Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM ENDOKRIN DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA THIROID DI RUANGAN GILI


GEDE RSUP NTB

PADA TANGGAL 6-9 FEBRUARI 2024

DISUSUN OLEH :

NAMA : Nida Faiha Sany

NIM : ( P07120422026)

Tingkat : 2 (A) Semester 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN & PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2023/2024


KONSEP TEORI CA TIROID

A. DEFINISI
Tumor tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu:
papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran
kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian
besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
Tumor tiroid sering kali membatasi kemampuan menyerap yodium dan membatasi
kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi kadang menghasilkan cukup banyak
hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme. Kanker tiroid terjadi pada sel-sel kelenjar
tiroid (organ berbentuk mirip kupu-kupu terletak di pangkal leher), yang berfungsi
memproduksi hormon untuk mengatur kecepatan jantung berdetak, tekanan darah, suhu
tubuh dan berat badan.

B. ETIOLOGI
Kanker tiroid lebih sering ditemukan pada orang-orang yang pernah menjalani terapi
penyinaran di kepala, leher maupun dada. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat
keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk
sekampung ada yang menderita kelainan kelenjar gondok (endemis). Hal ini lebih kepada
pola hidup dan letak geografis yang tidak mendukung pada pemenuhan intake yodium.
Selain itu, terdapat penyebab spesifik berdasarkan klasifikasi atau pembagian tipe kanker
tiroid, yaitu sebagai berikut:
1. Kanker Papiler 60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler. 2-3 kali lebih sering
terjadi pada wanita. Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang muda, tetapi pada
usia lanjut kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar. Resiko tinggi terjadinya kanker
papiler ditemukan pada orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di leher.
2. Kanker Folikuler 15-20% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler. Ini merupakan jenis
kanker yang paling tidak ganas dan paling mudah diobati. Kanker folikuler juga lebih
sering ditemukan pada wanita, usia 20-50 tahun. Mirip tiroid normal namun dapat
berkembang lambat dan bermetastase cepat. Pada penderita yang tidak diobati, kematian
disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah
dengan keterlibatan yang luas dari tulang dan paru-paru.
3. Kanker Anaplastik Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik. Ini
merupakan jenis kanker tiroid yang sangat ganas. Kanker ini paling sering ditemukan
pada wanita usia lanjut. Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan biasanya
menyebabkan benjolan yang besar di leher. Kanker ini mengakibatkan kematian dalam
beberapa minggu (bulan). Biasanya terjadi pada pasienpasien tua dengan riwayat goiter
yang lama dimana kelenjar tiba-tiba (dalam waktu beberapa minggu atau bulan) mulai
membesar dan menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita
suara, kematian akibat perluasan lokal yang masif biasanya terjadi dalam 6-36 bulan.
Kanker ini sangat resisten terhadap pengobatan.
4. Kanker Meduler Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar
kalsitonin (dari sel C). Kanker meduler ini sangat jarang terjadi dan merupakan penyakit
keturunan. 5-10% dari semua kasus. Karakteristiknya adalah bentuk tumor bulat, keras
yang terletak di lobus tengah dan atas kelenjar tiroid. Kanker cenderung menyebar melalu
sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan
tulang. Pada metastase stadium dini dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar
lain (sindroma neoplasia endokrin multipel), yakni Pheochromocytomo (kelainan pada
kelenjar adrenal) dan pertumbuhan pesat kelenjar paratiroid. Kanker ini lebih agresif dari
pada kanker papiler atau folikuler tetapi tidak seagresif kanker tiroid anaplastic
C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala karasinoma tiroid adalah sebagai berikut:

1) Pembesaran nodul yang relatif cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali ( dihitung
dalam minggu), tanpa nyeri.
2) Merasakan adanya gangguan mekanik di leher, seperti gangguan menelan yang
menunjukan adanya desakan esophagus, atau perasaan sesak yang menunjukkan
adanya desakan ke trakea.
3) Pembesaran KGB di daerah Icher (mungkin metastasis)
4) Penonjolan / kelainan pada tulang tempurung kepala (metastasis ke tengkorak)
5) Perasaan sesak dan batuk-batuk disertai dahak berdarah (metastasis di paru-paru bagi
jenis folikular)

Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan atas observasi yang dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan patologis, dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah.

Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:

1. Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga


2. Pertumbuhan tumor cepat
3. Nodul teraba keras
4. Fiksasi daerah sekitar
5. Paralisis pita suara
6. Pembesaran kelenjar limfe regional
7. Adanya metastasis jauh
Kecurigaan sedang adalah:

1. Usia > 60 tahun


2. Riwayat radiasi leher
3. Jenis kelamin pria dengan nodul soliter
4. Tidak jelas adanya fiksasi dacrah sekitar
5. Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik

Kecurigaan rendah adalah: Tanda dan gejala di luar atau selain yang disebutkan di atas.

