Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID

1.1 Pengertian
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah
pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) dibawah atau luar linea
dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa
(submukosa) diatas atau di dalam linea dentate. (Sudoyo Aru, 2014)

1.2 Klasifikasi
A. Hemorroid Interna
Hemoroid interna dikelompokkan dalam 4 derajat :
1. Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu
defekasi. Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam
lumen.
2. Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi
dapat masuk kembali secara spontan.
3. Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi..
4. Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk
kembali.
B. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan
hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
2. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih
dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

1.3 Etiologi
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang
air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banya memakai jamban
duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca merokok), peningkatan
tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan
(disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua,
konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks
peranal, kurang minum air, kurang makan-makanan berserat (sayur dan buah),
kurang olahraga/imobilisasi (Sudoyo, 2014).
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang air besar
tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu lama duduk
sepanjang tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor-faktor penyebab
hemoroid (Oswari, 2010).
Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, makanan,
pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor
mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal),
fisiologis dan radang. Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri
tetapi saling berkaitan (Mansjoer, 2010).
1.6 Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
oleh thrombosis. Thrombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan
perdarahan atau prolaps (Smeltzer, 2010).
Menurut (Sudoyo Aru, 2014), tanda dan gejala hemoroid yaitu :
a. Timbul rasa gatal dan nyeri
b. Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi
c. Pembengkakan pada area anus
d. Nekrosis pada area sekitar anus

1.7 Penatalaksanaan
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene
personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet
tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin satusatunya tindakan
yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air
saat melewati usus dapat membantu.Rendam duduk dengan salep, dan supositoria
yang mengandung anestesi, astringen (witch hazel) dan tirah baring adalah
tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang. Terdapat berbagai tipe
tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar,
dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa
ke otot yang mendasarinya.Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid
berukuran kecil dan berdarah.
Prosedur ini membantu mencegah prolaps. Hemoroidektomi kriosirurgi
adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan cara membekukan jaringan
hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif
kurang menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena
menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang
ditimbulkan lama sembuhnya. Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk
vena trombosis luas, yang harus diatasi dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi
atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa yang
terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi
secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi
dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan
melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan
Gelfoan atau kasa Oxygel dapat diberikan diatas luka kanal (Smeltzer, 2010).

1.8 Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis,
dan strangulasi. Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan
suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. (Price, 2005) Komplikasi hemoroid antara
lain :
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan
takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di
anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal)
dari selaput lendir usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin
sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk
(Dermawan, 2010).

1.9 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Colok Dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada
hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskopi
Anoskopi merupakan pemeriksaan paling akurat dan paling mudah untuk
memeriksa kanalis ani dan distal rektum untuk membedakan diagnosis
hemoroid interna atau fisura ani. Pemeriksaan ini jarang digunakan semenjak
pemakaian endoskopi lebih banyak dilakukan.
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi karena hemoroid merupakan
keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.
d. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah dapat dilakukan untuk melihat adanya
anemia yang mungkin disebabkan oleh perdarahan dari hemoroid.

1.10 Diagnosa Banding


1. Kanker anus
2. Kondilomata anus
3. Fissura anus
4. Kanker kolorektal
5. Inflamatory bowel dieases
6. Abses perianal
7. Skin tags

1.11 Konsep Keperawatan


1.1.1 Pengkajian
Menurut (Doenges, 2010) pengkajian fokus keperawatan hemoroidectomy
meliputi:
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, malaise.
2. Sirkulasi
Tanda :Takikardi (nyeri ansietas), pucat (kemungkinan adanya perdarahan)
3. Eliminasi
Gejala :Riwayat adanya hemoroid, ketidakmampuan defekasi (konstipasi),
rasa tidak puas waktu defekasi. Tanda : Konstipasi (kerasnya) terdapat
goresan darah atau nanah, keluar darah sesudah atau sewaktu defekasi,
perdarahan biasanya berwarna merah segar karena tempat perdarahan yang
dekat. Hemoroid interna seringkali berdarah waktu defekasi, sedangkan
hemoroid eksterna jarang berdarah.
4. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual dan muntah
5. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Terjadi saat defekasi, duduk dan berjalan
Tanda : Terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau berdenyut
6. Keamanan
Gejala : Gangguan dalam terapi obat yang mengakibatkan konstipasi
Tanda : konstipasi
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga hemoroid, pola defekasi buruk Rencana
pemulangan : perubahan pola makan yang buruk dengan tinggi serat, dapat
memerlukan bantuan dalam pengobatan dan aktifitas perawatan diri dan
pemeliharaan, perubahan rencana diit.

1.1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut (00132)
2. Konstipasi (00011)
3. Kerusakan integritas jaringan kulit (00044)
4. Risiko Defisien volume cairan (00028)
5. Risiko infeksi (00004)
6. Hambatan mobilitas fisik (00085)
7. Ansietas (00146)
1.1.3 Perencanaan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Managemen nyeri (1400)
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam a. Observasi tanda – tanda
dengan agen nyeri dapat teratasi dengan vital;
cidera kriteria hasil : b.Ajarkan tehnik nafas
biologis Kontrol Nyeri (1605) dalam;
(00133) Kod Indikator S S c. Berikan kompres di daerah
e A T yang diperlukan;
1605 Mengenali kapan 1 5 d.Berikan informasi
02 nyeri terjadi mengenai penyebab nyeri;
1605 Menggambarkan 1 5 e.Kolaborasi dengan tim
01 faktor penyebab medis dalam pemberian
1605 Menggunakan 1 5 obat.
04 tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgetik
1605 Menggunakan 1 5
05 analgesic yang
direkomendasikan
1605 Melaporkan nyeri 1 5
11 yang terkontrol
Konstipasi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Konstipasi
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam (0450)
dengan konstipasi dapat teratasi dengan a. Observasi tanda – tanda
kebiasaan kriteria hasil : vital;
defekasi Eliminasi Usus (0501) b. Monitor tanda dan gejala
tidak teratur Kod Indikator S S konstipasi
e A T c. Instruksikan pada pasien
0501 Warna feses 1 5 untuk mengkonsumsi
03 tinggi serat
0501 Kemudahan BAB 1 5 d. Instruksikan pasien untuk
12 mencatat warna, volume,
0501 Konstipasi 1 5 frekuensi, dan konsistensi
10 feses
0501 Darah dalam feses 1 5
08
0501 Pengeluaran feses 1 5
21 tanpa bantuan
Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Perlindungan Infeksi (6550)
integritas keperawatan selama 3x24 jam a. Observasi tanda – tanda
jaringan kulit integritas jaringan kulit dapat vital;
berhubungan teratasi dengan kriteria hasil : b. Monitor kerentanan
dengan Integritas Jringan : Kulit (1101) terhadap infeksi
perdarahan Kod Indikator S S c. Periksa kondisi setiap
e A T sayatan bedah atau luka
1101 Perfusi jaringan 1 5 d. Tingkatkan asupan nutrisi
11 yang cukup
1101 Hidrasi 1 5 e.Kolaborasi dengan tim
04 medis dalam pemberian
1101 Tekstur 1 5 obat.
08
1101 Suhu kulit 1 5
01
DAFTAR PUSTAKA
.
Bulechek, G. M., Howard, K.B., Dochterman, J.M., & Cheryl, M.W. (2013).
Nursing Intervention Classification (NIC). 6th edn. Elsevier
Bulechek, G. M., Howard, K.B., Dochterman, J.M., & Cheryl, M.W. (2013).
Nursing Outcome Classification (NOC). 6th edn. Elsevier
Doenges, 2010. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Alih Bahasa. Editor Inggrid
Tania, et al. Edisi 7. Jakarta: EGC
Hardman, T. H. and Kamitsuru, S. (2018) NANDA Internasional Inc. Diagnosis
Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. 11th edn. Jakarta: EGC.
Mansjoer, 2010. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Orang Kantoran. Yogyakarta
Oswari, 2010. At a Glance Ilmu Bedah. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta:
Erlangga.
Smeltzer, 2010. Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya : Manajemen
Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia
Sudoyo Aru, 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Editor Monika Ester.
Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai