Anda di halaman 1dari 18

CA THYROID

KELOMPOK 2 :

ARIF RAHMAN
ATIKA NUR HUDA

PROGRAM PASCA SARJANA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
STUDI MAGISTER KEPERAWATAN KONSENTRASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker tiroid merupakan keganasan organ endokrin tersering dengan angka kejadian
meningkat drastis terus menerus pada kejadian global selama 3 dekade terakhir ini
sekitar 1,0- 1,5% dari semua kasus baru di seluruh dunia.1 Berdasarkan data SEER
(The surveillance, Epidemiology and End Results) di Amerika Serikat, kejadian
kanker tiroid meningkat pada 10 tahun terakhir, rata-rata 5,5% setiap tahun dengan
tingkat kematian meningkat 0,8% setiap tahun mulai tahun 2002 sampai dengan 2011.

Di Indonesia, saat ini belum ada data yang pasti mengenai angka insiden dan
mortalitas kanker tiroid. Berdasarkan data dari Registrasi Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Antomi Indonesia, kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari 10
kanker terbanyak dan menempati urutan ke-4 tumor terbanyak pada perempuan.

Kanker tiroid paling sering muncul pada usia 20-50 tahun.5 Pada anak-anak usia
dibawah 20 tahun dengan nodul tiroid dingin mempunyai risiko keganasan lebih
tinggi dibanding kelompok dewasa. Pada kelompok lansia yaitu usia lebih dari 60
tahun, mempunyai prevalensi keganasan lebih tinggi, terutamanya karsinoma tiroid
tipe anaplastik. Biasanya pada kelompok lansia agresivitas penyakitnya lebih berat.

Nodul jarang ditemukan pada usia muda, tetapi jika ditemukan biasanya bersifat
ganas terutama pada pria usia muda. Angka kekerapan keganasan nodul tiroid
berkisar 5-10%. Prevalensi keganasan pada multinodular tidak jauh beda yaitu 4,1%
dan 4,7% masing- masing prevalensi untuk nodul tunggal dan multipel.

Diagnosis pasti kanker tiroid adalah dengan pemeriksaan histopatologi jaringan yang
diperoleh dari hasil eksisi/operasi. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil berupa
gambaran histopatologi yang dibagi berdasarkan jenis kankernya yaitu tipe papiler,
folikuler, meduler, dan anaplastik. Insidens kanker tiroid berdasarkan tipe dapat
bervariasi, yakni untuk tipe papiler 60-80% pada tipe papiler, tipe folikuler 10-
27,5%, tipe medular 3- 10%, dan tipe anaplastik 3-8%.
Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan
penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada
kanker tiroid tipe papiler. Dari segi agresifitas, prognosis kanker tiroid tipe anaplastik
paling buruk dengan angka kematiannya hampir 100%, disusul oleh tipe meduler
dengan angka harapan hidup dalam 10 tahun sebesar 65%. Prognosis tipe folikuler
dan papiler lebih baik jika dibandingkan dengan tipe anaplastik dan meduler, yaitu
dengan angka kematian dalam 30 tahun pertama pada tipe folikuler adalah sebesar
15% dan papiler 6%.4 Pada individu dengan usia dibawah 50 tahun, biasanya
mortalitas rendah dan dapat meningkat tajam pada usia di atasnya.8 Berdasarkan data
yang didapat dari National Cancer Institute angka ketahanan hidup kanker tiroid
adalah lebih baik berbanding kanker payudara, kanker kulit (Melanoma) dan rahim
(Corpus uteri) yaitu 94% untuk kanker tiroid, 78% untuk kanker payudara, 82% untuk
kanker kulit dan 84% untuk kanker rahim.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang apa itu kanker tiroid
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Menegetahuai Desfinisi Ca Tiroid
1.2.2.2 Menegetahuai Patofisologi Ca Tiroid
1.2.2.3 Menegetahuai Manifestasi Klinis Ca Tiroid
1.2.2.4 Mengetahui Pemerikasaan penunjang Ca Tiroid
1.2.2.5 Menegetahuai Penatalaksanaan Medis Ca Tiroid

1.3 Manfaat
Menambah ilmu dan informasi mengenai kanker tiroid dalam keperawatan.
meningkatkan kesadaran tentang kanker tiroid, memberikan informasi yang lebih
terperinci mengenai kanker tiroid, mengetahui distribusi kanker tiroid secara lebih
terperinci dan menambah ilmu pengetahuan tentang kanker tiroid
BAB 2

CA TIROID

A. PENGERTIAN
CA tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,
folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran
kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian
besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit
yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada kanker tiroid
tipe papiler. Mortalitas paling rendah pada individu dengan usia dibawah 50 tahun dan
meningkat tajam pada usia di atasnya, namun sebagian kecil ada pula yang tumbuh cepat
dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal. Angka rekurensi tumor umum pada
kanker tiroid tipe papiler, berkisar setinggi 30% jika terapi awal tidak komplit. Angka
kematian akibat kanker tiroid 0,4% dari semua kematian akibat kanker atau berkisar 5
kematian per sejuta penduduk pertahun. Angka ketahanan hidup lima tahun relatif kanker
tiroid adalah 96%.5 Tujuan utama tata laksana kanker tiroid adalah memperkecil resiko
rekurensi dan metastasis jauh, sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas penderita. Terapi utama dalam tata laksana kanker tiroid adalah operasi,
sedangkan terapi adjuvan adalah ablasi tiroid dengan iodine radioaktif, supresi
thyrotropin dan radiasi eksternal.

B. PATOFISOLOGI
CA tiroid dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu Kenaikan  sekresi hormon TSH ( Thyroid
Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi
hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini
menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker, penyinaran  (radiasi
ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-anak yang pernah
mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum, serta karena faktor genetik.
Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan
leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme
tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus,
pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase
limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di
paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan
untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah
bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha.
Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat
diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening
adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma).

Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan


terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior
kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam
proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat
ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, nervus recurrent, pembuluh darah
karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat
meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang,
otak dan hati.

Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita dengan ada
sarang ganas dilobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke
kelenjar limfe regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya
adenokarsinoma follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe
leher, tetapi kurang sering dan kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya secara
hematogen. Adenokarsinoma meduller berasal dari sel C sehingga kadang mengeluarkan
kalsitonin (sel APUD). Pada tahap dini terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional.
Adenokarsinoma anaplastik yang jarang ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh
agresif, bertumbuh cepat dan mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama
trakea sehingga terjadi stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi
penyebaran hematogen. Dan penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid
dapat ditemukan di trakea, faring, esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis,
struktur lain dalam darah dan kulit. Sedangkan metastasis hematogen ditemukan
terutama di paru, tulang, otak dan hati.

C. MANIFESTASI KLINIS
Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat
jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
1. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
2. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
3. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
4. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
5. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
6. Adanya pembengkakan pada leher
7. Kesulitan menelan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum
ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam
serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada
karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human
Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker
tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid,
namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor
residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat
ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiologis
a) Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk
melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi
pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma
dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan
pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-
kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar
getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey
metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto
barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b) Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,
namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu
tehnik yang lebih sederhna dan murah.
c) Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor
tiroid
d) Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold
nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan
juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang
adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya
tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta
alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi.
Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma
folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.
E. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Terapi
Terapi pilihan untuk karsinoma titoid adalah pembedahan untuk mengangkat tumor
tersebut.tiroidektomi total atau hampir total di lakukan bila keadaan
memungkinkan.Tindakan dikseksi leher yang lebih luas di lakukan jika metastase
telah menyampai kelenjar lipe.jaringan paratiroid di upayakan untuk tidak terangkat
guna mengurangi resiko hipokalsemia pasca operatif dan tetanus.sesudah
pembedahan ,tindakan ablasi di laksanakan untuk menlenyapkan jaringan tiroid
yang tersisa bila tumor tersebut bersifat radiosensitif.iodium radiatif juga
meningkatkan peluang untuk menemukan metastatis tiroid di kemudian hari bila
pemeriksaan pemindai seluruh tubuh (whole bodi scan) di lakukan.sesudah
pembedahan ,hormon tiroid di berikan dengan dosis supresi untuk menurunkan
kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid.jika jaringan tiroid yang tertinggal tidak
cukup untuk menghasilkan hormon tiroid dengan jumlah memadai,maka preparat
tiroksin di butuhkan secara permanen.

Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat di lakukan beberapa jalur :
pemberian peroral dan lewat pemberian eksternal terapi radiasi.pasien yang
mendapat sumber sumber eksternal terapi radiasi menghadapi resiko untuk
mengalami mukositis,kekeringan mulut,dispagia,kemerahan kulit,anoreksia,dan
kelelahan kemoterapi jarang di gunakan dalam pengobatan kanger tiroid.

2. Tiroidektomi
Tiroidektomi parsial atau total dapat di laksanakan sebagai terapi primer terhadap
karsinoma tiroid,hipertiroidisme atau hipertiroidisme tipe dan luas operasi
bergantung pada hasil diagnosis,tujuan pembedahan hasil pronogsis. Peran perawat
adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi:
a) Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1) Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh
penderita atau penanggung jawab penderita
2) Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori
dan cardiovasculer
3) Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
4) Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang
jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
5) Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
6) Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan
pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan
dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
b) Penatalaksanaan Intra Operasi
Peran perawat hanya membantu kelancaran jalannya operasi karena tanggung
jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi.
c) Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)
1) Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil
2) Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi
3) Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
4) Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan
setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita
5) Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan
umum.
6) Radioterapi
d) Radioterapi
adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu bagian
pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi
digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga
mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama
untuk metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk
menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat
bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi
umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker. Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi,
baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti
pembedahan dan kemoterapi.
2) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,
radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan
membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat
mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa
nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang
sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan
tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat
kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda,
tergantung dari lokasi kanker.
2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat
radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk
mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131
untuk mengobati kanker tiroid.
e) Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker.
Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan
sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk
mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa,
biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk
bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas
sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa
bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis
sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan
menyebabkan efek samping.
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera
makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang
menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang
sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi
tergantung jenis obat.
a. Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan
obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan
makan kecil dan dengan menghindari makanan yang tinggi di serat, gas
barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat dingin.
b. Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel
darah, bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang
(di mana sel darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah
merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia
atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor
pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa
diberikan untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau sel darah
merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa
ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan.
f) Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya
diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik
iodium ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari
sel folikuler. Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:
a. Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
b. Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake
oleh sisa jaringan tiroid normal.
c. Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang
dihasilkan hanya oleh sel tiroid.
d. Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total,
kadar hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin,
sehingga TSH endogen terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30
mU/L.
g) Terapi Supresi L-Tiroksin
Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan
sembuh total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan
dan kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk
kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


CA TIROID

1. PENGKAJIAN
a) Pola kegiatan sehari - hari
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala          :   Aneroksia, gaduh dan gelisah, kesulitan menelan, insomnia,
kelemahan berat, gangguan koordinasi
Tanda           :   massa pada tiroid
2) Sirkulasi
Gejala          : Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun,
kelemahan fisik
Tanda         :  peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat.
Takikardia saat istirahat, syok (krisis tirotoksikosis)
3) Eliminasi
Gejala         : Urine dalam jumlah banyak, diare.
4) Integritas / Ego
Gejala           : cemas, Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang   berhubungan dengan kondisi.
Tanda           :  Ansietas peka rangsang
5) Makanan / Cairan
Gejala         : Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran
tiroid, edema non-pitting       terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.
Tanda           :   pembesaran thyroid.
6) Neurosensori
Gejala           : Pusing atau pening, kelemahan, gangguan status mental dan
perilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif
refleks tendon dalam
Tanda           : koma (tahap lanjut),
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala             : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8) Pernapasan
Gejala            : Merasa kekurangan oksigen, Suara parau dan kadang sampai tak
dapat mengeluarkan suara
Tanda            :  Sesak napas, suara serak.
9) Keamanan
Gejala         :   Kulit kering , ulkus kulit
Tanda          :   lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan otot pernapasan.
10) Seksualitas
Gejala         :  adanya riwayat monopouse dini
Tanda         :  Hilangnya tanda – tanda seks sekunder

