konsep diri
Yaitu perasaan klien terhadap masalah kesehatan yang sedang dialaminya.
h. Pola peran hubungan
Mencangkup pekerjaan pasien, sistem pendukung, dan kegiatan sosialnya
i. Pola seksual dan reproduksi
Mencangkup menstruaksi terkahir, masalah saat mentruasi, pap smear terakhir,
dan penyakit yang berhubungan dangan sistem reproduksi.
j. Pola koping dan toleransi stress
Yaitu bagaimana pasien dalam menangani stress yang dialaminya berkaitan
dengan kondisi kesehatan yang dialaminya saat ini.
k. Pola keagamaan dan keyakinan
Yaitu bagaimana persepsi pasien terhadap penyakitnya terhadap keyakinannya
pada agama yang dianutnya.
(Susanto, et al., 2022)
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan head to toe dengan cara inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi
a. Keadaan umum, kesadaran dan tanda tanda vital, BB, TB, IMT
b. Kepala
 Inspeksi : kesimetrisan, bentuk, warna rambut, dan
benjolan
 Palpasi : mulai dari atas kepala yang terdapat rambut
hingga kebagian leher, periksa adanya nyeri tekan
serta benjoan.
 Mata
Meliputi pemeriksaan penglihaan, lapang pandang, inspeksi
kesimetrisan, warna konungtiva, warna sklera, pembesaran pupil,
palpasi pinggir mata untuk mengetahui adanya nyeri tekan, serta
benjolan.
 Telinga
Periksa pendengaran pasien
Inspeksi : kebersihan telinga, adanya serumen, kesimetrisan,
bentuk serta warna telinga.
Palpasi : nyeri tekan dan benjolan.
 Mulut dan faring
Inspeksi : kebersihan mulut, kadaan mulut, mukosa, warna
lidah, bentuk mulut, keadaan gigi dan kelenjar
tiroid.
c. Dada
Inspeksi : simestris, bentuk, warna, kembang kempis dada
Palpasi : nyeri tekan dan benjolan di area thorakal
Perkusi : bunyi jantung (pekak) paru (sonor), batas jantung dan
paru.
Auskultasi : Bunyi nafas (vesicular, bronkial, bronkuvesikular, ronchi,
wheezing), bunyi jantung (regular Lup Dup, suara
tambahan).
d. Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut, simestris, warna, adanya pembesaran
abdoemen
Palpasi : nyeri tekan abdomen dan adanya benjolan,
pemebesaran limpe, pemebesan hepar, ginjal teraba.
Perkusi : suara perut (timpani)
Auskultasi : bising usus (normal 5-30 kali/ menit pada orang dewasa)
e. Genitalia dan rectum
Inspeksi : warna, bentuk, kelainan, kebersihan
Palpasi : adanya nyeri tekan
f. Ekstremitas
Kemampuan melakuakan rentang gerak ekteremitas atas dan bawah,
kekuatan otot.
8. Data penunjang
Pada diagnose medis hipertensi data penunjang meliputi hasil laboratorium, EKG,
dan foto Rotgen.
9. Terapi pengobatan
Yaiu obat-obat yang perna atau yang didapatkan oleh pasien.
(Hidayat, 2021).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual
maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
hipertensi:
1. Nyeri akut (D.0077)
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
Agen pencedera fisiologis (mis. infalmasi, iskemia, neoplasma).
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjekktif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diasforesis
Kondisi Klinis Terkait:
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukom
2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh
Penyebab
Peningkatan tekanan darah
Tanda gejala mayor:
Subyektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) pengisian kapiler >3 detik
2) Nadi perifer menurun atau tidak teraba
3) Akral teraba dingin
4) Warna kulit pucat, turgor kulit menurun
Tanda dan gejala minor
Subyektif
1) Parastesia
2) Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
Objektif
1) Edema
2) Penyembuhan luka lambat
3) Indeks ankle-brachial <0,90
4) Bruit femoral
Kondisi klinis terkait:
1) Tromboflebitis
2) Diabetes mellitus
3) Anemia
4) Gagal jantung kongestif
5) Kelainan jantung congenital
6) Thrombosis arteri
7) Varises
8) Thrombosis vena dalam
9) Sindrom kompartemen
3. Hipervolemia (D.0022)
Definisi: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau intraseluler.
Penyebab
Gangguan mekanisme regulasi
Tanda dan gejala mayor
Subyektif
1) Ortopnea
2) Dispnea
3) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif
1) Edema anasarka dan/atau edema perifer
2) Berat badan meningkat dalam waktu singkat
3) Jugular venous (JVP) dan/atau Cental Venous Pressure (CVP)
4) Reflek hepatojugular positif
Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tesedia)
Objektif
1) Distensi vena jugularis
2) Terdengar suara nafas tambahan
3) Hepatomegali
4) Kadar Hb/Ht turun
5) Oliguria
6) Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
7) Kongesti paru
Konndisi klinis terkait
1) Penyakit ginjal: gagal ginjal akut/kronis, sindrom nefrotik
2) Hypoalbuminemia
3) Gagal jantung kongestif
4) Kelainan hormon
5) Penyakit hati (mis. sirosis, asites, kangker hati)
6) Penyakit vena perifer (mis. varises vena, thrombus vena, phlebitis)
7) Imobilitas
4. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas seharihari
Penyebab
Kelemahan.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Mengeluh lelah
Objektif
1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subejktif
1) Dyspnea saat/setelah aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukan iskemia
4) Siamosis
Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongesif
3) penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolik
8) Gangguan muskuloskelatal
5. Defisit Pengetahuan ( D.0111)
Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu.
Penyebab
kurang minat dalam belajar.
Tanda dan gejala mayor
Subjektif
1) Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif
1) menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
2) menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah.
Tanda dan gejala minor
Subjektif
( tidak tersedia )
Objektif
1) menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) menunjukan perilaku berlebihan (mis . apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria)
Kondisi klinis terkait
1) Kondisi klinis ysng baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
6. Ansietas ( D.0080)
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab
kurang terpapar informasi.
Tanda dan gejala mayor
Subjektif
1) merasa bingung
2) merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) sulit berkonsentrasi.
Objektif
1) tampak gelisah
2) tampak tegang
3) sulit tidur.
Tanda dan gejala minor
Subjektif
1) mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) merasa tidak berdaya.
Objektif
1) freuensi nafas meningkat
2) frekuensi nadi meningkat
3) tekanan darah meningkat
4) diaphoresis
5) tremor
6) muka tampak pucat
7) suara bergetar
8) kontak mata buruk
9) sering berkemih
10) berorrientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
7. Resiko Penurunan curah Jantung ( D.00 11)
Definisi : Beresiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Faktor Risiko
Perubahan afterload
Kondisi Klinis Terkait:
1) Gagal jantung kongesif
2) Sindrom koroner akut
3) Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis, trikupidalis , atau
mitralis )
4) Atrial/ventricular septal defect
5) Aritmia
8. Resiko Jatuh ( D.0143)
Definisi: Beresiko mengalami keruskan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh.
Faktor Risiko
1) Usia ≥65 tahun (pada dewasa ) atau ≤ 2 tahun ( Pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4) Penggunaan alat bantu berjalan
5) Penurunan tingkat kesadaran
6) Perubahan fungsi kognitif
7) Lingkungan tidak aman (mis. Licin, gelap, lingkungan asing)
8) Kondisi pasca operasi
9) Hipotensi ortostatik
10) Perubahan kadar glukosa darah
11) Anemia
12) Kekuatan otot menurun
13) Gangguan pendengaran
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan
pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
- Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)
- Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing,kompres hangat/dingin)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer
meningkat
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)
- Nadi perifer teraba kuat
- Akral teraba hangat
- Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan: Pemantauan tanda vital ( I.02060 )
- Memonitor tekanan darah
- Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
- Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
- Memonitor suhu tubuh
- Memonitor oksimetri nadi
- Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
3. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
meningkat
Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)
- Terbebas dari edema
- Haluaran urin meningkat
- Mampu mengontrol asupan cairan
Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
- Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea, edema, JVP/CVP
meningkat, suara nafas tambahan)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
- Batasi asupan cairan dan garam
- Anjurkan melapor haluaran urin
- Mampu mengontrol asupan cairan
Rencana tindakan: (Manajemen hipervolemia I.03114)
- Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea, edema, JVP/CVP
meningkat, suara nafas tambahan)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
- Batasi asupan cairan dan garam
- Anjurkan melapor haluaran urin Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
- Ajarkan cara membatasi cairan
- Kolaborasi pemberian diuretic
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
- Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas
meningkat
Kriteria hasil: toleransi aktivitas (L.05047)
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
- Pasien mengatakan keluhan lemah berkurang
Rencana tindakan: (Manajemen energi 1.050178)
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
- Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
5. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan
meningkat
Kriteria Hasil: Tingkat pengetahuan (L.12111)
- Pasien melakukan sesuai anjuran
- Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan
- Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan: Edukasi kesehatan ( I.12383)
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
- sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- berikan kesempatan untuk bertanya
- jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
6. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun
Kriteria hasil: Tingkat ansietas (L.09093)
- Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
- Pasien tampak tenang
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana Tindakan: Reduksi ansietas (I.09314 )
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
- Gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
7. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung meningkat
Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)
- Tanda vital dalam rentang normal
- Nadi teraba kuat
- Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis: dispnea, kelelahan,
edema,ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung ( mis: peningkatan
berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keluhan nyeri dada
- Berikan diet jantung yang sesuai
- Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu
- Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
8. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuh menurun.
Kriteria Hasil: Tingkat jatuh (L.14138)
- Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
- Risiko jatuh saat berjalan menurun
- Risiko jatuh saat berdiri menurun
Rencana Tindakan: Pencegahan jatuh (1.14540)
- Identifikasi factor risiko (mis. Usia 65 tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit
kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan,
neuropati)
- Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
institusi
- Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh (mis. Morse scale,
humpty dumpty)
- Pasang handrail tempat tidur
- Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpidah
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.
Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi.
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi
keperawatan, yaitu:
1. Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh
perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan
kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
2. Interdependen/Collaborative Implementations adalah tindakan keperawatan atas
dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti
dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin,
naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
3. Dependent Implementations adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari
profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya
dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh
ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara
proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses
keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan
untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriterial yang ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses proses
keperawatan keperawatan mulai dari tahap pengkajian, pengkajian, perencanaan
perencanaan dan pelaksanaan pelaksanaan. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
dimana:
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A : Analisis. Analisis perawat setelah mengetahui perawat setelah mengetahui
respon subjektif respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisi
(Hidayat, 2021)
References
Fikriana, R. (2018). Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Deepublish.

Guntur. (2019). Sistem Kardiovaskuler. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.

Hidayat, A. A. (2021). Dokumentasi Keperawatan Aplikasi Praktek Klinik. Surabaya: Health Books
Publishing.

Panma, Y. (2023). Keperawatan Medikal Bedah Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:
Rizmedia Pustaka Indonesia.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

Susanto, W. H., Prasetyo, J., Wospakrik, F., Wulandari, D., Beo, Y. A., Lusianah, . . . Hardiyani, T. (2022).
Manajemen Keperawatan. Padang: Global Eksekutif teknologi.

Anda mungkin juga menyukai