Manifestasi klinik awal dari karsinoma tiroid adalah berbentuk menyendiri dan
suatu nodul dikelenjar tiroid yang tidak menimbulkan rasa sakit. Tanda dan gejala
tambahan tergantung pada ada tidanya metastase serta lokasi metastase (penyebaran sel
kanker) itu sendiri.

1. KARSINOMA PAPILAR
Merupakan ipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banya pada wanita atau
kclompok usia distas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang
perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah
nodes limpa Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila
dilakukan tindakan tiroidektomi persial atau total.
2. KARSINOMA FOLIKULAR
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama
mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian
menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian
menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai "The Recurrent Laringeal
Nerves", suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit
pada saat diagnosa ditetapkan
3. KARSINOMA MEDULAR
Timbul di jaringan troid paratoRas oManyaraS 10 % dari seluruh kasinoma tiroid
dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati
nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan
merupakan bagan dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian
dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH,
prostaglandin dan serotonin.
4. KARSINOMA ANAPLASTIK
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker
jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala
seperti:
• Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring)
• Data sirak
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-kira I tahun
setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati
dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.

D. PATOFISIOLOGI
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran troid yang diskret. Kadang-
kadang mirip goiter noduler jinak. Nodul-nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule
tersebut jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat karsinoma. Untuk menentukan
apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-faktor resiko dan gambaran
klinis massa tersbut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
Karsinoma tiroid biasanya kurang menangkap yodium radioaktif dibandingkan
kelenjar tiroid normal yang terdapat disckellingnya. Dengan cara scintiscan. nodule akan
tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yodium radioaktif yang berkurang,
Tehnik yang lain adalah dengan echografi tiroid untuk membedakan dengan cermat
massa padat dan massa kistik.
Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya merupakan
kista jinak. Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu
nodul yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya dan berhubungan dengan
limfadenopati satelit.
Kanker Tiroid secara klinis dapat dibedakan menjadi suatu kelompok besar
neoplasma berdiferensiasi baik dengan kecepatan pertumbuhan yang lambat dan
kemungkinan penyembuhan yang tinggi, dan suatu kelompok kecil tumor anaplastik
dengan kemungkinan fatal.
PATHWAY

Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat


keluarga, endemis, konsumsi minim yodium

Timbul neoplasama, pertumbuhan kecil (nodul) di


kelenjar tiroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan meransang


peningkatan sekresi TSH

T3, T4, Kalsitonin


Nyeri meningkat
akut

Resiko Resiko Massa tiroidmeningkat,berdifrensi

infeksi cidera

Tiroidektomi Memunculkan kanker tiroid Kurang pengetahuan


Pembengkakan laring Menyebar melalui aliran darah &
saluran getah bening

Cidera pita suara , serak Gangguan menelan


Meluas dengan metasisdan invasi
kelenjar dan organ hati, paru paru
dan tulangtubuh
Gangguan
Nyeri akut
komunikasi verbal
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi Karsinoma Tiroid menurut WHO:
1.Tumor epitel maligna
 Karsinoma folikulare
 Karsinoma papilare
 Campuran karsinoma folikulare-papilare
 Karsinoma anaplastik (undifferentiated)
 Karsinoma sel skuamosa
 Karsinoma Tiroid medulare
2. Tumor non-epitel maligna : labstoma
3. Tumor maligna lainnya
 Sarkoma
 Limfoma maligna
 Haemangiothlioma maligna
 Teratoma maligna
4. Tumor sekunder dan unclassified tumors
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi:
1. Karsinoma Folikuler.
2. Karsinoma Papilar.
3. Karsinoma Medular.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
Menurut Mc Kenzi (1971), ada 4 tipe jaringan karinoma tiroid yang berbeda yang dipakai
untuk pelaksanaan schari-hari, yaitu:
1. Karsinoma Tiroid Papilar:
2. Karsinoma Tiroid Folikular.
3. Karsinoma Tiroid Medular.
4. Karsinoma Tiroid Anaplastik.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan laboratorium

 Human thyroglobulin, suatu penanda tumor ("tumor marker") untuk keganasan


tiroid; jenis yang berdiferensiasi baik, terutama untuk follow up.
 Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHS untuk menilai fungsi tiroid
 Kadar calcitonin hanya untuk pasien yang dicurigai karsinoma meduler.

2. Pemeriksaan radiologis
 Dilakukan pemeriksaan foto paru posteroanterior, untuk menilai ada tidanya
metastasis. Foto polos leher antero-posterior dan lateral dengan metode "soft
tissue technique" dengan posisi leher hiperekstensi, bila tumornya besar. Untuk
melihat ada tidaknya mikrokalsifikasi.
 Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke
esofagus.
 Pembuatan foto tulang dilakukan bila ada tanda-tanda metastasis ke tulang yang
bersangkutan.

3. Pemeriksaan ultrasonografi

Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang
secara klinis belum dapat dipalpasi. Disamping itu dapat dipakai untuk membedakan
nodul yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan
biopsi aspirasi jarum halus.

4. Pemeriksaan sidik tiroid

Pemeriksaan sidik tiroid: bila nodul menangkap jodium lebih sedikit dari
jaringan tiroid yang normal disebut nodul dingin (cold nodule), bila sama afinitasnya
maka disebut nodul hangat (warm nodule). Cartion tioid chagianhar acaf module
dingi, Stir 10 - 17 % stumadengan nodule digin ternyata adalah suatu keganasan. Bila
akan dilakukan pemeriksaan sidik tiroid maka obat-obatan yang mengganggu
penangkapan iodium oleh tiroid harus dihentikan selama 2 - 4 minggu sebelumnya.
Pemeriksaan sidik tiroid ini tidak mutlak diperlukan, jika tidak ada fasilitasnya,
tidak usah dikerjakan

5. Pemeriksaan sitologi melalaui biopsy aspirasi jarumhalus ( BAJAH)


Keberhasilan dan ketetapan pemeriksaan BAJAH tergantung dari 2 hal yaitu:
Fakor kemampun pengambilan sampel dan faktor ketepatan interpretasi oleh seorang
sitolog shingga angka akurasinya sangat bervariasi. Ketepatan pemeriksaan sitologi
untuk kanker tiroid anaplastik, medulare dan papilare hampir mendekati 100% tetapi
untuk jenis folikulare hampir tidak dapat dipakai karena gambaran sitologi untuk
adenomatous goiter, adenoma folikuler dan adeno karsinoma folikuler adalah sama,
tergantung dari gambaran invasi ke kapsul dan vaskular yang hanya dapat dilihat dari
gambaran histopatologi.
6. Pemeriksaan Histopatologi
 Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan diperiksa setelah
dilakukan lobektomi atau isthmolobektomi.
 Tindakan Untuk kasus inoperabel, jaringan yang diperiksa diambil dari
tindakan biopsi insisi.

Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila:

 Usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun


 Riwayat radiasi darah Icher sewaktu kanak-kanak
 Disfagia, sesak nafas perubahan suara
 Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras
 Ada pembesaran kelenjar getah bening leher
 Ada tanda-tanda metastasis jauh.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Therapi Radiasi (Chemotherapi).


2. Operasi: Pengangkatan Kelenjar tirid baik sebagian (Timidectomi Partial), maupun
seluruhnya (Tiroidectomi Total).

Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi

a. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:

1) Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh penderita
atau penanggung jawab penderita
2) Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer
3) Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
4) Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan keschatan tentang jalannya
operasi olch perawat dan support mental olch rohaniawan
5) Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
6) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan
terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen
hormone tiroid seumur hidup.
b. Penatalaksanaan Intra Operasi

Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab
sepenuhnya dipegang olch Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.

c. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)

1) Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil


2) Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
3) Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila
sewaktu-waktu dibutukan atau terjadi hal-hal yang tidak dinginkan
4) Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah
penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
5) Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
Anamnese
Dari anamnese diperoleh :
1) Identifikasi klien.
2) Keluhan utama klien. Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang
dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
3) Riwayat penyakit sekarang Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul
pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya
pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4) Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang
berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih
dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
5) Riwayat kesehatan keluarga Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang
menderita sama dengan klien saat ini.
6) Riwayat psikososial Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau
sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya


composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan
suhu yang berubah.
2) Kepala dan leher Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya
didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam
dua sampai tiga hari.
3) Sistim pernafasan Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret
efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
4) Sistim neurologi Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
5) Sistim gastrointestinal Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat
peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang
sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
6) Aktivitas/istirahat Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat,
atrofi otot.
7) Eliminasi Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feces, diare.
8) Integritas ego Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi
labil, depresi.
9) Makanan/cairan Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,
makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
10) Rasa nyeri/kenyamanan Nyeri orbital, fotofobia.
11) Keamanan Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas
37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan
lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi
eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
12) Seksualitas Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi

NO SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut Penyebab ditandai Setelah dilakukan 1. Observasi


dengan tindakan keperawatan
a) Identifikasi lokasi,
selama …x24 jam
1. Agen pencedera fisiologi karakteristik, durasi, frekuensi,
diharapkan nyeri
(inflamasi, iskemia, neoplasma) kualitas, intensitas nyeri
menurut dengan kriteria
2. Agen pencendera kimiawi hasil : b) Identifikasi skala nyeri
(terbakar, bahan kimia iritan).
 Gelisah menurun c) Identifikasi respons nyeri non
3. Agen pencedera fisik (Abses,  Merintih menurun verbal
amputasi, terpotong,  Kewaspadaan d) Identifikasi factor yang
mengangkat bert, prosedur menurun
operasi, trauma, latihan fisik  Pola tidur membaik memperberat dan memperingan
berlebihan) nyeri

Ds : e) Identifikasi pengetahuan dan


keyakinan tentang nyeri f)
o Mengeluh nyeri
Identifikasi pengaruh budaya
Do : terhadap respon nyeri g)
Identifikasi pengaruh nyeri pada
o Tampak meringis
kualitas hidup
o Bersikap protektif (waspada,
h) Monitor efek samping
posisi menghindari nyeri)
penggunaan analgesic
o Gelisah 2. Terapeutik

o Frekuensi nadi meningkat a) Berikan teknik


nonfarmakologis untuk
o Sulit tidur
mengurangi rasa nyeri

b) Kontrol lingkungan yang


memperberat nyeri

c) Fasilitasi istirahat tidur

d) Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

3. Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan


nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

d) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

e) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan menelan di tandai Setelah dilakukan Observasi


dengan : tindakan keperawatan o Identifikasi diet yang
selama …x 24jam
 Gangguan diharapkan gangguan dianjurkan
serebrovaskular menelan menurun o Monitor kemampuan
 Gangguan saraf kranialis
 Paralisis serebral dengan kriteria hasil : menelan
 Akalasia o Monitor status hidrasi
 Abnormalitas laring  Mempertahankan
 Abnormalitas orofaring makanan di mulut pasien, jika perlu
 Anomali jalan napas atas meningkat
 Defek anatomik  Reflek menelan
kongenital meningkat
Terapeutik
 Defek laring  Kemampuan
 Defek nasal mengosongkan o Ciptakan lingkungan yang
 Defek rongga nasofaring mulut meningkat
menyenangkan selama
 Defek trakea  Frekuensi tersedak
 Refluk gastroesofagus menurun makan
 Obstruksi mekanis  Batuk menurun o Atur posisi yang nyaman
 Prematuritas
untuk makan/minum
DS:
o Lakukan oral hygiene
Mengeluh sulit menelan
DO: sebelum makan, jika perlu
o Letakkan makanan di sisi
o Batuk sebelum menelan
o Batuk setelah makan mata yang sehat
atau minum o Sediakan sedotan untuk
o Tersedak
minum, sesuai kebutuhan
o Makanan
tertinggal di rongga mul o Siapkan makanan dengan
u
suhu yang meningkatkan
nafsu makan
o Sediakan makanan dan
minuman yang disukai
o Berikan bantuan saat
makan/minum sesuai
tingkat kemandirian, jika
perlu
o Motivasi untuk makan di
ruang makan, jika tersedia

Edukasi
o Jelaskan posisi makanan
pada pasien yang
mengalami gangguan
penglihatan dengan
menggunakan arah jarum
jam (mis: sayur di jam 12,
rendang di jam 3)
Kolaborasi

o Kolaborasi pemberian obat


(mis: analgesik,
antiemetik), sesuai indikasi
3. Resiko infeksi di tandai dengan Setelah dilakukan 1. Obsrvasi
factor resiko : tindakan keperawatan
a) Monitor tanda daan gejal
selama …x 24jam
o Penyakit kronik infeksi local dan isskemik
diharapkan resiko
o Efek prosedur invasive infeksi menurun 2. Terapeutik
dengan kriteria hasil :
o Malnutrisi a) Batasi jumlah pengunjung b)
 Kebersihan tangan Berikan perawatan kulit pada area
o Peningkatan paparan organism
meningkat edema
pathogen lingkungan o Ketidak
 Kebersihan badan
adekuatan pertahanan tubuh c) Cuci tangan sebelum dan
meningkat
primer sesudah kontak dengan pasien dan
 Nafsu makan
lingkungan pasien
o Ketidak adekuatan pertahanan meningkat
tubuh sekunder d) Pertahankan teknik aseptik 3.
 Demam turun
Edukasi
 Sputum berwarna
hijau menurun a) Jelaskan tanda dan gejala
 Gangguan kognitif infeksi
menurun
b) Ajarkan cara mencuci tangan

c) Ajarkan etika batuk

4. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI, DPP& PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI, DPP& PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI, DPP& PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan; Edisi 8.EGC. Jakarta.
Donna. 1995. Medical Surgical Nursing; 2nd Edition. WB Saunders.

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah; volume 3.EGC. Jakarta.

Greenspan & Baxter, 2000, Endokrinologi Dasar Dan Klinik, EGC, Jakarta.

Isselbacher, Kurt J, 2000, Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta. Johnson, M,
Dkk, 2000, Iowa Intervention Project: Nursing Outomes Classification (NOC) 2nd. Mosby, St.Louis.

Anda mungkin juga menyukai