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Pre operasi
1) Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
2) Defisit Nutrisi b/d intake inadekuat
b) Post operasi
1) Nyeri akut b/d terputusnya kontiniutas jaringan
2) Risiko infeksi b/d adanya luka operasi
3) Gangguan pola tidur b/d nyeri operasi
3. ANALISA DATA

Data Subjektif Data Objektif

Klien dan Keluarga mengatakan : Pucat


Meringis. Lemah dan lesu
Ketakutan. Meringis
Mual. Cemas.
Pusing.
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

No./ Diagnosa Intervensi Rasional


Jenis Keperawatan
1 Ansietas 1. Identifikasi saat tingkat 1. Megetahui tingkat
Pre ansietas berubah (mis. ansietas.
Operasi Kondisi, waktu, stresor) 2. Agar rasa cemas yang di
2. Ciptakan suasana alami klien berkurang.
terapeutik untuk 3. Agar klien mengetahui
menumbuhkan prosedur. Agar ansietas
kepercayaan tidak terjadi.
3. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
4. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
2. Defisit Nutrisi 1. Identifikasi status 1. Untuk mengetahui status
Pre nutrisi nutrisi.
Operasi 2. Fasilitasi menentukan 2. Agar nutrisi seimbang.
pedoman diet 3. Agar gizi dan Nutrisi
3. Kolaborasi pemberian seimbang.
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antlemetik), jika
perlu

3. Nyeri akut 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui karateristik


Post karakteristik, durasi nyeri
Operasi frekuensi, kualitas, 2. Mengurangi nyeri yang
intensitas nyeri. dirasakann klien.
2. Berikan teknik 3. Agar klien dan keluarga
nonfarmakologis untuk mengetahui penyebab
mengurangi rasa nyeri nyeri.
(mis. Terapi pijat, 4. Untuk mengurangi atau
kompres hangat/dingin) menghilangkan rasa
3. Jelaskan penyebab, nyeri.
periode dan pemicu
nyeri
4. Kolaborasi pemberian
analgetik
4. Resiko Infeksi 1. monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda
infeksi lokal dan dan gejala infeksi.
Post
sistemik
Operasi 2. menghindari terjadinya
2. cuci tangan sebelum dan
infeksi.
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan 3. agar klien mengetahui

pasien tanda dan gejala infeksi.

3. jelaskan tanda dan 4. agar tidak terjadi infeksi.


gejala infeksi
4. kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
5. Gangguan Pola 1. identifikasi pola 1. untuk mengatur pola tidur
Tidur aktivitas dan tidur klien.
Post
2. modifikasi lingkungan 2. Agar klien merasa
operasi
(mis.pencegahan, nyaman saat tidur.
kebisingan, suhu, 3. Agar pola tidur klien
tempat tidur) normal.
3. anjurkan menghindari
makanan/minuman
yang mengagnggu tidur
BAB 3
PEMBAHASAN
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1
4.2
DAFTAR PUSTAKA
Setiasi, Siti. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing

Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta: EGC


Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6, Volume
I, EGC, Jakarta.
Mubarak, W.I. Chayatin, Nurul dan Susanto, Joko. (2015). Standar Asuhan Keperawatan
dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salema Medika

PPNI.2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.DPP PPNI.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai